Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTEK KASUS

DEMAM BERDARAH RUANG ANAK


RSUD H. HANAFIE

Dosen Pembimbing :
1. Yocy Efrarianti, SST. M.Kes
2. Lilis Khalisah, STr.Keb. MKM

Disusun Oleh Kelompok II:


1. Siska Yuliani Safitri (19132100001)
2. Gebby Efrarianti (1913210003)
3. Nilam Kencana Sari (1913210007)

AKADEMI KEBIDANAN AMANAH MUARA BUNGO


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas laporan KDK I.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dan memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada Ibu
Yocy Efrarianti, SST, M.Kes dan Ibu Lilis Khalisah, STr.Keb. MKM serta Kepala
Ruangan dan CI Ruangan Anak RSUD H. Hanafie.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun,
maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran-saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan penulis sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan
laporan ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi
D-III Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo.

Muara Bungo, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................3
BAB II TEORI..............................................................................................4
2.1 Definisi Demam berdarah ..................................................................4
2.2 Model penularan Demam berdarah....................................................4
2.3 Gejala dan tanda demam berdarah......................................................5
2.4 Riwayat alamiah penyakit...................................................................6
2.5 Diagnosis demam berdarah.................................................................7
2.6 Pencegahan demam berdarah.............................................................8
2.7 Pengobatan demam berdarah..............................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................12
3.1 Identitas.............................................................................................12
3.2 Anamnesis.........................................................................................12
3.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................................12
3.4 Pemeriksaan penunjang....................................................................14
3.5 Terapi................................................................................................14
3.6 Tindakan yang saya lakukan.............................................................14
BAB IV PENUTUP.....................................................................................16
4.1 Kesimpulan`......................................................................................16
4.2 Saran.................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus Dengue ditemukan di daerah tropik dan sub tropik kebanyakan di
wilayah perkotaan dan pinggiran kota di dunia ini (Kemenkes RI, 2018).
Penyakit DBD pertama kali dikenal di Filipina pada tahun 1953. Sindromnya
secara etiologis berhubungan dengan virus dengue ketika serotipe 2, 3, dan 4
diisolasi dari pasien di Filipina pada tahun 1956, 2 tahun kemudian virus
dengue dari berbagai tipe diisolasi dari pasien selama epidemik di Bangkok,
Thailand. Selama tiga dekade berikutnya, demam berdarah ditemukan di
Kamboja, Cian, India, Indonesia, Masyarakat Republik Demokratis Lao,
Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Sri Lanka, Vietnam, dan beberapa
kelompok kepulauan Pasifik (WHO, 1999).
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD,
namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara,
diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Kasus di
seluruh Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta pada
2008 dan lebih dari 3,2 juta pada 2015 (berdasarkan data resmi yang
disampaikan oleh Negara Anggota WHO).
Baru-baru ini jumlah kasus yang dilaporkan terus meningkat. Pada 2015,
2,35 juta kasus demam berdarah dilaporkan di Amerika, di mana 10.200
kasus didiagnosis menderita demam berdarah parah yang menyebabkan 1.181
kematian. Pada tahun 2018, demam berdarah juga dilaporkan dari
Bangladesh, Kamboja, India, Myanmar, Malaysia, Pakistan, Filipina,
Thailand, dan Yaman. Diperkirakan 500.000 orang terkena demam berdarah
berat memerlukan rawat inap setiap tahun, dengan perkiraan 2,5% kasus
kematian setiap tahunnya.
Secara umum, terjadi penurunan kasus kematian sebesar 28% yang tercatat
antara 2010 dan 2016 dengan peningkatan yang signifikan dalam manajemen
kasus melalui peningkatan kapasitas di negara tersebut (WHO, 2018).
Sedangkan kasus DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya
pada tahun 1968 dengan jumlah kasus sebanyak 58 penduduk. Hingga pada
tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah provinsi dan kota yang endemis DBD,
dari dua provinsi dan dua kota menjadi 32 provinsi dan 382 kota dengan
jumlah kasus 158.912 penduduk (Kemenkes RI dalam Divy dkk, 2018).
Indonesia tahun 2013 mencatat Angka Insiden (AI) sebesar 45,85 per 100.000
penduduk atau 112.511 kasus, dan tahun 2014 bulan Januari-April tercatat AI
sebesar 5,17 per 100.000 penduduk atau 13.031 kasus.

1
Hingga tahun 2010, Indonesia masih menduduki peringkat atas untuk
jumlah kasus DBD di ASEAN yaitu 150.000 kasus (WHO dalam Divy dkk,
2018). Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD
di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal dunia.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak
100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia pada
tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya
kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan (Kemenkes RI, 2016).
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia dengan
jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan dari
tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus. Sedangkan perbandingan kasus
kematian pada tahun 2017 berjumlah 493 kasus jika dibandingkan tahun
2016 berjumlah 1.598 kasus, kasus ini mengalami penurunan hampir 3 kali
lipat.
Fakta menarik lainnya, provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di 3
(tiga) provinsi di Pulau Jawa, masing-masing Jawa Barat dengan total kasus
sebanyak 10.167 kasus, Jawa Timur sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah
7.400 kasus. Data tersebut tidak sebanding dengan jumlah kasus kematiannya
karena kasus kematian tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 105
kasus dan diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebanyak 92 kasus. Sedangkan
untuk jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku Utara dengan jumlah
37 kasus (Kemenkes RI, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Laporan ini adalah “Bagaimana Asuhan yang diberikan pada klien
dengan diagnosaa Demam Berdarah di Ruang Anak RSUD H. Hanafie ”.

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu mendeskripsikan pemberian asuhan secara
komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan
diagnose Demam berdarah..
2. Tujuan khusus
a) Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan demam berdarah.
b) Mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan Deamm berdarah.
c) Mendeskripsikan rencana pada pasien dengan Demam berdarah.
d) Mendeskripsikan implementasi pada pasien dengan melakukan evaluasi
pada pasien dengan Demam berdarah.

2
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis bagi penulis yaitu untuk memberikan deskripsi tentang
asuhan kepada klien dengan diangnosa DBD di Ruang Anak RSUD
H.Hanafie.
2. Manfaat praktik
Berhubungan dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada klien
dengan Diagnosa DBD sebagai berikut :
a) Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam melakukan pengkajian,
disamping itu meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan
menyusun penatalaksanaan Asuhan pada klien dengan DBD.
b) Bagi Klien dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada klien
dengan DBD.
c) Bagi Institusi Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan
sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada
mahasiswa.

3
BAB II
TEORI

2.1 Definisi Demam berdarah


Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
Dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti
adalah vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak
ditemukan. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah
orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di
dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitannya
(Najmah, 2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang dapat
berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat dan menyerang semua umur
baik anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengue
(Hastuti, 2008).
Demam berdarah (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang
disebabkan oleh virus dengue yang dapat menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga
mengakibatkan perdarahan yang dapat menimbulkan kematian
(Misnadiarly,2009).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit
DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok
umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

2.2 Model penularan demam berdarah


Penyakit DBD dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa
atau wabah. Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus
dengue.
Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu
jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang
digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang
diisapnya.

4
Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan
cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian
besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk.
Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan
ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan kepada orang lain.
Selanjutnya pada waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka alat tusuk
nyamuk (probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah itu diisap,
terlebih dulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap
tidak membeku.
Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada
orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang
membawa virus dengue itu, akan terserang penyakit demam berdarah. Orang
yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan
terserang penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus itu.
Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup
terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat,
yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat
kekebalan tubuh yang dimilikinya (Tjokronegoro, 1999).
Ada 2 faktor tentang terjadinya manifestasi yang lebih berat itu yang
dikemukakan oleh pakar demam berdarah dunia.
1. Teori infeksi primer/teori virulensi : yaitu munculnya manifestasi itu
disebabkan karena adanya mutasi dari virus dengue menjadi lebih
virulen.
2. Teori infeksi sekunder : yaitu munculnya manifestasi berat bila terjadi
infeksi ulangan oleh virus dengue yang serotipenya berbeda dengan
infeksi sebelumnya (Tjokronegoro, 1999).

2.3 Gejala dan tanda Deamam Berdarah


Pada kasus DBD terjadi demam tinggi berlangsung selama 3 hingga 14
hari. Gejala lain dari demam berdarah adalah: Nyeri retro-orbital (pada bagian
belakang mata), sakit kepala pada bagian depan , nyeri otot, Rash (bintik
merah pada kulit), sel darah putih rendah, pendarahan, dan dehidrasi
(Kesehatan dan Layanan dalam Jaweria, 2016).
Dalam sebagian besar kasus, infeksi dengue tidak menunjukkan gejala,
terlebih pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit. Jika
pasien tidak mendapatkan perawatan tepat waktu maka penyakit dapat
bertambah parah. Tanda-tanda yang muncul pada kondisi ini meliputi:
muntah yang persisten, sakit perut akut, perubahan suhu tubuh, dan iritabilitas
(Hyattsville dalam Jaweria, 2016).

5
Demam berdarah dengue dapat berubah menjadi dengue shock syndrome
(DSS) dengan gejala seperti: kulit yang dingin, gelisah, denyut nadi cepat,
sempit dan lemah (Jaweria, 2016).
Menurut Widoyono (2011), tanda dan gejala DBD meliputi:
1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau buang
air besar darah-hitam
3) Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 µL),
hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita < 40)
4) Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

2.4 Riwayat alamiah penyakit


1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini terjadi interaksi antara pejamu (Host) dan agen nyamuk
Aedes aegypti yang telah terinfeksi oleh virus dengue. Jika imunitas
pejamu sedang lemah, seperti mengalami kurang gizi dan keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan maka virus dengue yang telah
menginfeksi nyamuk Aedes aegypti akan melanjutkan riwayat alamiahnya
yakni ke tahap Patogenesis (Najmah, 2016).
2. Tahap Patogenesis
Masa inkubasi virus dengue berkisar selama 4-10 hari (biasanya 4-7
hari), nyamuk yang terinfeksi mampu menularkan virus selama sisa
hidupnya. Manusia yang terinfeksi adalah pembawa utama dan pengganda
virus, melayani sebagai sumber virus nyamuk yang tidak terinfeksi. Pasien
yang sudah terinfeksi dengan virus dengue dapat menularkan infeksi
(selama 4-5 hari, maksimum 12 hari) melalui nyamuk Aedes setelah gejala
pertama mereka muncul (Najmah, 2016).
Klasifikasi WHO tradisional pada tahun 1997 diklarifikasikan sebagai
berikut :
a) Demam berdarah dengue adalah demam yang berlangsung dari 2-7 hari,
bukti hemoragik manifestasi atau tes tourniquet positif, trombositopenia
(<100,000 sel per mm3), bukti kebocoran plasma yang ditunjukkan oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit >20% di atas rata-rata untuk
usia atau penurunan hematokrit >20% dari awal mengikuti terapi
pengganti cairan), atau efusi pleura, asites atau hypoproteinemia.
b) Sindrom Dengue Lanjut pada tahap shock (Dengue Shock Sindrome
(DSS) adalah penderita DHF yang lebih berat ditambah dengan adanya
tanda-tanda renjatan: denyut nadi lebih lemah dan cepat, tekanan nadi

6
lemah (< 20 mmHg), hipotensi dibandingkan nilai normal pada usia
tersebut, gelisah, kulit berkeringat dan dingin.
3. Tahap Pasca Patogenesis
Apabila pengobatan berhasil, maka penderita akan sembuh sempurna
tetapi apabila penyakit tidak ditangani dengan segera atau pengobatan
yang dilakukan tidak berhasil maka akan mengakibatkan kematian.

2.5 Diagnosa Demam berdarah


Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997 teridir dari kriteria klinis dan laboratorium
a) Kriteria klinis
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-
menerus selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan, jenis perdarahan yang terbanyak
adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet (uji Rumple Leede = uji
bendung) positif, petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan
konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan yang sering
ditemukan. Perdarahan lain yaitu epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan melena. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang
ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya terjadi
menyertai syok. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan
subkonjungtiva atau hematuri. Uji tourniquet dinyatakan positif jika
terdapat 10-20 atau lebih petekie dalam diameter 2,8 cm (1 inci persegi)
di lengan bawah bagian depan (volar) dan pada lipatan siku (fossa
cubiti).
3. Pembesaran hati (hepatomegali)
4. Syok (renjatan), ditandai denyut nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin kulit lembab, dan
gelisah.
b) Kriteria laboratorium
1. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 % atau
lebih menurut standar umum dan jenis kelamin.
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi (atau peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan
diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan/atau hipoalbuminemia dapat
memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemi dan/atau terjadi
perdarahan. Pada kasus syok, adanya peningkatan hematokrit dan adanya
trombositopenia mendukung diagnosis DBD (Tjokronegoro,1999)..

7
2.6 Pencegahan demam berdarah
1. Pencegahan Primordial
Saat ini, cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus
demam berdarah adalah dengan memberikan penyuluhan yang sangat
penting untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai bahaya nya
DBD. Menurut Kemenkes RI (2018), di Indonesia dikenal dengan istilah
3M Plus dalam pencegahan primer DBD yaitu :
a) Menguras, tempat penampungan air dan membersihkan secara berkala,
minimal seminggu sekali karena proses pematangan telur nyamuk
Aedes 3-4 hari dan menjadi larva di hari ke 5-7. Seperti, di bak mandi
dan kolam supaya mengurangi perkembangbiakan nyamuk.
b) Menutup, Tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda
menutupnya supaya nyamuk tidak bisa meletakkan telurnya kedalam
tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah sangat
menyukai air yang bening.
c) Mengubur, kuburlah barang-barang yang sudah tidak layak dipakai
yang dapat memungkinkan terjadinya genangan air.
d) Plus yang bisa dilakukan tergantung kreativitas Anda, misalnya :
1) Memelihara ikan cupang yang merupakan pemakan jentik nyamuk.
2) Menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat penampungan
air, setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu
1 gram abate/ 10 liter air. Tidak hanya abate, kita juga bisa
menambahkan zat lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan
air dengan takara 2,5 gram/ 100 liter air. Abate dan altosoid bisa
didapatkan di puskesmas, apotik atau toko bahan kimia.
3) Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau
elektrik.
4) Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk.
5) Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela/ventilasi untuk
mengurangi akses masuk nyamuk ke dalam rumah.
6) Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik
pakaian baru atau bekas di dalam rumah yang bias menjadi tempat
istirahat nyamuk.
7) Sangat dianjurkan untuk memasang kelambu di tempat tidur.
2. Pencegahan Primer
Beberapa bentuk pencegahan primer yaitu dengan pengendalian vektor
dan implementasi vaksin. Saat ini vaksin dengue sudah ditemukan, akan
tetapi belum ditetapkan sebagai imunisasi dasar lengkap oleh pemerintah

8
sehingga harganya masih belum terjangkau oleh masyarakat umum
(Susanto dkk, 2018).

3. Pencegahan Sekunder
Untuk demam berdarah yang parah, dilakukan pengobatan medik oleh
dokter atau perawat yang berpengalaman, pengobatan medik dapat
menurunkan angka kematian lebih dari 20% sampai 1%. Menjaga volume
cairan tubuh pasien adalah hal yang sangat kritikal untuk pasien dengan
demam berdarah yang aparah.
Diperlukan pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
dengan melaporkan kejadian kepada instansi kesehatan setempat,
mengisolasi atau waspada dengan menghindari penderita demam dari
gigitan nyamuk pada siang hari dengan memasang kasa pada ruang
perawatan penderita dengan menggunakan kelambu yang telah direndam
dalam insektisida, atau lakukan penyemprotan tempat pemukiman dengan
insektisida yang punya efek knock down terhadap nyamuk dewasa ataupun
dengan insektisida yang meninggalkan residu. Lakukan investigasi
terhadap kontak dan sumber infeksi : selidiki tempat tinggal penderita 2
minggu sebelum sakit.

4. Pencegahan Tersier
Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan
pencegahan primer dengan sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan
wabah DBD diperlukan bagi dinas kesehatan terkait.

2.7 Pengobatan demam berdarah


Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh
dengan sendirinya. Tidak ada pengobatan antivirus khusus saat ini tersedia
untuk demam berdarah demam. Perawatan pendukung dengan cukup
memberikan analgesik, penggantian cairan, dan istirahat yang cukup. Saat ini
belum ditemukan obat yang benar-benar bermanfaat untuk mengobati demam
berdarah dan hubungannya maupun komplikasi.
Namun, Acetaminophen dapat digunakan untuk mengobati demam dan
meringankan gejala lainnya. Aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
dan kortikosteroid seharusnya dihindari. Penatalaksanaan demam berdarah
yang parah membutuhkan perhatian pada pengaturan cairan dan perawatan
pendarahan. Metilprednisolon dosis tunggal menunjukkan tidak ada manfaat
mortalitas dalam pengobatan syok dengue sindrom pada calon, acak, double-
blind, uji coba terkontrol placebo (Pooja dkk, 2014).

9
Cara penanganan DBD menurut Depkes RI (2004) ada 2 macam, yaitu:
1) Penanganan Simtomatis : mengatasi keadaan sesuai keluhan dan gejala
klinis pasien. Pada fase demam pasien dianjurkan untuk : tirah baring,
selama masih demam, minum obat antipiretika (penurun demam) atau
kompres hangat apabila diperlukan, diberikan cairan dan elektrolit per
oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit
diberikan selama 2 (dua) hari.
2) Pengobatan Suportif : mengatasi kehilangan cairan plasma dan kekurangan
cairan. Pada saat suhu turun bisa saja merupakan tanda penyembuhan,
namun semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat
terjadi selama 2 hari, setelah suhu turun. Karena pada kasus DBD bisa jadi
hal ini merupakan tanda awal kegagalan sirkulasi (syok), sehingga tetap
perlu dimonitor suhu badan, jumlah trombosit dan kadar hematokrit,
selama perawatan. Penggantian volume plasma yang hilang, harus
diberikan dengan bijaksana, apabila terus muntah, demam tinggi, kondisi
dehidrasi dan curiga terjadi syok (presyok). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan
cairan glukosa 5% didalam larutan NaCL 0,45%. Jenis cairan sesuai
rekomendasi WHO, yakni: larutan Ringer Laktat (RL), ringer asetat (RA),
garam faali (GF), (golongan Kristaloid), dekstran 40, plasma, albumin
(golongan Koloid).

Beberapa tindakan menurut Pooja (2016) dapat diambil sebagai perawatan


pendukung demam berdarah. Mereka dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori:
1. Untuk terduga (suspek) demam berdarah:
a) Pasien dengan dehidrasi sedang yang disebabkan oleh demam tinggi
dan muntah direkomendasikan terapi rehidrasi oral.
b) Harus memiliki jumlah trombosit dan hematokrit diukur setiap hari dari
hari ketiga sakit hingga 1-2 hari setelah suhu badan menjadi normal.
c) Pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi dan peningkatan kadar
hematokrit atau penurunan jumlah trombosit telah mengganti defisit
volume intravaskular di bawah tutup observasi
2. Untuk demam berdarah parah:
a) Demam berdarah yang parah membutuhkan perhatian lebih terhadap
pengaturan cairan dan pengobatan perdarahan secara proaktif. Masuk
ke unit perawatan intensif untuk pasien yang terindikasi sindrom syok
dengue.

10
b) Pasien mungkin memerlukan jalur intravena sentral untuk volume
penggantian dan garis arteri untuk tekanan darah yang akurat
pemantauan dan tes darah yang sering.
c) Defisit volume intravaskular harus dikoreksi dengan cairan isotonik
seperti larutan Ringer lactat.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal :Rabu, 24 juni 2021


Ruangan :Anak
Diagnosa
Demam Berdarah Dengue (DBD)
1 Identitas a. Identitas pasien
Nama bayi: anak Ny”N”
Umur: 3 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Diagnose: demam berdarah
Masuk dirawat: 21 juni 2021 (22.00 wib)

b. Identitas penanggung jawab ibu/suami


Nama: Ny “N”
Umur: 31 tahun
Suku/bangsa: Melayu/Indonesia
Agama:Islam
Pekerjaan: IRT
Alamat: Tebing Tinggi

2 Anamnesa Ny.N mengatakan bahwa anaknya sudah demam


selama 4hari dan badan nya lemas.
3 Pemeriksaan a. Pemeriksaan fisik
fisik Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum: Lemas
Kesadaran: Composmentis
Tanda Vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah sistol pada anak 80-110 mmHg
dan tekanan diastol normal 50-80mmHg
2) Nadi
Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadi (N: 60-
100 x/menit), irama, isi/kualitas nadi dan ekualitas
(perabaan nadi pada keempat ekstrimitas nadinya
106x/menit
3) Nafas
Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman
dan pola pernafasan 50x/menit
4) Suhu
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan
cara meletakkan thermometer ke aksila anak
tunggu hasil 3- 5 menit. Suhunya 37,4˚c

12
5) Berat badannya : 11 kg
6) Tinggi badannya: 100cm
7) Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang diperhatikan
adalah : warna kulit tidak ada edema,tidak ada
tanda perdarahan, tidak ada luka luka parut
(sikatrik), tidak ada pelebaran pembuluh darah,
dan tidak ada hematoma pada kulit anak
8) Tidak ada kelenjar linfe dan kelenjar tiroid pada
anak
9) Tidak ada kelainan bawakan pada kepala pada
kepala anak
10) Muka
Wajahnya simetri, paralisis, jarak antara hidung
dan mulut, jembatan hidung, mandibula,
pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada
sinus. Tidak ada kelainan bawakan pada muka
anak
11) Mata
Ketajaman melihat, konjungtiva, kornea, dan
pupil normal tidak ada Strabismus dan efikandus
12) Hidung
Hidung bayi normal mempunyai dua lobang
yang semetris dan tidak bernafas melalui cuping
hidung
13) Mulut
Bibir anak semetris reflek rooting nya bagus,
tidak ada labioskizis dan tidak oraltrush pada anak
14) Telinga
Telinga anak semetris refleknya bagus daun
telinga lengkap dan tidak mengalami kelainan
15) Leher
Dileher anak tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan kelenjar linfe
16) Dada
Pergerakan napas bayi melalui dada semetris
17) Lengan dan tangan
Pada lengan dan tangan bayi bergerak aktif tidak
ada kelainan bawakan seperti pilindaktili dan
sindaktili.
18) Abdomen
di abdomen tidak ada luka memar atau pun
bercak mongol
19) Alat genetalia
Anak mempunyai penis yang panjang nya 3,5
cm testisnya sudah turun dan tidak mengalami

13
kelainan seperti efispadia atau hipospadia.

20) Tungkai dan kaki


Tungkai dan kaki anak bergerak aktif tidak
terdapat kelainan seperti pilindaktili atau
sindaktili.
21) Punggung bayi
Punggung anak normal.
22) Anus
Lobang anus anak ada atau anak tidak
mengalami atresia ani.

4 Pemeriksaan a) Hb : 12,8 gr%


penunjang b) Trombosit : 37.000 sel/mm2
c) Leukosit : 10.100 sel/mm2
5 Terapi Terapi yang akan diberikan :
a. Infus(RL)
Cairan ini digunakan pada pasien dewasa atau
anak-anak sebagai sumber eloktrolit dan air.biasaya
cairan ini di berika kepada penderita dehidrasi yang
mengalami gangguan elektrolt di dalam tubuh dan
pada kasus arumni, seseorang yang mengalami
demam berdarah harus banyak mendapatkan cairan
agar dapat menghindari terjadinya dehidrasi yang
dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma
darah.
b. Ambroxol
Obat ini digunakan untuk mengatasi batuk
berdahak atau mengencerkan dahak.
c. Paracetamol
Obat ini digunakan untuk mengatasi demam pada
anak diberikan sebanyak 10cc.
d. Domperidone
Obat ini digunakan untuk meredakan mual dan
muntah.
6 Tindakan yang 1) Pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 06.00 WIB
saya lakukan Tindakan yang saya lakukan:
a) Memantau TTV
Suhu : 36,8˚C
Nadi : 140x/i
SPO2 : 92%
Rr : 25x/i
b) Menganti cairan infus RL 20tetes

2) Pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 11.30 WIB

14
Tindakan yang saya lakukan:
Memantau suhu : 37,1˚C
3) Pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 16.00 WIB
Tindakan yang saya lakukan:
Memantau Suhu : 36,6˚C
Memberikan obat ambroxsol 2,5ml secara oral

4) Pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 06.30WIB


Tindakan yang saya lakukan:
Memantau suhu: 34,4˚C
Memberikan obat ambroxsol 2,5ml secara oral

5) Pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 11.30 WIB


Tindakan yang saya lakukan:
Memberikan obat ambroxsol 2,5ml secara oral

6) Pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 06.00WIB


Tindakan yang saya lakukan:
Memantau suhu: 34,4˚C
Tekanan darah 110/70mmHg
Nadi : 100x/i
RR : 30x/i
Memberikan obat ambroxsol 2,5ml secara oral

15
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, dengan agent Aedes aegypti dengan lingkungan banyak genangan
atau penampungan air memungkinkan untuk berkembangbiaknya nyamuk.
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan imunisasi vaksin demam berdarah,
penyuluhan kesehatan, rutin melakukan “Gerakan 3 M” (Menguras, Menutup,
Mengubur) dan fogging. Virus dengue membutuhkan waktu berkisar selama
4-10 hari sampai timbulnya gejala, pasien yang sudah terinfeksi dengan virus
dengue dapat menularkan infeksi (selama 4-5 hari : maksimum 12 hari)
melalui nyamuk Aedes setelah gejala pertama mereka muncul. Oleh sebab
itu, jagalah kesehatan dan lingkungan dengan melakukan “Gerakan 3 M”
supaya terhindar dari penyakit DBD.

5.2 Saran
Penulis berharap masyarakat umum dapat mencegah terjadinya DBD
dengan cara mengonsumsi makanan sehat, olahraga teratur, selalu menjaga
kebersihan baik itu kebersihan lingkungan maupun personal hygene.

16

Anda mungkin juga menyukai