OLEH:
JUWITA N. LAHER
211030230223
PEMBIMBING:
Telp (021)74716128
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESARE
A. Latar Belakang
Sectio Caesarea adalah janin dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada dinding
abdomen dan uterus. Prosedur ini diindikasi untuk beberapa kondisi yang
membahayakan kesehatan ibu atau bayi dan untuk penundaan persalinan atau
untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi (Marynani, 2016). Salah satu indikasi
dilakukan nya sectio caesarea adalah kehamilan lewat waktu (post date) karena dapat
menyebabkan gawat janin. Kehamilan post date merupakan salah satu penyebab angka
kematian ibu dan angka kematian bayi yang sering ditemukan. Kehamilan post date
disebut juga kehamilan post term, kehamilan serotinus, prolonged pregnancy atau
pescamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau 249 hari
atau lebih, di hitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagle dengan
Sectio caesarea bukan hal yang baru dikalangan masyarakat hal ini dibuktikan
dengan tingginya angka kejadian dalam tindakan sectio caesarea. Pada sectio caesarea
dengan indikasi post date jika tidak dilakukan dengan cepat akan berdampak buruk
pada keadaan bayi dan ibu bahkan hingga kematiaan bayi dengan dilakukannya section
sebagai salah satu cara menangani indikasi yang dapat menyulitkan ibu dan janin
(Marynani, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) angka persalinan dengan Sectio
Caesarea sekitar 10 - 15% dari semua proses persalian (WHO, 2015). Di Indonesia
angka persalinan dengan sectio caesarea mencapai 9,8%. Sedangan pada kehamilan
post date di Indonesia angka kejadian mencapai 10%, apabila batas waktu 42 minggu
antara 10,4% - 12% dan apabila batas waktu 43 minggu antara 3,4 - 4 %.
Kehamilan post date dapat disebabkan oleh diduganya ada factor dari hormonal
yaitu hormone progesterone yang merupakan komponen penting dalam memacu proses
Jika hormone ini masih terus berlangsung, maka tanda tanda persalinan pada kehamilan
belum akan muncul. Dan diduga tidak timbulnya his karena kurangnya air ketuban,
insufisiensi plasenta dan kerentanan akan stress pada ibu yang juga diduga berhubungan
dengan kehamilan lewat waktu. Faktor yang lain yaitu herediter, biasanya keluarga
tertentu memang sudah mempunyai riwayat pada kehamilan post date. Manifestasi
klinik pada kehamilan post date adalah terdapat gerakan janin yang kurang, berat bayi
lebih berat dari bayi normal, tulang dan sutura lebih keras dan rambut di kepala lebih
Sectio Caesarea adalah janin dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada dinding
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan atau cara melahirkan dengan buat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section caesarea juga dapat
didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Nurbaeti, 2012).
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk mealahirkan bayi dengan berat 500 gram,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawirohardjo, 2009).
Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
sedangkan sectio cesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen
bawah rahim. Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus
uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
• Kelebihan :
• Kekurangan :
(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik
(2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan 11
(3) Sectio caesarea ismika atau profundal (low cervical dengan insisi pada segmen
bawah rahim)
abdominal. Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah
• Kelebihan :
(3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
• Kekurangan :
(1) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri
Menurut Anggie (2012) sayaan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut :
B. Indikasi
Menurut Anggie (2012) ada lima faktor yang dianjurkan untuk dilakukannnya sectio
caesarea yaitu:
1. Faktor janin.
Berat bayi 4000-gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulitkeluar
dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi padaibu yang berbeda
berbeda.
2. Kelainan letak
A. Letak Sungsang.
tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasillewat jalan lahir.
B. Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul
sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan
ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut
menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin
C. Gawat Janin
yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air
ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak
keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio caesarea tidak dilakukan,
progresif.
D. Janin Abnormal
3. Plasenta
A. Plasenta Previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau
seluruh jalan lahir. Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari
terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR
B. Solusio Plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir.
air ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta
yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu
D. Yasa Previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah
janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan keadaan
Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit
atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar.
Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya
dilahirkan.
C. Bayi Kembar
misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang
berlebihan.
5. Faktor ibu
A. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko
B. Cephalopevic Disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin
sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
C. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga
umum yang kurang baik, anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intra-
uterin, sudah terdapat infeksi. Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk
kurang legeartis.
berikut:
Kontraindikasi merupakan suatu keadaan dimana Sectio Caesarea tidak layak atau pun tidk
boleh dilakukan, pada umumnya kontraindikasi Sectio Caesarea bilamana terdapat keadaan
6. Insisi Abdominal
D. Patofisiologi
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38 minggu dan kemudian fungsi plasenta
akan menurun setelah 42 minggu. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya kadar esterogen
dan laktogen plasenta. Selain itu dapat terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan
tumbuh kembang janin intra uterin.Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume
air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorbs. Kondisi ini bisa mengganggu janin
atau tidak baik untuk janin, dimana resiko kematian perinetal pada bayi postmaturcukup
2016)
1. Defenisi
bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Disproporsi
sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuai anantara kepala janin dan
panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Seringkali, diagnosis ini
dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu
dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis
of CPD account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah caesar di Amerika Utara
dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus berdampak masa depan
seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu hamil untuk
2. Etiologic
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang.
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak
dan lain-lain
satu anggota menyebabkan panggul sempit miring fraktura dari tulang panggul
1.Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit 2.Ukuran janin
yang terlalu besar atau yang paling sering menyebabkan CPD 3.Kedua hal di atas
3. Patofisiologi
itusendiri. yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan ukuranjanin yang
terlalu besar.
1. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke-36.
5. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-lain).
5. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radrologi
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochantermaya
samping
5. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepalajanin dan panggul
dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginan dengan selamat dapat
dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum
persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya
adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar
sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan
6. Komplikasi
tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi ibu dan
janin.
1. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecildapat
2. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat timbul
3. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada suatu
tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dantulang panggul. Hal
kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula
vesiko servikalis, atau fitula resiko vaginalis atau fistula rekto vaginalis.
infeksi intrapartum.
2. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagijanin
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala
janin tampa akibat yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila
batas – batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan
pendarahan intrakrahial.
1. Pengkajian
2. Identitas
Anamese adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.
Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu. Anamnesa mencakup
lingkungan dan tempat tinggal. Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap,
tempat tanggal lahir, agama, pendidikan yang rendah biasanya akan mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang kehamilan, ibu dengan pekerjaan yang beresiko lebih
pernikahan dan ibu sudah pernah mengalami post date maka akan berpotensi untuk
mengalami post date kembali, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat. Identitas penanggung
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Menstruasi
lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah cair atau menggumpal,
warna darah, dismenorea, dan untuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir
A. Kehamilan
mempengaruhi berapa lama usia kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa
tinggi fundus uteri, bagaimana keadaan janin, jika terjadi kegawatan pada janin
B. Persalinan
Untuk mengetahui proses persalinan spontan atau buatan, jika klien pernah
akan secara sectio caesarea juga, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada
C. Nifas
Untuk mengetahui perdarahan yang terus berlangsung pada nifas, jenis lochea, TFU
setinggi pusat atau 2 jari dibawah pusat (Tinggi Fundus Uteri), teraba keras atau
sectio caesarea, adanya nyeri tekan pada luka bekas operasi (Anna, 2013)
menimbulkan nyeri .
2. Quality: nyeri dirasakan klien setelah efek anastesi secara perlahan hilang, nyeri
akan timbul jika efek pemberian analgetika berakhir (4jam setelah pemberian) dan
akan hilang saat analgetika diberikan. Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung
3. Region: daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang terdapat pada
abdomen. Insisi pada sectio caesarea klasik di midline abdomen antara pusat dan
simpisis pubis, pada sectio caesarea transprovunda didaerah supra simpisis pubis
dengan luka insisi melintang. Area penyebaran nyeri dirasakan sampai bokong dan
terkadang adanya after pain (nyeri alihan) yang dirasakan klien sampai ke pinggang.
4. Severity Scale: Keparahan atau intensitas nyeri berkisar antara dari nyeri ringan
5. Timing: nyeri dirasakan setelah 6 - 12 jam post sectio caesarea, dan 1 - 3 hari
Klien pernah atau tidaknya mengalami penyakit menular seperti TBC dan penyakit
keturunan seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, asma dan penyakit
a) Integritas Ego
2014)
b) Pola Sensori
trauma bedah, distensi kandung kemih, efek efek anesthesia, nyeri tekan uterus
c) Pola Kognitif
Pemberian ASI dapat dimuali pada hari post operasi jika ibu baru mendapatkan
anak pertama biasanya ibu kurang mengetahui bagaimana cara menyusi dan
merawat payudaranya dan jika memutuskan tidak menysui maka dianjurkan untuk
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh, jalur parental bila
digunakan, paten dan insisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan (Arya, 2015)
e) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus. Aliran lokhea sedang (Arifin,
2014). Setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama tinggi fundus uteri 1 - 2jari
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
A. Inspeksi : Respirasi rate normal (16 sampai 24x/m), tidak ada retraksi otot bantu
nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak menggunakan alat bantu
nafas, pergerakan dinding dada sama, bentuk dada normal chest, susunan ruas
B. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada aera dada, tidak ada benjolan dan lesi, vocal
D. Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada suara tambahan seperti wheezing atau
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira kira 600 - 800ml, tidak
C. Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada bunyi
karena ibu merasakan nyeri pada luka operasinya, tidak ada nyeri kepala, tidak
A. Inspeksi : terdapat lokhea lubra, warna merah segar, terpasang kateter sering
terjadi adanya perasaan sering atau susah kencing sealama masa nifas yang
A. Inspeksi : Mulut bersih, mukosa lembab, nafsu makan meningkat karena dari
C. Perkusi : Biasanya timpani yang dominan karena adanya gas pada saluran
pencernaan
kelemahan akibat efek tindakan anastesi, terbatas pada aktifitas berat, cepat
lelah, terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae, dan papilla mamae, terdapat stiae atau linea, terdapat luka post operasi
sectio caesarea, tertutup kasa, luka kurang lebih 10cm, bersih tidak ada pus
b. Palpasi : Turgor kulit elasti, oedema pada ekstremitas bawah atau kaki, terdapat
a. Inspeksi :
i. Mata : Pupil isokor kanan atau kiri, reflek cahaya normal kanan atau
putih kanan atau kiri, palpebra normal kanan atau kiri, pergerakan
b) Palpasi : Tidak ada benjolan pada leher, pembesaran vena jugularis dan adanya
B. Analisa Data
Langkah awal dari perumusan keperawatan adalah pengolahan data dan analisa
data dengan menghubungkan data satu dengan data lainnya sehingga tergambar
fakta.
C. Diagnosa Keperawatan
iii. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat
D. Intervensi keperawatan
Kriteria hasil :
1) Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
2) Pasien mengatakan rasa nyaman dan melaporkaswq9an bahwa nyeri telah berkurang
3) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri dan menggunakan teknik non
• Nadi : 60 - 80x/menit
• RR : 16 - 24x/menit
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan luka pembedahan selama 2 x 24 jam
mengobservasi tanda tanda vital dengan melakukan ttv secara langsung, mengkaji tipe
dan sumber nyeri yang mempengaruhi klien, mengajarkan teknik non farmakologi
seperti teknik relaksasi berupa nafas dalam dan teknik disktraksi berupa pengalihan rasa
nyeri dengan membaca atau menonton tv, memberikan posisi yang nyaman berupa
F. Evaluasi
Evaluasi :
keperawatan
Peroral
meningkat Penurunan
Perubahan eliminasi
suplai O2 dan
urin
sirkulasi
Menyusui
tidak efektif
Resiko aspirasi
Resiko
aspirasi
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.kertacendekia.ac.id/media/299404-asuhan-keperawatan-pada-ibu-
dengan-diagn-a63ce349.pdf
TINJAUAN KASUS
Pengkajia diperoleh dari pasien ,keluarga dan catatan medis.di Rsia permata sarana
I. PENGKAJIAN
Ruang : Nifas
No. Rm : 198326
A. Identitas klien
Nama : Ny.A
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Nama : Tn. Y
Alamat :T
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Petani
D. Riwayat kesehatan
gram,panjang 48cm.
Klien mengatakan sebelumnya pernah di lakukan SC pada anak pertama 14 tahun yang
lalu dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat 3200gr dan panjang 48cm.Dan anak
kedua 8th yang lalu dengan jenis kelamin perempuan dengan berat 3500 gram dengan
panjang 49cm.
Keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan dan penyakit yang menular.
1. Riwayat Menstruasi
HPHT : lupa
HPL : (USG)
2. Riwayat Perkawinan
Lama perkawinan : 15th, usia menikah istri 23 thn. Perkawinan dg suami pertama, usia
3. Riwayat Kehamilan
1. Klien Periksa ANC di bidan 2x pada trimester I,2x pada trimester II dan 4x pada
trimester III.
2. Klien mendapat Vit C pada trimester I dan Fe pada Trimester II. Tidak ada
keluhan.
4. Riwayat Genikologi
normal.
7. Riwayat KB
F. Pengkajian Psikologis
- ADL dibantu.
a. Bounding
• Saat anak didekatkan pada ibu,ibu terlihat bahagia dan menyayangi anaknya.
b. Attachment
• Saat anak didekatkan pada ibu,anak tenang tidak menangis dan tidur pulas.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Klien sadar, GCS 15
2. Tanda Vital : TD = 140/80 mm
Rr = 20xmenit
S = 360 C
N = 87x/menit
3. Kepala :
- Muka :pucat.
4. Leher :
5. Dada
a. Paru :
Perkusi : resonan.
b. Jantung :
c. Payudara :
menghitam,ASI keluar.
Inspeksi : bentuk simetris, ada luka operasi melintang dengan panjang ± 10cm.
Perkusi : timpani
7. Genetalia
- Terdapat lochea rubbra berwarna merah dengan jumlah satu pembalut penuh.
8. Ektremitas
9. Integumen
10. Punggung
11. Perineum
12. Anus
I. Pemeriksaan penunjang
- USG
J. Therapy:
a. Infuse RL 20tpm
A. Analisa Data
N
Tgl/ o
Data Etiologi Problem
Jam d
k
1.
D Ds : klien mengatakan nyeri pada daerah Agen Nyeri akut
08.00 WIB operasi. pencedera fisik
Do : - pasien tampak meringis kesakitan
P: luka operasi D.0077
Q: Nyeri seperti ditusuk – tusuk.
R: Abdomen bawah
S:5
T: Menetap
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pe ncedera fisik yang d.d nyeri pada luka
operasi (D.0077)
2. deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelehaman fisik yang d.d tidak
Diagnosa
No Jm Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(PES)
1. Nyeri akut yang Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
08. berhubungan keperawatan 3 x 24 maka Obsevasi :
00 dengan pasca ekspektasi menurun dengan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
operasi kriteria hasil :
- Keluhan nyeri durasi,frekuensi,
menurun(5) kualitas,intensitas Nyeri
- Meringis menurun(5)
2. Identitas skala Nyeri
- Gelisa menurun (5)
(L.08066) 3. Identifikasi skala nyeri non verbal
Terapeutik :
1. Control lingkungan yang
memperlambat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi :
1. mengajarkan Teknik relaksasi
nafas dalam untuk memgurangi
rasa nyeri
(1.08238)
2. Deficit perawatan Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
diri keperawatan 3 x 24 maka
ekspektasi meningkat dengan - Identifikasi kebiasaan aktivitas
kriteria hasil : perawatan diri
- Kemampuan mandi
- Monitor tingkat kemandirian
meningkat (5)
- Kemampuan - Identifikasi kebutuhan alat bantu
mengenakkan pakaian kebersihan diri. Berpakain berhias
meningkat (5) dan makan
- Kemampuan makan
meningkat (5) Terapeutik :
L.11103
- Menyediakan keperluan mandi
- Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
Edukasi :
1.11348
. DK. 2 Observasi : S:
- klien mengatakan sudah mulai
deficit perawatan diri - mengidentifikasi kebiasaan
bisa melakukan perawatan diri
yang berhubungan aktivitas perawatan diri
seperti mandi dan ganti baju
dengan kelehaman - Memonitor tingkat O : klien tampak lebih segar
kemandirian TD : 110/70 mmhg, S : 36
fisik
- mengidentifikasi kebutuhan N :100x/m
alat bantu kebersihan diri. A : masalah teratasi Sebagian
Berpakain berhias dan makan P : Lanjutkan intervensi
Terapeutik :
- Menyediakan keperluan
mandi
- mendampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Edukasi :
1.11348