Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ADAM AFLAH

NIM : 21210222000001
TUGAS HARIAN 10A
ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER
MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
1. Jelaskan konsep Tradisionalisme dan Post-Tradisionalisme di Dunia
Islam!
Kata tradisionalis berasal dari kata Inggris “tradition” yang artinya
“tradisi” dalam bahasa Indonesia. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kata
"tradisi" diartikan sebagai adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan
lain-lain yang diturunkan dari satu nenek moyang kepada nenek moyang
lainnya. Dalam bahasa Arab kata tradisi biasanya diidentikkan dengan kata
sunnah yang secara harfiah berarti jalan, tabi`at, perikehidupan. Dalam
pengertian ini, Sunnah sesuai dengan makna Sunnah yang ditemukan dalam
hadits Nabi. “Siapa yang memiliki kebiasaan baik akan diberi pahala, dan
siapa yang mempraktikkan kebiasaan ini akan diberi pahala”.
Secara umum, para ilmuwan mengartikan kebiasaan baik sebagai
pemikiran dan kreasi yang dapat bermanfaat bagi manusia. Tradisi yang
dimaksud di sini adalah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra
Miraj, dan Tahun Baru Hijriah.
Kata sunnah adalah istilah yang merujuk pada segala sesuatu yang
berasal dari nabi, perkataan, perbuatan, atau ketetapan. Ulama muhaddi
kalangan kuno (Salaf) dan modern (Khalaf) menyamakan konsep sunnah
dengan al-hadits, alahbar dan alatsar. Oleh karena itu, orientalis percaya
bahwa mereka yang menganut Sunnah Nabi Muhammad dianggap
tradisionalis.
Post-tradisionalisme adalah tradisi yang sedang ditransformasikan di
luar tradisi itu sendiri. Post-tradisionalisme juga mengacu pada tradisi
pemikiran yang memadukan pemikiran klasik dan progresif. Hal ini akan
mengarah pada pola pikir yang berakar kuat pada tradisi dan pemahaman yang
lebih luas, terutama dalam menanggapi permasalahan kontemporer. Post-
tradisionalisme melepaskan diri dari khazanah tradisional dan dengan berani
terjun ke dalam tradisi baru yang berbeda dengan tradisi ideologis para
pendahulunya.
Kata "post" di sini dapat diartikan sebagai bergerak melampaui,
bahkan menyimpang dari tradisi, namun esensi post-tradisionalisme di sini
bukanlah meninggalkan tradisi, melainkan mentransformasikan dan
merevitalisasinya. Oleh karena itu, post-tradisionalisme memiliki nilai
kesinambungan dan perubahan.
Marzuki Wahid mendefinisikan post-tradisionalisme sebagai gerakan
lompatan ke depan tradisional, yang tidak lebih dari upaya untuk terus
memperbaharui budaya dalam konteks dialog dengan modernitas, sehingga
menghasilkan tradisi baru yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai