Perilaku organisasi, dari Stephen Robbins, merupakan ilmu yang memeriksa individu,

gerombolan , dan struktur organisasi bersama dampaknya terhadap konduite yang terjadi
pada pada organisasi supaya bisa menaikkan efektivitas organisasi. Pada dasarnya, konduite
organisasi adalah bidang ilmu tersendiri yang tidak selaras menggunakan ilmu organisasi.
Ilmu konduite organisasi memperlajari faktor-faktor yang menghipnotis konduite individu
juga konduite gerombolan pada pada organisasi. (Sobirin, 2020)

Dalam menjalankan suatu organisasi, kepentingan pemilik dan anggota organisasi

wajib bisa dipenuhi menggunakan baik tanpa merugikan pihak mana pun. Jika ke 2 kubu
kepentingan nir bisa dipenuhi menggunakan berimbang, organisasi akan mengalami
kegagalan. Setiap organisasi mempunyai disparitas tujuan, nilai, budaya, aturan, dan norma.
Setiap individu pada organisasi pula tidak selaras, mulai menurut disparitas latar belakang,
karakteristik, hingga kepentingan yang tidak selaras pula. Akibatnya, mungkin saja terjadi
konduite yang nir sinkron menggunakan konduite yang dibutuhkan organisasi. Perilaku yang
dibutuhkan diklaim konduite disfungsional. Perilaku disfungsional perlu dikendalikan supaya
mengganggu jalannya organisasi.

Conrohnya Salah satu model tindakan mengendalikan konduite karyawan pada

sebuah perusahaan! pada batas-batas eksklusif bekerja sembari merokok sanggup
menurunkan kinerja (produktivitas karyawan) dan tentunya merugikan organisasi secara
keseluruhan. Organisasi seharusnya mengendalikan konduite yg demikian, tetapi melarang
karyawan merokok bukan pekerjaan yang sederhana lantaran karyawan jua memiliki hak-hak
asasi yg wajib dijunjung. Yang sebagai pertanyaan kini merupakan apakah merokok termasuk
hak asasi karyawan atau bukan. Oleh lantaran itu, mengendalikan konduite karyawan wajib
dilakukan secara hati-hati supaya ke 2 belah pihak nir merasa dilanggar hak-haknya.

Sumber : Sobirin, Achmad. 2020. Perilaku Organisasi ( EKMA4158 ).

Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.