Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MEINIA PRETI ANJELINA

NIM : P1337420921190

MATA KULIAH : PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPU : LUCIA ENDANG HARTATI YK, SKp,MN

A. Etiologi Penyakit
Etiologi merupakan studi yang mempelajari tentang sebab dan asal muasal. Kata
tersebut berasal dari bahasa Yunani αἰτιολογία, aitiologia, yang artinya
"menyebabkan".
Di bidang kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu penyakit
atau gangguan kesehatan. Ketika suatu etiologi suatu penyakit tidak dapat
ditentukan atau diketahui secara pasti, penyebab penyakit tersebut
disebut idiopatik.
Etiologi kadang-kadang merupakan suatu bagian dari serangkaian sebab-akibat.
Suatu agen etiologis mungkin membutuhkan suatu kofaktor independen yang
mendukung untuk menjadi suatu penyebab..
B. Persepsi sehat sakit
Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau
ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat
berarti kekuatan dan ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit,
mengalahkan stres dan kelesuan. menurutUU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan,“kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social
dan ekonomi”.
Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda.
Persepsi merupakan sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang
dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya. Persepsi
sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan individu lain, antara
kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain. Karenanya
konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin,level sakit, tingkat
mobilitas dan interaksi sosial.
Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi sehat dan
sakit,penyakit (disease) adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme
sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Hal ini berarti bahwa
penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi
tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui tes laboratorium dan
pengamatan secara langsung. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian individu
terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Sakit menunjukkan dimensi
fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih menyangkut orang
yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak (unfeeling well)
lemah (weakness), pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness).
Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan
salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan
tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan tersebut,
Sarwono ( dikutip oleh Yunindyawati, 2004:15) mendefenisikan bahwa sakit
merupakan kondisi yang tidak menyenangkanmengganggu aktifitas jasmani dan
rohani sehingga seseorang tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya
sebagaimana mestinya dalam masyarakat. Sickness menunjuk kepada suatu dimensi
sosial yakni kemampuan untuk menunaikan kewajiban terhadap kehidupan
kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-kewajiban
sosialnya, bekerja sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak menganggapnya
sakit.
Selain faktor sosial budaya, persepsi sehat dan sakit juga dipengaruhi oleh
pengalaman masa masa lalu seseorang.
Persepsi tentang sehat-sakit juga dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu,
disamping unsur sosial budaya. Pengalaman masa lalu menjadi acuan (referensi)
persepsi individu tentang kondisi sehat dan sakit. Seorang individu menggunakan
pengalaman sebagai patokan untuk berperilaku dan merupakan sumber dari tujuan
dan nilai-nilai pribadinya.
Oleh karena persepsi sehat dan sakit lebih bersifat konsep budaya (cultural
concept) , maka petugas kesehatan dalam hal ini harus bisa melakukan
pendekatandan menyelidiki persepsi sehat dan sakit masyarakat yang dilayaninya,
mencoba mengerti mengapa persepsi tersebut sampai berkembang dan setelah itu
mengusahakan mengubah konsep tersebut agar mendekati konsep yang lebih
ojektif. Dengan cara ini pelayanan dan sarana kesehatan dapat lebih ditingkatkan
jangkauannya sehingga dicapailah derajat kesehatan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai