Anda di halaman 1dari 29

Case Report Session

Skizoafektif Tipe Campuran

Disusun oleh :
Waisah Ayu Andela (1610070100099)

Mely Wulandari (1610070100022)

Frescha Frima (1610070100018)

Preseptor:
dr. Dian Budianti, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT H. B. SAANIN PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis sembahkan kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan taufik, hidayat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Case Report Session dengan judul “Skizoafektif Tipe
Manik”. Makalah ini penulis buat sebagai tugas saat menjalankan kepaniteraan
klinik Ilmu Psikiatri di RSJ PROF HB SAANIN. Bersama ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada preseptor penulis dr.
Dian Budianti, Sp.KJ yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing penulis dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Namun
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, 17 desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii


BAB I................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................. 3
2.1 Skizoafektif ........................................................................... 3
2.1.1. Definisi ........................................................................ 3
2.1.2. Etiologi ........................................................................ 3
2.1.3. Gejala .......................................................................... 4
2.1.4. Diagnosis ..................................................................... 7
2.1.5. Penatalaksanaan .......................................................... 9
2.1.6. Prognosis ..................................................................... 10

BABIII...............................................................................................11
BAB IV..............................................................................................23
BAB V ..............................................................................................25.................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizoafektif merupakan gangguan jiwa dimana penderita mempunyai gejala

yang merupakan kombinasi gejala skizofrenia dengan gangguan afektif. Istilah

skizofrenia berasal dari kata schizos yang artinya pecah belah dan pharen yang berarti

jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana penderita

mengalami perpecahan jiwa, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,

perasaan, dan perbuatan. Sedangkan gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala

utama adanya perubahan suasanya perasaan (mood) atau afek. (1)

Penyebab pasti dari gangguan skizoafektif belum diketahui. Pada gangguan

skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan episodic gejala gangguan mood maupun

gejala skizofrenia menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan

atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenia dan manik

menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif

tipe manik. Bila gejala skizofrenia dan depresi menonjol pada episode penyakit yang

sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe depresi. Bila gejala skizofrenia

dan manik serta depresi menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan

disebut gangguan skizoafektif tipe campuran. (2,3)

Menurut data statistik, prevalensi terjadinya gangguan skizoafektif ini adalah

sekitar 0,3 %. Selain itu, skizoafektif merupakan penyakit kejiwaan kronis yang dapat

berdampak buruk bagi pasien itu sendiri. Salah satu dampak terburuk dari gangguan

3
ini adalah bunuh diri. Hal ini turut menyumbang tingginya angka bunuh diri yang ada

di dunia. Menurut data WHO (2015) pada tahun 2012, kasus terjadinya bunuh diri

yang terjadi di dunia bisa mencapai lebih dari 800.000 per tahun atau 40 kematian per

detiknya.(4)

1.2 Tujuan

1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik senior pada Departemen

Psikiatri RS H.B. Sa’anin Padang.

2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang Skizoafektif

Tipe Campuran.

1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai Skizoafektif Tipe Campuran

2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang menjalankan

kepaniteraan klinik senior pada Departemen Psikiatri RS H.B. Sa’anin Padang

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizoafektif

2.1.1 Definisi

Skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki gambaran

skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas

skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif

yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresi, dan

tipe campuran.(1)

2.1.2 Etiologi

Sebenarnya para ahli belum mengetahui apa yang menjadi penyebab

skizoafektif secara pasti. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh kombinasi dari

banyak faktor, seperti psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan. Namun ada beberapa

faktor risiko yang diduga berpengaruh dalam pembentukan kondisi ini, di

antaranya(1):

 Faktor genetik dalam keluarga yang memiliki gangguan skizoafektif,

skizofrenia atau gangguan bipolar.

 Mengalami stres berlebihan yang bisa memicu gejala.

 Mengonsumsi obat psikoaktif dan psikotropika.

Seseorang yang memiliki gangguan skizoafektif berisiko tinggi terhadap:

 Bunuh diri, usaha bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri.

5
 Merasa terkucilkan dengan lingkungan sekitar.

 Konflik keluarga atau dengan orang lain.

 Pengangguran.

 Gangguan kecemasan.

 Mudah terlibat dalam penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang.

 Masalah kesehatan.

 Kemiskinan dan tunawisma

2.1.3 Gejala

Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gejala gangguan mood maupun

gejala skizofrenia yang sama menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik

secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Berdasarkan Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) (2):

A. Gejala Skizofrenia

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a)

- thought echo”: isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras) da nisi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitas berbeda, atau

- “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk

kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawal); dan

6
- “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

(b)

- “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk

kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus)

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

(c) Halusinasi Auditorik: 

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien, atau 

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau 

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik

tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu

mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

7
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif

yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang

menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-

bulan terus menerus;

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),

yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan

diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa

semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

B. Gejala Manik(2)

- Peningkatan energi

- Aktivitas berlebihan

- Percepatan dan kebanyakan bicara

- Kebutuhan tidur yang berkurang

- Ide-ide perihal kebesaran / “grandiose ideas”

- Terlalu optimistic

8
C. Gejala Depresi(2)

Gejala Utama:

- Afek depresif

- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas

Gejala lainnya:

- Konsentrasu dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

- Tidur terganggu

- Nafsu makan berkurang

2.1.4 Diagnosis

Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM V(2) :

1. Periode berkelanjutan dimana terjadi episode mood mayor (depresi mayor

atau manik) yang terjadi bersama-sama dengan kriteria A dari Skizofrenia.

2. Delusi atau halusinasi selama 2 minggu atau lebih saat tidak terjadi episode

mood mayor (depresi atau manik) selama sepanjang masa durasi dari keadaan

sakit

9
3. Gejala yang dijumpai pada kriteria selama episode mood mayor secara

dominan muncul selama total durasi dari bagian aktif dan residual dari

keadaan sakit

4. Gangguan bukan meupakan efek dari penggunaan zat (misalnya

penyalahgunaan obat-obatan, pengobatan) atau kondisi medis lainnya.

Sedangkan berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa III (PPDGJ III) (2):

- Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang

bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang

lain, dalam satu episode penyakit yang sama, bilamana sebagai konsekuensi

dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun

episode manik atau depresif.

- Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrena dan

gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda

- Bila seorang pasien skizofrenia menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi

pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif

berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.2). Pasien lain

mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik

atau depresif.

10
Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran(2)

- Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-sama

dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6) yaitu:

a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan

depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania

dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit

yang sekarang dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu)

2.1.5 Penatalaksanaan

Pengobatan pada skizoafektif terdiri dari pengobatan secara psikofarmaka dan

psikoterapi.

a. Psikofarmaka

Pengobatan untuk gangguan skizoafektif merespon baik terhadap pemberian

obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan mood stabilizer. Antipsikotik yang

dapat diberikan terutama Antipsikotik Generasi II (APG II) karena bermanfaat baik

untuk gejala positif dengan efek samping yang lebih ringan dan juga memiliki efek

mood stabilizer sebagai terapi manik. Contoh APG II adalah olanzapine 1 x 10-30

mg/hari, atau risperidon 2 x 1-3mg/hari. Mood stabilizer yang dapat diberikan

contohnya fluoxetine 1 x 10-20 mg/hari. (1,3,4)

b. Psikoterapi

Dapat diberikan psikoterapi individual, jarang dilakukan terapi kelompok,

karena biasanya pasien sering tidak nyaman atau kurang mampu bertoleransi dalam

terapi kelompok terutama bila dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya. Bila

11
akan dilakukan, lebih baik pada saat pasien dirawat inap, bukan saat rawat jalan.

Psikoterapi individual yang dapat diberikan berupa psikoterapi suportif, client-

centered theraphy atau terapi prilaku. Psikoterapi suportif sebaiknya yang relative

konkrit, berfokus pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien

dengan orang-orang terdekatnya. keterampilan social dan okupasional juga banyak

membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam kehidupan sehari-harinya.(3)

2.1.6 Prognosis

Penelitian pada suatu kelompok menemukan bahwa pasien dengan gangguan

skizoafektif mempunyai prognosis dipertengahan antara prognosis pasien dengan

skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Pasien dengan gangguan

skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan

gangguan mood dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan

skizofrenia.(5)

12
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama (inisial) : Tn Wira Dirga Candra

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat & tanggal lahir/ Umur : 17 januari 1991

Status perkawinan : Sudah menikah sudah cerai

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku bangsa : Minang

Negeri Asal : Padang

Agama : Islam

Pendidikan :SD

Pekerjaan : Swasta (pedagang)

Alamat : jl Koto tangah, negari koto tangah, kec bukit

barisan, kab lima puluh kota

Tanggal Masuk : 04 desember 2020

II. RIWAYAT PSIKIATRI

1. Keluhan Utama

Pasien gelisah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit dan pasien meluapkan

emosi yang berlebihan sejak 3 hari SMRS.

13
2. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien gelisah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit,dan semakin gelisah

sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Dengan gejala marah-marah jika

keinginan tidak terpenuhi, pasien melepar alat rumah tangga, memecahkan kaca,

Pasien mendengarkan bisikan yang tidak ada sumbernya, curiga dengan orang

terutama istrinya dan Pasien selalu melakukan kegiatan . Tidur malam kurang, makan

ada dan kebersihan diri kurang.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

a. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien sakit sejak tahun 2018 yang lalu dengan gejala yang sama, dan ini

merupakan rawatan ke 3. Selama ini pasien kontrol obat ke RS terdekat tapi tidak

teratur minum obat..

b. Riwayat Gangguan Medis

Tidak ada kelainan medik umum

c. Riwayat Penggunaan NAPZA

Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA

d. Riwayat Konsumsi Alkohol

Ada riwayat konsumsi alkohol dan Merokok

4. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal dan cukup bulan.

b. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

14
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan anak seusianya.

c. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan anak seusianya.

d. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pasien dapat bersosialisasi

e. Masa Dewasa

I. Riwayat Pendidikan

SD

II. Riwayat Pekerjaan

Swasta (pedagang)

III. Riwayat Perkawinan

Sudah Menikah ( sudah bercerai)

IV. Agama

Islam

V. Riwayat Hukum

Pasien pernah berurusan dengan hukum dan pihak berwajib

VI. Riwayat Psikoseksual

Pasien tidak melakukan seks bebas atau perilaku seks menyimpang

15
5. Riwayat Keluarga

Skema Pedegree

Keterangan : : Pria : Pasien

: Wanita : Meninggal

6. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien merasa dirinya sakit dan butuh pengobatan

7. Persepsi Keluarga Tentang Diri dan Kehidupan Pasien

Keluarga mengetahuinya dirinya sakit jiwa dan berharap pasien cepat sembuh

8. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai

Pasien ingin pulang, ingin bertemu istri, dan berkumpul dengan keluargannya

9. Status Mental

a. Deskripsi Umum

- Penampilan : Laki-laki, tampak rapi, sesuai usia

- Psikomotor : Tenang

- Sikap : Kooperatif

b. Mood dan afek

16
- Mood : Disforia

- Afek : luas

- Keserasian : Serasi

c. Pembicaraan : Spontan, volume sedang, artikulasi jelas

d. Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (suara yang tidak dapat

dijelaskan oleh pasien)

e. Pikiran

- Proses pikir : Koheren

- Isi pikir : waham Cemburu

f. Sensorium dan Kognisi

- Kesadaran : Komposmentis

- Orientasi : Baik

- Daya ingat : Baik

- Konsentrasi : Baik

- Membaca dan menulis : Baik

- Kemampuan visuospasial : Baik

- Pikiran abstrak : Baik

- Intelegensia dan informasi: Baik

g. Pengendalian impuls : Terganggu

h. Daya nilai dan tilikan

- Nilai sosial dan daya nilai : Baik

- Penilaian realita : Terganggu

- Tilikan :6

17
i. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

III. STATUS INTERNUS

 Keadaan Umum : Sakit sedang

 Kesadaran : Komposmentis

 Tekanan Darah : 130/90 mmHg

 Nadi : 93x/menit

 Nafas : 17x/menit

 Suhu : 36,3 C

 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal

 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal

 Kelainan Khusus : Tidak ditemukan

IV. STATUS NEUROLOGIKUS

GCS : E4M6V5

Tanda ransangan Meningeal : tidak dilakukan

Tanda-tanda efek samping piramidal : tidak dilakukan

 Tremor tangan :-

 Akatisia :-

 Bradikinesia :-

 Cara berjalan :-

 Keseimbangan :-

 Rigiditas :-

18
V. Pemeriksaan laboratorium

Dalam batas normal

VI. Formulasi diagnosis

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan pada

pasien, ditemukan adanya perubahan perilaku dan perasaan secara klinis dan

disabilitas dalam fungsi social. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.

VII. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Skizoafektif tipe campuran

Aksis II : Tidak ada diagnosa

Aksis III : Tidak ada diagnosa

Aksis IV : Tidak ada diagnosa

Aksis V : GAF 60-51

VIII. Penatalaksanaan

A. Farmakoterapi

Lodomer 1 mg IM

Resperidon 2x2 mg

Lorazepam 1x1 mg

B. Psikoterapi

Suportif

 Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien.

19
 Memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur.

 Menyarankan pasien agar lebih mengontrol emosinya.

 Memberikan edukasi kepada pasien mengenai bahaya penggunaan zat

psikoaktif

 Memberikan edukasi kepada keluarga untuk tetap mendukung pasien dan

tetap sabar menghadapi pasien, karena dibutuhkan waktu dan kesabaran

yang lebih dalam proses penyembuhan pasien.

Kognitif

Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir

yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.

Keluarga

Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang diharapkan keluarga

dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien dan dapat menerima kondisi

pasien.

Sosial-budaya

Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau

pekerjaan yang disukai pasien dan bermanfaat.

Religius

Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran

agama yang dianutnya, yaitu menjalankan sholat lima waktu, menegakkan amalan

sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

20
IX. PROGNOSIS

Quo et vitam : Dubia ad bonam

Quo et fungsionam :Dubia ad bonam

Quo et sanationam :Dubia ad bonam

X. FOLLOW UP

21
Kamis/ 10 S/ P/

Desember 2020 - Mendengar bisikan (+) Lodomer 1 mg IM

- Melihat bayangan-bayangan (-) Resperidon 2x2 mg

- Perasaan sudah mulai tenang Lorazepam 1x1 mg

- Tidur teratur

- Makan teratur

O/

KU: Sakit Sedang

Kes: CMC

Status Mental:

Penampilan: Rapi

Psikomotor: Cukup Tenang

Sikap: Kooperatif

Verbal: Spontan

Orientasi: Baik

Mood: Eutim

Afek: Sempit

Proses piker: koheren

Persepsi: Halusinasi Auditorik

Isi Pikir: waham Cemburu (+)

Tilikan : 6

A/

Aksis I: Skizoafektif tipe Campuran

Aksis II: tidak ada

Aksis III: tidak ada

22
Aksis IV: tidak ada

Aksis V: 60-51

Jumat /11 S/ P/

desember 2020 - Mendengar bisikan (-) Lodomer 1 mg IM

- Pasien Gelisah Resperidon 2x2 mg

- Tidak dapat mengontrol emosinya Lorazepam 1x1 mg

- Tidur cukup

- Makan teratur

O/

KU: Sakit Sedang

Kes: CMC

Status Mental:

Penampilan: Rapi

Psikomotor: Cukup Tenang

Sikap: Kooperatif

Verbal: Spontan

Orientasi: Baik

Mood: Disforia

Afek: Sempit

Proses piker: koheren

Persepsi: Halusinasi Auditorik

Isi Pikir: waham cemburu (+)

Tilikan : 6

A/

23
Aksis I: Skizoafektif tipe manik

Aksis II: tidak ada

Aksis III: tidak ada

Aksis IV: tidak ada

Aksis V: 60-51

BAB IV

DISKUSI

Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang ke IGD RSJ HB Saanin Padang. Pasien

gelisah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit dan pasien meluapkan emosi

yang berlebihan sejak 3 hari SMRS. Dengan gejala marah-marah jika keinginan

tidak terpenuhi, pasien melepar alat rumah tangga, memecahkan kaca,

mendengarkan bisikan yang tidak ada sumbernya, dan curiga dengan orang

terutama istri, Tidur malam kurang, makan teratur dan kebersihan diri kurang

Berdasarkan gejala tersebut maka pasien dapat didiagnosis dengan Skizoafektif

tipe campuran.

24
Berdasarkan PPDGJ III pedoman diagnostik untuk skizoafektif tipe campuran

adalah harus memenuhi kriteria umum skizoafektif yaitu afek harus meningkat atau

menonjol dan dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih

gejala skizofrenia yang khas. Ditemukan adanya kriteria manik dan depresi

( Campuran), serta halusinasi auditorik, dan waham curiga.

Terapi Farmokologi yang diberikan kepada pasien ini Lodomer 1 mg IM,

Resperidon 2x2 mg dan Lorazepam 1x1 mg. Terapi non farmakologis memegang

peranan yang juga penting pada pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa

dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi supportif.

Edukasi mengenai efek samping obat diberikan kepada keluarga pasien,

sehingga kepatuhan minum obat dapat diusahakan. Mengenai kontrol pasien,

keluarga juga diedukasi untuk membawa pasien kontrol sebulan setelah rawatan, dan

mencatat perubahan-perubahan yang ada pada pasien.

Adapun jika di rumah tidak terdapat perbaikan, atau malah terjadi perburukan,

diharapkan segera keluarga juga dapat membawa pasien kembali ke RSJ HB Saanin,

sehingga pasien mendapatkan penanganan yang tepat.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki gambaran

skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik,

tipe depresi, dan tipe campuran. Penyebab skizoafektif secara pasti masih belum

diketahui. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh kombinasi dari banyak faktor,

seperti psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan. Penegakkan diagnosis dari

skizoafektif dapat berdasarkan kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan

DSM V atau Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III).

Tatalaksana untuk pasien dengan gangguan skizoafektif tipe campuran dapat berupa

26
psikofarmako, yaitu kombinasi antipsikotik dengan mood stabilizer, dan terapi

psikososial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Putra AG. Schizoaffective Disorder with manic type: acasereport. Denpasar:

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2013.

2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III

dan DSM 5. Edisi 2.Jakarta: Bagian Ilmu Jiwa FK Unika Atma Jaya;2013

3. Utama, H. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3.Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia;2017

4. Rades, Miranda. Skizoafektif Tipe Manik. Lampung: Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung;2016

5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi Ke ‐ 7. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.

27
28

Anda mungkin juga menyukai