OLEH:
JUWITA N. LAHER
211030230223
PEMBIMBING:
Telp (021)74716128
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESARE
A. Latar Belakang
Sectio Caesarea adalah janin dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada
dinding abdomen dan uterus. Prosedur ini diindikasi untuk beberapa kondisi yang
membahayakan kesehatan ibu atau bayi dan untuk penundaan persalinan atau
untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi (Marynani, 2016). Salah satu indikasi
dilakukan nya sectio caesarea adalah kehamilan lewat waktu (post date) karena dapat
menyebabkan gawat janin. Kehamilan post date merupakan salah satu penyebab
angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang sering ditemukan. Kehamilan post
date disebut juga kehamilan post term, kehamilan serotinus, prolonged pregnancy atau
pescamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau 249 hari
atau lebih, di hitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagle dengan
Sectio caesarea bukan hal yang baru dikalangan masyarakat hal ini dibuktikan
dengan tingginya angka kejadian dalam tindakan sectio caesarea. Pada sectio caesarea
dengan indikasi post date jika tidak dilakukan dengan cepat akan berdampak buruk
pada keadaan bayi dan ibu bahkan hingga kematiaan bayi dengan dilakukannya
section caesarea untuk meringankan angka kesakitan dalam persalinan dan dalam
sebagai salah satu cara menangani indikasi yang dapat menyulitkan ibu dan janin
(Marynani, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) angka persalinan dengan Sectio
Caesarea sekitar 10 - 15% dari semua proses persalian (WHO, 2015). Di Indonesia
angka persalinan dengan sectio caesarea mencapai 9,8%. Sedangan pada kehamilan
post date di Indonesia angka kejadian mencapai 10%, apabila batas waktu 42 minggu
antara 10,4% - 12% dan apabila batas waktu 43 minggu antara 3,4 - 4 %.
Kehamilan post date dapat disebabkan oleh diduganya ada factor dari
terhadap oksitosin. Jika hormone ini masih terus berlangsung, maka tanda tanda
persalinan pada kehamilan belum akan muncul. Dan diduga tidak timbulnya his
karena kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta dan kerentanan akan stress pada
ibu yang juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Faktor yang lain
yaitu herediter, biasanya keluarga tertentu memang sudah mempunyai riwayat pada
kehamilan post date. Manifestasi klinik pada kehamilan post date adalah terdapat
gerakan janin yang kurang, berat bayi lebih berat dari bayi normal, tulang dan sutura
lebih keras dan rambut di kepala lebih tebal dari bayi normal (Maryunani dan
Puspitasari, 2013).
TINJAUN TEORI
Sectio Caesarea adalah janin dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada dinding
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan atau cara melahirkan dengan buat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section caesarea juga dapat
didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Nurbaeti, 2012).
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk mealahirkan bayi dengan berat 500
gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawirohardjo, 2009).
Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
sedangkan sectio cesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim. Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang
pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Kekurangan :
(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik
(2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan 11
(3) Sectio caesarea ismika atau profundal (low cervical dengan insisi pada segmen
bawah rahim)
abdominal. Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah
Kelebihan :
(3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
Kekurangan :
(1) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri
Menurut Anggie (2012) sayaan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut :
1) Sayatan memanjang ( Longitudinal )
B. Indikasi
Menurut Anggie (2012) ada lima faktor yang dianjurkan untuk dilakukannnya sectio
caesarea yaitu:
1. Faktor janin.
Berat bayi 4000-gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulitkeluar
dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi padaibu yang
berbeda.
2. Kelainan letak
A. Letak Sungsang.
tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasillewat jalan lahir.
B. Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir,
previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin.
janin.
C. Gawat Janin
(hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium
dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna
putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio caesarea tidak
D. Janin Abnormal
3. Plasenta
A. Plasenta Previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau
seluruh jalan lahir. Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu
B. Solusio Plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin
rahim.
C. Plasenta Accrete
plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak
D. Yasa Previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah
janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan keadaan
Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit
atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar.
Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya
dilahirkan.
C. Bayi Kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi
misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang
berlebihan.
5. Faktor ibu
A. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko
B. Cephalopevic Disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin
sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
C. Infeksi
oleh keadaan umum yang kurang baik, anemia saat hamil, sudah terdapat
sebagai berikut:
C. Kontra Indikasi
Kontraindikasi merupakan suatu keadaan dimana Sectio Caesarea tidak layak atau pun
tidk boleh dilakukan, pada umumnya kontraindikasi Sectio Caesarea bilamana terdapat
6. Insisi Abdominal
D. Patofisiologi
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38 minggu dan kemudian fungsi plasenta
akan menurun setelah 42 minggu. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya kadar esterogen
dan laktogen plasenta. Selain itu dapat terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan
mengganggu janin atau tidak baik untuk janin, dimana resiko kematian perinetal pada
bayi postmaturcukup tinggi yaitu Prepartum (30%), Intrapartum (55%) dan Post-partum
(15%)(Maryunani, 2016)
1. Defenisi
bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Disproporsi
sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarka ketidak sesuai anantara kepala janin dan
panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. Disproporsi
sefalopelvik adalah keadaan yang menggambar ka ketidaksesuaian antara kepala janin dan
panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.Cephalopelvic Disproportion
(CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketikakepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk
muat melewati panggul ibu. Seringkali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras
selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita
sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak yang tidak
perlu dilakukan bedah caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya.
Diagnosis ini tidak harus berdampak masa depan seorang wanita melahirkan keputusan.
Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan peluangnya untuk
1. Pengkajian
2. Identitas
interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.
klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan yang rendah
perkawinan dengan sudah lamanya pernikahan dan ibu sudah pernah mengalami
post date maka akan berpotensi untuk mengalami post date kembali, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,
dan alamat. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Menstruasi
lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah cair atau menggumpal,
warna darah, dismenorea, dan untuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir
A. Kehamilan
mempengaruhi berapa lama usia kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa
tinggi fundus uteri, bagaimana keadaan janin, jika terjadi kegawatan pada janin
B. Persalinan
Untuk mengetahui proses persalinan spontan atau buatan, jika klien pernah
akan secara sectio caesarea juga, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada
C. Nifas
Untuk mengetahui perdarahan yang terus berlangsung pada nifas, jenis lochea,
TFU setinggi pusat atau 2 jari dibawah pusat (Tinggi Fundus Uteri), teraba keras
post sectio caesarea, adanya nyeri tekan pada luka bekas operasi (Anna, 2013)
menimbulkan nyeri .
2. Quality: nyeri dirasakan klien setelah efek anastesi secara perlahan hilang,
nyeri akan timbul jika efek pemberian analgetika berakhir (4jam setelah
pemberian) dan akan hilang saat analgetika diberikan. Qualitas nyeri bersifat
3. Region: daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang terdapat pada
abdomen. Insisi pada sectio caesarea klasik di midline abdomen antara pusat dan
simpisis pubis, pada sectio caesarea transprovunda didaerah supra simpisis pubis
dengan luka insisi melintang. Area penyebaran nyeri dirasakan sampai bokong
dan terkadang adanya after pain (nyeri alihan) yang dirasakan klien sampai ke
pinggang.
4. Severity Scale: Keparahan atau intensitas nyeri berkisar antara dari nyeri ringan
5. Timing: nyeri dirasakan setelah 6 - 12 jam post sectio caesarea, dan 1 - 3 hari
Klien pernah atau tidaknya mengalami penyakit menular seperti TBC dan
a) Integritas Ego
2014)
b) Pola Sensori
Nyeri / ketidaknyamanan mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sember karena
trauma bedah, distensi kandung kemih, efek efek anesthesia, nyeri tekan uterus
c) Pola Kognitif
Pemberian ASI dapat dimuali pada hari post operasi jika ibu baru mendapatkan
anak pertama biasanya ibu kurang mengetahui bagaimana cara menyusi dan
merawat payudaranya dan jika memutuskan tidak menysui maka dianjurkan untuk
d) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh, jalur parental bila
digunakan, paten dan insisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan (Arya, 2015)
e) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus. Aliran lokhea sedang (Arifin,
2014). Setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama tinggi fundus uteri 1 - 2jari
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
A. Inspeksi : Respirasi rate normal (16 sampai 24x/m), tidak ada retraksi otot
bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak menggunakan
alat bantu nafas, pergerakan dinding dada sama, bentuk dada normal chest,
D. Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada suara tambahan seperti wheezing
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira kira 600 - 800ml, tidak
B. Palpasi : CRT
C. Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada bunyi
karena ibu merasakan nyeri pada luka operasinya, tidak ada nyeri kepala, tidak
A. Inspeksi : terdapat lokhea lubra, warna merah segar, terpasang kateter sering
terjadi adanya perasaan sering atau susah kencing sealama masa nifas yang
C. Perkusi : Biasanya timpani yang dominan karena adanya gas pada saluran
pencernaan
kelemahan akibat efek tindakan anastesi, terbatas pada aktifitas berat, cepat
mamae, dan papilla mamae, terdapat stiae atau linea, terdapat luka post operasi
sectio caesarea, tertutup kasa, luka kurang lebih 10cm, bersih tidak ada pus
b. Palpasi : Turgor kulit elasti, oedema pada ekstremitas bawah atau kaki,
terdapat nyeri tekan pada daerah luka post op sectio caesarea(Faiz, 2013)
a. Inspeksi :
i. Mata : Pupil isokor kanan atau kiri, reflek cahaya normal kanan
sclera putih kanan atau kiri, palpebra normal kanan atau kiri,
b) Palpasi : Tidak ada benjolan pada leher, pembesaran vena jugularis dan
B. Analisa Data
analisa data dengan menghubungkan data satu dengan data lainnya sehingga
tergambar fakta.
C. Diagnosa Keperawatan
iii. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat
D. Intervensi keperawatan
Kriteria hasil :
1) Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
berkurang
3) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri dan menggunakan teknik non
Nadi : 60 - 80x/menit
RR : 16 - 24x/menit
E. Implementasi Keperawatan
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan luka pembedahan selama 2 x 24 jam
mengobservasi tanda tanda vital dengan melakukan ttv secara langsung, mengkaji tipe
dan sumber nyeri yang mempengaruhi klien, mengajarkan teknik non farmakologi
seperti teknik relaksasi berupa nafas dalam dan teknik disktraksi berupa pengalihan
rasa nyeri dengan membaca atau menonton tv, memberikan posisi yang nyaman
berupa posisi semifowler dan meningkatkan istirahat dengan istirahat yang teratur,
F. Evaluasi
Evaluasi :
keperawatan
2) Menurunnya intensitas nyeri
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.kertacendekia.ac.id/media/299404-asuhan-keperawatan-pada-ibu-
dengan-diagn-a63ce349.pdf
TINJAUAN KASUS
Pengkajia diperoleh dari pasien ,keluarga dan catatan medis.di Rsia permata
I. PENGKAJIAN
Ruang : Nifas
No. Rm : 198326
Nama : Ny.A
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Nama : Tn. Y
Alamat :T
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Petani
gram,panjang 48cm.
yang lalu dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat 3200gr dan panjang 48cm.Dan
anak kedua 8th yang lalu dengan jenis kelamin perempuan dengan berat 3500 gram
Keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan dan penyakit yang menular.
E. Riwayat Obstetri dan Genekologi
HPHT : lupa
HPL : (USG)
Lama perkawinan : 15th, usia menikah istri 23 thn. Perkawinan dg suami pertama, usia
1. Klien Periksa ANC di bidan 2x pada trimester I,2x pada trimester II dan 4x
2. Klien mendapat Vit C pada trimester I dan Fe pada Trimester II. Tidak ada
keluhan.
normal.
7. Riwayat KB
- ADL dibantu.
a. Bounding
Saat anak didekatkan pada ibu,ibu terlihat bahagia dan menyayangi anaknya.
b. Attachment
Saat anak didekatkan pada ibu,anak tenang tidak menangis dan tidur pulas.
- Muka :pucat.
4. Leher :
5. Dada
a. Paru :
Perkusi : resonan.
b. Jantung :
c. Payudara :
menghitam,ASI keluar.
6. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, ada luka operasi melintang dengan panjang ± 10cm.
Perkusi : timpani
7. Genetalia
- Terdapat lochea rubbra berwarna merah dengan jumlah satu pembalut penuh.
8. Ektremitas
9. Integumen
- Tidak ada lesi,kapiler revil baik.
10. Punggung
11. Perineum
12. Anus
I. Pemeriksaan penunjang
- USG
J. Therapy:
N
Tgl/ o
Data Etiologi Problem
Jam d
k
1. Ds : klien mengatakan nyeri pada Agen Nyeri akut
08.00 WIB daerah operasi. pencedera fisik
Do : - pasien tampak meringis
kesakitan D.0077
P: luka operasi
Q: Nyeri seperti ditusuk – tusuk.
R: Abdomen bawah
S:5
T: Menetap
2. DS: klien mengatakan tidak mampu Kelemahan Deficit
melakukan perawatan diri, seperti fisik perawatan diri
mandi dan ganti baju
D.0109
DO:
-pasien tampak lemah
TD : 100/80
N :100x/m
- S :36ºC
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pe ncedera fisik yang d.d nyeri pada luka
operasi (D.0077)
2. deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelehaman fisik yang d.d tidak
3. gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan kekuatan otot yang
Diagnosa
No Jm Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(PES)
1. Nyeri akut yang Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
08. berhubungan keperawatan 3 x 24 maka Obsevasi :
00 dengan pasca ekspektasi menurun dengan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
operasi kriteria hasil :
- Keluhan nyeri durasi,frekuensi,
menurun(5) kualitas,intensitas Nyeri
- Meringis menurun(5) 2. Identitas skala Nyeri
- Gelisa menurun (5)
3. Identifikasi skala nyeri non verbal
(L.08066)
Terapeutik :
1. Control lingkungan yang
memperlambat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi :
1. mengajarkan Teknik relaksasi
nafas dalam untuk memgurangi
rasa nyeri
(1.08238)
2. Deficit perawatan Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
diri keperawatan 3 x 24 maka
ekspektasi meningkat dengan - Identifikasi kebiasaan aktivitas
kriteria hasil : perawatan diri
- Kemampuan mandi
- Monitor tingkat kemandirian
meningkat (5)
- Kemampuan - Identifikasi kebutuhan alat bantu
mengenakkan pakaian kebersihan diri. Berpakain berhias
meningkat (5) dan makan
- Kemampuan makan
meningkat (5) Terapeutik :
L.11103
- Menyediakan keperluan mandi
- Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
Edukasi :
1.11348
3. gangguan Setelah dilakukan Tindakan Obs :
mobilitas fisik keperawatan 3 x 24 maka - Identifikasi adanya nyeri atau
yang berhubungan ekspektasi meningkat dengan keluhan fisik lainnya
dengan penurunan kriteria hasil : - Identifikasi tolerani fisik
kekuatan otot . - Pergerakan melakukan pergerakan
eksteremkitas Terapeutik
meningkat (5) - Fasilitas aktivitas mobilisasi
- Kekuatan otot dengan alat bantu
meningkat (5) - Fasilitas melakukan pergerakan,
jika perlu
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/
DK Implementasi SOAP
Jam
09.00 Nyeri akut yang S : klien mengatakan nyeri yang
berhubungan dengan Manajemen Nyeri dirasakan sedikit berkurang
pasca operasi
Obsevasi : O : klien terlihat lebih tenang
- mengidentifikasi lokasi, P : luka operasi
karakteristik, durasi,frekuensi, Q : nyeri seperti ditekan
kualitas,intensitas Nyeri R : abdomen bawah
- mengidentitas skala Nyeri S:4
- mengidentifikasi skala nyeri A : malasah teratasi sebagian
non verbal P : lanjutkan intervensi
Terapeutik :
- mengontrol lingkungan yang
memperlambat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi :
- mengajarkan Teknik
relaksasi nafas dalam untuk
memgurangi rasa nyeri
(1.08238)
DK. 2 Observasi : S:
- klien mengatakan sudah mulai
deficit perawatan diri - mengidentifikasi kebiasaan
bisa melakukan perawatan diri
yang berhubungan aktivitas perawatan diri
seperti mandi dan ganti baju
- Memonitor tingkat
dengan kelehaman O : klien tampak lebih segar
kemandirian
TD : 110/70 mmhg, S : 36
fisik - mengidentifikasi kebutuhan
N :100x/m
alat bantu kebersihan diri.
A : masalah teratasi Sebagian
Berpakain berhias dan makan
P : Lanjutkan intervensi
Terapeutik :
- Menyediakan keperluan
mandi
- mendampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Edukasi :
1.11348
DK. 3 Obs : S : klien mengatakan perlahan-lahan
- mengidentifikasi adanya nyeri
gangguan mobilitas bisa berdiri sendiri
atau keluhan fisik lainnya
fisik yang
O : klien tampak lebih rileks
- mengidentifikasi tolerani fisik
berhubungan dengan
melakukan pergerakan Td : 120/70 mmhg, S : 36 C
penurunan kekuatan
Terapeutik
otot N : 100x/m
- memfasilitas aktivitas
A : masalah teratasi
mobilisasi dengan alat bantu
P : intervensi selesai