Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS POST PARTUM NORMAL DI RUMAH SAKIT


PERMATA SARANA HUSADA

A. PENGETIAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi
seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan
anak, ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara
F. Weller,2005).Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum
adalah masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat
kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
B. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan- perubahan alat
genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi (winknjosastro,2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis
otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna,
dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum (Manuaba, 1998 : 190).
C. FISIOLOGI
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu kemudian
500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6 minggu post partum
berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat uterus normal : 30 gram). Involusi
disebabkan oleh :
Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia setempat :
Ishcemia.
Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi
sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plasenta.
Selama involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan lochea, yang
dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa
lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur
lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau kekuning-
kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit
(Wiknjosastro, 2006 : 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh
menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi, refleks
yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks ini
bersumber dan perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar
hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah
melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
b. Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin
masuk ke dalam darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi
alveoli dan duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).

D. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-
perubahan yang terjadi, diantaranya :
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina

2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu


Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau 2
jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena:
a. Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
b. Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat
oleh kepala bayi
c. Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang
setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah
tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun
dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui,
kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital

Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat

naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah

12 jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi


dapat terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya apabila
tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

E. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan- perubahan
penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini
karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira- kira
setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan
diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu
setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

F. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM


1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
11. Merasa sangat letih/ nafas terengah-engah

G. KOMPLIKASI POST PARTUM


a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-
600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, 1998).Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi
2, yaitu:
1. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
abortus atau persalinan (Bobak, 2004). Infeksi ini terjadi setelah
persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya proses
persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman
dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong
persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat
proses persalinan.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat
fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai
kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu
pasca persalinan. Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu
mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau
kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, (2008):
- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

2. Perawatan Post Partum


Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada
laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan
perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-
kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur
telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam,
pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis.
Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya
dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori,
protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih
harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat
berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada
dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase
hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal
ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien
mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat
istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan,
areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih
barulah bayi disusui.
AMBULASI DINI (EARLY AMBULATION) MASA NIFAS
Ambulasi Dini adalah kebijaksaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing
pasien membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian, ambulasi
dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka
episiotomy, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps
uteri atau retrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien
dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain
yang masih membutuhkan istirahat.

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah


persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem
tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.
Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh
tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit
menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan
jarak antara aktivitas dan istirahat.
Ibu yang tidak mengalami komplikasi dalam persalinan hampir semua,
selalu bangkit segera untuk pergi ke toilet dan mandi. Mereka mungkin
membutuhkan seseorang untuk membantu, pada tahap awal ini dimana
beberapa perempuan mengeluh pusing atau pandangan kabur ketika
mereka pertama bangun setelah persalinan.
Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Feal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)
Langkah atau proses ambulasi ibu nifas dilakukan secara bertahap,
sebagai berikut:
a. Belajar turun dari tempat tidur
b. Belajar berjalan
c. Duduk di atas tempat tidur
d. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
e. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard
f. Duduk di tepi tempat tidur
ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL NORMAL

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama : Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak
3. Riwayat Kehamilan: Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
o Tempat persalinan
o Normal atau terdapat komplikasi
o Keadaan bayi
o Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
o Pengeluaran ASI lancar / tidak
o BB bayi
o Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
o Keadaan umum pasien
o Abdomen
o Saluran cerna
o Alat kemih
o Lochea
o Vagina
o Perinium dan rectum
o Ekstremitas
o Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
o Respon dan persepsi keluarga
o Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
karakteristik payudara
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran
jaringan atau distensi efek – efek hormonal.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang
dengan kriteria evaluasi: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda vital
dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit, TD = 120/80 mmhg,
RR= 18 – 20 x / menit
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa
nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan
c. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi
danmengurangi nyeri secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Delegasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri
berkurang
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan,karakteristik payudara.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses
situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi dan Rasional:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting
yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,


perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan
eliminasi (BAK) dengan KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam
post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi
dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan
air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan
sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,


penurunan sistem kekebalan tubuh.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan
KE : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan
mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media
yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38 C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi
udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RUMAH SAKIT PERMATA SARANA HUSADA

Tanggal masuk : 29 Oktober 2021

Tanggal pengkajian : 29 oktober 2021

A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif :
a. Identitas pasien :
Nama : Ny. S
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Sumber Jaya
b. Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. N
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : buruh
Alamat : Desa Sumber Jaya
Hubungan dengan pasien : Suami

2. Riwayat masuk ruang nifas


Pasien post partum spontan tanggal 29 ktober 2021 pukul 16.00 WIB
kiriman dari VK dengan riwayat KPD.
3. Keluhan utama :
Pasien mengeluh masih sedikit mules (nyeri) pada perutnya.
4. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masih berbaring dengan mobilisasi ringan dan masih tampak
lemas. Pasien mengatakan tidak sedang menderita penyakit lain.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami persalinan, penyakit
kritis atau dirawat di RS.
c. Riwayat penyakit keturunan :
Pasien dan keluarga pasien tidak memiliki penyakit menurun (misal :
Hipertensi, DM, asma dll ).
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Jumlah : ganti pembalut 2x/ hari
Lama haid : 5-6 hari Dismenore : tidak ada
Siklus : 28 hari Keluhan lain : tidak ada
Keputihan : tidak ada
6. Riwayat perkawinan
Perkawinan ke :1
Umur saat menikah : 23 tahun
Lama pernikahan : 1 tahun
7. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. G1 P0 A0
b. Hari pertama haid terakhir (HPHT) : lupa
c. Hari perkiraan lahir (HPL) : lupa
d. Umur kehamilan : 36 minggu
e. Riwayat persalinan
Hamil Umur penolong Jenis Komplikasi Keadaan Komplikasi ket
ke anak persalinan post partum bayi nifas
1 Hamil
ini

8. Riwayat KB
Pasien belum pernah mengikuti program KB
9. Keadaan bayi
Bayi lahir dengan aterm partus spontan 29 okt 2021 pukul 09.50 wib , bayi
menangis kuat, jenis kelamin laki-laki, apgar score 8,9,10. Panjang badan
50 cm dan berat badan 2900 gr.
10. Riwayat obstetri
Leopold I : TFU 30 cm , II : puki, III : preskep, IV : belum masuk PAP
11. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 36,50 C
RR : 16 x/ menit
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan umum : Sedang
d. Pemeriksaan fisik head to toe :
1. Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada
hematoma, tidak ada nyeri tekan
2. Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
3. Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera
ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
4. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak
ada secret
5. Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada
secret, tidak ada perdarahan
6. Mulut dan gigi : mukosa kering, gigi tanggal, terdapat
pembengkakan gusi
7. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis
teraba, tidak ada pembesaran limfoid
8. Thorax :
I : bentuk simetris, payudara simetris tidak bengkak
P : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada udema pulmo
A : bunyi jantung normak, bunyi paru vesikuler
9. Abdomen :
I : tidak ada luka, tampak striae
A : bising usus normal 8x/menit
P : tidak ada benjolan, TFU : 2 jari dibawah pusat
P : tidak ada acites
10. Genitalia : tidak ada kelainan, tidak ada luka jahit,
perdarahan Pervaginam sekitar 50 cc,
11. Eksteremitas : kekuatan otot 4 4
4 4
ROM : penuh, Akral hangat, udema kaki, terpasang infuse RL di
lengan kanan, tidak ada varises.
12. Anus : tidak ada kelainan dan tidak hemoroid
e. Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1. Pola oksigenasi
Selama hamil : pasien bernafas secara normal, tidak pernah
sesak nafas
Saat dikaji : pasien bernafas secara normal, tidak sesak
RR 16x/ menit
2. Pola nutrisi
Selama hamil : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk
) minum 6-8 gelas/hari, pasien tidak mempunyai pantangan apapun
Saat dikaji : pasien makan sesuai diit habis 2/3 porsi,
minum 3-4 gelas/ hari
3. Pola eliminasi
Selama hamil : pasien BAK 5-6x/hari warna kuning, jernih
dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK melalui DC 2000cc/hari warna
kuning jernih, belum BAB
4. Pola aktivitas/ bekerja
Selama hamil : pasien melakukan aktivitas secara mandiri,
bekerja sebagai ibu rumah tangga
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan
tidak dapat bekerja
5. Pola istirahat
Selama hamil : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
6. Pola suhu
Selama hamil : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 36,50C
7. Pola gerak dan keseimbangan
Selama hamil : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai
keinginannya
Saat dikaji : pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas
karena lemas
8. Pola berpakaian
Selama hamil : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara
mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan
dibantu keluarga saat mengganti pakaiannya
9. Pola personal hygine
Selama hamil : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih
dan sabun mandi tanpa bantuan keluarganya, pasien kurang
menjaga kebersihan makanan dan alat makan
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu
keluarganya
10. Pola komunikasi
Selama hamil : pasien berkomunikasi dengan lancar,
memakai bahasa daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai
bahasa daerah
11. Pola spiritual
Selama hamil : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien tidak melakukan ibadah (sedang nifas)
12. Pola aman & nyaman
Selama hamil : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama
keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit
13. Pola rekreasi
Selama hamil : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-
tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi, hanya tiduran dan
jalan disekitar kamar, cenderung diam
14. Pola belajar
Selama hamil : pasien mengetahui tentang kehamilannya
Saat dikaji : pasien mengetahui persalinananya secara
normal
12. Data Penunjang :
Laboratorium tanggal 27 Oktober 2021
Hematologi Hasil Satuan Normal
Leukosit 9.35 10^3/uL 4.8 – 10.8
Eritrosit 3.36 10^6/uL 4.7 – 6.10
Hemoglobin 10.8 9/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit 32.0 % 37.0 – 47.0
MCV 95.8 fL 79.0 – 99.0
MCH 32.1 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 33.5 g/dL 330 – 37.0
Trombosit 287 10^3/uL 150 – 450

Terapi obat :
Injex : cefotaxime 2x1 vial
Oral : Asmet 3x1 tab
Methyl 3x1 tab
SF 1x1 tab
B. ANALISA DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN
No Data fokus Etiologi Masalah
1. DS : Agen pendecera Nyeri akut
- Ps mengatakan masih mules (nyeri) pada fisik
perut
-P : ps mengatakan nyeri jika D.0077
disentuh/tekan dan berkurang saat tiduran
-Q : nyeri seperti diremas
-R : abdomen
-S : skala 3
-T : kadang-kadang
DO :
Pasien tampak gelisah,
TD : 120/80 mmHg, N : 84x/menit, RR :
16x/menit, S :36,5 0 C

DS : Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas


Pasien mengatakan lemas D.0056
DO :
Pasien tampak lemah, TD : 120/80 mmHg, N
: 84x/menit, RR : 16x/menit, S :36,5 0 C

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri aku yang berhubungan dengan agen pencedera fisik yang d.d nyeri dan
mules pada perut (D.0077)
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik yang d.d lemas
(D.0056)
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Jm Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(PES)
1. Nyeri aku yang Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
08. berhubungan keperawatan 3 x 24 maka Obsevasi :
00 dengan agen ekspektasi menurun dengan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik kriteria hasil :
yang d.d nyeri dan - Keluhan nyeri durasi,frekuensi,
mules pada perut menurun(5) kualitas,intensitas Nyeri
(D.0077) - Meringis menurun(5)
- Gelisa menurun (5) 2. Identitas skala Nyeri
(L.08066) 3. Identifikasi skala nyeri non
verbal
Terapeutik :
1. Control lingkungan yang
memperlambat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi :
1. mengajarkan Teknik relaksasi
nafas dalam untuk memgurangi
rasa nyeri
(1.08238)
2 Intoleransi Setelah dilakukan Tindakan Manajemen energi 1.05178
aktivitas yang keperawatan 3 x 24 maka Obs :
berhubungan ekspektasi meningkat dengan
- memonitor kelelahan fisik mdan
dengan kelemahan kriteria hasil :
fisik yang d.d - kemudahan dalam emosional
lemas (D.0056) melakukan aktivitas - monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat
- monitor lokasi dan kenyamanan
(5)
- kecepatan berjalan selama melakukan aktivitas
meningkat (5) edukasi :
- kekuatan tubuh bagian
anjurkan tirah baring
atas meningkat (5)
- kekuatan tubuh bagian
bawah meningkat (5)
-
keluhan Lelah menurun
(5)
L.05047

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam DK Implementasi SOAP
09.00 Nyeri aku yang Manajemen Nyeri S : klien mengatakan tidak mules
berhubungan dengan Obsevasi : -P : klien mengatakan nyeri
agen pencedera fisik
- mengidentifikasi lokasi, berkurang
yang d.d nyeri dan
mules pada perut karakteristik, durasi,frekuensi, -Q : nyeri berkurang
(D.0077) kualitas,intensitas Nyeri -R : abdomen
- mengidentitas skala Nyeri -S : skala 2
- mengidentifikasi skala nyeri -T : kadang-kadang
non verbal O:
Terapeutik : Pasien tampak gelisah,
- mengontrol lingkungan yang TD : 120/80 mmHg, N :
memperlambat rasa nyeri 84x/menit, RR : 16x/menit, S
(mis.suhu ruangan, :36,5 0 C
pencahayaan, kebisingan) A : masala teratasi Sebagian
Edukasi :
- mengajarkan Teknik
relaksasi nafas dalam untuk
memgurangi rasa nyeri
(1.08238)
P : lanjutkan intervensi

Intoleransi aktivitas Manajemen energi 1.05178 S : Pasien mengatakan tidak


2 yang berhubungan Obs : lemas
dengan kelemahan
- memonitor kelelahan fisik O:
fisik yang d.d lemas
(D.0056) mdan emosional - Pasien tampak lebih
- monitor pola dan jam tidur segar
- monitor lokasi dan - TD : 120/80 mmHg, N :
kenyamanan selama 85x/menit, RR : 20
melakukan aktivitas x/menit, S :36,5 0 C
edukasi : A: masalah teratasi
anjurkan tirah baring P : intervensi selesai
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Sdki) ((Cetakan Iii)


Led) Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Siki) ((Cetakan Ii)


Led). Jakarta DPP PPNI .

PPNI, T. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Slki) ((Cetakan II) Led).
Jakarta DPP PPNI .

Anda mungkin juga menyukai