Anda di halaman 1dari 91

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan pesat dalam teknologi informasi dan telekomunikasi

memiliki jangkauan yang lebih luas dari layanan (features) telekomunikasi

yang ada, serta perangkat teknologi informasi yang lebih canggih yang mampu

mengintegrasikan berbagai jenis media informasi.

Sejak tahun 1999, badan legislatif yang bertanggung jawab telah

memperdebatkan rancangan Undang-Undang ini, dan sebagai akibat dari

berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 mengenai “Informasi dan

Transaksi Elektronik” yang disahkan pada tanggal 21 April 2008, Indonesia

sekarang memiliki Undang-Undang regulasi untuk mengatur masalah ini.

Pasal 18 junto pasal 7 junto pasal Undang- Undang Nomor 11 Tahun

2008 menyatakan bahwa diperlukan kemampuan untuk membuktikan surat

yang ditandatangani secara elektronik dengan tanda tangan digital setara

dengan kemampuan untuk membuktikan akta asli yang dibuat oleh otoritas

pemerintah yang kuat.

Tanda tangan adalah lambang nama seseorang yang ditulis dengan tangan

sendiri sebagai tanda penerimaan pribadi, dan seterusnya. Tan thong Kie

mendefinisikan tanda tangan sebagai pernyataan keinginan penandatangan

yang diungkapkan melalui penempatan tanda di bawah sebuah

tulisan,permohonan tersebut diakui oleh hukum sebagai tulisannya sendiri

sebagai tanda tangan.

1
2

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) mengatur mengenai

tanda tangan, khususnya dalam Buku 4 Bab II mengenai alat bukti tertulis,

yaitu Pasal 1867-1894 KUH Perdata. Keabsahan hal-hal berikut ini dijelaskan

dalam Pasal 1875 KUH Perdata: Ketentuan Pasal 1872 berlaku terhadap suatu

tulisan di tangannya yang kebenarannya diakui di hadapannya atau secara

hukum dinilai telah disahkan olehnya, sehingga dihasilkan alat bukti yang

lengkap yaitu: akta otentik bagi orang-orang yang menandatanganinya, ahli

warisnya, dan mereka yang memiliki hak darinya. Tanda tangan elektronik

diatur dalam perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 mengenai

Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 Nomor 12 Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2016 (UU19/2016) serta Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2019 mengenai Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE),

Berikut pengertian tanda tangan elektronik yaitu:

1. Tanda tangan elektronik meliputi:

a. Memahami kekuatan hukum dan konsekuensi hukum dari tanda tangan

elektronik;

b. Dibuat dengan menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh

penyelenggara jasa sertifikasi elektronik; dan

c. Diproduksi dengan menggunakan generator tanda tangan elektronik

yang diakui.

d. Tanda tangan elektronik yang belum disertifikasi oleh sumber

sertifikasi elektronik Indonesia.


3

2. Tanda tangan elektronik berfungsi sebagai bentuk otentikasi dan diandalkan

atas ;

a. Identitas penanda tangan; dan

b. Integritas dan keaslian informasi elektronik.

Teknik informasi lain yang menunjukkan maksud dan niat penanda

tangan untuk mencatat transaksi elektronik harus digunakan untuk

memvalidasi persetujuan penanda tangan atas perangkat yang mendukung

tanda tangan elektronik tersebut. Jadi, dalam hal keabsahan tanda tangan

elektronik, pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik yang meliputi informasi dan transaksi elektronik, dan pasal 59 ayat

(3) PP PSTE menyatakan sebagai berikut:

3. Jika tanda tangan tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut, maka tanda

tangan tersebut mempunyai kekuatan dan akibat hukum, yaitu:

a. Hanya penanda tangan yang memiliki akses ke data penghasil tanda

tangan elektronik;

b. Data produksi tanda tangan elektronik hanya tersedia selama proses

penandatanganan elektronik.

c. Setiap modifikasi pada tanda tangan elektronik akan terlihat jelas setelah

beberapa waktu berlalu.

d. Setiap modifikasi informasi elektronik yang terkait dengan tanda tangan

elektronik yang terjadi setelah waktu penanda tanganan dapat

diidentifikasi;
4

e. Pendekatan lainnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi siapa

penanda tangannya; dan

f. Prosedur khusus dapat digunakan untuk membuktikan bahwa tanda

tangan telah disetujui untuk informasi elektronik terkait.

4. Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan keterampilan jika

memenuhi standar berikut, menurut Pasal 11 Undang-Undang Informasi

dan Transaksi Elektronik yaitu:

a. Akses ke data penghasil tanda tangan elektronik dilakukan melalui

prosedur elektronik;

b. Setiap perubahan pada tanda tangan elektronik akan terlihat jelas

setelah waktu penandatanganan;

c. Setiap perubahan pada informasi elektronik yang berkaitan dengan

tanda tangan elektronik akan dapat dideteksi dari waktu ke waktu;

d. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan siapa penandatangannya;

e. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan siapa penandatangannya;

f. Ada beberapa teknik yang akan membuktikan bahwa penandatangan

menyetujui informasi elektronik yang bersangkutan;

Tanda tangan elektronik dianggap sah sepanjang memenuhi kriteria

tertentu yang diatur dalam peraturan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

sebelumnya. Berikut persyaratan hukum untuk tanda tangan digital signature:


5

1. Data pembutan tangan bersifat pribadi dan hanya pemilik tanda tangan.

2. Hanya pemilik asli tanda tangan yang memiliki wewenang untuk

menggunakannya.

3. Jika terdapat modifikasi setelah tanda tangan elektronik dibuat, dapat

diverifikasi.

4. Semua modifikasi pada informasi elektronik yang terkait dengan tanda

tangan akan terlihat.

5. Memiliki metode unik untuk menentukan pemilik asli tanda tangannya.

Sertifikat Jaminan Fidusia adalah perlindungan bagi kedua belah pihak,

sebagai peminjam dan pemberi pinjaman, dan dipastikan tidak ada pihak yang

dirugikan.

Sertifikat Jaminan Fidusia adalah Jaminan kebendaan atas benda bergerak

baik fisik ataupun non fisik yang tidak ada hubungannya dengan kewajiban

yang terutang oleh debitur dan kreditur.

Berdasarkann Peraturan Menterii Hukum dani HAM Nomor 9i Tahun

2013 Memutuskan Peraturan manteri hukum dan hak asasi manusia tentang

pemberlakuan pendaftran jaminan fidusia secara elektronik Pasal 1 Dalam

peraturan manteri ini yang dimaksud dengan pemohon adalah penerima

fidusia , kuasa atau wakilnya, pendaftran jaminan fidusia secara elektronik

adalah pendaftran jaminan fidusia yang dilakukan oleh pemohon dengan

mengisi aplikasi secara elektronik dan Pasal 2 pendaftran jaminan fidusia

secara elektronik mengikuti pendaftran pemohon jaminan fidusia, pendaftran

perubahan jaminan fidusia dan penghapusan jaminan fidusia. pendaftran


6

jaminan fidusia secara elektronik sebagaimana yang dimaksud ayat 1

dikenakan baiaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

pasal 3 menimbang bahwa pendaftran jaminan fidusia secara elektronik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilakukan melalui kios pelayanan

pendaftaran jaminan fidusia secara elektrnoik di seluruh kantor pendaftaran

fidusia dan kemudian mengenai pasal 4 ketentuan mengenai tata cara

pendaftran jaminan fidusia secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 di atur dengan peraturan manteri sehingga Pasal 5 peraturan manteri

ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan agar setiap orang mengetahuinya

memerintahkan pegundangan perarturan manteri ini dengan penetapanya

dalam berita negara Republik Indonesia.

Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusiaa dari sisi teknologi (online),

Dirjen AHU menerbitkan Surat Edaran Nomor AHU -06.OT.03.01 Tahun

2013 Pemberlakuan sistem Administrasi Pendaftaran jaminan Fidusia Secara

Elektronik (ONLINE SYSTEM), dalam rangka pemberlakuan pelaksaan system

admnistrasi pendaftran jaminan fidusia secara elektronik (ONLINE SYSTEM)

pada kantor pendaftaran fidusia di seluruh indonesia dengan aman, nyaman,

cepat dan bersih serta dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 14 ayat (1)

dan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

jaminan fidusia, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut: pengemuman

pemberlakuan sistem admnistrasi pendaftran jaminan fidusia secara

elektronik pada seluruh kantor pendaftaran secara resmi dilakukan pada

tanggal 5 maret 2013 melalui media telavisi untuk diketahui masyarakat luas
7

dan selanjutnya seluruh kantor pendaftran fidusia diminta mempersiapkan

segala sesuatunya terkait dengan peralihan sistem pendaftran jaminan

fidusia,dan selanjutnya kantor pendaftran fidusia diseluruh Indonesia dalam

menjalankan tugas dan fungsinya tidak lagi menerima permohonan pendaftran

jaminan fidusia secara manual dan turut menginformasikan kepada pemohon

untuk melakukan permohonan pendaftran jaminan fidusia elektronik.

Pendaftaran janji fidusiaa dilakukan secara elektronik atau online

sehingga lebih memudahkan serta mempercepatt prosedur pendaftaran janji

ffidusia, oleh karena itu para pihak (kreditur dan debitur) memiliki kepastian

hukum. Karena tujuan dari janji fidusia adalah untuk menjamin pelunasan

utang-utang tertentu, namun debitur yang telah menyepakati akad pokok dan

masing-masing akad itu terjamin dan aman dengan mengetahui bahwa

pelaksanaannya harus dilakukan menurut Undang-Undang.Sejak didirikan

pada tahun 1970-an, tanda tangan digital telah diasumsikan berfungsi serupa

dengan tanda tangan kertas. Kemajuan teknologi yang pesat telah menjadikan

tanda tangan digital sebagai komponen penting dari bisnis cyberspace saat ini.

Sementara tanda tangan digital semakin banyak digunakan dan bahkan dapat

ditegakkan secara hukum di beberapa negara maju, beberapa pakar

informatika mulai mempertanyakan validitasnya, bukan karena kelemahannya

dalam menghitung. Dari teknik yang digunakan, tetapi yang lebih penting,

banyak kekurangan dalam implementasi tanda tangan digital.

Pada tahun 2013, teknik pendaftaran jaminan fidusia dilakukan secara

manual melalui sistem pendaftaran pendaftaran jaminan fidusia dan digantikan


8

oleh sistem pengelolaan pendaftaran jaminan fidusia secara otomatis,

pengembangan aplikasi pada tahun 2014 diikuti tidak hanya implementasi di

lapangan, tetapi juga kejelasan hukum bagi pihak-pihak yang terlibat.

Sertifikat jaminan fidusia yang diaktifkan atau didaftarkan melalui

Direktorat Jendral Admistrasi Hukum dinyatakan tidak sah karena

bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 mengenai

Jaminan Fidusia dan juga Kepres Kepres RI No-139 / 2000 dikarenakan untuk

pendaftaran Sertfikat Jaminan Fidusia haruslah dilakukan melalui Kantor

Pendaftaran Jaminan Fidusia sejak diterbitkannya aturan tersebut, mengenai

Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia tersebut setiap Provinsi sudah dibuat,

maka dari itu setiap pendaftaran sertifikat jaminan fidusia yang akan

didaftarkan harus melalui Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia. Dan juga

mengenai Direktorat Jendral Admistrasi Hukum dialihkan menjadi

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia,

Khususnya Kepres RI No-139 / 2000 Pasal 4 dengan dibentuknya kantor

pendaftaran fidusia di setiap ibu kota provinsi, maka wilayah kerja kantor

pendaftran fidusia di direktorat jendral admnistrasi hukum umum untuk

masing masing provinsi di alihkan menjadi wilayah kerja kantor wilayah

departemen kehakiman dan hak asasi manusia di provinsi yang bersangkutan.

Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik pada Pasal 7 menyatakan setiap orang yang menyatakan hak,

memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak orang lain berdasarkan

adanya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik harus memastikan


9

bahwa informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang ada padanya

berasal dari sistem elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan peraturan

perundang- undangan. selanjutnya pasal 1 ayat 12 Undang-Undang ini yang

dimaksud dengan tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas

informasi elektronik yang dilekatkan, terasiosasi atau terkait dengan informasi

elektronik lainya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.dan

kemudian ayat 13 penandatanggan adalah subjek hukum yamg terasiosasikan

atau terkait dengan tanda tangan elektronik.

Dikarenakan Sering dijumpai pada saat terjadi eksekusi jaminan fidusia,

pemilik konsumen atau Lembaga Swadaya Masyarakat, (LSM)

mempertanyakan kekuatan hukum Eksekusi jaminan fidusia yang tidak ditanda

tangani oleh Kanwil Hukum dan HAM. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul: Tanda Tangan Elektroinik Dalam

Keabsahan Sertifikat Jaminan Fidusia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah tanda tangan elektronik dalam sertifikat jaminan fidusia telah

sesuai dengan Undang- Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik ?

2. Bagaimana Kekuatan hukum sertifikat jaminan Fidusia yang di tanda

tangani Secara Elektronik ?


10

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui apakah tanda tangan elektronik dalam setifikat jaminan

fidusia telah sesuai dengan Undang – Undang No 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Untuk Mengetahui Kekuatan hukum setifikat jaminan fidusia yang di tanda

tangani Secara Elektronik ?

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya Penelitian ini maka di harapkan suatu manfaat dari aspek

teoritis dan praktis untuk akademisi hukum, meliputi :

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu hukum sehubungan dengan

tanda tangan elektronik dalam setifikat jaminan fidusia telah sesuai dengan

Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik ITE

2. Manfaat Praktis

Sebagai titik awal dan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai

kekuatan hukum sertifikat fidusia yang ditandatangani secara elektronik.


BABIII

TINJAUANIPUSTAKA

A. TinjauanIHukum Transaksi Elektronik

1. PengertianITanda Tangan Elektronik

JuliusIIndra DwiparyoIberpendapat bahwaItanda tanganIelektronik

adalah identitasIyang berfungsiIsebagai tandaIizin untuk tanggung jawab

yang terkait dengan suatu akta elektronik.

Sedangkan menurutIEdmon MakarimImenyatakan bahwaIKontrak

elektronikIadalah Suatu hubungan hukum atauIperikatan yangIdilakukan

secaraAelektronik melalui integrasi sistem informasi berbasis komputer

atau disebut juga computerbased information sytem dan sistem komunikasi

jaringan yang berbasis jaringan atau networking dan layanan

telekomunikasi (telecommunicationbased) yang dibantu lebih lanjut oleh

kehadiran komputer internet di seluruh dunia (network of network).

Senada dengan edmon, Rosa Agustina mendefinisikan kontrak

elektronik sebagai setiap perjanjian yang dibentuk melalui penggunaan

peralatan elektronik atau teknologi informasi dan dituangkan dalam surat

kabar elektronik atau media elektronik lainnya.

Sementara itu, Pasal 1 Undang-UndangINomor 19ITahun 2016

TentangIPerubahan AtasIUndang-Undang NomorI11 TahunI2008 Tentang

Transaksi InformasiIElektronik (Undang-Undang ITE) mendefinisikan

kontrak elektronik sebagai transaksi antara dua pihak yang dilakukan

melalui sistem elektronik. SistemIelektronik adalahIperangkat

11
12

danAprosedur yang bertujuan

menyiapkan,Imengumpulkan,Imengelolah,Imenganalisis,Imenyimpan,

menampilkan, dan mengumumkan informasiIelektronik.

2. Keabsahan Kontrak Transaksi Elektronik

Tujuan mengatur legalitas kontrak elektronik sesuai dengan

UNCITRAL/United Nation Commession on Internaional Trade law

Model LawonE- Commerce TahunI1996.

TransaksiImelalui e-commerceIadalah aktivitas yang relatifIbaru

dalam dunia bisnis, danIsemakin populer, meskipun norma hukum

diciptakan untuk mengatur objek atau hubungan yang ada atau telah terjadi

dengan cara yang bersifatIstatis. SalahIsatu isuIyang muncul

adalahIlegitimasi kontrakIdan struktur transaksi e-commerceIini.

Regulasi Prinsip Legalitas Kontrak Elektronik Menurut Model Law

UNCITRAL 1996 tentang E-Commerce, Model Law UNCITRAL tentang

E-Commerce terdiri dari dua prinsip penting yang berfungsi sebagai dasar

untuk pengaturannya. Dua konsep panduan pendekatan ini adalah:

a. FunctionalI Equivalence ApproachI(pendekatanIyang

secaraIfungsinya sama) adalahIbahwa komunikasiIdan

dokumenIelektronik memenuhi tugas yangIsama danImelayani

tujuanIyang samaIseperti dokumen dan percakapan tradisional yaitu

dengan kertas.

b. TechnologyINeutralityApproachI(pendekatan1kenetralan

suatu1teknologi) menunjukkan bahwa1komunikasi


13

elektronik1sama dengan jenis1komunikasi elektronik1lainnya

Akibatnya, kondisi umum untuk dianggap sebagai teknologi yang

dikenal secara global.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sebelum disahkannya

Undang-Undang ITE pada 211April 2008, setiap1orang yang1melakukan

berbagai1kegiatan transaksi1perdagangan, surat atau dokumen tertulis

selalu digunakan ketika membeli dan menjual, menyewakan, atau

membuat kontrak dengan individu lain, sebagaimana diatur dalam Kitab

Undang Hukum Perdata, sebagai bukti yang dapat diterima secara hukum,

para pihak harus hadir secara langsung dan menandatangani transaksi,

kontrak, atau perjanjian secara langsung.

Perikatan (verbintenis) memiliki konotasi yang lebih luas dalam

hukum perdata daripada perjanjian, perjanjian adalah peristiwa nyata,

tetapi perikatan adalah makna abstrak. Suatu1perikatan menurut1hukum

perdata, dalam1hal ini yaitu KUHPerdata, dianggap legal apabila dipenuhi

syarat-syarat tertentu. Pasal 1320 mengatur topik ini dan secara tegas

disebutkan bahwa agar suatu perjanjian menjadi sah, empat syarat harus

diikuti, yaitu sebagai1berikut:

1. Mencapai1kesepakatan tentang mereka1yang mengikatkanIdiri.

2. Kapasitas untukImengadakan suatuIperikatan.

3. SuatuIhalItertentu.

4. SuatuIsebab yangIhalal.
14

Berdasarkan standar tersebut di atas, perikatan dianggap asli karena

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Terdapat perjanjian, perikatan, transaksi, atau kontrak yang

melibatkan para pihak.:

2) Adanya kemampuan atau kemauan dalam mengadakan suatu

kontrak, transaksi, dan perikatan:

3) Keberadaan objek tertentu dalamiperikatan,iperjanjian,ikontrak,

atauitransaksi:

4) Ada alasan yang masuk akal, pantas-pantas, dan sah.

Selanjutnya, paraIpihak harusIsaling berhadapanIsecara fisikIatau

teknis, yang dilakukanIsecaraImanual. Kemudian, mulai tanggal penetapan

tersebut di atas, Undang-Undang ITE akan disahkan dan diundangkan,

maka perspektif tradisional tentu saja akan bergeser sebagai hasilnya. Hal

ini terkait dengan keabsahan perbuatanIhukum yangIdilakukan oleh

mediaIteknologi informasiIdimana para pihakItidak perlu

bertemuIsecaraIlangsung.

SehubunganIdengan penyelesaian masalah, Oleh karena itu, surat

elektronik dan tanda tangan diaturIdalam Undang-UndangINomor

11ITahun 20081ITE, sebagaimana tercantumIdalam PasalI5:

1. InformasiIelektronik dan/atau dokumenIelektronik, serta

hasilIcetakannya, dapat diterima di pengadilan.


15

2. Menurut hukum Indonesia, sebagaimana dimaksud pada ayatI(1),

informasi elektronikIdan/atau dokumenIelektronik, serta

hasilIcetakannya, merupakan perpanjangan dari alatIbukti yangIsah.

3. Menurut Undang-UndangIini, informasiIelektronik

dan/atauIdokumen elektronik dilindungi secara hukum.

4. Ketentuan padaIayat (1) yangIberkaitan denganIinformasi berkaitan

dengan elektronikIdan/atau dokumen1elektronik tidak legal bagi:

a. Surat-suratIyang harusIdibuat menurutIundang-undang dan

peraturan perundang-undangan dalamIbentukItertulis; dan,

b. SuratIdan dokumentasinya, yangIharus berupa akta notaris atau

aktaIyang dibuatIoleh pejabatIyang membuat akta itu,

menurutIperaturan perundang-undangan.

Selanjutnya surat tersebut harus dibuat secara tertulis sesuaiIdengan

peraturan Zperundang-undangan, sebagaimanaAtercantum

dalam1penjelasan Pasal15 ayat (4), dokumen yang digunakan dalam

penegakan peraturan perundang-undangan diIbidangAperdata,Apidana,

dan tataIusahaInegara, termasuk namun tidak terbatas pada surat berharga.

Selanjutnya diputuskan dalam penjelasan pasal 6 bahwa apabila

persyaratan tambahan sebagaimanaIdimaksud dalamIPasal 5 ayatI(4)

mengharuskanIpemberian keterangan tertulis atau asli. Apabila informasi

yang termasuk dalam informasiIelektronik dan/atauAdokumen

elektronikIdapat diakses, maka informasi tersebut dianggap sah, disajikan,

serta terjamin keutuhan dari dokumen tersebut, dan dideskripsikan


16

sedemikian rupa sehingga suatu situasi dapat dipahami. Selanjutnya

menurut penjelasanIpasal 6 disebutkan bahwaIbentuk tertulisIsama

denganIinformasi dan/atauIdokumen yang dicetak secara eksklusif pada

kertas, terlepas dari kenyataan bahwa informasi dan/atau dokumen dapat

berupa sumber daya elektronik apa pun, termasuk media elektronik.

Informasi asli tidak lagi signifikan dalam sistem elektronik karena sistem

elektronik dibedakan terutama melalui duplikasi, sehingga informasi asli

tidak dapat dibedakan dari perbedaan.

Para penyusun Undang-Undang ITE mempelajari masalah ini secara

menyeluruh, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Umum alinea

kesebelas, yang menyatakan bahwa aktivitas di dunia maya tidak dapat

diperlakukan secara hukum dengan aturan dan kualifikasi hukum

tradisional, karena hal itu akan menimbulkan terlalu banyak komplikasi

dan akan menghambat penegakan hukum.

Bahkan jika buktinya elektronik, tindakan pada ruang siber adalah

yang pertama memiliki dampak yang sangat gamblang. Maka dari itu,

subjekIpelaku juga harusIdikualifikasikan sebagaiIorang yangIbenar-benar

telahImelakukan perbuatanIhukum.

Hal ini juga diakui dalam kegiatan E-Commerce, misalnya bahwa

ada kertas elektronik yang statusnya sama dengan dokumen diatas kertas

saja. Hal ini disebutkan dalamIPasal 7: SetiapIorang yang

mengumumkanIhak, memperkuatIhak yangIada, atauImenolak hakIorang

lainIberdasarkanIadanya informasiIelektronik dan/atauIsurat elektronik,


17

sebelumnya terlebih dahulu memastikanIelektronik dan/atauIdokumen

elektronikIyang dihasilkan oleh suatu sistem elektronik memenuhiIstandar

hukumIyang ditetapkan oleh peraturanZperundang-undangan, kemudian

dengan jelas dinyatakan bahwa ketentuan tersebutIadalah

informasiIelektronik dan/atau dokumenIelektronik dapat mengakibatkan

berkembangnya suatu hak.

Dalam hal batas waktu penyampaian, Undang-UndangINomor

11ITahun 2008IITE telah mengaturnya sebagaiIberikut, sebagaimana

diatur dalamIPasal 8 Tahun 2008, yaitu:

1. KecualiIdiperjanjikan Ilain, saat pengirim mengirimkan

informasiIelektronik dan/atauIdokumen elektronikIke sistemIelektronik

yangIditunjuk atauIdigunakan oleh penerimaIdan

telahImemasukiIsistem elektronikIyang ditunjukIatau digunakan oleh

penerimaIyang telah memasukiIsistem elektronikIdi luar

kendaliIpengirim.

2. KecualiZdiperjanjikan lain, jangka waktuIpenerimaan

informasiIelektronik dan/atauAdokumen elektronik adalah padaIsaat

informasiAelektronik dan/atau dokumenVelektronik tersebut diterima

dan dimasukkan ke dalam sistemIelektronik diIbawah kendaliIpenerima

yang sah.

3. Penerimaan terjadi ketika informasiBelektronik dan/atauFdokumen

elektronik masuk keIsistem elektronik yangIditunjuk jika penerima


18

telah mengkonfigurasi sistem tertentu untuk penerima informasi

elektronik.

4. Apabila digunakan dua atau lebih sistem informasi untuk mengirim

atau menerima InformasiIElektronik dan/atau DokumenIElektronik,

maka berlaku PasalI8 ayat (4) Undang-Undang IITE yaitu

sebagaiIberikut:

a. Waktu pengiriman adalah waktu yang diperlukan untuk

memasukkan informasiIelektronik dan/atauUdokumen elektronikIke

dalamIsistem.

b. InformasiSelektronik dan/atauSdokumen elektronikSditerima

pada1saat dimasukkan ke1dalam sistem1informasi

elektronik1dan/atau elektronik yang dikuasai oleh penerima.

Selanjutnya, Pasal 9IUndang-Undang6Nomor 115Tahun 2008

(ITE) mencakup hal-hal yang adil yang menyangkut hak dan kewajiban

pelakuIusaha, yaitu: PelakuIusaha yang menjual barang melaluiIsistem

elektronik0harus memberikan informasiYyang benar-benar

relevanYdengan ketentuanYkontrak, produsen, dan produkIyang akan

dijual. Kemudian, Undang-UndangZtersebut menjelaskanZjuga bahwa

apaZyang dimaksudEdengan informasiIyang lengkap dan transparan yaitu

meliputi:

a. Data meliputi identifikasi dan kedudukan subjek hukum, serta

kemampuannya sebagai produsen, pemasar, penyelenggara, dan

mediator.
19

b. Informasi tambahan menguraikan prasyarat khusus untuk otentikasi.

c. Membuat kesepakatan dan menentukan barangIdan/atau layanan

yangIakan ditawarkan, termasukNnama, alamat, danIdeskripsi

produk/layanan.

3. Pengaturan Tanda Tangan Elektronik Dalam Peraturan Perundang

Undangan

Menurut PasalI11 ayatI(1) yang menjelaskan bahwa

tandaItanganIelektronik mempunyaiIkeabsahan serta implikasi

hukumIapabila telahImemenuhi persyaratanIsebagai berikut:

1. DataIyang digunakanIuntuk menghasilkan tandaItanganIelektronik

sepenuhnya dimiliki oleh penandatangan.

2. Pada saat prosedur elektronik, penandatangan memiliki kepemilikan

tunggal atasIdata pembentukan tandaItanganIelektronik.

3. Setiap perubahan padaItanda tanganLelektronik yangLterjadi

setelahjangka waktuLberakhir dapat Ldideteksi.

4. setiapLperubahan selanjutnya pada informasiLelektronik yang

relevan denganLtanda tanganLelektronik setelahLwaktu

penandatangananLtelah diketahui.

5. Pendekatan tertentuLyang digunakan untuk menentukan siapa pelaku

Penandatangan tersebut.

6. Adanya beberapa metode khususLuntuk menunjukkanIbahwa

penandatangan menyetujui informasiIelektronik yangIterkait.


20

KetentuanIlebih lanjutImengenai tandaItangan

elektronikIsebagaimana dimaksudIpada ayatI(1) diaturIdengan

peraturanIpemerintah. Kemudian dalam Undang-Undang tersebut yang

menjelaskan bahwa: Undang-undang ini secara khusus mengakuinya, tetapi

hanya sebagai kode tandaItanganAelektronik, namun, tandaAtangan

elektronikImemiliki kekuatanIhukum dan akibatIhukum yang sama seperti

tandaItangan manualIpadaIumumnya Standar yang disinggung pada artikel

ini adalah standar minimal yang musti dicukupi oleh setiap tanda tangan

elektronik.

Ketetapan tersebut memberi keleluasan terhadap setiap individu untuk

membuat metode, teknik, atau prosedur untuk membuat tanda tangan

elektronik Aturan pemerintah mengawasi ketentuan lain yang berkaitan

dengan tanda tangan elektronik termasuk metode, teknik, fasilitas, serta

prosedur pembentukan tanda tangan digital.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 11 Pasal 12 Tahun 2008

menetapkan bahwa:

a) Setiap orang yang melanggar persyaratan yang berkaitan dengan Tanda

Tangan Digital memiliki tanggung jawab berdasarkan semua kerugian

serta akibat hukum.

b) Pengamanan pada tanda tangan elektronik seperti yang dimaksud pada

ayat (1) paling sedikit harus meliputi:

1. Pengguna yang tidak sah tidak dapat memperoleh akses ke sistem.


21

2. Untuk menghindari penggunaan data yang menyangkut dengan

pembentukan tanda tangan digital secara ilegal, penandatangan harus

mengikuti prinsip kehati-hatian.

3. Penanda tangan harus segera memberitahu orang yang kepadanya

penandatangan elektronik dianggap percaya pada tanda tangan

digital dan pihak yang mendukung layanan tanda tangan digital

Anda jika:

a) Penanda tangan memahami jika data pembuat tanda tangan

elektronik sudah disusupi.

b) Penanda tangan mengetahui keadaan yang dapat menimbulkan

bahaya serius, mungkin karena data pembuat tanda tangan

elektronik diretas.

c) Jika tanda tangan elektronik didukung oleh sertifikat elektronik,

penandatangan harus memverifikasi bahwa keseluruhan informasi

yang menyangkut sertifikat tersebut akurat dan lengkap. Setiap

individu yang melanggar larangan padaiayat (1) memiliki

tanggung jawabbakibat segalaakerugian serta akibat

hukummyang ditimbulkannya.

4. Legalitas Transaksi Jasa Elektronik (Online)

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik (yang selanjutnya disebut

UU ITE), data elektronik atau dokumen elektronik dan hasillcetaknya

adalah barang bukti yanggsah, menurut Pasall5 ayatt(2) dikatakan sah


22

apabila memakai sistem elektronik atau digital yang sesuai menurut

ketetapan yang telah ditetapkan pada Undang-Undang tersebut, pada pasal

5 ayat (4) ketentuan mengenai informasi elektronik yang disebutkan pada

ayat (1) tidak akan berlaku untuk:

1. Surat-surat yang harus ditulis menurut undang-undang, dan

2. Surat-suratnya yang harus dibuat menurut undang-undang dalam

bentuk akta notaris atau akta yang dibuat oleh penjabat pembuat akta.

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 (ITE) menjelaskan

bahwa apabila ada ketentuan lain selain Pasal 5(4) yang mewajibkan

informasi dalam bentuk asli atau bentuk tertulis, informasi elektronik atau

file elektronik dikatakan efektif. Selama informasi yang terkandung di

dalamnya bisa diakses dan ditampilkan, integritasnya terjamin serta

situasinya bisa dijelaskan. Pasal 7 Apa yang dimaksud dengan

mengumumkan hak, menambah hakkyang telahaada, ataupun menolakkhak

orangllain menurut data atau catatan elektronik. Artinya, data elektronik

dan/atau arsip yang terkandung di dalamnya harus bersumber dari sistem

elektronik yang telah mencapai segala ketentuan dan ketetapan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 17 (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 mengenai

Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE) mengakui

serta menunjukkan bahwa penyelenggara transaksi elektronik bisa bekerja

baik di ranah publik maupun privat. Anda harus berperilaku dengan itikad

baik saat berkomunikasi dengan dan berbagi informasi elektronik atau


23

dokumen elektronik selama transaksi. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 mengenai Pelaksanaan Sistem dan

Transaksi Elektronik mengatur ketentuan pada Pasal 17 (3) untuk

pelaksanaan transaksi elektronik sebagaimana ynag dimaksud pada ayat (1).

B. Konsep Fidusia.

1. Pengertian jaminan fidusia

Fidusiaaini berasalldari kataa“fides” yang memiliki arti

“kepercayaan” dan mengacu pada pemindahan hak milik terhadap barang-

barang yang dititipkan sebagai jaminan (collateral) untuk pelunasan

piutang kreditur. Pengalihan hak milik atas barang-barang tersebut semata-

mata dimaksudkan sebagai jaminan piutang untuk pelunasan kewajiban

tertentu, dengan penerima fidusia (kreditur) didahulukan dari kreditur

lainnya.

Fidusia adalah ungkapan yang telah lama digunakan di Indonesia.

Fidusia adalah pemindahan hak kepada pemilik suatu barang sebagai

titipan dengan syarat barang yang dialihkan kepemilikannya tetap dalam

penguasaan, menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 mengenai Jaminan Fidusia (yang setelah itu disebut Undang-Undang

JF).

Jaminannfidusia ialah hakjjaminan terhadap benda bergerak,bbaik

yang tampak maupunttidak, serta bendaatidakibergerak, yang terkusus

ibangunan, tidakkbisa dibebaniihak tanggungannsebagaimana yang tertera

pada Undang-UndanggNomor 4iTahun 1996 mengenai HakiTanggungan,


24

yanggmasih berlaku dalammkepemilikanffidusia, menurut Pasall1

angkaa2. Hak Tanggungannialah hak tanggungan yanggdikenakan atas

hakaatasttanah yang dimaksud pada Undang-UndanggNomor 5tTahun

1960 yang mengatur mengenai baku mutu, sebagaimana tercantum pada

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang tersebut.

Prinsip agraria, termasuk atau tidak termasuk hal-hal lain yang

merupakan bagian hakiki dari tanah, untuk pelunasan kewajiban tertentu

yang didahulukan dari kreditur lain.

Menurut Pasall1 angka 1 Undang-UndanggNomor 42 Tahunn1999

mengenai jaminannfidusia, yang dimaksud dengan fidusia ialah

“pengalihan kepemilikan atas suatu barang atas dasar kepercayaan dengan

ketetapan bahwa benda yang dialihkan kepemilikannya tetap dalam

penguasaan pemilik barang tersebut".

Dari rumusan di atas bisa dimengerti bahwa unsur-unsur fidusia

adalah:

a. Pengalihannhak kepemilikanssuatu benda.

b. Dilakukan atas dasar kerpercayaan.

c. Keberadaannya tetap dalam pengguasaan pemilik benda.

Menurut definisi di atas, konsep fidusia pada prinsipnya terdiri dari

aspek aspek sebagai berikut:

1. Ini adalah pengalihan kepemilikan aset dari pemilik ke kepercayaan;

2. Ada barang bergerak dan tidak bergerak yang dialihkan, yang

terkhusus bangunanyyang tidakkdikenakan hakttanggungan;


25

3. Adanya perjanjian hutang-piutang;

4. Termasuk jaminan hutanggdebitur kepadaakreditur.

5. Pemilik barang tetap memiliki barang yang hak kepemilikannya

telah dialihkan.

6. Pemilik barang bukan lagi pemilik, melainkan peminjam.

7. Jaminan Fidusia didefinisikan padaaPasal 1 ayat 2 Undang-Undang

JaminannFidusia sebagai hakjjaminan berdasarkan bendaabergerak,

baik fisik maupunnbenda mati serta benda tidaktbergerak.

Hakttanggungan pada Undang-UndanggNomor 4 Tahunn1996

tidak dapat dijadikan hakktanggungan, karena hipotek tersebut

masih menjadi milik wali amanat, sebagai jaminan untuk pelunasan

kewajiban tertentu, dan memberikan prioritas kepada wali atas

kreditur lainnya.

Unsur-unsur jaminan fidusia, menurut susunan kata aturan pada

pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan

Fidusia, adalah:

1. Sebagai sistem hak jaminan kebendaan serta hak prioritas.

2. Pindahkan objek sebagai objek.

3. Real estate, khususnya bangunan yang tidak mempunyai hak

tanggungan, tidak mempunyai hak tanggungan, dan juga menjadi

obyek jaminan perwalian.

4. Benda yang dijaminkan oleh wali amanat dimaksudkan untuk

dijadikan jaminan.
26

5. Melunasi hutang tertentu.

6. Wali amanat memiliki prioritas di atas kreditur lainnya.

Jenis Fidusia yang pertama dikenal adalah General Creditore,

dimana pemindahan hak kepemilikan fidusia kepada Cum Creditore

terjadi tanpa cacat, memberikan status pemilik yang sempurna kepada

penerima fidusia (kreditur). Tentu saja, sebagai pemiliknya, dia

diperbolehkan melakukan apa saja yang dia inginkan dengan barang-

barang yang dia miliki; namun demikian, ia wajib mengembalikan hak

milik kepada debitur yang menyerahkan fidusia jika orang yang disebut

terakhir itu telah melunasi utangnya kepada kreditur. Selanjutnya

hubungan fidusia cuma kreditor tidak memiliki batasan lebih lanjut. Di

sini, hak milik adalah sempurna, namun dibatasi, karena berbagai faktor.

Hak-hak pemilik fidusia ditentukan oleh syarat-syarat putusan

(onbindende voowaarde). Jika pemberi fidusia gagal melaksanakan

tugasnya sebagai estvasior, terciptalah hak miliknya yang sempurna (A.

Veenhoven)

2. Objek dan Ruang Lingkup Kajian Hukum Jaminan

Sasaran penyidikan atau kajian hukum agunan adalah objek

kajiannya; objeknya dibedakan menjadi dua jenis: objek material yang

dijadikan sasaran penyidikan, yaitu manusia serta objek formal hukum

penjaminan, yaitu bagaimana subjek hukum bisa membebankan

jaminannya kepada lembaga perbankan atau lembaga keuangan yang


27

bukan bank. Undang-undang penjaminan mencakup penjaminan umum

serta penjaminan khusus. Jaminan terbagi menjadi dua bagian, yakni:

1. Jaminan Umum

Jaminan umum adalah janji-janji yang dibuat oleh debitur yang

timbul atau timbul karena hukum, artinya barang-barang bergerak dan

tidak bergerak milik debitur menjadi kewajiban debitur kepada

kreditur.

Jika debitur wanprestasi, kreditur bisa mengajukan permohonan

kepada pengadilan agar menyita serta melelang semua harta kekayaan

debitur.

2. Jaminan Khusus

Adaadua macam jaminan khusus: jaminan materi serta jaminan

individu. Jaminan kebendaan dipisahkan menjadi barang bergerak dan

barang tidak bergerak, dengan barang bergerak termasuk gadai dan

fidusia, dan barang tidak bergerak termasuk hak tanggungan fidusia,

terkhusus untuk rumah susun, hipotek, kapal laut, pesawat terbang.

Jaminan individu, di sisi lain, termasuk tanggung jawab bersama dan

jaminan bank.

3. Objek dan Subjek Jaminan Fidusia

Barang bergerak seperti persediaan (investasi), produk, piutang, peralatan

mesin, dan kendaraan bermotor menjadi objek jaminan fidusia sebelum

Undang-Undafng Nomor 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia


28

diberlakukan. Tujuan jaminan fidusia terbagi menjadi dua kelompok sejak

diberlakukannya UU 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia:

1. Benda bergerak, baik yang tampak maupun tidak

2. Benda tidak bergerak, terlebih bangunan yang tidak dibebani hak

tanggumgan.

Benda menurut Undang-Undang Jaminan Fidusia No. 42 Tahun 1999 ialah

segala hal yang bisa dimiliki serta dipindahtangankan, baik berwujud maupun

tidak, terdaftar atau tidak terdaftar, bergerak atau tidak bergerak, dan yang

tidak bisa dibebani hipotek atau hipotek, sebagaimana disyaratkan oleh pasal

314 ayat (3) Kitab Undang Huku Perdata dan pasal 1162 Kitab Undang

Hukum Perdata.

Adapun tujuan dari jaminan fidusia menurut aturan Undang-Undang

Jaminan Fidusia adalah Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 yang mencakup jaminan fidusia, yang menyatakan:

“Segala hal yang bisa dipegang atau dialihkan, baik fisik maupun tidak

berwujud, terdaftar atau tidak terdaftar, bergerak yang tidak dibebani dengan

hipotek atau hipotek,” menurut definisi tersebut. Fidusia :

1. Jaminan fidusia bisa disalurkan kepada satu atau lebih unit atau

kategori barang, termasuk piutang, yang ada saat penjaminan atau

diperoleh setelahnya.

2. Penempatan jaminan fidusia terhadap barang atau piutang yang

didapatkan kemudian sebagaimana dijelaskan pada ayat (1) tidak

memerlukan persetujuan.
29

Jaminan Fidusia, pada Pasal 10 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

yakni:

a. Hasil barang yang menjadi janji fidusia termasuk dalam janji fidusia.

b. Dalam hal barang jaminan fidusia diasuransikan, maka klaim asuransi

termasuk dalam jaminan fidusia.

Jaminan fidusia tetap menyertai benda-benda yang menjadi objek jaminan

fidusia yang berada di tangan siapapun, kecuali pengalihan barang inventaris

yang menjadi obyek jaminan fidusia, menurut Pasal 20 Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia.

Janji fidusia mencakup semua barang bergerak, termasuk yang sudah ada

dan yang akan ada di masa depan. Barang bergerak adalah barang yang telah

ada pada saat perjanjian jaminan fidusia dan barang yang belum ada tetapi akan

diterima kemudian. Apabila benda yang bersangkutan menjadi milik pemberi

fidusia, maka benda tersebut secara hukum dibebani jaminan fidusia.

Ketentuan Pasal 1334 Kitab Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut:

“Barang-barang yang akan ada di kemudian hari dapat menjadi subyek

suatu perjanjian, tetapi bukan suatu warisan yang belum dibuka, atau untuk

dimintai persetujuan mengenai sesuatu mengenai warisan itu, sekalipun dengan

persetujuan orang yang nantinya akan meninggalkan harta warisan itu. warisan

yang menjadi pokok perjanjian, dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 197,

169, dan 178 KUHPerdata.”

Pemberi dan penerima fidusia merupakan fokus dari janji fidusia. Orang

atau perusahaan yang memiliki barang yang menjadi fidusia adalah pemberi
30

fidusia, sedangkan orang pribadi atau perusahaan yang memiliki piutang yang

pembayarannya dijamin dengan fidusia adalah penerima fidusia.

4.Ciri-ciri Fidusia

Perjanjian jaminan fidusia, seperti halnya perjanjian accesoir, memiliki

sifat-sifat sebagai berikut, sebagaimana telah ditetapkan pada Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999:

a. Penerima fidusia memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan

debitur lainnya. Hak prioritas ditetapkan dari tanggal pendaftaran

di Kantor Pendaftaran Fidusia atas benda-benda yang menjadi

subyek jaminan fidusia. Hak prioritas yang dipersengketakan

adalah hak penerima fidusia untuk mendapatkan pelunasan

kewajibannya atau akibat terlaksananya tujuan jaminan fidusia

(Pasal 27 Undang-Undang JF)

b. Selalu ikuti benda yang dipastikan berada di tangan siapapun yang

berhak menolak terlebih dahulu. Kecuali pemindahtanganan

barang inventaris yang menjadi obyek jaminan fidusia,

jaminannfidusia tetappmengikuti benda-benda yang menjadiiobyek

jaminannfidusia di tangan siapa pun benda itu berada (Pasal 20

UUJF).

c. Memenuhi prinsip spesialisasi dan publisitas, mengikat pihak

ketiga serta menawarkan kepastian hukum bagi yang

berkepentingan.

d. Memberikan kejelasan hukum terhadap pihak yang berkeperluan.


31

e. Mudah saat pelaksanaan eksekusinya.

5. Hapusnya Jaminan Fidusia

Yang dimaksud dengan penghapusan jaminan fidusia ialah bahwa jaminan

fidusia sudah tidak berlaku lagi. Jaminan fidusia harus dihapuskan karena tiga

(tiga) alasan:

1. Pengampunan utang dijamin oleh fidusia. Pembatalan dan pembuktian

penghapusan piutang berupa keterangan yang diberikan oleh kreditur

merupakan contoh yang dimaksud dengan penghapusan piutang.

2. Penerima jaminan fidusia melepaskan haknya terhadap jaminan fidusia.

3. Memusnahkan barang-barang yang menjadi obyek jaminan fidusia.

Klaim asuransi tidak dihilangkan dengan menghancurkan aset fidusia.

(Pasal 25 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999).

Apabila pemberi fidusia sudah melunasi utang pokoknya, maka penerima

fidusia, kuasanya, dan agennya harus mengabari secara tertulis ke kantor

pendaftaran fidusia mengenai berakhirnya jaminan fidusia sebagai akibat dari

pembatalan pokok utang. Pemberitahuan tersebut harus diberikan selambat-

lambatnya tujuh hari setelah pembatalan janji fidusia yang bersangkutan, dan

harus didukung dengan surat-surat pendukung. Kantor Pendaftaran Fidusia

melakukan dua hal ketika menerima surat pemberitahuan, yaitu:

1. Mencoret janji fidusia dari daftar fidusia sekaligus.

2. Kantor Pendaftaran Fidusia mengeluarkan sertifikat yang menyebutkan

bahwa “sertifikat fidusia yang berlaku tidak berlaku lagi” pada hari yang

sama saat ditariknya jaminan fidusia terhadap daftar fidusia


32

6. Ciri-Ciri Lembaga jaminan Fidusia

Jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pasal Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 ialah hak agunan terhadap benda bergerak,

baik fisik maupun tidak tampak, terlebih bangunan, yang tidak bisa dibebani

dengan jaminan fidusia sebagaimana dicantumkan pada Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1996 mengenai janji yang dibuat. oleh pemberi fidusia dan

digunakan sebagai jaminan sekuritisasi. (Zukelijke zekerheid,security right

inrem) yang memberikan tempat kepada kreditur lain.

Hak istimewa ini tidak dicabut sebagai akibat dari kepailitan dan

likuidasi penyedia fidusia. Akibatnya, tidak ada dasar untuk mengklaim

bahwa jaminan fidusia hanyalah perbankan bligatoir yang memberikan

"persoonlijk" kepada debitur (perseorangan). Jaminan fidusia adalah

perjanjian-perjanjian dari suatu perjanjian pokok yang menyatakan suatu

keharusan bagi para semua pihak agar mencapai suatu prestasi berupa

menyumbangkan sesuatu, melakukan sesuatu, serta menghindari melakukan

sesuatu yang bisa dinilai dengan uang, menurut Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999.

Kedudukan jaminan fidusia sebagai perjanjian tambahan meliputi

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sifat ketergantungan dengan perjanjian utama.

b. Legalitasnya secara eksklusif ditetapkan oleh legalitas perjanjian utama.

c. Sebagai perjanjian bersyarat, hanya bisa dilakakukan jika kriteria

perjanjian utama telah terpenuhi atau tidak terpenuhi.


33

7. Asas-asas jaminan fidusia

Hukum penjaminan mencakup lima gagasan penting, seperti yang

dirinci di bawah ini, berdasarkan temuan pencarian berbagai undang-undang

dan peraturan yang mengatur jaminan, serta survei literatur mengenai

jaminan fidusia:

a) Asas publicitet, yang menyatakan bahwa semua hak, termasuk hak

tanggungan, hak fidusia, dan hak tanggungan, harus didaftarkan.

Tujuan dari pendaftaran ini ialah untuk menginformasikan kepada

pihak ketiga bahwa barang jaminan tersebut dijaminkan. Pendaftaran

hak tanggungan dilakukan di Kantor Pendaftaran Badan Pertanahan

Nasional Kabupaten atau Kota, pendaftaran fidusia dilaksanakan di

kantor pendaftaran fidusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia, dan pendaftaran hak tanggungan kapal dilaksanakan di depan

Syahbandar, petugas pendaftaran serta pencatat nama.

b) Asas spencialitet, yang menyatakan bahwa hak tanggungan, hak

fidusia, serta hak tanggungan hanya bisa dipungut atas barang atau

barang yang didaftarkan atas nama orang tertentu.

c) Asas yang tak bisa dibagi-bagi sekalipun pembayaran sebagian sudah

dilakukan, konsep indivisibility, yang menyatakan bahwa utang dapat

dibagi, tidak dapat mengakibatkan pembagian hipotek, hak fidusia,

hipotek, serta hak gadai.

d) Konsep inbezittstelling, yang menurutnya barang jaminan (gadai) harus

ada pada penerima gadai. Dan ini bisa diamati pada penggunaan hak
34

pakai, serta tanah negara dan hak milik, ketika bangunan itu milik

orang yang bersangkutan penerima hak tanggungan, tetapi tanah itu

milik orang lain, berdasarkan hak pakai.

Konsep hukum penjaminan disampaikan oleh Mariam Darus

Badrulzaman. Asas-asas filosofis, asas konstitusi, asas politik, dan asas

operasional umum (konkret) merupakan contoh dari asas-asas tersebut.

8. Dasar Hukum Jaminan Fidusia

Lembaga fidusia sebelumnya diakui oleh fiqih atas Penangkapan

Hooggerechtshoff18 Agustuss1932, dalam sejarah pertumbuhan Indonesia,

terpengaruh olehhkebutuhan yanggmendesak para pengusahaakecil, pengecer,

pedaganggmenengah, dan pedagang besar yang membutuhkan fasilitasskredit

untukkusahanya, Khususnya selama PeranggDunia I, ketika pemilik

perusahaan kecil membutuhkan sejumlah besar kredit untuk menjalankan dan

menghidupkan kembali operasi mereka. Tuntutan kredit tersebut tentunya

memerlukan jaminan atas keamanan modal kreditur. Jika lembaga pegadaian

tidak ada karena tidak tersedia tanah sebagai agunan, maka jaminan dengan

gadai (pand) tidak dapat dilakukan karena barang-barang itu mungkin sangat

dibutuhkan oleh kreditur. Kreditur tidak menyukai gadai (pand) karena

memaksa mereka menanggung risiko menyimpan barang, memaksa mereka

untuk mendirikan fasilitas penyimpanan yang aman.Penangkapan

HooggerechtshoffSurabaya pada 18aAgustus 1932ddalam kasus

antaraaBattafsche PetroleummMaatschappij (BPM) dan PedrooClignett,

yanggkemudian diikutiioleh beberapaayurisprudensi lainnya, termasuk


35

Putusan PengadilannTinggi SurabayaaNomor 158/1950/Pdtttanggal 2

Agustus , 1950, terungkap bahwa penangkapan Belanda juga diikuti oleh

hakim Indonesia, yang dibuktikan dengan Putusan Pengadilan Tinggi

Surabaya. Berikut isi Dekrit Hoogerechtshof 18 Agustus 1932: Pihak pertama

ialah Battafsche Petroleum Maatschappij (BPM), yang menentang Pedro

Clignett, yang merupakan pihak kedua.

Duduk perkara; Kesepakatan berikut dicapai antara kedua pihak:

1. Pihak pertama adalah pemilik kendaraan bermotor yang dijaminkan atas

utang pihak kedua melalui peralihan hak milik.

2. Mobil dikendalikan oleh pihak kedua berdasarkan ketentuan perjanjian

sewa guna usaha pihak pertama.

3. Pihak kedua bertanggung jawab untuk mengasuransikan kendaraan;

4. Pada akhir perjanjian sewa, pihak kedua harus mengembalikan

kendaraan kepada pihak pertama.

3. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 yang mengatur mengenai

jaminan fidusia diadopsi setelah lembaga fidusia diakui secara

yurisprudensi berdasarkan Penangkapan Hooggerchtshof tanggal 18

Agustus 1932, dan saat ini digunakan sebagai landasan hukum bagi

janji fidusia.

9. Kekuatan Hukum Jaminan Fidusia

Dengan diberlakukannya Undang-UndanggJaminan FidusiaaNomor 42

Tahunn1999, kekuatannhukum jaminannfidusia ditunjukkan pada Pasall15


36

ayat (1) SertifikattJaminan Fidusiaasebagaimana disinggung pada Pasall14

ayat. (1) Termasuk garis-garis Keadilan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pasal 15 ayat (2) Sertifikat jaminan fidusia yang dimaksud pada Pasal 14

ayat (1) memiliki kekuasaan eksekutif yang sama dengan putusan

pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Jika debitur wanprestasi,

Penerima Fidusia berhak menjual benda yang menjadi subyek jaminan

fidusia atas inisiatifnya sendiri jika debitur wanprestasi.

10. Putusan Mahkama Konstitusi Nomor 18 Tahun 2019

Putusan mahkamah Konstitusi Nomor 18 tahun 2019, jika kita dicermati,

pada hakikatnya lebih pada proses eksekusi, yang dapat diletakkan secara

kronologis sebelum pelelangan atau pra-pelelangan. Hal tersebut

dilatarbelakangi oleh permohonan para pemohon ke Mahkamah Konstitusi

untuk meninjau kembali undang-undang fidusia. Majelis Hakim Mahkamah

Konstitusi juga memberikan penafsiran mengenai tata cara pelaksanaan

jaminan fidusia antara kreditur dan debitur, yang harus dilakukan sebelum

kreditur mengajukan Permohonan Penjualan Barang Milik Negara dan Jasa

Lelang (KPKNL). Meski diakui, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) lebih

berdampak pada peristiwa yang terjadi sebelum pelelangan, namun menjadi

dasar bagi debitur untuk mengajukan gugatan agar pelelangan tidak

dilakukan. Akibatnya, jika tidak dipatuhi secara ketat, dapat menimbulkan

masalah hukum di kemudian hari, seperti hilangnya kantor Pelayanan dan

Lelang Barang Milik Negara (KPKNL) selama proses persidangan,

Pelaksanaan Lelang dan Pasca Lelang. Masa persiapan lelang yang


37

merupakan tahapan yang paling dipengaruhi oleh putusan MK bisa

dipahami sebagai tahapan kegiatan atau kondisi yang dilaksanakan dan

dipenuhi sebelum pelaksanaan lelang, yang meliputi permohonan lelang,

penjual, lokasi lelang, waktu lelang, dan sertifikat tanah (SKT/SKPT),

Pembatalan Sebelum Lelang, jaminan Penawaran lelang, Nilai Limit, dan

Pengumuman Lelang.

Tujuan utama dari tahap persiapan Lelang ialah untuk mempercayai

Legalitas Formal Subyek dan Obyek Lelang, yakni suatu kondisi dimana

penjual telah memenuhi dokumen persyaratan lelang sesuai dengan jenis

lelang dan tidak ada perbedaan data. , menunjukkan hubungan hukum antara

Penjual (subjek lelang) dan yang ditugasi menyelenggarakan lelang. Sesuai

putusan Mahkamah Konstitusi quoKantor Pelayanan kekayaan Negara dan

lelang (KPKNL) Perlu melakukan penelaahan terhadap setiap permohonan

lelang jaminan fidusia, Guna terpenuhinnya kondisi tersebut, Direktorat

Lelang (DJKN) Kiranya perlu menegaskan / menambahkan persyaratan

dokumen penjualan lelang. Menurut putusan Mahkamah Konstitusi baru-

baru ini, kreditur tidak menentukan cidera janji (wanprestasi) secara

sepihak, melainkan berdasarkan kesepakatan antara kerugian debitur atau

upaya hukum yang menentukan telah terjadi pelanggaran kontrak, sehingga

verifikator di Kantor Pelayanan dan Lelang Barang Milik Negara (KPKNL)

harus memastikan adanya dokumen perjanjian antara kreditur dan debitur

mengenai terjadinya wanprestasi atau putusan pengadilan yang menyatakan

sudah terjadi wanprestasi dalam permohonan wanprestasi.


38

lelang jaminan fidusia yang diajukan ke Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara (KPKLN). Lebih lanjut ,Putusan Mahkamah Konstitusi quo,

memaknai bahwa untuk jaminan fidusia yang tidak ada kesepakatan cidera

janji (wanprestasi) serta debitur berkeberatan untuk secara sukarela

menyerahkan benda sebagai jaminan fidusia, segala mekanisme dan

prosedur hukum, serta eksekusinya. Sertifikat Jaminan Fidusia, harus diikuti

dan diterapkan secara setara. Dalam hal demikian, Pejabat Pemeriksa

Dokumen Permohonan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang (KPKNL) harus memverifikasi bahwa pengadilan yang

bersangkutan telah mengeluarkan perintah eksekusi. Prosedur bisnis lelang

Kantor Pelayanan Barang Milik Negara dan Lelang (KPKNL) meliputi

langkah-langkah yang dilakukan sebelum lelang. Ini harus ditangani dengan

serius untuk menghindari pertempuran hukum lain di masa depan.

C. Konsep Eksekusi Jaminan

1. Pengertian Eksekusi Jaminan

Pelaksanaan janji fidusia diatur dalam Pasal 29 sampai dengan 34

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 yang mengatur mengenai jaminan

fidusia. Eksekusi disebut sebagai executie atau uitvoering dalam bahasa

Inggris dan uitvoering dalam bahasa Belanda. Definisi hukum eksekusi

adalah melaksanakan perintah pengadilan.

Eksekusi menurut Pasal 195 HIR adalah perbuatan hukum yang


dilakukan oleh mahkamah terhadap pihak yang kalah dalam suatu kasus.
Eksekusi yakni langkah dalam proses penyidikan suatu perkara lebih lanjut.
39

Selanjutnya menurut Subekti, arti dari eksekusi yaitu upaya pihak yang
memenangkan keputusan untuk mendapatkan apa yang menjadi haknya
dengan menggunakan kekuatan publik (polisi, militer) untuk memaksa
pihak yang kalah melaksanakan putusan.
Sedangkan menurut Sudikno, mendefinisikan eksekusi atau pelaksanaan

putusan hakim pada hakekatnya tidak lebih dari pemenuhan kewajiban para

pihak untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam putusan tersebut.

Jadi, berdasarkan hal tersebut di atas, menjadi jelas bahwa pelaksanaan

yang dimaksud hanya terbatas pada putusan hakim (pengadilan) semata.

2. Asas-Asas Eksekusi

Asas-asas eksekusi dapat ditemukan dalam putusan-putusan hukum yang

tetap (in kracht van geswijsde) atas gugatan Penggugat terhadap tergugat di

persidangan, ketika posisi terdakwa berubah menjadi eksekusi (pihak yang

kalah). Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk membuat

keputusan:

a) Putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

b) Karena kadang-kadang terdapat ikatan hukum yang konsisten serta jelas

antara pihak yang bermasalah dalam putusan yang mengikat secara

hukum tetap;

c) Hal ini tetap dan pasti karena akibat hukum antara para pihak yang

berperkara.

d) Hubungan hukum itu harus ditaati; dan

e) Terpidana (terdakwa) harus mematuhi kewajiban hukum yang ditetapkan

dalam putusan yang telah berkekuatan hukum tetap;


40

f) Bagaimana mematuhi dan melaksanakan hubungan hukum yang

ditetapkan oleh keputusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

g) Putusan dapat dilakukan atau dilakukan dengan suka rela, tetapi hubungan

hukum yang diatur dalam putusan itu harus dilakukan secara “paksaan”

dengan bantuan “kekuatan umum”.

Tidak semua putusan pengadilan secara intrinsik dapat dilaksanakan,

dan tidak semua putusan pengadilan memiliki kekuatan hukum eksekutif.

Hanya kekuasaan tetap (in kracht van geivjsile) yang dapat

dilaksanakan secara teori, meskipun ada beberapa pengecualian. Dalam

beberapa keadaan, ada pengecualian terhadap prinsip-prinsip yang

disebutkan. Undang-undang mengizinkan eksekusi keputusan yang tidak

memiliki kekuatan hukum yang memadai, serta eksekusi oleh pengadilan

atas bentuk hukum tertentu yang bukan merupakan keputusan. Akibatnya,

terkadang eksekusi bukan merupakan tindakan penetapan pengadilan,

melainkan pelaksanaan (eksekusi) suatu bentuk hukum yang serupa dengan

undang-undang sebagai suatu keputusan hukum yang tetap.

Ada banyak jenis pengecualian yang dibenarkan oleh hukum dan

memungkinkan eksekusi dilakukan di luar keputusan hukum yang permanen.

Eksekusi yang dapat dilaksanakan menurut hukum pelaksanaan putusan yang

telah berkekuatan hukum tetap, tetapi pembahasan berdasarkan pasal-pasal

tersebut ditelaah sepenuhnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebyt tidak dapat

dipisahkan dari peraturan-peraturan lain, seperti yang terkandung dalam asas-

asas hukum, yurisprudensi, dan praktik peradilan, sebagai alat untuk


41

membantu penyelesaian eksekusi yang muncul dalam keadaan aktual,

berdasarkan pasal-pasal ini. Bentuk pengecualiannya adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Putusan Lebih Dahulu

Salah satu pengecualian dari kriteria di atas adalah bentuk pelaksanaan

pilihan terlebih dahulu (uit voerbaar bijvoorroad). Eksekusi dapat

dilakukan oleh pengadilan berdasarkan Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal

191 ayat (1) Rbg, meskipun putusan yang bersangkutan belum

memperoleh kekuatan hukum tetap, yang dikenal dengan “putusan dapat

segera dilaksanakan".

2. Pelaksanaan Putusan Provisi (provisionecleeisch)

Keputusan sementara diperlakukan berbeda dari keputusan permanen

dalam hal implementasi. Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 Rbg memahami

tuntutan sementara, yakni tuntutan pendahuluan, yang sifatnya sementara

sebelum putusan pokok perkara, sebagaimana dinyatakan dalam kalimat

terakhir. Meskipun perkara pokok belum ditentukan, putusan pendahuluan

dapat diterapkan (dieksekusi).

3. Akta Perdamaian

Akta perdamaian sebagaimanaadimaksud dalammPasal 130 HIRaatau

Pasal 154 Rbggmerupakan jenis pengecualian lainnya. Berikut ketentuan

pasal yang dikutip:

a. Selama persidangan berlanggsung, kedua pihak yang berperkara

dapat mencapai kesepakatan, baik atas usul hakim maupun atas

inisiatif dan kehendak mereka sendiri;


42

b. Jika persidangan berlangsung damai:

c. Hakim menciptakan tindakan perdamaian;

d. Orang yang menghukum kedua belah pihak melaksanakan syarat-

syarat perjanjian damai.

e. Kekuatan eksekusi (excecutorial krach) tergantung pada sifat akta

perdamaian yang di buat selama persidangan, misalnya keputusan

yang membuat peraturan perundang-undangan yang bersifat tetap.

4. Eksekusi Terhadap Grose Akta

Pelaksanaan akta bruto, termasuk akta hipotek dan aktaapengakuan utang

sebagaimanaadimaksud dalamiPasal 224 HIRiatau Pasall258 Rbg, merupakan

pengecualiannlain yanggdiatur dalammUndang-undang.

Eksekusi yang dilakukan oleh pengadilan menurut pasal ini tidak

berbentuk putusan hukum yang tetap. Tujuan eksekusi adalah untuk

melaksanakan syarat-syarat kesepakatan para pihak. Hal ini termasuk

penyimpangan dari eksepsi eksekusi terhadap putusan yang mempunyai

akibat hukum jangka panjang. Pasal 224 HIR atau Pasal 258 Rbg sebaliknya

membolehkan dilaksanakannya suatu perjanjian jika dalam bentuk grose akta,

karena pasal tersebut menyamakan suatu perjanjian grose akta dengan suatu

keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka nilai kekuasaan

eksekutifnya telang dianggap berasal dari suatu perjanjian akta.

5. Putusan Tidak Dijalankan suka rela


43

Pada hakekatnya ada dua (dua) cara untuk melaksanakan isi putusan:

yang pertama melaksanakan putusan secara bebas, dan melaksanakan putusan

dengan eksekusi.

Pada hakekatnya eksekusi adalah perbuatan memaksa untuk melaksanakan

suatuuputusan pengadilannyang telah mendapatkan kewenangan hukummtetap;

itu hanya pilihan yang sah jika pihak yang kalah menolak untuk melaksanakan

atau memenuhi isi tetapan hukum. Perbuatan eksekusi harus ditarik kembali

jika tergugat (pihak yang kalah) mau dengan rela menuruti dan menaati

peraturan. Akibatnya, harus ada perbedaan yang dibuat antara melaksanakan

keputusan secara sukarela dan melaksanakan keputusan melalui kekuatan.

Melaksanakan putusan secara bebas, terhadap pihak yang kalah, untuk

menjamin terpenuhinya syarat-syarat putusan pengadilan secara tepat. Karena

terdakwa secara sukarela memenuhi semua persyaratan dan tanggung jawab

hukum yang digariskan dalam putusan. Dan karena yang kalah telah memenuhi

isi putusan dengan melaksanakannya secara sukarela, maka tidak perlu

dilakukan eksekusi, Sedangkan eksekusi dilakukan atau dilakukan dalam hal

pihak yang kalah tidak mau menurut atau dengan bebas tunduk pada putusan.

Hal ini akan mengakibatkan konsekuensi hukum berupa pemaksaan dan

eksekusi.

Keuntungan melaksanakan putusan secara sukarela ditonjolkan dari segi

kepentingan pihak yang dikalahkan (tergugat). Manfaat yang paling penting

adalah bahwa penjahat terhindar dari biaya kematian dan pihak lain terhindar
44

dari kerugian moral. Biaya pelaksanaan putusan akan ditanggung sepenuhnya

oleh pihak yang dieksekusi.

6. Putusan yang Dieksekusi Bersifat Kondemnatoir

Putusan kondemnatoir adalah putusan yang memasukkan komponen

hukuman dalam kesimpulan atau dikta mereka. Putusan yang tidak

memasukkan komponen pemidanaan bersifat “non-executable” serta tidak

dapat dilaksanakan.
45

3. Macam-Macam Eksekusi

a. Berdasarkan Objeknya

Berdasarkan objeknya apa yang dapat dieksekusi, dobedakan menjadi :

1. Eksekusi putusan hakim ;

2. Eksekusi grosse surat utang notaris ;

3. Eksekusi benda jaminan (objek gadai, hipotek, fidusia,cessie,sewa beli,

leasing);

4. Eksekusi piutang negara yang berasal dari kewajiban (utang pajak,

utang bea masuk) serta perjanjian kredit (piutang bank-bank

pemerintah macet, BUMN dan BUMD).

5. Eksekusi putusan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang

menyelesaikan konflik, putusan P4D/P4P, Pengadilan Pelayaran,

Lembaga Arbitrase,Alternatif Penyelesaian Sengketa, Lembaga

Internasional, dan Pengadilan Asing .

6. Eksekusi mengenai sesuatu yang menggangu hak atau kepentingan.

7. Eksekusi atas bangunan yang melanggar IMB.

b. Berdasarkan Prosedur

Berdasarkan prosedurnya eksekusi dibagi menjadi ;

1. Ekesekusi tidak langsung, terdiri dari :

a. Sanksi atau peraturan perundang-undangan yang mewajibkan

pembayaran uang paksa berdasarkan kesepakatan atau ketetapan

hukum.
46

b. Sandera (gijzeling), Pasal 209-223 HIR.

c. penghentian atau pencabutan langganan, antara lain berdasarkan

kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian berlangganan telepon,

listrik, dan air minum.

2. Eksekusi Langsung, terdiri dari :

a. Eksekusi biasa (membayar sejumlah uang )

b. Eksekusi rii terhadap : 1.Putusan Pengadilan; 2.Objek lelang

c. Eksekusi melaksanakan perbuatan;

d. Eksekusi dengan pertolongan hakim

e. Eksekusi parat

f. Eksekusi penjualan dibawah tangan atas benda

g. Eksekusi piutang sebagai jaminan (berdasar perjanjian)

Perbedaan antara eksekusi langsung dan tidak langsung didasarkan pada

penolakan debitur yang menolak untuk memenuhi komitmennya karena

dipaksa. Apabila hak-hak debitur segera dipenuhi karena adanya paksaan

debitur, maka pelaksanaannya disebut dengan eksekusi langsung. Sebaliknya,

jika pemaksaan terhadap debitur mengakibatkan debitur terdorong untuk segera

menunaikan kewajibannya, maka eksekusi tersebut digolongkan sebagai

eksekusi tidak langsung.

c. Eksekusi jaminan fidusia

Jaminan kebendaan dan pelaksanaannya diatur dalam Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia, yang dibentuk


47

pada tanggal 30 September 2000, dan mulai menerima Pendaftaran Barang

dan Akta Pembebanan Fidusia pada tanggal 30 September 2000.

Lembaga fidusia sudah dikenal di Indonesia sebelum berlakunya

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia, seperti

Penangkapan H.G.H. (Hogerechts Hof) pada tanggal 18 Agustus 1932

dalam kasus BPM – CLYGNETT dan Arrst Hoge Read pada tanggal 25

Januari 1929 di Belanda, yang dikenal dengan Bierbrouwry Arrest.

Jaminan Fidusia, yang berdasarkan yurisprudensi dan menyimpang dari

persyaratan ketat jaminan gadai bahwa barang yang digadaikan harus

dikuasai oleh penggadai, kreditur, atau pihak ketiga dengan persetujuan

penggadai, merupakan hak pribadi atau turun-temurun. Pelaksanaan

perjanjian tentu berbeda dengan pelaksanaan jaminan fidusia.

a. Eksekusi objek jaminan fidusia sebelum berlakunya Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 :

Jika debitur yang memberikan fidusia tidak dapat menyelesaikan

kewajibannya (membayar utang) yang dijamin oleh fidusia, dapat

dilakukan upaya hukum untuk melunasi piutangnya dengan

menggunakan hasil perkara perdata atas debitur yang memberikan

fidusia. dengan meminta perampasan barang jaminan fidusia dan

keputusan segera dalam hal berdasarkan data otentik atau pribadi (yang

tidak dibantah oleh debitur/terdakwa menurut Pasal 180 HIR).

Penggugat berpendapat bahwa pendapatan dari penjualan barang akan

digunakan jika jaminan fidusia tidak ada karena dijual oleh pihak ketiga atau
48

karena alasan lain untuk meminta agar debitur/tergugat lain/barang bukan

fidusia disita. sebagai jaminan. Sementara itu, debitur/terdakwa yang menjual

agunan dapat dijerat dengan pasal ppenggelapan.

b. Eksekusiijaminan fidusiaamenurut Undang-UndanggNomor 42 Tahun 1999

Pelaksanaan jaminannfidusia diaturrdalam BAB ViUndang-Undang

Nomorr42 Tahunn1999 yang menyatakan bahwa Jika debitur yang

memberikan fidusia melakukan wanprestasi, maka kreditur penerima fidusia

yang memiliki/memegang sertifikat fidusia dapat/memiliki hak untuk menjual

benda jaminan fidusia melalui penjualan sertifikat fidusia dengan cara jual beli.

sertifikat dengan cara penjualan sertifikat fidusia dengan cara:

1. Pelaksanaan titel eksekusi

Perkataan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

tertuang dalam sertifikat jaminan fidusia yang dikeluarkan oleh kantor

pendaftaran fidusia. Sertifikat fidusia ini memiliki kekuatan eksekutorial

yang seimbang dengan putusan hukum yang mempunyai kedudukan dalam

jangka panjang. Maksud dari kekuatan eksekutorial ialah kemampuan untuk

melaksanakan suatu keputusan tanpa memerlukan perintah pengadilan, dan

bersifat final serta mewajibkan para pihak untuk melaksanakannya.

Penerima fidusia harus memenuhi 2 (dua) syarat pokok untuk dapat

melaksanakan hak eksekusi (berdasarkan hak eksekusi) yaitu:

a. Debitur atau pemberi fidusia gagal memenuhi kewajibanya (cidera

janji).
49

b. Adanya sertifikat jaminan fidusia yang memuat petunjuk demi keadilan

berdasrkan ketuhanan yang Maha Esa.

Sifat eksekusi tidak dikecualikan atau dinyatakan dalam penerapan hak

eksekusi, tetapi mengenali ciri eksekusi dan fakta bahwa pemasaran di

bawah tangan sudah diberikan kondisi menurut kesepakatan pemberi serta

penerima fidusia, penggunaan eksekusi judul harus dieksekusi melalui

lelang.

2. Penjualan atas kekuasaan penerima fidusia

Penerima fidusia berhak untuk menjual benda jaminan fidusia atas

kekuasaannya sendiri jika debitur ingkar janji. Jenis penjualan ini dikenal

sebagai aturan eksekusi parate, serta harus dilaksanakan di depan publik

(pelelangan). Oleh karena itu, Parate Eksekusi kurang lebih ialah pemberian

kuasa yang diberikan kepada salah satu pihak (oleh undang-undang atau

putusan pengadilan) untuk kesanggupan melaksanakannya, dan eksekusi

atas kekuatannya sendiri (parate execution) juga harus dibuktikan dengan

jaminan fidusia. Eksekusi tergantung pada kebutuhan eksekusi (titel

eksekusi).

3. Penjualan dibawah tangan

Pelaksanaan eksekusi jaminan dengan jual beli di bawah tangan ialah

penyimpangan dari teknik eksekusi lebih dahulu digunakan dalam

pelaksanaan Hak Tanggungan atas Tanah (Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996). Jika mempertimbangkan masalah dan motif penjualan di bawah

tangan, yaitu untuk mendapatkan harga terbesar dan selanjutnya membeli


50

dan menjual secara sukarela, Penjualan lelang Kiranta Auction Hall juga

bisa digunakan dalam tujuan ini.

Ketentuan pasal 29 dan 31 UU Jaminan Fidusia yang mengatur

mengenai penerapan janji fidusia bersifat mengikat (dwinged recht) dan

tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak. Jika menyimpang dari

ketentuan hukum, maka setiap janji yang memberikan kuasa kepada

penerima fidusia untuk memiliki benda jaminan fidusia menjadi batal demi

hukum. Aturan-aturan ini dirancang untuk melindungi pemberi fidusia,

terutama mengenai nilai hukum dari gadai fidusia. Tindakan pencegahan ini

digunakan untuk melindungi pemberi fidusia, terutama jika nilai objek

jaminan fidusia melebihi jumlah utang yang dijamin. Dalam Pasal 1154

KUH Perdata, pegadaian diatur sedemikian rupa. Hak Tanggungan tercakup

dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, serta Pasal 1178

ayat (1) KUH Perdata.


51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang di gunakan adalah penelitian hukum yang

bersifat normatif yang merupakan suatu proses untuk menentukan aturan

hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

dihadapi yang menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai

preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi. Dalam penelitian

hukum semacam ini, hukum dipahami sebagai apa yang terkandung dalam

peraturan perundang Undangan (lau in box) atau sebagai aturan atau standar

yang menjadi dasar bagi perilaku manusia yang dianggap tepat pada waktu-

waktu tertentu.

B. Sumber Bahan Hukum

Sumber data yang digunakan di olah dalam penelitian ini adalah

sumber Hukum Skunder yaituyang dapat menunjang dalam penulisan karya

ilmiah ini. Yang meliputi :

1. Bahan Hukum Primer


Bahan hukum yang mengikat berupa peraturan perundang-undangan

meliputi :

a. Kitap Undang-Undang Hukum perdata :


b. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Pasal 11 mengenai Jaminan
Fidusia
d. Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE).
52

e. Peraturan Pemerintah no 71 Tahun 2019 mengenai Penyelengaraan


sistem Transaksi Elektronik .
f. Undang-Undang (ITE) Pasal 111Tahun 2008mmengenaiiInformasi

TransaksiiElektronik.

2. Bahan Hukum Skunder

Bahannhukum yanggmemberikan pertunjuk maupun Penjelasan

mengenaiibahan hukumpprimer, seperti hasi-hasillpenelitian maupun

karya ilmiah dari kalangan ahli hukum sekunder, seperti kamus hukum,

jurnal hukum, majalah hukum, maupun sumber bacaan lain sepanjang

relevan dengan materi penelitian.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang berisi petunjuk dan penjelasan baik sumber hukum

utama maupun sekunder yang relevan dengan masalah yang sedang di teliti.

C. Metode Pendekatan Dalam penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Normatif pendekatan berbasis

undang-undang (statute opproach), yang mencakup semua undang-undang

dan peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum yang dihadapi. Hal ini

ditunjukkan untuk menganalisis kesesuaian dan konsistensi antara peraturan

perundang-undangan yang satu dengan peraturan perundang-undangan

lainnya, atau antara undang-undang dengan UUD, atau antara peraturan

perundang-undangan, dalam pendekatan perundang-undangan.

D. Teknik Pengumpulan Data


53

Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan melalui studi kepustakaan

dan menelusuri perundang-undangan buku-buku, serta literatur-literatur yang

relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. studi kepustakaan adalah

pengumpulan bahan-bahan hukum yang bersumber dari bahan hukum primer,

hukum sekunder maupun bahan hukum tersier yang berkaitan dengan masalah

yang di teliti. Selain itu juga, akan dilakukan wawancara kepada pihak-pihak

yang dianggap memiliki pengetahuan atau kopetensi terkait dengan topik

penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data adalah strategi untuk menganalis, mempelajari serta

memproses pengelompokan data tertentu untuk menghasilkan kesimpulan yang

konkret mengenai permasalahan yang diteliti dan dibahas. Dataayang diperoleh

dalammpenelitian iniiselanjutnya akanndianalisis secaraadeskriptif kualitatif

yaituumenganalisis dataayang telahhdiperoleh kemudianndiuraikan dalam

bentukkkalimat yangglogis dannsistematis untukkmenjawab rumusannmasalah

yang dibahassdalam penelitian.

F. Definisi Opensial
54

1. TandaaTangan Elektronikaadalah tandaatangan yanggterdiri atas informasi

Elektronik yanggdilekatkan, terasosiasiiatau terkaittdengan informasi

Elektronikklainya yanggdigunakan sebagaiialat Verifikasi danaautentikasi”.

2. Keabsahan Sertifikat ialah apakah sertifkat tersebuttmelanggar peraturan

perundang-undangannatau tidak.

3. PenelitiannIni adalah penelitiannyuridis normatif, sedangkan penelitian

yuridis normatif mengacu padaapenelitian hukummkepustakaan kerena

penelitiannhukum normatif dilakukanndengan cara menelitiibahan-

bahannatau dataasekunder saja.

4. Jaminan Fidusia Adalah jaminan kebendaan untuk benda bergerak baik

berwujud maupun yang tidak berwujud sehubungan dengan kewajiban

antara debitur dan kreditur.

5. Sertifikat Jaminan Fidusia Adalah suatu perlindungan untuk kedua belah

pihak, baik sebagai peminjam maupun sebagai pemberi pinjaman agar

kedua belah pihak tidak ada yang di rugikan.


55

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tanda Tangan Elektronik Jaminan Fidusia dalam Undang-Undang No 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

1. Bentuk Pengaturan Tanda Tangan Elektronik dalam Undang- Undang

Informasi Dan Transaksi Elektronik

Pengaturan tanda tangan elektronik berdasarkan Pada Pasal 5 ayat

(1) yang berbunyi informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik

dan/atau hasil cetakannya merupakan alat bukti hukum yang sah, dan ayat

(12) dan (13) Undang- Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan

transaksi elektronik berbunyi tanda tangan elektronik adalah tanda tangan

yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau

terkait dengan informasi elektronik lainya yang digunakan sebagai alat

verifikasi dan autentikasi. kemudian pada Pasal 13 ayat berbunyi setiap

orang berhak mengunakan jasa Penyelenggara sertifikat elektronik untuk

pembuatan tanda tangan elektronik.

kekuatan dari tanda tangan elektronik secara lebih detail dijelaskan

Pada peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2012 Pasal 52 Ayat 2 tentang

Pengelenggaraan sistem dan Transaksi elektronik merupakan persetujuan

penanda tangan atas informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik

merupakan persetujuan penanda tangan atas informasi elektronik yang

ditanda tangani dengan tanda tangan elektronik tersebut.


56

Berdasarkan hasil wawancara dengan Skretaris Majelis

pengawasan daerah kota Kendari Pada Kantor Kementrian Hukum Dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Sulawesi Tenggara,

Ibu Melyy Nasrun S.H,MH. menyatakan tanda tangan elektronik dalam

sertifikat jaminan fidusia telah sesuai dengan Undang- Undang No 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik melalui

wawancara untuk Undang-Undang nomor 11 tahum 2008 melihat dari

kekuatan hukum absah atau tidak absahnya di Undang-Undang informasi

dan transaksi elektronik dan itu harus ada kajian empiris harus ada kasus

kedudukan hukum, semisal ada yang memapermasalahkan sah atau tidak

sahnya tanda tangan elektronik kalau kami sepanjang ada dasar hukum

berarti di bolehkan karena kepala kantor wilayah tidak akan ada perintah

dari pusat untuk memberikan tanda tangan kalau itu tidak berdasarkan

aturan yang mengatur.

Tanda tangan elektronik tersertifikasi ,yaitu yang dibuat dengan jasa

penyelenggara sertifikat elektronik dan dibuktikan dengan sertifikat

elektronik, tanda tangan elektronik tidak tersertifikasi yang dibuat tanpa

menggunakan jasa penyelenggara sertifikat elektronik, tanda tangan yang

terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait

dengan tanda tangan elektronik, difinisi tersebut mencakup suatu anggapan,

bahwa pernyataan yang dibuat secara tertulis harus dibubuhkan tanda tangan

dari yang bersangkutan, digital signature, adalah sebuah pengamanan pada

data digital yang dibuat dengan kunci tanda tangan pribadi (private
57

signature key) yang pengunaanya tergantung dari kunci public (public key)

yang menjadi pasangannya.

2. Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Dalam Undang-Undang

Informasi dan Transaksi Elektronik

Sejak berlakunya pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik,

kontor wilayah tidak menerima permohonan pendaftaran jaminan

fidusia.dalam point dua dalam surat edaran derektorat jendral administrasi

hukum umum menyatakan : kantor pendaftaran fidusia seluruh indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Skretaris Majelis

pengawasan daerah kota Kendari Pada Kantor Kementrian Hukum Dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Sulawesi Tenggara,

Ibu Melyy Nasrun S.H,MH. menyatakan Mengenai Tanda Tangan

Elektronik Jaminan Fidusia dalam telah sesuai Undang-Undang No 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Beberapa hal

yang di atur dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik sebagai berikut:

Mengenai kekuatan hukum dan akibat hukum, tanda tangan

elektronik disamakan dengan tanda tangan manual sebagai mana dijamin

dalam penjelasan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

informasi dan tranksaksi elektronik. maka Pasal 1869 Junto Pasal 1874

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 1 Ordonansi 1867 Nomor

29 juga berlaku pada tanda tangan elektronik sehingga dengan diberi tanda

tangan elektronik maka dokumen elektronik tersebut memiliki kekuatan


58

hukum. dengan menandatanganinya, menunjukkan persetujuan

penandatangan atas informasi atau dokumen elektronik yang

ditandatanganinya sekaligus menjamin kebenaran isi yang tercantum dalam

tulisan tersebut.untuk dapat memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum

yang sah maka tanda tangan elektronik harus memenuhi persyaratan dalam

Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang Informasi dan tranksaksi elektronik

Yaitu:

a. Data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya kepada

penandatanggan :

b. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses

penandatangganan hanya berada dalam kuasa penandatangan.

c. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi

setelah waktu penandatangganan dapat diketahui.

d. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait

dengan tanda tangan elektronik tersebut setelah waktu

penandatangan dapat diketahui.

e. Terdapat cara tertentu yang dapat dipakai untuk mengindetifikasi

siapa penadatangganya dan:

f. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penandatanggan

telah memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik yang

terkait.

Dan di tambahkan oleh Ibu Melyy Nasrun S.H,MH menyatakan di

berlakukan tanda tangan elektronik sejak Tahun 2013 yang menjadi


59

panduan pertama itu sejak di keluarkan surat edaran dirtjen Administrasi

Hukum Umum (AHU) tentang pemberlakuan pendaftatan jaminan fidusia

secara elektronik yang otomatis yang tadi sistemnya manual tanda tangan

langsung oleh kepala kontor wilayah disini beralih ke tanda tangan

elektronik . Dan pada dasarnya ada Panduan dari dirjen AHU dari

kementrian hukum dan ham, untuk menindak lanjuti setiap kantor wilayah

di minta data spesimen.

Informasi elektronik yang menggunakan jaringan public, bisa saja

seseorang berniat jahat mengganti informasi elektronik yang telah ditanda

tangani oleh para pihak dengan informasi elektronik lain tetapi tanda tangan

tidak berubah, pada data elektronik berubah, ini mudah terjadi dan tidak

mudah dikenali oleh karena itu tanda tangan elektronik harus terasosiasi

dengan informasi elektronik, terasosiasi adalah infomasi elektronik yang

ingin di tanda tangani menjadi data pembuatan tanda tangan elektronik,

dengan demikian antara tanda tangan elektronik dan informasi elektronik

yang ditanda tangani menjadi crat hubungannya seperti fungsi kertas.

Keuntungannya adalah jika terjadi perubahan informasi elektronik yang

sudah ditandatangani maka tanda tangan elektronik juga berubah

Menurut hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH. Keabsahan

Tanda Tangan Elektronik Dalam Undang-Undang Informasi Dan Transaksi

Elektronik , sah atau tidaknya Mengunakan Indikator yang telah terjadi,

sementara Kementrian sendiri mengikuti aturan dari Pusat Selama Ada

Petunjuk dan Arahan, Dasar Hukum Bisa Mencantumkan kasus yang


60

Pernah Bermasalah pada Waktu Beberapa Tahun silam.dan ketika waktu

pertama jadi Manual sehingga Menjadi elektronik, oleh Kerena itu dalam

hal tersebut Legalitas Tanda Tangan Elektronik dapat ditinjau dengan

memakai pendakatan yang di kaji khususnya pada Pasal 11 Undang Undang

No 11 Tahun 2008. dan di tambahkan melalui wawancara Ibu Melyy

Nasrun S.H,MH. Menyatakan Kami sendiri selama ada dasar hukum Ada

panduan dari Pusat Itu buat kami sah legal secara hukum.

Tujuan tanda tangan digital, tujuan dari suatu tanda tangan dalam

suatu dokumen elektronik adalah sebagai berikut :

a. Untuk memastikan otensitas dari dokumen tersebut;

b. Untuk menerima atau menyetujui secara menyakinkan isi dari sebuah

tulisan.

Sifat persyaratan digital signature atau tanda tangan elektronik yaitu ;

1. Autentik

2. Aman

3. Interoperabilitas dari perangkat lunak maupun jaringan dari penyedian

jasa

4. Konfidensialitas

5. Hanya sah untuk dokumen itu saja atau kopinya yang sama persis

6. Dapat di periksa dengan mudah

Sedangkan manfaat tanda tangan digital (digital signature ) adalah

suatu tanda tangan digital (digital signature) akan menyebabkan data

elektronik yang dikirimkan melalui open network tersebut menjadi


61

terjamin, sehingga mempunyai manfaat dari digital signature adalah

sebagai berikut :

1. Keaslian (Authenticity)

Dengan memberikan digital signature pada data elektronik yang

dikirimkan, maka akan dapat atau bisa ditunjukkan dari mana data- data

elektronik tersebut sesungguhnya berasal, terjaminnya intergritas pesan

tersebut bisa terjadi, kerena keberadaan dari digital certificate, digital

certificate diperoleh, atas dasar aplikasi kepada certification authority oleh

user atau subscriber, digital certificate berisi informasi mengenai

pengguna antara lain :

a. Identitas
b. Kewenangan
c. Kedudukan hukum
d. Status dari user atau pengguna
Digital certificate ini memiliki berbagai tingkatan atau level,

tingkatan dari digital certificate ini menentukan berapa besar kewenangan

yang dimiliki oleh pengguna. Contoh dari kewenangan atau kwalifikasi ini

adalah apabila suatu perusahaan hendak melakukan perbuatan hukum,

maka pihak yang berwenang mewakili perusahaan tersebut adalah direksi,

jadi apabila suatu perusahaan hendak melakukan suatu perbuatan hukum

maka digital certificate yang dipergunakan adalah digital certificate yang

dipunyai oleh direksi perusahaan tersebut.

3. Pelaksanaan Sertifikat Jaminan Fidusia Melalui Tanda Tangan

Elektronik Pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia


62

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH

pelaksanaan sertifikat jaminan fidusia melalui tanda tangan elektronik

pada kantor kamentrian hukum dan hak asasi manusia setiap ada

permohonan pendaftaran jamanin fidusia pada saat sebelum tahun 2013

masuk manual di dalam permohonan pendaftaran yang di lengkapi dengan

berkas-berkas, seperti akta notaris selain akta tersebut permohonan akan

di proses oleh tim ferifikator, setelah beralih menjadi onnline kementerian

dan hak asasi manusia (Kemenkumham) sama sekali tidak punya akses

untuk mendaftarkan, kepada pihak pembiayaan leasing atau bank dan

lembaga, yang mendaftarkan fidusia langsung ke notaris, setelah di

daftarkan oleh notaris yang mempunyai akun konek langsung dengan

dirjen AHU dan mendaftarkanya. kakanwil tidak punya akun, terbit

sertifikat keluar di notaris, maka yang berhubungan dengan pembiyaan

notaris , kakanwil fungsi pengawasannya.

Dengan keberadaan dari digital certificate ini maka pihak ketiga

yang berhubungan dengan pemegang digital certificate ini maka pihak

ketiga yang berhubungan dengan pemegang digital certificate tersebut

dapat merasa yakin bahwa suatu pesan adalah benar berasal dari pengguna

tersebut.

a. integritas (Integrity)

Penggunaan digital signature yang di aplikasikan pada pesan

atau data elektronik yang dikirimkan, dapat menjamin bahwa pesan

atau data elektronik tersebut tidak menggalami suatu perubahan atau


63

modifikasi oleh pihak yang tidak berwenang, integritas atau integrity

berhubungan dengan masalah keutuhan dari suatu data yang

dikirimkan. Seorang penerima pesan atau data dapat merasa yakin

apakah pesan yang diterimannya sama dengan pesan yang dikirimkan,

ia dapat merasa yakin bahwa data tersebut pernah dimodifikasi atau

diubah selama proses pengiriman atau penyimpanan jaminan

authenticity ini dapat dilihat dari adanya hash funtion dalam sistem

digital signature dimana penerima data (recipient) dapat melakukan

pembandingan hash value apabila hash value-nya sama dan susai,

maka data tersebut benar benar otentik, tidak pernah terjadi suatu

tindakan yang sifatnya merubah (modify) dari data tersebut pada saat

proses pengiriman, sehingga terjamin authenticity-nya sebaliknya

apabila hash valuenya berbeda maka patut dicurigai dan langgsung

dapat disimpulkan bahwa recipient menerima data yang telah

dimodifikasi.

b. non-repudiation (tidak dapat disangkal keberadaannya)

Non-repudiation (tidak dapat disangkal keberadaannya), timbul dari

keberadaan digital signature yang menggunakan enkripsi asimetris

(asymmetric encryption). Enskripsi asimetris ini melibatkan keberadaan

dari kunci privat dan kunci publik. Suatu pesan yang telah dienkripsi

dengan menggunakan kunci privat, maka ia hanya dapat dibuka/dekripsi

dengan menggunakan kunci publik dari pengirim. Jadi apabila terdapat

suatu pesan yang telah dienkripsi oleh pengirim dengan menggunakan


64

kunci privatnya, maka ia tidak dapat menyangkal keberadaan pesan

tersebut, karena terbukti bahwa pesan tersebut didekripsi dengan kunci

publik pengirim. Keutuhan dari pesan tersebut dapat dilihat dari

keberadaan hash function dari pesan tersebut, dengan catatan bahwa data

yang telah di-sign akan dimasukkan ke dalam digital envelope. Non-

repudiation (tidak dapat disangkalnya keberadaan) suatu pesan

berhubungan dengan orang yang mengirimkan pesan tersebut. Pengirim

pesan tidak dapat menyangkal bahwa ia telah mengirimkan suatu pesan

apabila ia sudah mengirimkan suatu pesan. Ia juga tidak dapat menyangkal

isi dari suatu pesan bebeda dengan apa yang ia kirimkan apabila ia telah

mengirim pesan tersebut. Non repudiation adalah hal yang sangat penting

bagi e-commerce apabila suatu transaksi dilakukan melalui suatu jaringan

internet, kontrak elektronik (electronic contracts), ataupun transaksi

pembayaran.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Pesan dalam bentuk data elektronik yang dikirimkan tersebut bersifat

rahasia atau confidental, sehingga tidak semua orang dapat mengetahui isi

data elektronik yang telah disign dan dimasukkan dalam, digital envolve.

Keberadaan digital envolve yang termasuk bagian yang integral dari digital

signature, menyebabkan suatu pesan yang telah dienkripsi hanya dapat

dibuka oleh orang yang berhak. Tingkat kerahasiaan dari suatu pesan yang

telah di enkripsi ini, tergantung dari panjang kunci atau key yang dipakai

untuk melakukan enkripsi. Pengamanan data dalam e-commerce dengan


65

metode kriptografi melalui skema digital signature tersebut secara teknis

sudah dapat diterima dan diterapkan, namun apabila kita bahas dari sudut

pandang ilmu hukum ternyata masih kurang mendapatkan perhatian.

Kurangnya perhatian dari ilmu hukum dapat dimengerti karena, khususnya

di indonesia, penggunaan komputer sebagai alat komunikasi melalui

jaringan internet baru dikenal semenjak tahun 1994. Dengan demikian

pengamanan jaringan internet dengan metode digital signature di indonesia

tentu masih merupakan hal yang baru bagi kalangan pengguna komputer.

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH kalau kanwil

sendiri melaksanakan tugas berupa orta ada perkumham nomor 30 tahun

2018 , jadi pembagian tugasnya defisi pelayanan hukum dan ham bidang

pelayanan hukum kemudian ada subjek dibawahnya ,itu tugas salah satunya

dibidang ketonariatan , peran kanwil hanya monitoring PNBP, hanya

melihat tidak bisa pengawasan pembinaan karna smenjak elektronik tidak

terlibat sama sekali dan tidak punya user ini kaitanya dengan Undang-

Undang jaminan fidusia disitu Undang-Undang fidusia salah satu

ketentuanya bahwa kantor pendaftran fidusia adalah kantor wilayah

kemenkum Ham setempat itu pada saat jaman masih manual.

Melalui hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH untuk eksekusi

jaminan fidusia contohnya yusup kredit motor ke fianance saya

mengengikatkan secara fidusia bawa ke notaris untuk melakukan perjanjian

kredit pada akta fidusia notaris bawa ke kanwil karena di Undang-Undang

yang ditetapkan sebagai kantor fidusia itu adalah kanwil setempat itu
66

sebelum manual , setelah tahun 2013 sampai dengan sekarang ini tidak

berhubungan lagi user langsung di notaris, notaris buka akses ke

kementerian hukum dan ham lewat akun online yang terkait dan terkonek

oleh dirjen AHU kemudian di Daftrankan fidusia secara online jadi yang

perlu sebenarnya bukan Undang-undang ITE hanya terkait dengan Undang-

undang jaminan fidusia.

dan di tambahkan hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH

selain itu pelaksanaan kalau untuk kanwil sulawesi tenggara notaris ada 82

notaris kalau persoalan fidusia banyak permasalahan notaris hadapi,

kanwil hanya instansi pembina notaris yang punya banyak masalah terkait

itu biasanya usernya, langsug ke notaris masalahnya banyak menyita

jaminan ekseksusi fidusia dilakukan secara ilegal, lembaga pembiyaan

tidak mendaftarkan jaminan fidusia jika belum bermasalah memang ada

beberapa lembaga pembiayayaan yang patuh. akan tetapi ada

kemungkinan wanprestasi tidak memenuhi kewajiban misalnya saya

mencicil motor saya tidak penuhi kewajiban saya di Adira baru

mendaftarkan fidusianya karena tanpa sertifikat fidusia kita bisa ada sita

jaminan .jadi yang selama motor yang di tarik oleh dekolektor jalan itu

tidak ada akta jaminan, memang waktu beberapa tahun lalu ada yang

namanya, pra eksekusi dia tanpa pengadilan, eksekusi langsung . oleh

karena itu di Undang - Undang jaminan fidusia memang di tetapkan

kalau berdasarkan Undang - Undang atau Keputusan dia lex spesialis,

dalam sertifikat fidusia ada batasan 30 hari sejak dari perjanjian kreditnya
67

harus terbit sertifikat kalau tidak expayer /kadaluarsa harus membayar

ulang, itu kalau ia masi manual tidak akan terpenuhi itu , semenjak

berubah menjadi elektronik cepat dan bisa di aplot di verifikasi melalui

web.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Skretaris Majelis

pengawasan daerah kota Kendari Pada Kantor Kementrian Hukum Dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Sulawesi Tenggara, Ibu

Melyy Nasrun S.H,M.H., menyatakan untuk Undang-Undang nomor 11

tahum 2008 melihat dari kekuatan hukum absah atau tidak absahnya di

Undang-Undang informasi dan transaksi elektronik dan itu harus ada kajian

empiris harus ada kasus kedudukan hukum, semisal ada yang

memapermasalahkan sah atau tidak sahnya tanda tangan elektronik kalau

kami sepanjang ada dasar hukum berarti di bolehkan karena kepala kantor

wilayah tidak akan ada perintah dari pusat untuk memberikan tanda tangan

kalau itu tidak berdasarkan aturan yang mengatur.

sertifikat elektronik peran layak ia tidak dapat dipisahkan dari

prektek tanda tangan elektronik ia membawa kekuatan hukum yang kuat

karena dapat meyakinkan identitas penandatangan. sertifikat mempunya

sebuah struktur internal, artinya ada beberapa bagian yang diwajibkan

untuk diinformasikan atau dilekatkan pada sertifikat tersebut

penyelenggaran sertifikat elektronik menurut Undang-Undang informasi

dan transaksi elektronik yaitu :


68

1. setiap orang berhak menggunakan jasa penyelenggara sertifikat

elektronik untuk pembuatan tanda tangan elektronik.

2. penyelenggara sertifikat elektronik harus memastikan suatu tanda

tangan elektronik dengan pemiliknya.

3. penyelenggara sertifikat elektronik terdiri atas penyelenggara terdiri

atas penyelenggara sertifikat elektronik indonesia dan menyelenggara

sertifikat elektronik.

4. penyelenggara sertifikasi Indonesia berbadan hukum dan berdomisili

di indonesia.

5. penyelenggara sertifikat elektronik asing yang beroprasi di indonesia

harus terdaftar di indonesia.

6. ketentuan lebih lanjut untuk sertifikat elektronik di atur dalam

peraturan pemerintah sekarang.

penyelenggara sertifikat elektronik harus menyediakan informasi yang

akurat jelas dan pasti kepada semua pengguna jasa yang meliputi:

1. metode yang digunakan untuk mengidentifikasi penanda tangan.

2. hal yang dapat digunakan untuk mengetahui data diri pembuat

tanda tangan elektronik.

3. hal yang dapat digunakan untuk menunjukkan pemberlakuan dan

keamanan tanda tangan elektronik.


69

1. Alur

pendaftran jaminan fidusia online

Sumber wawancaran : wawancara dengan Ibu meli,S.H pada tanggal tanggal 17


oktober 2021

PERPOHONAN NOTARIS
DATA

MINUTA SANITA
SALINAN
SISMINBAKUM BANK

SERTIFIKAT FIDUSIA
70

Bagan alur pendafataran fidusia online,

Keterangan :

1. Pihak Pemohon mengajukan pembuatan akta fidusia melalui Notaris.

2. Notaris akan periksa kelengkapan berkas yang akan didaftarkan fidusia

secara online.

3. Bila berkas dinyatakan lengkap, oleh notaris akan dibuatkan minuta akta

yang kemudian ditanda tangani oleh pihak nasabah dan bank atau finance

yang selanjutnya dibuatkan salinan akta

4. Minuta disimpan dikontor notaris sebagai arsip negara, dan salinan akta oleh

pihak notaris akan diserahkan kepada pihak pemohon.

5. salinan akta yang telah selesai, digunakan sebagai dasar untuk melakukan

input data fidusia online melalui website sisminbakum.

6. Data yang telah di input akan di setor ke bank untuk melakukan pembayaran

PNBP(Penerima Penghasilan Negara Bukan Pajak ).

7. Pihak bank akan memberikan struk pembayaran kepada notaris sebagai

bukti setor PNBP.

8. Sertifikat fidusia dapat dicetak dan diserahkan kepada pihak pemohon.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Skretaris Majelis pengawasan

daerah kota Kendari Pada Kantor Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Kantor Wilayah Sulawesi Tenggara, Ibu Melyy Nasrun

S.H,M.H., Alur pendaftaran secara onnline , Bunyi aturan pendaftaran

jaminan fidusia permberlakuan sistem pendaftaran jaminan fidusia,

pemberlakuan sistem pendaftaran jaminan fidusia terintergrasi elektronik,


71

permenkeu dan permenkumham sampai dengan aturan teknis, Karena jauh

lebih mumudahkan selama tidak melanggar ketentuan yang sudah di tetapkan

berarti boleh. mengenai keabsahannya menggikat dalam pengeluaran

sertifikat ada tanda tangan kantor wilayah ada code berkode Untuk validasi

legal atau tidak bisa di scan.

Permohonan dan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia.

Untuk melancarkan proses pendaftaran jaminan fidusia secara sistem online

maka dibuat pengaturan tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia secara

elektronik yaitu pada pasal 2 dan pasal 3, peraturan menteri hukum dan hak asasi

manusia nomor 10 tahun 2013 tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia

secara elektronik menyatakan bahwa:

Pasal 2

1. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik diajukan kepada

menteri .

2. Pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud kepada Ayat1 meliputi:

a) Pendaftaran permohonan jaminan fidusia

b) Pendaftaran perubahan jaminan fidusia;

c) Penghapusan jaminan fidusia.

Pasal 3 mengatur tentang tata cara pendaftaran permohonan jaminan fidusia

secara elektronik yaitu :

Pasal 3

1. Pendaftaran permohonan jaminan fidusia secara elektronik dilakukan dengan

mengisi folmulir aplikasi,


72

2. Pengisian folmulir aplikasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi;

a. Identitas pemohon;

b. Identitas pemberi fidusia

c. Identitas penerima fidusia

d. Akta jaminan fidusia

e. Perjanjian pokok

f. Nilai penjaminan

g. Nilai objek menjadi jaminan fidusia

3. Pemohon mencetak bukti pendaftaran setelah selesai melakukan pengisian

folmulir aplikasi.

4. Bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat ;

a. Nomor pendaftaran

b. Tanggal pengisian aplikasi

c. Nama pemohon

d. Nama kantor pendaftaran fidusia

e. Jenis pemohonan ; dan

f. Biaya pendaftaran permohonan jaminan fidusia sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan .

5. Berdasarkan bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat 4 pemohon

melakukan pembayaran biaya pendaftaran permohonan jaminan fidusia melalui

bank persepsi.

6. Setelah melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5)


73

pemohon mencetak sertifikat jaminan fidusia yang telah ditanda tangani secara

elektronik oleh pejabat pendaftaran jaminan fidusia .

Sistem pendaftaran jaminan fidusia manual diperlukan adanya penyerahan

dokumen fisik berupa pernyataan pendaftaran jaminan fidusia yang blangkonya

disediakan oleh kantor pedaftaran fidusia, surat permohonan pendaftaran jaminan

fidusia, salinan akta jaminan fidusia, surat kuasa untuk melakukan pendaftaran,

bukti pembayaran pnbp dan foto kopi bukti kepemilikan objek kepada kantor

pendaftaran fidusia sebagai persyaratan pendaftaran. Kemudian pada sistem

administrasi pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik tidak ada penyerahan

dokumen fisik ke kantor pendaftaran fidusia di kementerian hukum dan hak asasi

manusia, tetapi dokumen fisik tersebut diserahkan ke kantor pendaftaran jaminan

fidusia ecara elektronik. Pendaftaran jaminan fidusia yang dilakukan dengan

sistem online tidak memerlukan pengiriman ataupun mengiriman softcopy dari

data fisik yang berupa akta jaminan fidusia, perjanjian kredit dari bank, fotocopy

ktp dan kartu keluarga dari debitur, semua dokumen tersebut diserahkan kepada

pemoohonan untuk keperluan menginput data pendaftaran secara online,

selanjutnya semua dokumen tersebut disimpan oleh pemohon.

Surat pernyataan bahwa tidak adanya pengiriman softcopy data fisik secara

online oleh pemohon yaitu notaris. Karena tidak adanya penyerahan data fisik

secara online yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum akta jaminan

fidusia dan data – data yang telah di input dalam sistem online, maka pada sistem

pendaftaran jaminan fidusia online tersebut terdapat keterangan peringatan, yang

isinya sebagai berikut :


74

a. Seluruh data yang tetuang dalam permohonan pendaftaran jaminan fidusia ini

adalah benar.

b. Kementerian hukum dan hak asasi manusia republik indonesia tidak

bertangung jawab atas segala akibat hukum yang timbul atas pengisian

c. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia, seluruh data yang di input

merupakan tanggung jawab pemohon.

Sehingga dengan adanya peringatan yang terdapat dalam pendaftaran jaminan

fidusia online tersebut mengakibatkan atas semua yang sudah dicantumkan pada

pendaftaran online tersebut menjadi tangungg jawab pemohon pendaftaran

fidusia. sebelum didaftarkannya fidusia atau adanya suatu fidusia, tentu saja

sebelumnya ada sebuah perjanjian yang mengikat. Dalam hal ini, diperlukan

sebuah perjanjian pembiayaan konsumen, berdasarkan dari informasi atau

wawancara yang sudah dilakukan, berikut adalah prosedur dan pelaksanaan

perjanjian pembiayaan konsumen pada lembaga pembiayaan yang umumnya juga

dilakukan oleh cabang- cabang lainnya sampai tahap pendaftaran fidusia secara

online :

a. Lembaga pembiayaan mempersiapkan hal-hal yang berkaitan untuk proses

pendaftaran fidusia secara online yang akan diserahkan ke notaris untuk segera

di buatkan akta fidusia, fidusia harus segera didaftarkan, agar jika dikemudian

hari tidak timbul suatu masalah, akibat tidak didaftarkannya fidusia tersebut.

b. Pendaftaran akta jaminan fidusia akan diserahkan ke kantor notaris, dalam hal

ini, notaris wajib menteliti setiap data yang sudah ia dapatkan dari lembaga

pembiayaan, agar tidak terjadi suatu kesalahan dalam proses pendaftaran, objek
75

dari nilai fidusia harus jelas, setelah semua dirasa sudah benar, maka notaris

segera mendaftarkan fidusia secara online.

B. Kekuatan Hukum Jaminan Fidusia Yang Ditanda Tangani Secara

Elektronik

1. Kekuatan Hukum Jaminan Fidusia dalam Undang-Undang No 42

Tahun 1999 Tentang jaminan fidusia ?

Pertimbangan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tetang

jaminan fidusia adalah :

a. Bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia

usaha atas tersedianya dana, perlu di imbangi dengan adanya ketentuan

hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga

jaminan ;

b. Bahwa jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan

sampai saat ini masih di dasarkan pada yurisprodensi dan belum di atur

dalam peraturan perundang-undangan secara lengkap dan kompresif .

c. Bahwa untuk memenuhi kebetuhan hukum yang dapat lebih memacu

pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta

mampu memberikan perlindungan bagi pihak berkepntingan, maka

perlu dibentuk ketentuan lengkap mengenai jaminan fidusia dan

jaminan tersebut perlu di daftrakan pada kantor pendaftran fidusia;

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud dalam huruf

a,b dan c dipandang perlu dibentuk undang-undang tentang jaminan

fidusia :
76

Kekuatan hukum sertifikat jaminan Fidusia yang di tanda tangani

Secara Elektronik

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan

fidusia adalah Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan Pasal 33 Undang-

Undang dasar 1945.

Isu Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia

adalah berikut ( bukan dalam format asli), Undang-Undang tentang

jaminan fidusia yang dimkasud dengan adalah fidusia pengalihan hak

kepemilikan suatu benda atas dasar kepercyaan dengan ketentuan bahwa

benda yang hak kepemilikanya di alihkan tersebut tetap dalam penguasa

pemilik benda. hak jaminan atas benda bergerak baik berwujud maupun

tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam

penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu,

yang memberikan kedudukan yg di utamakan kepada penerima fidusia

terhadap kridetur lainya.

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH untuk eksekusi

jaminan fidusia contohnya nanti ada kemungkinan wanprestasi tidak

memenuhi kewajiban misalnya saya mencicil motor saya tidak penuhi

kewajibanku di adira baru mendaftarkan fidusia karena tanpa sertifikat

fidusia kita bisa ada sita jaminan .jadi yang selama motor yang di tarik
77

oleh dekolektor jalan tidak ada akta jaminan memang waktu beberapa tahun

lalu ada yang namanya, pra eksekusi dia tanpa pengadilan eksekusi

langsung karena di undang undang jaminan fidusia memang di tetapkan

kalau berdasarkan undang undang atau keputusan dia lekspesialis, dalam

sertifikat fidusia ada batasan 30 hari sejak dari perjanjian kreditnya harus

terbit sertifikat kalau tidak ekspayer harus membayar ulang kalau dia masi

manual tidak akan terpenuhi itu , semenjak berubah menjadi elektronik

cepat dan bisa di aplot di verifikasi melalui website

Penggunaan collateral (jaminan) merupakan hal terpenting sebagai

pertimbangan pemberian kredit kepada debitur salah satu dari jaminan

yang sering digunakan adalah jaminan fidusia. keberadaan pendaftaran

fidusia yang sebelumnya didaftarkan secara manual, sekarang telah

berkembang menjadi pendaftaran secara elektronik.

Surat edaran dari direktorat jendral administrasi hukum umum

tertanggal 5 maret 2013 nomor 06.ot.03.01. Tahun 2013 menjadi dasar

lahirnya regulasi baru ini. peristiwa hukum dan perbuatan hukum akan

menimbulkan akibat hukum. Soeroso menyatakan bahwa akibat hukum

adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu

akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum.

Dalam undang-undang jaminan fidusia akibat hukum dari pendaftaran

jaminan fidusia yaitu memberikan hak yang didahulukan bagi penerima

fidusia terhadap kreditur-kreditur lainnya dalam mengambil pelunasan

piutangnya atas hasil esekusi jaminan.


78

Jaminan fidusia tersebut juga mempunyai kekuatan eksekutorial untuk

mengeksekusi langsung barang yang ada dalam penguasaan konsumen jika

terjadi wanprestasi. jika jaminan fidusia tersebut tidak didaftarkan maka

pihak penerima fidusia tidak akan mendapatkan keuntungan yang diberikan

undang- undang tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH untuk

melihat dari kekuatan hukum absah atau tidak absahnya di Undang-Undang

informasi dan transaksi elektronik dan itu harus kajian empiris harus ada

kasus kedudukan hukum, semisal ada yang memapermasalahkan sah atau

tidak sahnya tanda tangan elektronik kalau kami sepanjang ada dasar hukum

berarti di bolehkan karena kepala kantor wilayah tidak akan ada perintah

dari pusat untuk memberikan tanda tangan kalau itu tidak berdasarkan

aturan yang mengatur.

2. Penerapan Tanda tangan sertifikat fidusia melalui akta jaminan fidusia

yang di buat oleh Notaris ?

Dalam proses penanda tanganan tanda tangan secara elektronik,

dengan bantuan piranti lunak, pengirim akan membuat sebuah message

digest dari pesan yang asli dengan menggunakan fonction de hachage

(hash dalam bahasa inggris). Message digest dari pesan asli berfungsi

layaknya sidik jari, sehingga perubahan sekecil apapun terhadap message

digest akan dapat diketahui oleh pembuat maupun penerima pesan. Tanda

tangan elektronik dapat disebut juga message digest yang dienkripsi oleh

kunci privat. Selanjutnya pesan asli dan tanda tangan elektonik dikirim
79

bersamaan ke tujuan yang diinginkan. Dengan adanya kunci publik yang

diberitahukan terlebih dahulu oleh pengirim ke penerima pesan, penerima

pesan dapat mendekripsi tanda tangan elektronik tersebut sebut saja

sebagai a1, selanjutnya penerima akan membuat message digest pada

pesan asli yang diterima sebut saja a2. Langkah terakhit yakni

membandingkan a1 dan a2. Bila keduanya mem punyai sidik jari yang

sama maka dapat dipastikan pesan itu asli dan belum pernah diubah.

Pasal 11 ayat (1) butir (a) dan (b) undang-undang informasi dan

teransaksi elektronik menentukan bahwa identifikasi tanda tangan

elektonik benar atau otentik yakni apabila:

1. Data pembuatan tanda tangan terkait hanya kepada penandatangan saja;

2. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses

penandatangan hanya berada dalam kuasa penandatangan;

3. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah

waktu penandatanganan dapat diketahui;

4. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait dengan

tanda tangan elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat

diketahui;

5. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa

penandatangannya;

6. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penandatangan telah

memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik yang terkait.

Ketentuan pasal ini merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi


80

agar tanda tangan elektronik dapat menggunakan asas praduga kedalam

(presumption de fiabilite), yang memberikan kekuatan hukum dan akibat

hukum yang sama dengan tanda tangan manuskrip. Proses identifikasi

tanda tangan elektronik dari akta elektronik membutuhkan bantuan dari

sertifikat elektronik yang dikeluarkan oleh pihak ketiga yaitu pemanfaatan

sistem elektronik (PSE).Penerapan tanda tangan elektronik tidak dilakukan

secara jarak jauh, seperti yang dibayangkan. Penserapan tanda tangan

elektronik meliputi dokumen yang akan ditandatangani melalui media

elektronik, dengan memberlakukan semua kondisi dari proses notarisasi

tradisional termasuk keharusan untuk hadir di hadapan notaris.

1. Sertifikat elektronik
Sertifikat elektronik adalah informasi mengenai identitas pemilik

yang ditandatangani secara digital oleh sebuah badan independen yang

menjamin bahwa si pemilik sertifikat layak untuk ikut dalam transaksi

jual beli tersebut. Badan independen tersebut disebut certification

authority (ca) atay penyelenggara sertifikasi elektronik (PSE). Sertifikat

tersebut memiliki informasi kunci publik, sehingga sertifikat elektronik

merupakan mekanisme pertukaran kunci publik. sertifikat elektronik

mempunyai struktur internal yang diwajibkan untuk diinformasikan

atau dilekatkan pada sertifikat untuk memberikan kekuatan hukum pada

sertifikat. Struktur internal ini didefinisikan dengan norma internasional

yakni x-509 v.3 de l’union international des telecommunications.

Norma ini dikembangkan oleh internet engineering task force untuk

digunakan pada tanda tangan elektronik. Sebuah sertifikat elektronik


81

setidaknya harus memiliki keterangan sebagai berikut:

a. Versi sertifikat;

b. Nomor seri sertifikat;

c. Algoritma yang dipergunakan;

d. Nama pemilik sertifikat digital, termasuk di dalamnya keterangan

tentang negara asal, organisasi dan seterusnya;

e. Nama lembaga yang menerbitkan sertifikat elektronik;

f. Ektensi, disesuaikan dengan kebutuhan.

Sertifikat elektronik dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikasi

elektronik, (PSE) menurut pasal 1 ayat 10 undang-undang informasi

transaksi elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai

pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit

sertifikat elektronik. Dari pengertian tersebut, fungsi utama dari PSE

adalah menerbitkan sertifikat elektronik atas tanda tangan elektronik.

Selain itu, PSE dapat menyediakan pelayanan lainnya yang

bertujuan menunjang penyelenggaraan tanda tangan elektronik

misalnya menyediakan jasa “horodatage” (time stamping), jasa

pembuatan kunci publik, pengarsipan elektronik dan lainnya.

Proses kerja pse dalam melakukan sertifikasi adalah sebagai berikut:

1.Penanda tangan membuat pasangan kunci publik dan privat

kemudian menemui PSE dan memberikan bukti identitas dan

dokumen lainnya sesuai permintaan pnyelengara sertifikate

elektronik, mendemonstrasikan bahwa penanda tangan memegang


82

kunci privat yang berhubungan dengan kunci publik (tanpa

membuka/memperlihatkan kunci tersebut). Tahapan proses ini

berbeda antara satu PSE dengan PSE lainnya;

Misalnya ada PSE yang mewajibkan penanda tangan datang sendiri

menghadap penyelengara sertifikat elektronik untuk memastikan

kebenaran identitasnya, namun penyelengara sertifikat elektronik

lain bergantung pada pihak ketiga seperti notaris untuk memastikan

identitas penanda tangan.

2.PSE akan memberitahukan penanda tangan bahwa sertifikat telah

dikeluarkan, hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi

penanda tangan untuk memeriksa isi sertifikat tersebut sebelum

dipublikasikan. Hal ini penting untuk dilakukan dikarenakan

penanda tangan akan terikat dengan setiap komunikasi yang

ditandatangani secara elektronik dengan kunci privat yang

berhubungan dengan kunci publik yang ada pada sertifikat dan

bertanggung jawab untuk kesalahan interpretasi denagn PSE.

3.Apabila sertifikat tersebut telah diperiksa oleh penanda tangan dan

isinya sudah benar, maka sertifikat itu dapat dipublikasikan oleh

penanda tangan atau meminta penyelengara sertifika elektronik

untuk melakukannya. Sertifikat dipublikasikan dengan cara direkam

dalam satu atau lebih repository/penyimpanan atau disebarkan

dengan cara lainnya dengan tujuan agar sertifikat itu dapat diakses

oleh setiap orang yang hendak berkomunikasi dengan penanda


83

tangan. Repository hampir sama dengan digital yellow pages dimana

merupakan basis data sertifikat-sertifikat yang dapat diakses online

dan dapat diakses oleh siapapun. Repository ini dikelola oleh PSE.

4.Untuk melindungi para pihak dalam transaksi, maka diperlukan

certification practice statements, certificate revocation lists,

certification expiration dan limits liability. sertifikat elektronik

dibuat secara bertingkat agar dapat menciptakan infrastruktur.

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Melyy Nasrun S.H,MH untuk eksekusi

jaminan fidusia contohnya saya kredit motor ke fianance saya mengengikatkan

secara fidusia fianance bawa ke notaris untuk melakukan perjanjian kredit

pada akta fidusia notaris bawa ke kanwil karena di Undang-Undang yang

ditetapkan sebagai kantor pendaftaran fidusia itu adalah kanwil setempat itu

sebelum manual , setelah tahun 2013 sampai dengan sekarang ini tidak

berhubungan lagi langsung di notaris buka akses ke hukum dan ham lewat

AHU online yang terkait dan terkonek oleh dirjen AHU untuk kemudian di

daftrankan fidusia secara online jadi yang perlu dibahas sebenarnya bukan

Undang-undang ITE di tidak bermasalah untuk undang undang informasi dan

teransaksi elektronik hanya terkait dengan Undang-undang nomor 42 tahun

1999 tentang jaminan fidusia.

1. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 paling sedikit memuat:

a. Identitas pemohon;

b. Identitas penerima kuasa, jika permohonan melalui kuasa;


84

c. Nama dokumen dan nama pemilik yang tertera di dokumen yang akan

dilegalisasi serta memuat keterangan dokumen tersebut fotocopy atau

asli;

d. Jumlah rangkap untuk setiap jenis dokumen yang akan dilegalisasi;

e. Negara tujuan dimana dokumen tersebut akan digunakan; dan

f. Pilihan lokasi kantor wilayah kementerian hukum dan hak asasi manusia

untuk pengambilan stiker legalisasi.

2. Selain mengisi data dalam aplikasi permohonan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), pemohon harus mengunggah:

a. Identitas pemohon; dan

b. Dokumen yang akan dilegalisasi.

3. Dalam hal permohonan pemohon dikuasakan, harus mengunggah:

a.Identitas kuasa; dan

b. Surat kuasa.

1. Permohonan legalisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus

dilakukan verifikasi.

2. Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

memastikan:

a. Kelengkapan dokumen permohonan; dan

b. Kecocokan tanda tangan konvensional atau elektronik pada dokumen

Dengan spesimen.

3. Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat

permohonan telah diajukan oleh pemohon.


85

4. verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lama 1

(satu) hari.

a. Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam

pasal 5 ayat (2) huruf a terdapat kekurangan kelengkapan dokumen

permohonan, permohonan ditolak.

b. Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

disertai dengan informasi secara elektronik kepada pemohon terkait

alasan penolakan.

c. Dalam hal permohonan ditolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pemohon dapat mengajukan permohonan kembali.

1. Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5

ayat (2) huruf b:

a. Tidak terdapat spesimen tanda tangan; atau

b. Tidak sesuai antara nama pejabat, jabatan dan tanda tangan pada

c. Dokumen permohonan dengan spesimen, permohonan ditolak.

2. Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai

dengan informasi secara elektronik kepada pemohon terkait alasan

penolakan.

3. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan

pemberitahuan bahwa pemohon dapat meminta formulir spesimen atau

meminta penerbitan surat pengantar secara elektronik dari kementerian

hukum dan hak asasi manusia kepada instansi yang mengeluarkan dokumen.
86

(4) permohonan penerbitan surat pengantar sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dilakukan pemohon dengan mengisi menu permohonan penerbitan

surat pengantar pada aplikasi.

4. Terhadap penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pemohon dapat mengajukan permohonan kembali setelah mengunggah

spesimen tanda tangan pada aplikasi.

5. Untuk mengunggah spesimen tanda tangan pada aplikasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) harus sesuai dengan formulir spesimen yang ada

pada lampiran surat pengantar permohonan spesimen.

6. Dalam hal formulir spesimen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah

dilengkapi dengan spesimen tanda tangan pejabat pada dokumen, pemohon

mengunggah spesimen tersebut ke dalam aplikasi secara elektronik.

7. Format formulir spesimen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum

dalam aplikasi legalisasi elektronik.


87

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian di kantor kanwil kementrian hukum dan hak asasi

manusia, maka Penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Rangkaian Tanda Tangan Elektronik Dalam Sertifikat Jaminan Fidusia

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik. telah sesuai pasal 5 ayat (1) dan Undang-Undang

informasi dan tranksaksi elektronik bahwa informasi elektronik dan/atau

Dokumen elektronik dan/atau hasil cetakannya merupakan alat bukti

hukum yang sah kemudian pasal 5 ayat (12) dan (13) Tanda tangan

elektronik yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan,

terasosiasi atau terkait informasi lainnya yang di gunakan sebagai alat

verifikasi dan autentikasi, penanda tangan adalah subjek hukum yang

terasosiasikan atau terkait dengan tanda tangan elektronik.

2. Melalui kekuatan hukum sertifikat jaminan fidusia yang di tanda tangani

secara elektronik Bahwa untuk memenuhi kebetuhan hukum yang dapat

lebih memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian

hukum serta mampu memberikan perlindungan bagi pihak


88

berkepentingan dalam Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang

jaminan fidusia

B. SARAN

1. Pemberlakuan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik perlu

didukung dengan Peraturan Perundang-Undang yang berlaku.

2. Perlu pelaksanaan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia secara

elektronik dipusatkan pada setiap Kanwil, hal ini agar pihak Kanwil tidak

kehilangan tugas dan fungsinya,jika terjadi bersengketa Notaris langsung

ke Kanwil.
89

Anda mungkin juga menyukai