Anda di halaman 1dari 7

JURNAL

KORELASI ANTARA AKAL, ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :
ADAM AFLAH
21210222000001

Dosen Pembimbing :
Dr. Halid

PROGRAM STUDI MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
KORELASI ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA
Adam Aflah, Program Studi Magister Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia.
adamaflah@gmail.com

Abstrak
Filsafat adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari cara berpikir
secara mendalam tentang sesuatu. Pengertian ilmu berasal dari bahasa Arab
“science”, bahasa Inggris “science”, bahasa Belanda watenchap dan bahasa
Jerman wissenchap. Pengetahuan dapat menjadi ilmu jika memiliki ciri khusus,
sistematis, terstruktur secara sistematis, dan terhubung (connected) dengan
domain dan realitas (realitas) tertentu. Klasifikasi ilmu telah berkembang dari
waktu ke waktu. Menurut Williams, ada lima teori kebenaran. Ada juga teori
positivisme, esensialisme, konstruktivisme, dan tuntutan. Salah satu bidang
filsafat adalah epistemologi, sering disebut teori pengetahuan. Ada dua teori
pengetahuan: realisme dan idealisme. Metode kognitif: empirisme, rasionalisme,
dan ajaran fenomenologis Khan. Metode teori pengetahuan: induktif,
kontemplatif, dialektis. Artikel berikut membahas "agama" Indonesia. Agama
(Inggris), Agama (Belanda) dan din (Arab). Ada kata antara agama dan
kehidupan. Dalam Islam, ada agama surgawi (sait) atau 'wahyu agama', dan ada
'agama bumi (ardhi)' dan 'agama tanpa wahyu'. Menurut Max Weber, tidak ada
masyarakat tanpa agama. Ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama masing-masing
memiliki fungsinya masing-masing serta memiliki perbedaan dan persamaan.
Kata Kunci : Filsafat, Ilmu, Agama, Akal

PENDAHULUAN
Filsafat Ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara signifikan
maupun umum mengingat pengenalan sains tidak dapat dipisahkan dari tugas
teori, sebaliknya kemajuan ilmu memperkuat keberadaan filsadat. Dalam
pergantian peristiwa berikutnya, sains diisolasi menjadi beberapa disiplin
ilmu, yang memerlukan berbagai metodologi, sifat, artikel, tujuan dan ukuran
dimulai dengan satu disiplin kemudian ke disiplin berikutnya.
Filsafat Ilmu adalah semua pemikiran cerdas tentang masalah-masalah
tentang semua hal yang mengidentifikasi dengan pembentukan ilmu dan
hubungan ilmu dengan semua bagian dari keberadaan manusia. Sementara,
menurut Lewis White Beck, cara berpikir sains berarti membicarakan dan
menilai strategi untuk ide logis dan mencoba menemukan nilai dan
signifikansi dari upaya logis secara keseluruhan.
Pembicaraan tentang filsafat ilmu sangat penting karena akan mendorong
individu untuk lebih kreatif dan inovatif. Cara-cara dari Filsafat Ilmu
memberikan jiwa pada pergantian peristiwa dan kemajuan ilmu dan sekaligus
keutamaan yang terkandung dalam setiap keilmuan, baik pada tataran
ontologis, epistemologis, maupun aksiologis. Alasan penulisan ini adalah
untuk membicarakan tentang komponen-komponen penyelidikan filsafat ilmu
yang terbagi menjadi tiga hal pokok, sehingga dapat diandalkan untuk
memahami makna sains dalam keberadaan manusia.
Secara historis, filsafat adalah ibu dari sains, dan dalam perkembangannya,
sains menjadi lebih spesifik dan independen, tetapi mengingat banyak masalah
kehidupan yang tidak dapat dijawab oleh sains, maka filsafat menjadi dasar
untuk jawabannya. Filsafat memberikan penjelasan atau jawaban yang
esensial dan radikal terhadap suatu masalah. Ilmu pengetahuan, di sisi lain,
terus maju dalam ranahnya, meskipun ada kritik radikal. Karena proses atau
interaksi terutama merupakan bidang kajian dalam filsafat ilmu, maka dapat
dilihat sebagai upaya menjembatani kesenjangan antara filsafat dan ilmu
sehingga filsafat ilmu tidak memandang rendah filsafat dan filsafat tidak
memandang ilmu. Dengan pemahaman yang dangkal tentang alam.
Padahal, filsafat ilmu adalah kajian filosofis tentang masalah-masalah
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, yaitu filsafat ilmu adalah suatu
usaha untuk mengkaji dan memperdalam pengetahuan (sains/sains), substansi
pengetahuan, perolehan, atau manfaat ilmu atas kehidupan manusia. Kajian ini
tidak terlepas dari rujukan-rujukan filosofis utama yang termasuk dalam
bidang ontologi, epistemologi dan aksioma dengan berbagai perkembangan
dan pendalaman yang dipimpin oleh para ahli.
METODE
Metode dan teknik merupakan dua konsep yang berbeda, tetapi
berhubungan langsung satu sama lain. Keduanya adalah cara dalam satu
upaya. Metode adalah cara yang harus dilaksakan sementara teknik adalah
cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993). Dalam penulisan suatu karya
ilmiah, metode merupakan cara bertindak dalam upaya agar suatu penelitian
dapat terlaksana secara rasional, terarah, obyektif, dan tercapai hasil yang
optimal (Zubair & Bakker, 1994). Penulisan Jurnal ini termasuk penelitian
kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode deskriptif-
analitis dengan teknik purposive sampling, yaitu mengumpulkan data-data,
kemudian diklasifikasi dan dianalisis. Metode ini digunakan untuk
mengambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian
(Mulyana, 2005).
PEMBAHASAN
A. Definisi Agama
Kata agama dikenal dengan kata din dalam bahasa Arab dan kata religi
dalam bahasa Eropa. Agama berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut salah
satu pendapat, kata itu terdiri dari dua kata: a = tidak dan gam = pergi, jadi
tidak pergi dan tetap pada tempatnya dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Agama sebenarnya memiliki karakter ini. Ada pandangan lain bahwa agama
berarti teks atau kitab suci. Dan agama memiliki kitab suci. Selanjutnya
dikatakan bahwa lem berarti bimbingan. Padahal, agama mengandung ajaran
yang membimbing pemeluknya dalam kehidupan (Nasution, 1985).
Dalam berbagai sumber, kata "agama" berarti tidak ada kekacauan atau
keteraturan. Dengan kata lain, bagi umat beragama, ada aturan yang bisa
membuat hidup tertib dan tidak kacau. Agama mengacu pada keadaan atau
karakter kehidupan seseorang yang beragama. Pemahaman ini lebih berkaitan
dengan konsekuensi atau pengaruh agama daripada dengan agama itu sendiri.
Melalui agama, manusia atau masyarakat akan hidup tertib (Jamaludin, 2015).
B. Definisi Akal
Kecerdasan berasal dari bahasa Arab “akl” yang berarti akal, akal
(Munawwir, 1997). Akal dalam bahasa Indonesia berarti alat berpikir, daya
pikir (pengertian, akal, ingatan) (Poerwadarminta, 2007). Kecerdasan juga
mengacu pada kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu, dll., Bagaimana
melakukan sesuatu, atau bagaimana melakukannya, atau usaha (Tim Redaksi,
2005). Dalam bahasa Lisan al-Arab, al'akl berarti albijr, yang berarti menahan
dan menahan hawa nafsu. Kemudian dijelaskan bahwa al'akl berarti
kebijaksanaan (alnuba), kebalikan dari pikiran yang lemah (album). Al'akl
juga berarti hati (alkalb) yang berarti pengertian (Nata, 2004). Kecerdasan
adalah kekuatan berpikir dalam diri seseorang, salah satu kekuatan jiwa,
artinya berpikir, memahami, dan memahami (Tim Penyusun, 2005).
Kata "akl as mashdar" (kata benda) dari "akal" tidak muncul dalam Al-
Qur'an, tetapi kata "akal" terbentuk hingga 49 kali dalam bentuk fiil mudhâri
(kata kerja) dan muncul dalam beberapa bab. Alquran. kata-kata misalnya;
takilun (al-Bakara: 44), yakilun (al-Furqan: 44 dan Yasin: 68), nakilu (al-
Mulk: 10), y'kiluha (al'Ankabat: 43), `akaluhu (al-Bakara: 2 ) ) ). Selain kata
'akala', Al-Qur'an juga mencakup nazhara (melihat secara abstrak/berpikir),
tafakkara (arti berpikir), fakiha (pemahaman), tadabbara (pemahaman), dan
tazdakkara (mengingat) (Tim Penyusun, 2005).
C. Definisi Ilmu
Kata "ilmu" berasal dari bahasa Arab "alarm". Arti dari kata ini adalah
pengetahuan. Di Indonesia, science sering disamakan dengan science yang
berasal dari science dalam bahasa Inggris. Kata “sains” sendiri berasal dari
kata Yunani “scio”, “scire”, yang berarti pengetahuan. Berasal dari bahasa
Latin scientia yang berarti ilmu pengetahuan, itu adalah aktivitas sistematis
menghasilkan dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan
prediksi tentang alam semesta. Menurut Kamus Oxford, sains didefinisikan
sebagai aktivitas intelektual dan praktis yang melibatkan studi sistematis
tentang struktur dan perilaku dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan
eksperimen.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sains diartikan sebagai suatu usaha
untuk mempelajari dan mengingat sesuatu sebagai pengetahuan suatu bidang
yang disusun secara sistematis menurut metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menjelaskan suatu fenomena dalam bidang pengetahuan tersebut.
Artinya, kita dapat melihat definisi makna dalam sains, yang berasal dari
membaca dan memahami hal-hal dan peristiwa: sebagai seorang anak kita
membaca alfabet, kemudian kita terus belajar kata-kata, dan seiring
bertambahnya usia, sadar atau tidak sadar, kita belajar. bagaimana sebenarnya
membaca.terus belajar. Bukan hanya yang dibaca saja yang berkembang
menjadi sebuah tulisan, melainkan sebuah upaya untuk menemukan kebenaran
dalam proses membaca alam semesta dan segala isinya. Karena sains juga
merupakan alat kehidupan, pengetahuan membuat hidup lebih mudah.
D. Korelasi antara Ilmu, Akal, Filsafat dan Agama
Sains menyediakan filsafat dengan data deskriptif dan faktual yang sangat
penting untuk konstruksinya. Sains, sementara itu, menguji filsafat dan
menghilangkan ide-ide yang tidak sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat
mengambil pengetahuan yang terpisah dari berbagai ilmu dan mengaturnya
menjadi pandangan hidup yang lebih lengkap dan holistik (Praja, 2010a).
Filsafat lebih mementingkan hubungan antara fakta-fakta konkrit dan
bagian yang lebih besar. Sains menggunakan observasi, eksperimentasi, dan
pengalaman indrawi, sedangkan filsafat berusaha menghubungkan penemuan-
penemuan sains dengan tujuan mengungkap esensi kebenaran (Praja, 2010b).
Penerimaan filsafat terhadap kebenaran tidak terletak pada kepercayaan,
tetapi pada refleksi implisit. Filsafat tidak menyangkal atau mengecilkan
wahyu, tetapi juga tidak didasarkan pada kajian wahyu. Dalam filsafat, orang
harus mencari kebenaran untuk dirinya sendiri, menggunakan alatnya sesuka
hati, berupa semua potensi eksternal dan internal, untuk menerima kebenaran
hakiki. Dalam agama, untuk menerima kebenaran hakiki, kita tidak hanya
harus mencari untuk diri kita sendiri, tetapi kita juga harus menerima, percaya,
atau beriman pada apa yang telah diturunkan Tuhan (Praja, 2010c).
Agama didasarkan pada kepercayaan, sedangkan filsafat didasarkan pada
studi tentang pemanfaatan potensi manusia dan meyakininya sebagai satu-
satunya alat untuk mengukur kebenaran, pikiran manusia.
Ada hubungan yang sangat erat antara sains, filsafat, dan agama. Karena
ketiganya berkaitan dengan akal, rasa, dan kepercayaan manusia, maka
ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari manusia.
Sains didasarkan pada akal, filsafat pada dasarnya didasarkan pada otoritas
akal murni, dan agama didasarkan pada wahyu ilahi.
Agama, sains, dan filsafat sangat berbeda. Agama adalah iman dan sains
adalah pengetahuan. Pelita agama ada di pikiran dan pelita ilmu ada di otak.
Seperti dibahas di atas, domain berbeda, tetapi mereka terkait dan saling
terkait. Agama menetapkan tujuan, tetapi mereka tidak dapat dicapai tanpa
bantuan ilmu pengetahuan dan filsafat. Pengetahuan yang kuat dapat
memperkuat keyakinan agama. Agama selalu memotivasi kemajuan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan merugikan umat manusia jika tidak
dibatasi oleh agama. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa sains tanpa
agama adalah buta dan agama tanpa sains adalah kromium.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan di bab-bab sebelumnya, pembuat makalah
dapat berpendapat bahwa ada hubungan yang sangat erat antara sains, filsafat,
dan agama. Karena ketiganya berkaitan dengan akal, rasa, dan kepercayaan
manusia, maka ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
manusia. Sains didasarkan pada akal, filsafat pada dasarnya didasarkan pada
otoritas akal murni, dan agama didasarkan pada wahyu ilahi. Agama, sains,
dan filsafat sangat berbeda. Agama adalah iman dan sains adalah
pengetahuan. Pelita agama ada di pikiran dan pelita ilmu ada di otak. Seperti
dibahas di atas, domain berbeda, tetapi mereka terkait dan saling terkait.
Agama menetapkan tujuan, tetapi mereka tidak dapat dicapai tanpa bantuan
ilmu pengetahuan dan filsafat. Pengetahuan yang kuat dapat memperkuat
keyakinan agama. Agama selalu memotivasi kemajuan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan akan merugikan umat manusia jika tidak dibatasi oleh
agama. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa sains tanpa agama adalah
buta dan agama tanpa sains adalah kromium.
DAFTAR PUSTAKA
 Jamaludin, A. N. (2015). Agama dan Konflik Sosial: Studi Kerukunan
Umat Beragama, Radikalisme, dan Konflik Antarumat Beragama. Pustaka
Setia.
 Mulyana. (2005). Kajian Wacana Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-
prinsip Analisis Wacana. Tiara Wacana.
 Munawwir, A. W. (1997). Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Pustaka
Progressif.
 Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. UI Press.
 Nata, A. (2004). Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Raja Grafindo Persada.
 Poerwadarminta, W. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka.
 Praja, J. S. (2010a). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Kencana.
 Praja, J. S. (2010b). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Kencana.
 Praja, J. S. (2010c). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Kencana.
 Sudaryanto. (1993). Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Duta
Wacana University Press.
 Tim Penyusun. (2005). Ensiklopedi Islam. Ichtiar Baru Van Hoeve.
 Tim Redaksi. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Balai
Pustaka.
 Zubair, A. C., & Bakker, A. (1994). Metodologi penelitian filsafat.
Kanisisu.

Anda mungkin juga menyukai