Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS ANEMIA

PADA NY. S DI RUANGAN INTERNE WANITA (IW)

RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

IIN RAHYUNI, S. Kep

NIM : 02104005

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

( Ns. Ira Sri Budiarti, M. Kep ) ( Ns. Rika Syafitri, M. Kep )

Pembimbing Klinik

(Ns. Novalinda Dewi, S. Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES YPAK PADANG
2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA APLASTIK

A. DEFINISI
Anemia aplastik merupakan anemia normokromik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang sedemikian sehingga sel darah yang
mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai dengan pansitopenia pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam
bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan
sumsum tulang.

B. ETIOLOGI
Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik
dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor
yang di duga dapat memicu terjadinya penyakit anemia aplastik ini. Faktor-
faktor penyebab yang dimaksud antara lain :
1. Faktor kongenital (genetik)
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
2. Zat Kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis
obat berlebihan. Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia
aplastik misalnya benzen, arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia
tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara kontak kulit) pada
seseorang.
3. Obat-obatan
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia
aplastik. America edical Association juga telah membuat daftar obat-obat
yang dapat menimbulkan anemia aplastik. Obat-obat yang dimaksud antara
lain Azathioprine, Karbamazepine, Kloramfenikol, Ethosuksimide,
Indomethasin, Imunoglobulin limfosit, Penisilamine, Probenesid,
Quinacrine, Obat-obat sulfonamide, Sulfonilurea, Obat-obat thiazide,
Trimethadione.
4. Radiasi
Radiasi dianggap penyebab enemia aplastik karena dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel induk atau lingkungan sel induk. Contoh
radiasi yang dimaksud adalah pajanan sinar X yang berlebihan, paparan
oleh radiasi berenergi tinggi ataupun sedang yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang akut dan kronis sehingga terjadi
anemia aplastik.
5. Kelainan Imunologik
Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat
menyebabkan anemia aplastik.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Pucat
2. Kelelahan
3. Dispnea
4. Jantung berdebar
5. pusing
6. Lemah
7. Demam
8. Purpura
9. Perdarahan
10. Nafsu makan berkurang
11. Sesak napas
12. Mudah memar
13. Penglihatan kabur
14. Epistaksis

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab anemia aplastik adalah faktor kongenital, faktor didapat antara
lain: bahan kimia, obat, radiasi, imunologik. Apabila pajanan dilanjutkan
setelah tanda hipoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan
berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan ireversibel.
Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, prekusor granulosit, eritrosit dan
trombosit, akibatnya terjadi pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah (anemia) ditandai dengan menurunnya tingkat
hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah (Hemoglobin)
menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang dikirimkan ke jaringan,
biasanyaditandai dengan kelemahan, kelelahan, dispnea, takikardia, ekstremitas
dingin dan pucat. Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau
menurunnya jumlah sel darah putih (leukosit) kurang dari 4500-10000/mm,
penurunan sel darah putih ini akan menyebabkan agranulositosis dan akhirnya
menekan respon inflamasi. Respon inflamasi yang tertekan akan menyebabkan
infeksi dan penurunan system imunitas fisis mekanik dimana dapat menyerang
pada selaput lendir, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya
yang terkena maka akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta
faring, sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan
penurunan masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu tromositopenia,
trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3.
akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epistaksis, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan perdarahan saluran cerna. Gejala
dari perdarahan saluran cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare
dan stomatitis (sariawan pada lidah dan mulut) perdarahan saluran cerna dapat
menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan akibat trombositopenia
mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun.
WOC ANEMIA APLASTIK

Bahan kimia & Bahan Penyakit infeksi


obat-obatan toksik

Depresi sumsum Aplasia sumsum tulang


tulang

Kerusakan mikro Anemia Aplastik


sumsum tulang

anoreksia Lemah pengisian

Ketidak Intoleransi Gg. Perfusi


seimbangan aktivitas Jaringan
nutrisi dari
kebutuhan
tubuh

Perdarahan pada Granulositopeni


mukosa

Resiko infeksi

Kerusakan
integritas kulit
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi sebagai dampak dari pemeriksaan
diagnostik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Gagal jantung akibat anemia berat.
2. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain itu terkena.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah lengkap disertai diferensial anemia makrositik,
penurunan granulosit, monosit, limfosit. Gambaran darah tepi:
menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relative.
2. Uji kerusakan kromosom positif untuk anemia fanconi.
3. Biopsi sum-sum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sum-sum
normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel
stem, prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi
pansitopenia (defisiensi semua elemen sel darah).

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Terapi Kausal : Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen
penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab
yang tidak diketahui. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan karena
etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
b. Terapi Suportif : Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan
yang timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk terapinya sebagai
berikut, :
1) Untuk mengatasi infeksi
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat dan
adekuat. Tranfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
2) Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan tranfusi Packed Red Cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/
atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik.
Koreksi Hb sebesar 9-10 gr % tidak perlu sampai normal karena
akan menekan eritropoesis internal.
3) Usaha untuk mengatasi perdarahan. Berikan tranfusi konsertat
trombosit jika terdapat perdarahan mayor atau trombosit < 20.000
mm3.
c. Terapi untuk memperbaiki sum-sum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sum-sum tulang :
1) Anabiotik sterod dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan
dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek fungsi terapi tampak setelah 6-8
minggu. Efek samping yang dialami berupa virilisasi dan
gangguan fungsi hati.
2) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
d. Terapi definitive.
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan
jangka panjang.
1) Terapi imonusupresif: Pemberian anti-lymphocyte globuline
(ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat menekan
proses imunologis. Terapi imonusupresif lain, yaitu pemberian
metilprednison dosis tinggi.
2) Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang merupakan terapi definitif yang
memberikan haraapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pencegahan infeksi silang.
b. Instirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak.
c. Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu
ruangan.
d. Berikan dukungan emosional kepada klien.
e. Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan klien dan keluarga
klien. Berikan informasi adekuat mengenai keadaaan, pengobatan dan
kemajuan kesehatan klien serta bimbingan untuk perawatan dirumah.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

ANEMIA APLASTIK

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.Riwayat
b. Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema
aplastik, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang
dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung
diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya yang sering dijumpai pada penderita
anemia aplastik yaitu sebagai berikut:
a. Aktivitas / IstirahatKeletihan, kelemahan otot, malaise umum.
1) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
2) Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat.
3) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya.
4) Ataksia, tubuh tidak tegak.
5) Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda
lain yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI.
2) Palpitasi (takikardia kompensasi).
3) Hipotensi postural.
4) Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T.
5) Bunyi jantung murmur sistolik.
6) Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
7) Sclera biru atau putih seperti mutiara.
8) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonsriksi kompensasi).
9) Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia).
10) Rambut kering, mudah putus, menipis.
c. Integritas Ego
1) Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis
transfusi darah.
2) Depresi.
d. Eliminasi
1) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
2) Flatulen, sindrom malabsorpsi.
3) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
4) Diare atau konstipasi.
5) Distensi abdomen.
e. Makanan / cairan.
1) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
2) Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
3) Adanya penurunan berat badan.
4) Membrane mukusa kering, pucat.
5) Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic.
f. Pernapasan
1) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
2) Takipnea, ortopnea dan dispnea.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d/d anoreksia
3. Resiko Infeksi d/d granulositopenia
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN/ NOC NIC AKTIVITAS

Ketidakefektifan Setelah dilakukan Perawatan - Periksa sirkulasi perifer


perfusi jaringan asuhan keperawatan Sirkulasi - Identifikasi faktor resiko
perifer b/d selama 3x24 jam gangguan sirkulasi
penurunan sirkulasi diharapkan perfusi - Monitor panas,
oksigen perifer meningkat. kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstremitas.
- Hindari pemakaian infus
atau pengambilan darah
diarea keterbatasan perfusi

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajement - Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari asuhan keperawaran Nutrisi makanann.
kebutuhan tubuh diharapkan asupan - Kolaborasi dengan ahli
d/d anoreksia nutrisi dapat optimal gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
- Anjurkan untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C.
- Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untu
mencegah konstipasi.
- Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)

Intoleransi Setelah dilakukan Manajement - Monitor kelemahan fisik


Aktivitas b/d asuhan keperawatan Energi dan emosional
kelemahan diharapkan toleransi - Monitor pola dan jam
aktivitas meningkat tidur
- Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
- fasilitasi duduk disisi
tempat tidur
- Anjurkan untuk
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

Daftar Pustaka

Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi, Sulistyo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan System Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9. Jakarta : EGC.
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
Huda dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: MediAction

Bulechek, G.M., et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) 6th


Indonesian Edition. St. Loui: Mosby
Moorhead, S. et al. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC) 5th Indonesian
Edition. St. Loui: Mosby
Nurarif, AH. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi 2. Jogjakarta: Penerbit
Mediaction

Anda mungkin juga menyukai