Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PELAYANAN

GERIATRI RS TMC

TASIKMALAYA
2018
DAFTAR ISI

BAB I. Pendahuluan ................................................................................... 1


BAB II. ............................................... 3
BAB III. .......................
BAB IV. ...............................................
BAB V. ...............................................
BAB VI. ...................................................................................
BAB VII. .......................................................................
BAB VIII. ...................................
BAB IX. .......................................................................
BAB X. ......................................................................
BAB XI. ..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di
Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia
pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun. Upaya peningkatan kesejahteraan pada
lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar
terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang
berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara
terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional
yang bekerja dalam tim terpadu geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pelayanan geriatri, perlu disusun
penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.
Rumah Sakit TMC sebagai salah satu Rumah Sakit Umum Swasta di
Tasikmalaya dalam mencapai visinya “Menjadi Rumah sakit rujukan di wilayah
Priangan Timur dengan pelayanan prima“, maka perlu mulai melaksanakan upaya untuk
terus menerus memantau dan meningkatkan mutu pelayanan klinik, khususnya dalam
pelayanan Geriatri. Oleh karena itu, RS TMC telah menyediakan pelayanan geriatri
dengan pendekatan holistik serta tata kerja secara tim yang sesuai perundang-undangan.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan geriatri yang bermutu sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi kedokteran secara efektif dan efisien agar tercapai pelayanan
kesehatan yang optimal, serta dapat dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui standar ketenagaan untuk menunjang pelayanan geriatri di RS TMC
b. Mengetahui standar fasilitas untuk menunjang pelayanan geriatri di RS TMC
c. Mengetahui tata laksana pelayanan geriatri di RS TMC
d. Mengetahui persediaan logistik untuk menunjang pelayanan geriatri di RS TMC
e. Mengetahui program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
berhubungan dengan pelayanan geriatri di RS TMC
f. Mengetahui program keselamatan kerja yang berhubungan dengan pelayanan
geriatri di RS TMC
C. RUANG LINGKUP
Jenis Pelayanan Geriatri RS TMC merupakan tingkat sederhana yang meliputi
rawat jalan dan kunjungan rumah. Tetapi RS TMC juga dapat melakukan rawat inap
pada pasien geriatri walaupun bukan di rawat inap khusus seperti rawat inap akut geriatri
tetapi di ruang rawat biasa.
Dalam penyelenggaraan pelayanan, peran Tim Terpadu Geriatri adalah memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna/ komprehensif terhadap pasien geriatri, berupa
penegakkan diagnosis medik dan fungsional (melalui suatu asesmen/pengkajian paripurna
pasien geriatri), pelayanan non-medikamentosa dan medikamentosa serta rehabilitasi,
termasuk pelayanan psikoterapi dan pelayanan sosial medik. Pelayanan medikamentosa pada
pasien geriatri bersifat menyeluruh, dengan memerhatikan aspek fisiologi dan nutrisi pasien.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas
2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan dan
kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia
dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
3. Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan
akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin yang
bekerja secara Interdisiplin.
4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
5. Hendaya (Handicap) adalah kondisi kemunduran seseorang akibat adanya
ketunaan/kelainan dan/atau ketidakmampuan yang membatasinya dalam memenuhi peran
sosialnya yang normal menurut umur, jenis kelamin serta faktor sosial, ekonomi dan
budaya.
6. Rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit ataupun cedera melalui paduan
intervensi medik, keterapian fisik, rehabilitatif, bio-psiko sosial dan edukasional untuk
mencapai kemampuan fungsional yang optimal.
7. Status Fungsional adalah kemampuan untuk mempertahankan kemandirian dan untuk
melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
8. Multidisiplin adalah berbagai disiplin atau bidang ilmu yang secara bersama-sama
menangani penderita dengan berorientasi pada ilmunya masing-masing.
9. Interdisiplin adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh berbagai disiplin/bidang
ilmu yang saling terkait dan bekerja sama dalam penanganan pasien yang berorientasi
pada kepentingan pasien.
10. Klinik Asuhan Siang (day care) adalah klinik rawat jalan yang memberikan pelayanan
rehabilitasi, kuratif, dan asuhan psikososial.
11. Hospice adalah pelayanan kepada pasien dengan penyakit terminal dalam bentuk
meringankan penderitaan pasien akibat penyakit (paliatif), pendampingan psikis dan
spiritual sehingga pasien dapat meninggal dengan tenang dan terhormat.
12. Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin
untuk menangani masalah kesehatan Lanjut Usia dengan prinsip tata kelola pelayanan
terpadu dan paripurna dengan mendekatkan pelayanan kepada pasien Lanjut Usia.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008


tentang Rekam Medis;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008


tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan kedokteran;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit;

8. Peraturan Komisaris PT. Jasamatra Karya Prima Nomor 1 Tahun 2010 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit TMC
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit terdiri atas tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Terpadu
Geriatri. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang
merangkap sebagai anggota, dan anggota. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh
Kepala/Direktur Rumah Sakit. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas: dokter spesialis
penyakit dalam konsultan Geriatri, untuk pelayanan Geriatri tingkat paripurna; atau
dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana, lengkap, dan
sempurna. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan pada
pelayanan Geriatri tingkat sederhana, lengkap, sempurna, dan paripurna.
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit
terdiri atas:
a. Dokter spesialis penyakit dalam
b. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
c. Dokter
d. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia
e. Apoteker
f. Tenaga gizi
g. Fisioterapis
h. Okupasi terapis
i. Tim PKRS RS TMC
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Semua anggota Tim Terpadu Geriatri mempunyai lokasi kerja di unit masing-
masing. Tetapi pada saat kegiatan rapat ataupun terdapat pelayanan geriatri, maka
anggota tersebut berlokasi di ruang Tim Terpadu Geriatri. Mereka bekerja sesuai tugas
dan fungsinya masing-masing.
C. PENGATURAN JAGA
Jam Kerja semua anggota Tim Terpadu Geriatri disesuaikan dengan jadwal pelayanan
geriatri di RS TMC. Tidak ada jadwal shift untuk tim Terpadu Geriatri RS TMC.
BAB III. STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Lokasi pelayanan Geriatri berdekatan dengan ruang perawatan dan ruang
Rehabilitasi Medik serta berdekatan dengan akses masuk Rumah Sakit. Bangunan
pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas:
1. Ruang pendaftaran/administrasi; dapat bergabung dengan ruang pendaftaran/
administrasi lain di Rumah Sakit.
2. Ruang tunggu;
3. Ruang periksa; dan
4. Ruang tim terpadu geriatri.
B. STANDAR FASILITAS
1. Persyaratan Bangunan
a. Kontruksi Bangunan
1) Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
2) Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan
kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu
90 cm dan pintu 30 cm.
3) Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan
tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin
stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
4) Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap
lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak
menyilaukan.
5) Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau
tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah
jatuh.
6) Langit- langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
7) Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang.
Khusus untuk dinding ruang latihan, sebaiknya dipilih warna yang bersifat
memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat
sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail).
8) Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk
mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik.
9) Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah kanan
dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan. Gagang
shower harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien dalam
posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar
mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta bantuan dan pintu
membuka keluar.
10) Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan
memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu
kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung
dan lingkungan.
11) Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau
alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat
berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.
12) Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk
menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
13) Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan
ruangan yang lain.
b. Kebutuhan Ruangan
1) Ruang pendaftaran administrasi
Ruangan ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk
penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan ruang tunggu,
sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
2) Ruang tunggu
Harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasien dari luar
ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.
3) Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas
dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari:
a) Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan
anamnesis;
b) Ruang periksa dokter/tim geriatri;
c) WC dan kamar mandi; dan
d) Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien
(family meeting).
4) Ruang tenaga staf dan ruang pertemuan, terdiri dari:
a) Ruang ketua tim;
b) Ruang anggota;
c) Ruang pertemuan untuk tim;
d) Ruang istirahat karyawan dan pantry; dan
e) Kamar kecil untuk karyawan.
2. Persyaratan Peralatan
Peralatan di Ruang Periksa yang terdiri dari:
a. Satu tempat tidur pasien
b. Satu set alat pemeriksaan fisik
c. Satu mesin EKG
d. Satu light Box
e. Satu timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
f. Instrumen penilaian kognitif, psikologi, dan psikiatri
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase apakah
tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan diteruskan ke dokter
spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong pasien geriatri (misalnya
memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri, gangguan kognitif- demensia,
jatuh–osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh
Tim Terpadu Geriatri.
Perencanaan tatalaksana pasien geriatri yang sesuai dengan jenis pelayanan tingkat
sederhana mempunyai alur pelayanan sebagai berikut:

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan inap
namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut geriatri maka dapat
dirawat di ruang rawat biasa.
Dalam penyelenggaraan pelayanan, peran Tim Terpadu Geriatri adalah memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna/ komprehensif terhadap pasien geriatri, berupa
penegakkan diagnosis medik dan fungsional (melalui suatu asesmen/pengkajian paripurna
pasien geriatri), pelayanan non-medikamentosa dan medikamentosa serta rehabilitasi,
termasuk pelayanan psikoterapi dan pelayanan sosial medik. Pelayanan medikamentosa pada
pasien geriatri bersifat menyeluruh, dengan memerhatikan aspek fisiologi dan nutrisi pasien.
Saat pasien masih dirawat, selain diberikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif, upaya
promotif dan preventif yang sesuai tetap diberikan. Setelah upaya pelayanan terapi
medikamentosa dan rehabilitasi di ruang rawat inap dilaksanakan, pelayanan dilanjutkan
dengan upaya pelayanan di klinik asuhan siang dan/atau poliklinik rawat jalan.
Pada pemulangan pasien, dibuatkan perencanaan pemulangan yang berisi kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah seperti terlihat dalam Formulir. Perencanaan pulang
dievaluasi dan akhirnya pasien dapat dipulangkan sepenuhnya ke masyarakat dan
mendapatkan pelayanan geriatri oleh masyarakat melalui pelayanan rujukan.
BAB V
LOGISTIK
5.1 Alat Tulis Kantor
No Barang Jumlah
1. Bolpoin standar warna tinta hitam 12 bungkus
2. Spidol Boardmarker 1 buah
3. Spidol Permanent 1 buah
4. Buku Registrasi 1 buah
5. Staples 1 buah
6. Isi Staples 5 bungkus
7 Penggaris 30 cm 1 buah
8. Clear Holder 5 buah
9. Whiteboard ukuran 90 cm x 120 cm 1 buah
10. Monitor + PC 1 buah
11. Printer 1 buah
5.2 Barang Cetakan
No Barang Jumlah
1. Lembar Konsultasi Medis 1 bendel
2. Surat Pengantar Rawat Inap 1 bendel
3. Formulir Permintaan Laboratorium 1 bendel
4. Formulir Permintaan Radiologi 1 bendel
5. Surat Keterangan dokter 1 bendel
6. Formulir Assesmen Geriatri 1 bendel
7. Lembar Resep 1 bendel
8. Formulir Permintaan Barang 1 bendel
9. Formulir Informed Consent tindakan 1 bendel
5.3 Mebeler
No Barang Jumlah
1. Tempat tidur pasien 1 buah
2. Meja 2 buah
3. Kursi 9 buah
4. Sofa 3 seat 1 buah
5. Sofa 1 seat 2 buah
6. Dispenser 1 buah
7. Rak Buku 2 buah
5.3 Alat Kesehatan
No Barang Jumlah
1. Tensimeter 1 buah
2. Termometer 1 buah
3. Saturasi mobile 1 buah
4. Timbangan badan dengan pengukur tinggi badan 1 buah
5. Light box 1 buah
6. Mesin EKG 1 buah

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah sistim yang sudah dijalankan dirumah sakit untuk
memberikan jaminan keselamatan paien sehingga kepercayaan pasien terhadap pelayan
Instalasi Rawat Inap meningkat.Keselamatan pasien termasuk asesmen
resiko,paien.Pelaporan setiap kali terjadi insident dianalisis dan ditindak lanjuti dengan
implementasi yang dapat berulangnya kembali insident tersebut sehingga dapat
meminimalkan resiko terhadap paien
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
tindakan pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak dilaksanakan
,Selain itu agar tercipta budaya keselamatan pasien,
C. Tata Laksana Pasien Secara Umum
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.
D. Tata Laksana Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap
a. Keselamatan pasien Instalasi Rawat Inap di RS TMC merupakan prioritas utama hal
ini terkait dengan kepercayaan pelanggan
b. Pemantapan mutu harian ; pelaksaanaan control harian dalam rangka untuk
mengontrol kelayakan reagensia maupun alat pemeriksaan
c. Pemantapan mutu Tahunan dan bulanan
d. Identifikasi pasien dengan peneng
e. Menuliskan asal pasien dilembar hasil pemeriksaan
f. Pembedaan pengambilan hasil dari rawat inap dengan rawat Jalan
E. Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut :
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
F. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit
1. Menetapkan instalasi kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1 – 2 th.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien).
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut di
atas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan
melakukan self assesment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.
G. Pengertian 6 Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Identifikasi pasien (Patient Identification) adalah prosedur pencatatan identitas diri
pasien yang masuk ke Rumah Sakit TMC, termasuk bayi yang baru lahir
b. Identifikasi pasien dewasa adalah pencatatan identifikasi diri pasien dan pemberian
tanda berupa gelang nama pada tangan yang memuat: nama pasien, nomor rekam
medis dan tanggal lahir
2. Peningkatan Komunikasi Efektif Antar Perawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya
Komunikasi verbal antar perawat dan staf yang terkait lainnya, yang mampu
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama dalam perawatan
di rumah sakit melalui pemberian informasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas
dan dipahami oleh penerima pesan
3. Peningkatan Keamanan Obat Dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert )
Obat High Alert adalah obat-obat yang secara signifikasi berisiko membahayakan
pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat.
4. Kepastian Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
Rumah sakit harus mempunyai metodologi identifikasi dan verifikasi pemberian
tanda pada lokasi operasi (Site Marking) berdasarkan diagnosis dan tepat pasien.
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Hand Hygiene)
a. Cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.
b. Cuci tangan antiseptik/prosedural adalah proses menghilangkan/ mematikan
mikroorganisme transient.
6. Pengurangan Risiko Pasien Cidera Akibat Jatuh
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau ke
tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istiharat maupun pada saat terbangun yang
disebabkan oleh berbagai kondisi penyakit stroke, epilepsi, kejang, penyakit kronis
lainnya atau karena terlalu banyak aktifitas atau akibat kelalaian perawat, pemberian
obat-obatan diuretik, laksatik, sedatif, psikotropik dan obat anti depresan

BAB VII KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja guna menjamin tercapainya budaya keselamatan kerja maka diatur
sebagai berikut kebijakan umum :
a. Kebijakan Umum
1) Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2) Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3) Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5) Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
6) Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
7) Setiap laporan harus selalu dibuat perbulan, triwulan, semester dan tahunan.
b. Kebijakan Khusus
1) Setiap karyawan wajib memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang diwajibkan.
2) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring
lingkungan kerja

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan indikator mutu pelayanan Geriatri di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya


meliputi:
a. Kesesuaian alur pelayanan geriatri
Profil Indikator
Judul Indikator Mutu Kesesuaian Alur Pelayanan Geriatri
Definisi Operasional Pasien geriatri yang masuk kriteria geriatri
mendapatkan pelayanan sesuai alur yang
telah ditentukan.
Tujuan Mengetahui kepatuhan petugas dalam
menangani pasien geriatri yang masuk
kriteria geriatri
Dimensi Mutu Kesinambungan
Alasan Pemilihan Indikator Dipersyaratkan oleh direktur
Numerator Jumlah pasien geriatri yang masuk kriteria
geriatri yang mendapatkan pelayanan
sesuai alur
Denumerator Jumlah total pasien geriatri yang masuk
kriteria geriatri yang masuk ke poli/ IGD
RS TMC
Formula Pengukuran Numerator dibagi denumerator x 100%
Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif
Cakupan Data (Total atau Sampel) Total
Frekuensi Pengumpulan Data Sebulan sekali
Frekuensi Analisis data 6 Bulan Sekali
Nilai Ambang/ Standar 100%
Metodologi Analisis Data Statistik : Bar Diagram
Interpretasi : Dibandingkan dengan trend,
dan RS Lain
Sumber data/ Area Monitoring Poliklinik/ buku registrasi pelayanan
geriatri
PJ Pengumpul Data Sekretaris Tim Terpadu Geriatri
Publikasi/ Diseminasi Data Internal

b. Jumlah home care selama satu bulan


Profil Indikator
Judul Indikator Mutu Jumlah home care pasien geriatri
Definisi Operasional Kunjungan yang dilakukan tim PKRS RS
TMC ke rumah pasien geriatri sesuai
kriteria yang telah ditetapkan.
Tujuan Mengetahui kepatuhan tim PKRS dalam
menjalankan tugasnya sebagai bagian dari
tim terpadu geriatri
Dimensi Mutu Fokus kepada pasien
Alasan Pemilihan Indikator Dipersyaratkan oleh direktur
Numerator Jumlah kunjungan tim PKRS ke rumah
pasien geriatri yang telah ditetapkan
Denumerator -
Formula Pengukuran -
Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif
Cakupan Data (Total atau Sampel) Total
Frekuensi Pengumpulan Data Sebulan sekali
Frekuensi Analisis data 6 Bulan Sekali
Nilai Ambang/ Standar > 5 kunjungan/ bulan
Metodologi Analisis Data Statistik : Bar Diagram
Interpretasi : Dibandingkan dengan trend,
dan RS Lain
Sumber data/ Area Monitoring Buku kegiatan tim PKRS
PJ Pengumpul Data Sekretaris Tim Terpadu Geriatri
Publikasi/ Diseminasi Data Internal

BAB IX PENUTUP

Pedoman pelayanan geriatri di rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan
bagi seluruh rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan Geriatri. Oleh karena itu setiap
unit di rumah sakit hendaknya dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam
pedoman ini dan dapat mengembangkanya sesuai dengan situasi.

Anda mungkin juga menyukai