PENDAHULUAN
1
Melati, G. O. (2015). Pertanggungjawaban Notaris dalam Pendaftaran Fidusia Online
terhadap Penerima Fidusia. Repertorium, 3.
2
Widyari, I. A. M., Sirtha, I. N., & Sarjana, I. M. (2015). Akibat Hukum Pendaftaran
Jaminan Fidusia Dalam Sistem Online. Acta Comitas, 268-276.
1
Peran notaris dalam Pasal 15 ayat (2) huruf (e) dan Pasal 16 ayat (1) huruf
(i) UUJN dalam mendorong kreditur untuk mendaftarkan akta jaminan fiducia ke
Kantor Pendaftaran Fiducia dan perlindungan hukum bagi kreditur dalam
pengikatan jaminan fiducia yang akta jaminan fiducianya hanya dicatat dalam
buku register notaris. Namun, perlindungan hukum bagi kreditur yang akta
jaminan fiducianya hanya dicatat dalam buku register notaris sangatlah lemah
karena menyebabkan kreditur hanya sebagai kreditur biasa sehingga tidak dapat
menuntut haknya sebagai kreditur preferent berdasarkan Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia.3
Sehingga notaris sebagai pejabat umum harus peka, tanggap, mempunyai
ketajaman berfikir dan mampu memberikan analisis yang tepat terhadap setiap
fenomena hukum dan social sehingga menumbuhkan keberanian dalam
mengambil tindakan. Keberanian yang dimaksud adalah melakukan perbuatan
hukum yang benar sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku melalui
akta yang dibuatnya dan menolak dengan tegas pembuatan akta yang bertentangan
dengan hukum, moral dan etika. 4
3
Rahayu Puji Astuti, 2012, Peranan Notaris Dalam Pengikatan Jaminan Fiducia di
Purwokerto, Tesis, Yogjakarta: Universitas Gadjah Mada, h 24
4
Buntarman, Gunawan, 2004, Hukum Jaminan Fiducia, Bandung: Erresco, h 74
2
hukum yang berlaku berupa norma hukum positif tertulis seperti undang-undang
dasar, undang-undang dan peraturan pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik. Tempat
pendaftaran jaminan fidusia pada system online sesuai dengan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2013, Pasal 3 menyatakan bahwa
4
v. perjanjian pokok;
vi. nilai penjaminan; dan
vii. nilai benda yang menjadi obyek Jaminan
Fidusia.
(3) Pemohon mencetak bukti pendaftaran setelah selesai melakukan pengisian
formulir aplikasi.
(4) Bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat:
a. nomor pendaftaran;
b. tanggal pengisian aplikasi;
c. nama Pemohon;
d. nama Kantor Pendaftaran Fidusia;
e. jenis permohonan; dan
f. biaya pendaftaran permohonan Jaminan Fidusia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan.
(5) Berdasarkan bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran permohonan Jaminan
Fidusia melalui Bank Persepsi.
(6) Setelah melakukan pemba yaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
Pemohon mencetak sertifikat Jaminan Fidusia yang telah ditandatangani
secara elektronik oleh Pejabat Pendaftaran JaminanFidusia.
Lahirnya jaminan fidusia melalui system online adalah sama dengan
sistem manual yaitu pada saat dicatatkannya jaminan fidusia. Jaminan Fidusia,
lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam
system online. Biaya pendaftaran jaminan fidusia mengalami perubahan karena
pada tahun 2014 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku
Pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut PP 45
Tahun 2014) yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2009
tentang Jenis dan Tarif Atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku
Pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pada sistem administrasi
pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik, pihak yang mencetak sertifikat
jaminan fidusia adalah pemohon pendaftaran itu sendiri yaitu di kantor notaris
oleh notaris itu sendiri dan dalam sistem administrasi pendaftaran jaminan fidusia
secara elektronik, tanda tangan dilakukan secara elektronik. Jaminan fidusia
merupakan hak jaminan yang didahulukan daripada kreditur lainnya.
Ketentuan Pasal 1133 KUHPerdata menyebutkan terdapat tiga hak
kebendaan yang memberikan kedudukan yang didahulukan kepada pemegangnya
5
yaitu privelege, gadai dan hipotek, di luar KUHPerdata terdapat dua hak
kebendaan lainnya yaitu hak tanggungan dan jaminan fidusia, yang juga
memberikan kedudukan yang didahulukan kepada pemegangnya. Ketiga -tiganya
disebut hak yang didahulukan (hak-hak mendahului) atau hak preference di antara
orang-orang yang berpiutang, inilah yang dinamakan dengan hak untuk
didahulukan dalam arti luas. Sementara itu hak yang didahulukan dalam arti
sempit adalah hak tagihan yang oleh undang–undang digolongkan dalam hak
istimewa (privelege). Tagihannya disebut tagihan yang didahulukan atau tagihan
preference (bevoorrechte schulden), sedangkan kreditornya disebut kreditor yang
didah ulukan (bevoorrechte schuldeiser), kreditor preference.5
5
Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 519
6
Perdata (KUHPerdata), dan peraturan hukum lainnya yang berlaku umum. Hal
tersebut sesuai dengan teori hukum tentang tanggung jawab hukum oleh Hans
Kelsen. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah
konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara
hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab
hukum, Subjek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal
perbuatan yang bertentangan.
Teori tanggung jawab hukum diperlukan untuk dapat menjelaskan antara
tanggung jawab Notaris yang berkaitan dengan kewenangan Notaris berdasarkan
Undang-Undang Jabatan Notaris yang berada dalam bidang hukum perdata.
Kewenangan ini salah satunya adalah menciptakan alat bukti yang dapat
memberikan kepastian hukum bagi para pihak, kemudian menjadi suatu delik atau
perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan secara pidana.6 Saat menghadapi
hambatan-hambatan yang terjadi dalam praktek, notaris melakukan konsultasi
dengan instansi yang berwenang, serta menyarankan dimasukkannya klausula-
klausula dalam aktanya yang bertujuan melindungi para pihak yang mengadakan
perjanjian. Hal tersebut karena Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut
tanggung jawab terhadap akta yang di buatnya, yakni tanggung jawab hukum dan
tanggung jawab moral.
Tanggung jawab notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan
kewenangan yang diberikan kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut
secara sah dan terikat mulai berlaku sejak notaris mengucapkan sumpah
jabatannya sebagai notaris. Sumpah yang telah diucapkan tersebutlah yang
seharusnya mengontrol segala tindakan notaris dalam menjalankan jabatannya.
Hal tersebut senada dengan yang Raden Soegondo Notodisoerjo menyatakan
tentang apa yang dapat dipertanggungjawabkan oleh notaris yaitu apabila
penipuan atau tipu muslihat itu bersumber dari notaris sendiri. Hal tersebut dapat
terjadi apabila seorang notaris dalam suatu transaksi peralihan hak misalnya
dalam akta jual beli dengan sengaja mencantumkan harga yang lebih rendah dari
6
JP, O. M. (2018). Analisis Hukum Terhadap Peran Dan Tanggung Jawan Notaris
Dalam Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Pada Lembaga Keuangan Bank (Studi Pada PT Bank
Perkreditan Rakyat TJandra Artha Lestari Bandar Lampung. Cepalo, 2 (1).
7
harga yang sesungguhnya.7 Sedangkan Nico membedakan tanggung jawab notaris
menjadi empat macam yaitu:8
1. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil
terhadap akta yang dibuatnya;
2. Tanggungjawab notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil
dalam akta yang dibuatnya;
3. Tanggung Jawab notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris
terhadap kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya;
4. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya
berdasarkan kode etik notaris.
Notaris berkarakter di satu sisi sebagai “Pejabat Umum” dan di sisi lain
juga sebagai seorang “profesional” harus benar-benar memahami, dan
mengamalkan Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris serta
hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Notaris sebagai seorang
profesional harus memenuhi persyaratan:
a. Kemampuan dan keahlian yang memadai (knowledge and skill).
b. Berpendidikan baik (well educated).
c. Rasa tanggung jawab sosial yang tinggi (high standard of sense of
social responsibility).
d. Rasa kesejawatan yang kuat (sense of strong corporateness in the
relationship with collagues).
e. Taat pada Kode Etik dan dan kewajiban moral.
Notaris dalam melakukan tugasnya terutama membuat sertifikat harus
profesional sesuai dengan aturan-aturan hukum yang berlaku karena sangat
pentingnya objek yang dibuat notaris, maka notaris harus meminimalisasi
kesalahan-kesalahan ketika dalam bekerja. Notaris juga harus menjauhi hal-hal
yang mengandung unsur kelalaian dan unsur kesengajaan, yang mencerminkan
kurang pengetahuan, kurang keterampilan dan kurang pengalaman yang dapat
merugikan orang lain, yang bisa berakibat diterapkannya sanksi perdata, sanksi
7
Melati, G. O. (2015). Loc Cit
8
Nico, K. (2003). Tanggung jawab Notaris Selaku Pejabat Umum. Center of
Documentation and Studies of Bussines Law, Yogyakarta.
8
administrasi dan salah- salah sanksi pidana serta sanksi etik. Kekurang hati-hatian
notaris dalam bekerja, bisa disebut malpraktik yang dapat dituntut oleh klien
sebagai pertanggung jawaban dari sebuah profesi yang diemban oleh notaris.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian penjelasan diatas, maka kami dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Pendaftaran Jaminan fidusia secara online yang hanya dimiliki oleh notaris.
Pada sistem administrasi pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik
seluruh data yang diperlukan hanya perlu di-inputkan secara online tanpa
harus disertai dengan penyerahan dokumen fisik. Tata cara pendaftaran
jaminan fidusia dengan system online, diatur pada Peraturan Menteri Huk um
dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia Secara Elektronik, pada Pasal 2. sistem administrasi
pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik, pihak yang mencetak sertifikat
jaminan fidusia adalah pemohon pendaftaran itu sendiri yaitu di kantor
notaris oleh notaris itu sendiri dan dalam sistem administrasi pendaftaran
jaminan fidusia secara elektronik, tanda tangan dilakukan secara elektronik.
2. Notaris bertanggung jawab mutlak terhadap akibat-akibat yang akan timbul
dengan tindakannya dalam mempergunakan wewenangnya tersebut.
Tanggung jawab yang melekat pada diri Notaris mulai dari Notaris diambil
sumpahnya atau janjinya sampai dengan Notaris pensiun pada usia yang telah
ditentukan oleh Undang-Undang Jabatan Notaris. Tanggung jawab notaris
sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan kewenangan yang diberikan
kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut secara sah dan terikat mulai
berlaku sejak notaris mengucapkan sumpah jabatannya sebagai notaris.
3.2 Saran
9
1. Saat ini Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan atau
Fudisia Undang-Undang tersebut dibuat sudah lama, sehingga diperlukan
adanya penambahan-penambahan atau perubahan-perubahan terhadap
aturan jaminan fudisia dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat saat
ini.
2. Dalam hal ini kiranya notaris segera memasukan pendaftaran jaminan
fudisia agar dapat mewujudkan kepastian hukum dan asas publisitas.
10