Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PELAKSANAAN PERJANJIAN ARISAN ONLINE DALAM KITAB UNDANG-

UNDANG HUKUM PERDATA

Perjanjian dengan konsep arisan telah diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata di buku III bab II tentang perikatan-perikatan terhadap suatu aturan dan

ketentuan-ketentuan kontrak.

Pelaksanaan arisan online sama seperti arisan konvensional tetapi melibatkan

penggunaan perangkat digital dalam pelaksanaan kegiatannya sehingga berkaitan

dengan landasan hukum Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik).

Dalam Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yakni Undang-

Undang No 19 Tahun 2016 Pasal 5 menyebutkan bahwa:

1. Mengenai adanya informasi elektronik atau hasil cetaknya merupakan alat

bukti hukum yang sah.

2. Mengenai informasi elektronik atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan

Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

3. Mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang

dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik harus sesuai dengan

aturan dan ketentuan UU.

4. Mengacu pada aturan/ketentuan terhadap informasi elektronik seperti pada

ayat (1) tidak berlaku untuk peruntukan seperti:


a. Di mana surat menurut UU harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan

b. Di mana surat beserta dokumennya menurut UU harus dibuat dalam

bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta

Adapun tahapan dalam pelaksanaan arisan online sebagai berikut:

1. Admin/bandar akan mencari anggota arisan di media sosial seperti

WhatsApp, messanger, instagram, facebok, telegram dll.

2. Membuat group Whatsapp untuk anggota arisan online untuk membuat

kesepakatan bersama

3. Anggota mengirimkan persyaratan untuk mengikuti arisan online, misalnya

KTP dan selfie memegang KTP

4. Anggota arisan online dapat memilih secara bebas urutan dan nominal

setoran sesuai kesanggupan

Arisan online termasuk ke dalam perjanjian lisan yang berlandaskan pada

kepercayaan bersama antar anggota arisan. Meskipun perjanjiannya tidak dilakukan

secara tertulis, akan tetapi perjanjian tersebut sah dan mempunyai kekuatan hukum

karena dalam Pasal 1320 KUHPerdata untuk sahnya perjanjian tidak diisyaratkan harus

dibuat secara tertulis. Syarat sah perjanjian sesuai Pasal 1320 KUHPerdata antara lain:

1. Adanya kesepakatan oleh kedua belah pihak

Dalam kegiatan arisan online, kata kesepakatan (secara lisan) yang dibuat

secara sadar oleh tiap anggota telah melahirkan sebuah perjanjian. Kata

sepakat tidak didasari dengan kekhilafan atau paksaan, yang artinya semua
pihak telah menyetujui setiap prosedur selama berjalannya kegiatan arisan

online tanpa adanya suatu paksaan.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum

Dalam Pasal 1330 Kitab UndangUndang Hukum Perdata, cakap dalam hukum

diartikan sebagai hak untuk subyek hukum yang telah berusia 21 tahun atau 21

tahun tetapi pernah kawin untuk dipandang sah secara hukum. Menurut Pasal

1330 KUHPerdata, orang yang dikatakan belum cakap hukum diantaranya

orang yang belum dewasa, orang yang ada dibawah pengampuan, dan

terhalang melakukan perbuatan hukum.

3. Adanya objek

Objek dalam artian barang yang ditentukan dalam perjanjian. Dalam arisan

online ini dapat berupa uang, emas, barang, dll

4. Adanya kausa yang halal

Perjanjian yang tujuannya tidak bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan, dan ketertiban umum.


BAB IV

UPAYA PENYELESAIAN WANPRESTASI YANG DITEMPUH OLEH PARA

PIHAK DALAM ARISAN ONLINE

1. Mediasi

2. Gugatan wanprestasi (somasi)

3. Gugatan wanprestasi (litigasi / pengadilan) 1238 KUHPerdata

Anda mungkin juga menyukai