Anda di halaman 1dari 2

Legalitas dan penggunaan tanda tangan elektronik

Perkembangan dalam penggunaan teknologi informasi berbasis elektronik dalam transaksi


secara elektronik diyakini memberikan dampak yang positif bagi pelaku bisnis terutama dalam
hal kecepatan dan kemudahan melakukan transaksi dalam interaksi global tanpa batasan
tempat dan waktu. Berkaitan dengan hal tersebut, kebutuhan akan kerahasiaan informasi serta
penjagaan atas keaslian suatu informasi pun semakin meningkat sehingga Pemerintah
Republik Indonesia menerbitkan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Teknologi Elektronik (UU ITE) tak terkecuali terhadap pesatnya penggunaan tanda tangan
elektronik dewasa ini.
Tanda tangan elektronik atau digital signature pada dasarnya memiliki fungsi yang sama
dengan tanda tangan konvensional yang dituliskan di atas kertas baik berfungsi sebagai
autentifikasi maupun sebagai bukti tertulis yang menunjukkan pemenuhan syarat “kesepakatan”
sebagaimana ditentukan sebagai salah satu syarat subjektif perjanjian yang sah berdasarkan
Pasal 1320 angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”).

Selanjutnya mengenai kekuatan hukum dan akibat hukum, tanda tangan elektronik disamakan
dengan tanda tangan manual sebagaimana dijamin dan dijelaskan dalam Pasal 1 ayat 12 UU
ITE yang menyebutkan bahwa:

“Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi
Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik
lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi”.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka selanjutnya terhadap Pihak yang menandatangani


secara elektronik, menunjukkan persetujuan penandatanggan atas informasi atau dokumen
elektronik yang ditandatangganinya sekaligus menjamin kebenaran isi yang tercantum dalam
tulisan tersebut dan dokumen elektronik tersebut memilki kekuatan hukum.

Merujuk pada Pasal 5 Ayat (1) UU ITE, informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah, hal ini merupakan perluasan
dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

Untuk dapat memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah maka tanda tangan
elektronik harus memenuhi persyaratan dalam Pasal 11 ayat (1) UU ITE yaitu:

1. Data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya kepada penandatangan;


2. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses penandatanganan hanya
berada dalam kuasa penandatangan
3. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatangganan dapat diketahui
4. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terakit dengan tanda tangan
elektronik tersebut setelah waktu penandatangganan dapat diketahui
5. Terdapat cara tertentu yang dapat diapakai untuk mengindetifikasi siapa
penandatangganannya; dan
6. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penadatangganan telah memberikan
persetujuan terhadap informasi elektronik yang terkait.
Ketentuan lebih lanjut tentang Tanda Tangan Elektronik  diatur dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2012 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE).

Pasal 52 Ayat (2) PP 82/2012 menyatakan Tanda Tangan Elektronik dalam Transaksi
Elektronik merupakan persetujuan Penanda Tangan atas Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang ditandatangani dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut.

Jenis tanda tangan elektronik. Menurut PP No 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan


Sistem dan Transaksi Elektronik Pasal 60 ayat 2 terdapat 2 (dua) jenis tanda tangan elektronik
yaitu:

1. tanda tangan tersertifikasi


2. tanda tangan tidak tersertifikasi.

Tanda tangan yang tidak tersetifikasi mempunyai kekuatan pembuktian yang lemah
dibandingkan tanda tangan yang tersertifikas, dimana sertifikasi terhadap tanda tangan
elektronik diterbitkan oleh jasa penyelenggara sertifikasi elektronik dan dibuktikan dengan
sertifikat elektronik.

Tanda Tangan Elektronik tersertifikasi sebagaimana dimaksud adalah menggunakan Sertifikat


Elektronik yang dibuat oleh jasa Penyelenggara Sertifikasi Elektronik Indonesia dan dibuat
dengan menggunakan Perangkat Pembuat Tanda Tangan Elektronik Tersertifikasi. Dimana
daftar Penyelenggara Sertifikasi Elektronik dapat dilihat di
situsweb https://tte.kominfo.go.id/listPSrE/_.

Sementara terhadap suatu Tanda Tanda Tangan Elektronik yang tidak tersertifikasi adalah
tanda tangan elektronik yang dibuat tanpa menggunakan jasa Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik Indonesia. Sebagaimana contohnya berupa Tanda tangan basah yang dipindai
(scan), pensil scanner, dan lain sebagainya.
Dengan demikian,  kata kunci yang membedakan kedua tanda tangan tersebut adalah adanya
Sertifikat Elektronik dan Jasa Penyelelenggara Sertifikasi Elektronik. Oleh karenanya terhadap
pengguna tanda tangan elektronik lebih baik disarankan untuk menggunakan tanda tangan
yang tersertifikasi yang dibuat oleh jasa Penyelenggara Sertifikat Elektronik yang terdaftar.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, implementasi Transaksi Elektronik khususnya tanda


tangan elektronik sebagai sarana penunjang transaksi bisnis memiliki banyak keuntungan
dimana lebih efisien, lebih cepat, dan lebih ramah lingkungan karena dapat pula menghemat
terhadap penggunaan kertas.

Anda mungkin juga menyukai