A. Etika Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos = karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika merupakan sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan menentukan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Etika bersumber pada norma-norma moral yang berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang paling asasi, filsafat hidup (Pancasila), budaya masyarakat, disiplin keilmuwan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Etika kerja lazimnya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut kode etik. B. Etos Etos berasal dari bahasa Yunani, ethos = ciri sifat atau kebiasaan, adat istiadat atau juga kecenderungan moral, pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang, suatu golongan, atau suatu bangsa. Pengertian etos menurut para ahli : Mochtar Bukhari, etos kerja adalah sikap terhadap kerja, pandangan terhadap kerja, ciri- ciri atau sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan, atau suatu bangsa. Toto Tasmara, etos kerja muslim adalah cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu bukan hanya untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal saleh dan oleh karenanya, mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Jadi kesimpulannya, etos kerja merupakan pandangan terhadap kerja, yaitu pandangan bahwa pekerjaan tidak hanya untuk memuliakan tetapi juga sebagai manifestasi amal saleh, yang karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur yaitu untuk memperoleh perkenan Allah. Dari pandangan inilah kemudian muncul sikap terhadap kerja. Etos kerja juga dapat dilihat sebagai ciri-ciri mengenai cara bekerja yang dimiliki oleh seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa. Jika dikaitkan dengan guru, maka etos kerja guru dapat diartikan sebagai sikap terhadap kerja, pandangan terhadap kerja, dan ciri-ciri mengenai cara bekerja yang dimiliki oleh seorang guru. Dengan demikian, etos kerja merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan perilaku ke arah terwujudnya kualitas kerja yang ideal. Kualitas unjuk kerja dan hasil kerja banyak ditentukan oleh kualitas etos kerja ini. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung beberapa unsur, antara lain : disiplin kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kebiasaan-kebiasaan kerja. Etos Kerja Guru Keadaan etos kerja seseorang setidaknya dapat dibidik dari cara kerjanya yang memiliki 3 ciri dasar, yaitu : 1) Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan (job quality). 2) Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan. 3) Keinginan untuk memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya. Ketiga ciri dasar tersebut pada dasarnya terkait dengan kualifikasi yang harus dimiliki oleh guru pada umumnya, yaitu kualifikasi akademik, profesional, personal, dan sosial. Dalam pola pemahaman sistem tenaga kependidikan di Indonesia, terdapat empat dimensi umum kompetensi yang saling menunjang dalam membentuk kompetensi profesional tenaga kependidikan, yaitu (1) kompetensi akademik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi personal, dan (4) kompetensi sosial. C. Kode Etik Guru Secara etimologi, kode etik berarti pola peraturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari di dalam masyarakat. Fungsi kode etik menurut Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrudin (1992) adalah sebagai berikut. 1) Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan. 2) Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sejawat, masyarakat, dan pemerintah. 3) Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada profesinya. 4) Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas.
Etika guru terhadap dirinya sendiri :
1) Agar selalu Istiqomah dalam muraqabah kepada Allah Swt.
2) Senantiasa berlaku khauf (takut kepada Allah) dalam segala ucapan dan tindakan. 3) Senantiasa bersikap tenang. 4) Tidak menjadikan ilmunya sebagai tangga untuk mencapai keuntungan duniawi. 5) Tidak diskriminatif terhadap murid. 6) Membersihkan hati dan tindakannya dari akhlak yang jelek dan dilanjutkan dengan perbuatan baik. 7) Senantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan bersungguh-sungguh dalam setiap aktivitas ibadah. 8) Tidak boleh membedakan status, nasab, dan usia dalam mengambil hikmah dari semuaorang.
Kode etik guru di Indonesia :
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. 2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. 3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. 5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan bertanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. 6) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. 7) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. 8) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.