Disusun oleh :
Waisah Ayu Andela (1610070100099)
Preseptor:
dr. Dian Budianti, Sp.KJ
Penulis
i
DAFTAR ISI
BABIII...............................................................................................11
BAB IV..............................................................................................23
BAB V ..............................................................................................25.................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
skizofrenia berasal dari kata schizos yang artinya pecah belah dan pharen yang berarti
mengalami perpecahan jiwa, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan, dan perbuatan. Sedangkan gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala
skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan episodic gejala gangguan mood maupun
gejala skizofrenia menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan
atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenia dan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif
tipe manik. Bila gejala skizofrenia dan depresi menonjol pada episode penyakit yang
sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe depresi. Bila gejala skizofrenia
dan manik serta depresi menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan
sekitar 0,3 %. Selain itu, skizoafektif merupakan penyakit kejiwaan kronis yang dapat
berdampak buruk bagi pasien itu sendiri. Salah satu dampak terburuk dari gangguan
3
ini adalah bunuh diri. Hal ini turut menyumbang tingginya angka bunuh diri yang ada
di dunia. Menurut data WHO (2015) pada tahun 2012, kasus terjadinya bunuh diri
yang terjadi di dunia bisa mencapai lebih dari 800.000 per tahun atau 40 kematian per
detiknya.(4)
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik senior pada Departemen
Tipe Campuran.
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai Skizoafektif Tipe Campuran
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizoafektif
2.1.1 Definisi
skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif
yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresi, dan
tipe campuran.(1)
2.1.2 Etiologi
skizoafektif secara pasti. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh kombinasi dari
banyak faktor, seperti psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan. Namun ada beberapa
antaranya(1):
Bunuh diri, usaha bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri.
5
Merasa terkucilkan dengan lingkungan sekitar.
Pengangguran.
Gangguan kecemasan.
Masalah kesehatan.
2.1.3 Gejala
Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gejala gangguan mood maupun
gejala skizofrenia yang sama menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik
secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Berdasarkan Pedoman
A. Gejala Skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
(a)
- thought echo”: isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) da nisi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
- “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
6
- “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain
(b)
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
penginderaan khusus)
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
pasien, atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
7
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
B. Gejala Manik(2)
- Peningkatan energi
- Aktivitas berlebihan
- Terlalu optimistic
8
C. Gejala Depresi(2)
Gejala Utama:
- Afek depresif
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas
Gejala lainnya:
- Tidur terganggu
2.1.4 Diagnosis
2. Delusi atau halusinasi selama 2 minggu atau lebih saat tidak terjadi episode
mood mayor (depresi atau manik) selama sepanjang masa durasi dari keadaan
sakit
9
3. Gejala yang dijumpai pada kriteria selama episode mood mayor secara
dominan muncul selama total durasi dari bagian aktif dan residual dari
keadaan sakit
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, bilamana sebagai konsekuensi
dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
- Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrena dan
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.2). Pasien lain
mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik
atau depresif.
10
Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran(2)
dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit
2.1.5 Penatalaksanaan
psikoterapi.
a. Psikofarmaka
dapat diberikan terutama Antipsikotik Generasi II (APG II) karena bermanfaat baik
untuk gejala positif dengan efek samping yang lebih ringan dan juga memiliki efek
mood stabilizer sebagai terapi manik. Contoh APG II adalah olanzapine 1 x 10-30
b. Psikoterapi
karena biasanya pasien sering tidak nyaman atau kurang mampu bertoleransi dalam
terapi kelompok terutama bila dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya. Bila
11
akan dilakukan, lebih baik pada saat pasien dirawat inap, bukan saat rawat jalan.
centered theraphy atau terapi prilaku. Psikoterapi suportif sebaiknya yang relative
konkrit, berfokus pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien
2.1.6 Prognosis
skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Pasien dengan gangguan
skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan mood dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan
skizofrenia.(5)
12
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :SD
1. Keluhan Utama
Pasien gelisah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit dan pasien meluapkan
13
2. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien gelisah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit,dan semakin gelisah
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Dengan gejala marah-marah jika
keinginan tidak terpenuhi, pasien melepar alat rumah tangga, memecahkan kaca,
Pasien mendengarkan bisikan yang tidak ada sumbernya, curiga dengan orang
terutama istrinya dan Pasien selalu melakukan kegiatan . Tidur malam kurang, makan
Pasien sakit sejak tahun 2018 yang lalu dengan gejala yang sama, dan ini
merupakan rawatan ke 3. Selama ini pasien kontrol obat ke RS terdekat tapi tidak
14
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan anak seusianya.
e. Masa Dewasa
I. Riwayat Pendidikan
SD
Swasta (pedagang)
IV. Agama
Islam
V. Riwayat Hukum
15
5. Riwayat Keluarga
Skema Pedegree
: Wanita : Meninggal
Keluarga mengetahuinya dirinya sakit jiwa dan berharap pasien cepat sembuh
Pasien ingin pulang, ingin bertemu istri, dan berkumpul dengan keluargannya
9. Status Mental
a. Deskripsi Umum
- Psikomotor : Tenang
- Sikap : Kooperatif
16
- Mood : Disforia
- Afek : luas
- Keserasian : Serasi
e. Pikiran
- Kesadaran : Komposmentis
- Orientasi : Baik
- Konsentrasi : Baik
- Tilikan :6
17
i. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 93x/menit
Nafas : 17x/menit
Suhu : 36,3 C
GCS : E4M6V5
Tremor tangan :-
Akatisia :-
Bradikinesia :-
Cara berjalan :-
Keseimbangan :-
Rigiditas :-
18
V. Pemeriksaan laboratorium
pasien, ditemukan adanya perubahan perilaku dan perasaan secara klinis dan
disabilitas dalam fungsi social. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat
VIII. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Lodomer 1 mg IM
Resperidon 2x2 mg
Lorazepam 1x1 mg
B. Psikoterapi
Suportif
19
Memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur.
psikoaktif
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir
yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.
Keluarga
dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien dan dapat menerima kondisi
pasien.
Sosial-budaya
Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau
Religius
agama yang dianutnya, yaitu menjalankan sholat lima waktu, menegakkan amalan
20
IX. PROGNOSIS
X. FOLLOW UP
21
Kamis/ 10 S/ P/
- Tidur teratur
- Makan teratur
O/
Kes: CMC
Status Mental:
Penampilan: Rapi
Sikap: Kooperatif
Verbal: Spontan
Orientasi: Baik
Mood: Eutim
Afek: Sempit
Tilikan : 6
A/
22
Aksis IV: tidak ada
Aksis V: 60-51
Jumat /11 S/ P/
- Tidur cukup
- Makan teratur
O/
Kes: CMC
Status Mental:
Penampilan: Rapi
Sikap: Kooperatif
Verbal: Spontan
Orientasi: Baik
Mood: Disforia
Afek: Sempit
Tilikan : 6
A/
23
Aksis I: Skizoafektif tipe manik
Aksis V: 60-51
BAB IV
DISKUSI
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang ke IGD RSJ HB Saanin Padang. Pasien
gelisah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit dan pasien meluapkan emosi
yang berlebihan sejak 3 hari SMRS. Dengan gejala marah-marah jika keinginan
mendengarkan bisikan yang tidak ada sumbernya, dan curiga dengan orang
terutama istri, Tidur malam kurang, makan teratur dan kebersihan diri kurang
tipe campuran.
24
Berdasarkan PPDGJ III pedoman diagnostik untuk skizoafektif tipe campuran
adalah harus memenuhi kriteria umum skizoafektif yaitu afek harus meningkat atau
menonjol dan dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih
gejala skizofrenia yang khas. Ditemukan adanya kriteria manik dan depresi
Resperidon 2x2 mg dan Lorazepam 1x1 mg. Terapi non farmakologis memegang
peranan yang juga penting pada pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa
keluarga juga diedukasi untuk membawa pasien kontrol sebulan setelah rawatan, dan
Adapun jika di rumah tidak terdapat perbaikan, atau malah terjadi perburukan,
diharapkan segera keluarga juga dapat membawa pasien kembali ke RSJ HB Saanin,
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik,
tipe depresi, dan tipe campuran. Penyebab skizoafektif secara pasti masih belum
diketahui. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh kombinasi dari banyak faktor,
DSM V atau Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III).
Tatalaksana untuk pasien dengan gangguan skizoafektif tipe campuran dapat berupa
26
psikofarmako, yaitu kombinasi antipsikotik dengan mood stabilizer, dan terapi
psikososial.
DAFTAR PUSTAKA
2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III
dan DSM 5. Edisi 2.Jakarta: Bagian Ilmu Jiwa FK Unika Atma Jaya;2013
Universitas Indonesia;2017
Universitas Lampung;2016
5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
27
28