Dosen Pembimbing :
1. Yocy Efrarianti, SST. M.Kes
2. Lilis Khalisah, STr.Keb. MKM
Dengan mengucap Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas laporan KDK I.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dan memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada Ibu
Yocy Efrarianti, SST, M.Kes dan Ibu Lilis Khalisah, STr.Keb. MKM serta Kepala
Ruangan dan CI Ruangan Anak RSUD H. Hanafie.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun,
maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran-saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan penulis sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan
laporan ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi
D-III Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................3
BAB II TEORI..............................................................................................4
2.1 Definisi Demam berdarah ..................................................................4
2.2 Model penularan Demam berdarah....................................................4
2.3 Gejala dan tanda demam berdarah......................................................5
2.4 Riwayat alamiah penyakit...................................................................6
2.5 Diagnosis demam berdarah.................................................................7
2.6 Pencegahan demam berdarah.............................................................8
2.7 Pengobatan demam berdarah..............................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................12
3.1 Identitas.............................................................................................12
3.2 Anamnesis.........................................................................................12
3.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................................12
3.4 Pemeriksaan penunjang....................................................................14
3.5 Terapi................................................................................................14
3.6 Tindakan yang saya lakukan.............................................................14
BAB IV PENUTUP.....................................................................................16
4.1 Kesimpulan`......................................................................................16
4.2 Saran.................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hingga tahun 2010, Indonesia masih menduduki peringkat atas untuk
jumlah kasus DBD di ASEAN yaitu 150.000 kasus (WHO dalam Divy dkk,
2018). Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD
di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal dunia.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak
100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia pada
tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya
kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan (Kemenkes RI, 2016).
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia dengan
jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan dari
tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus. Sedangkan perbandingan kasus
kematian pada tahun 2017 berjumlah 493 kasus jika dibandingkan tahun
2016 berjumlah 1.598 kasus, kasus ini mengalami penurunan hampir 3 kali
lipat.
Fakta menarik lainnya, provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di 3
(tiga) provinsi di Pulau Jawa, masing-masing Jawa Barat dengan total kasus
sebanyak 10.167 kasus, Jawa Timur sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah
7.400 kasus. Data tersebut tidak sebanding dengan jumlah kasus kematiannya
karena kasus kematian tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 105
kasus dan diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebanyak 92 kasus. Sedangkan
untuk jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku Utara dengan jumlah
37 kasus (Kemenkes RI, 2018).
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu mendeskripsikan pemberian asuhan secara
komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan
diagnose Demam berdarah..
2. Tujuan khusus
a) Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan demam berdarah.
b) Mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan Deamm berdarah.
c) Mendeskripsikan rencana pada pasien dengan Demam berdarah.
d) Mendeskripsikan implementasi pada pasien dengan melakukan evaluasi
pada pasien dengan Demam berdarah.
2
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis bagi penulis yaitu untuk memberikan deskripsi tentang
asuhan kepada klien dengan diangnosa DBD di Ruang Anak RSUD
H.Hanafie.
2. Manfaat praktik
Berhubungan dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada klien
dengan Diagnosa DBD sebagai berikut :
a) Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam melakukan pengkajian,
disamping itu meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan
menyusun penatalaksanaan Asuhan pada klien dengan DBD.
b) Bagi Klien dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada klien
dengan DBD.
c) Bagi Institusi Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan
sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada
mahasiswa.
3
BAB II
TEORI
4
Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan
cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian
besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk.
Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan
ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan kepada orang lain.
Selanjutnya pada waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka alat tusuk
nyamuk (probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah itu diisap,
terlebih dulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap
tidak membeku.
Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada
orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang
membawa virus dengue itu, akan terserang penyakit demam berdarah. Orang
yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan
terserang penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus itu.
Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup
terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat,
yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat
kekebalan tubuh yang dimilikinya (Tjokronegoro, 1999).
Ada 2 faktor tentang terjadinya manifestasi yang lebih berat itu yang
dikemukakan oleh pakar demam berdarah dunia.
1. Teori infeksi primer/teori virulensi : yaitu munculnya manifestasi itu
disebabkan karena adanya mutasi dari virus dengue menjadi lebih
virulen.
2. Teori infeksi sekunder : yaitu munculnya manifestasi berat bila terjadi
infeksi ulangan oleh virus dengue yang serotipenya berbeda dengan
infeksi sebelumnya (Tjokronegoro, 1999).
5
Demam berdarah dengue dapat berubah menjadi dengue shock syndrome
(DSS) dengan gejala seperti: kulit yang dingin, gelisah, denyut nadi cepat,
sempit dan lemah (Jaweria, 2016).
Menurut Widoyono (2011), tanda dan gejala DBD meliputi:
1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau buang
air besar darah-hitam
3) Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 µL),
hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita < 40)
4) Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).
6
lemah (< 20 mmHg), hipotensi dibandingkan nilai normal pada usia
tersebut, gelisah, kulit berkeringat dan dingin.
3. Tahap Pasca Patogenesis
Apabila pengobatan berhasil, maka penderita akan sembuh sempurna
tetapi apabila penyakit tidak ditangani dengan segera atau pengobatan
yang dilakukan tidak berhasil maka akan mengakibatkan kematian.
7
2.6 Pencegahan demam berdarah
1. Pencegahan Primordial
Saat ini, cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus
demam berdarah adalah dengan memberikan penyuluhan yang sangat
penting untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai bahaya nya
DBD. Menurut Kemenkes RI (2018), di Indonesia dikenal dengan istilah
3M Plus dalam pencegahan primer DBD yaitu :
a) Menguras, tempat penampungan air dan membersihkan secara berkala,
minimal seminggu sekali karena proses pematangan telur nyamuk
Aedes 3-4 hari dan menjadi larva di hari ke 5-7. Seperti, di bak mandi
dan kolam supaya mengurangi perkembangbiakan nyamuk.
b) Menutup, Tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda
menutupnya supaya nyamuk tidak bisa meletakkan telurnya kedalam
tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah sangat
menyukai air yang bening.
c) Mengubur, kuburlah barang-barang yang sudah tidak layak dipakai
yang dapat memungkinkan terjadinya genangan air.
d) Plus yang bisa dilakukan tergantung kreativitas Anda, misalnya :
1) Memelihara ikan cupang yang merupakan pemakan jentik nyamuk.
2) Menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat penampungan
air, setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu
1 gram abate/ 10 liter air. Tidak hanya abate, kita juga bisa
menambahkan zat lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan
air dengan takara 2,5 gram/ 100 liter air. Abate dan altosoid bisa
didapatkan di puskesmas, apotik atau toko bahan kimia.
3) Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau
elektrik.
4) Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk.
5) Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela/ventilasi untuk
mengurangi akses masuk nyamuk ke dalam rumah.
6) Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik
pakaian baru atau bekas di dalam rumah yang bias menjadi tempat
istirahat nyamuk.
7) Sangat dianjurkan untuk memasang kelambu di tempat tidur.
2. Pencegahan Primer
Beberapa bentuk pencegahan primer yaitu dengan pengendalian vektor
dan implementasi vaksin. Saat ini vaksin dengue sudah ditemukan, akan
tetapi belum ditetapkan sebagai imunisasi dasar lengkap oleh pemerintah
8
sehingga harganya masih belum terjangkau oleh masyarakat umum
(Susanto dkk, 2018).
3. Pencegahan Sekunder
Untuk demam berdarah yang parah, dilakukan pengobatan medik oleh
dokter atau perawat yang berpengalaman, pengobatan medik dapat
menurunkan angka kematian lebih dari 20% sampai 1%. Menjaga volume
cairan tubuh pasien adalah hal yang sangat kritikal untuk pasien dengan
demam berdarah yang aparah.
Diperlukan pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
dengan melaporkan kejadian kepada instansi kesehatan setempat,
mengisolasi atau waspada dengan menghindari penderita demam dari
gigitan nyamuk pada siang hari dengan memasang kasa pada ruang
perawatan penderita dengan menggunakan kelambu yang telah direndam
dalam insektisida, atau lakukan penyemprotan tempat pemukiman dengan
insektisida yang punya efek knock down terhadap nyamuk dewasa ataupun
dengan insektisida yang meninggalkan residu. Lakukan investigasi
terhadap kontak dan sumber infeksi : selidiki tempat tinggal penderita 2
minggu sebelum sakit.
4. Pencegahan Tersier
Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan
pencegahan primer dengan sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan
wabah DBD diperlukan bagi dinas kesehatan terkait.
9
Cara penanganan DBD menurut Depkes RI (2004) ada 2 macam, yaitu:
1) Penanganan Simtomatis : mengatasi keadaan sesuai keluhan dan gejala
klinis pasien. Pada fase demam pasien dianjurkan untuk : tirah baring,
selama masih demam, minum obat antipiretika (penurun demam) atau
kompres hangat apabila diperlukan, diberikan cairan dan elektrolit per
oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit
diberikan selama 2 (dua) hari.
2) Pengobatan Suportif : mengatasi kehilangan cairan plasma dan kekurangan
cairan. Pada saat suhu turun bisa saja merupakan tanda penyembuhan,
namun semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat
terjadi selama 2 hari, setelah suhu turun. Karena pada kasus DBD bisa jadi
hal ini merupakan tanda awal kegagalan sirkulasi (syok), sehingga tetap
perlu dimonitor suhu badan, jumlah trombosit dan kadar hematokrit,
selama perawatan. Penggantian volume plasma yang hilang, harus
diberikan dengan bijaksana, apabila terus muntah, demam tinggi, kondisi
dehidrasi dan curiga terjadi syok (presyok). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan
cairan glukosa 5% didalam larutan NaCL 0,45%. Jenis cairan sesuai
rekomendasi WHO, yakni: larutan Ringer Laktat (RL), ringer asetat (RA),
garam faali (GF), (golongan Kristaloid), dekstran 40, plasma, albumin
(golongan Koloid).
10
b) Pasien mungkin memerlukan jalur intravena sentral untuk volume
penggantian dan garis arteri untuk tekanan darah yang akurat
pemantauan dan tes darah yang sering.
c) Defisit volume intravaskular harus dikoreksi dengan cairan isotonik
seperti larutan Ringer lactat.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
12
5) Berat badannya : 11 kg
6) Tinggi badannya: 100cm
7) Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang diperhatikan
adalah : warna kulit tidak ada edema,tidak ada
tanda perdarahan, tidak ada luka luka parut
(sikatrik), tidak ada pelebaran pembuluh darah,
dan tidak ada hematoma pada kulit anak
8) Tidak ada kelenjar linfe dan kelenjar tiroid pada
anak
9) Tidak ada kelainan bawakan pada kepala pada
kepala anak
10) Muka
Wajahnya simetri, paralisis, jarak antara hidung
dan mulut, jembatan hidung, mandibula,
pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada
sinus. Tidak ada kelainan bawakan pada muka
anak
11) Mata
Ketajaman melihat, konjungtiva, kornea, dan
pupil normal tidak ada Strabismus dan efikandus
12) Hidung
Hidung bayi normal mempunyai dua lobang
yang semetris dan tidak bernafas melalui cuping
hidung
13) Mulut
Bibir anak semetris reflek rooting nya bagus,
tidak ada labioskizis dan tidak oraltrush pada anak
14) Telinga
Telinga anak semetris refleknya bagus daun
telinga lengkap dan tidak mengalami kelainan
15) Leher
Dileher anak tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan kelenjar linfe
16) Dada
Pergerakan napas bayi melalui dada semetris
17) Lengan dan tangan
Pada lengan dan tangan bayi bergerak aktif tidak
ada kelainan bawakan seperti pilindaktili dan
sindaktili.
18) Abdomen
di abdomen tidak ada luka memar atau pun
bercak mongol
19) Alat genetalia
Anak mempunyai penis yang panjang nya 3,5
cm testisnya sudah turun dan tidak mengalami
13
kelainan seperti efispadia atau hipospadia.
14
Tindakan yang saya lakukan:
Memantau suhu : 37,1˚C
3) Pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 16.00 WIB
Tindakan yang saya lakukan:
Memantau Suhu : 36,6˚C
Memberikan obat ambroxsol 2,5ml secara oral
15
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, dengan agent Aedes aegypti dengan lingkungan banyak genangan
atau penampungan air memungkinkan untuk berkembangbiaknya nyamuk.
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan imunisasi vaksin demam berdarah,
penyuluhan kesehatan, rutin melakukan “Gerakan 3 M” (Menguras, Menutup,
Mengubur) dan fogging. Virus dengue membutuhkan waktu berkisar selama
4-10 hari sampai timbulnya gejala, pasien yang sudah terinfeksi dengan virus
dengue dapat menularkan infeksi (selama 4-5 hari : maksimum 12 hari)
melalui nyamuk Aedes setelah gejala pertama mereka muncul. Oleh sebab
itu, jagalah kesehatan dan lingkungan dengan melakukan “Gerakan 3 M”
supaya terhindar dari penyakit DBD.
5.2 Saran
Penulis berharap masyarakat umum dapat mencegah terjadinya DBD
dengan cara mengonsumsi makanan sehat, olahraga teratur, selalu menjaga
kebersihan baik itu kebersihan lingkungan maupun personal hygene.
16