Dosen : Ns.Istiqomah,S.Kep, MM
Di Susun Oleh :
0
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ca Colorectal.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam
penyusunan makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di
pahami.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang dan penyusun berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS......................................................................................................................6
2.2.1 Etiologi..........................................................................................................................6
2.2.2 Patofisiologi...................................................................................................................8
2.2.4 Penatalaksanaan...........................................................................................................12
2.2.5 Komplikasi...................................................................................................................13
2.2.6 Pencegahan..................................................................................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................23
3.2 Saran.........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A. Ca Colorectal
Kanker kolorektal didefinisikan sebagai keganasan yang terjadi pada usus besar,
yang merupakan bagian dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal
dimulai dalam bentuk stadium pre-kanker, berupa tonjolan kecil dan jinak yang disebut
adenomatous polyp (Peter Boyle, 2002). Polyp ini tumbuh menuju ke lumen colon,
berbentuk seperti jamur (mushroom-shaped). Stadium pre-kanker juga dapat berupa
pertumbuhan sel yang datar, disebut nonpolypoid lesion. Di dunia, kanker kolorektal
menduduki peringkat ketiga pada tingkat insidensi dan mortalitas. Angka insidensi
tertinggi terjadi di Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Sedangkan
angka insidensi terendah terjadi di India, Amerika Selatan, dan Israel (Peter Boyle,
2002). Pada tahun 2004, di Eropa terdapat 2.886.800 kasus kanker yang terdiagnosa dan
1.711.000 kematian karena kanker. Insiden kanker yang paling sering terjadi adalah
kanker paru-paru (13,3 %). diikuti oleh kanker kolorektal (13,2%) dan kanker payudara
(13%). Di Amerika pada tahun 2009, berdasarkan perhitungan oleh The American
Cancer Society (ACS), terdapat 106.100 kasus baru kanker kolorektal (52.101 kasus
pada pria dan 54.090 kasus pada wanita) dan terjadi 49.920 kematian (25.240 kematian
pada pria dan 24.680 kematian pada wanita). Perkiraan insiden kanker di Indonesia
adalah 100 per 100.000 penduduk. Namun, hanya 3,2 % dari kasus kanker yang
mendapat perawatan di Rumah Sakit. Dari data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker
di Indonesia, kanker kolorektal merupakan salah satu dari 5 kanker yang paling sering
terjadi baik pada pria maupun wanita. Dari Departemen Kesehatan didapatkan angka
kasus kanker kolorektal adalah 1,8 per 100.000 penduduk (Depkes, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi dari Ca colorectal ?
12.2 Usia berapa yang beresiko terkena Ca colorectal ?
1.2.3 Apa etiologi dari Ca colorectal ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Ca Colorectal?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Ca colorectal?
4
1.2.6 Apa saja komplikasi dari Ca colorectal?
1.2.7 Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Ca colorectal?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum Ca Colorectal
1. Untuk mengetahui penyebab pasti dari ca colorectal
2. Tindakan yang dapat dilakukan untuk penyakit ca colorectal
1.3.3 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari ca colorectal
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari ca colorectal
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari ca colorectal
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari ca colorectal
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari ca colorectal
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita
ca colorectal
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari ca colorectal
8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada ca
colorectal
1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar Ca
Colorectal serta Asuhan Keperawatannya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.2.1 Etiologi
a. Usia
Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang
sekali ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50. Kalaupun
ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker
kolon juga.
b. Polip
Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika
polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan penghilangan
6
tersebut akan bisa mengurangi risiko terjadinya kanker kolon di kemudian
hari.
c. Riwayat kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon ( bahkan
pernah dirawat untuk kanker kolon ) berisiko tinggi terkena kanker kolon
lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium
( indungtelur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki risiko
yang lebih besar untuk terkena kanker kolon.
d. Faktor keturunan / genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP ( Familial
Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial memiliki
risiko100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPA-
nya tidak di obati. Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC
( Hereditary NonPolyposis Colorectal Cancer ), yakni penyakit kanker
kolorektal nonpolip yang menurun dalam keluarga, atau sindrom Lynch.
e. Diet Tinggi Lemak, Rendah Serat
Diet rendah serat dan tinggi lemak diduga meningkatkan risiko
karsinoma kolorektal. Seseorang dengan asupan rendah serat mempunyai
risiko 11 kali lebih besar terkena karsinoma kolorektal dibandingkan
dengan tinggi serat. Sedangkan asupan serat harian rata- rata orang masih
rendah 10,5 g/hari. Serat memberikan efek protektif dari sel kanker dengan
mempercepat waktu kontak antara karsinogen dan usus besar saat
penggumpalan feses, sehingga menipiskan dan menonaktifkan karsinogen.
f. Kebiasaan merokok
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon
dibandingkan dengan yang bukan perokok
g. Kebiasan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut meningkatkan
risiko terjadinya kanker kolon. Sebab daging merah ( sapi dan kambing )
banyak mengandung zat besi. Jika sering mengonsumsi daging merah
berarti akan kelebihan zat besi.
7
h. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna
apalagi jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.
i. Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung
bahan pengawet.
j. Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak memiliki
risiko lebih rendah untuk terkena kanker kolon.
k. Berat badan yang berlebihan ( obesitas ).
l. Infeksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut andil
dalam terjadinya kanker kolon.
m. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu. Misalnya logam berat, toksin,
danototoksin serta gelombang elektromagnetik.
n. Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, khususnya bir. Usus
mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko terkena
kanker kolon.
o. Bekerja sambil duduk seharian. Misalnya para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaran umum.
2.2.2 Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitelusus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian
tubuh yang lain (paling sering kehati) Japaries, 2013. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada
jaringan lain. Prognosis relativ baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih jelek telah terjadi
mestatase kekelenjr limfe (Japaries, 2013).
Menurut Diyono (2013), tingkatan kanker kolorektal dari duke sebagai berikut :
Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan kolon).
Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.
8
Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ lain.
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui
beberapa cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan
dinding usus sampai ke serosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut
akan mengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi
didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut
masuk melalui sistem sirkulasi,maka sel kanker tersebut dapat terus masuk
ke organ hati, kemudian metastase ke organ paru-paru. Penyebaran lain dapat ke
adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak. Sel kanker pun dapat menyebar ke daerah
peritoneal pada saat akan dilakukan reseksitumor (Diyono, 2013). Hampir
semua kanker colorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis villous,
tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis
villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis tubular
berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous berstuktur
tonjolanseperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh
menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan
dinding mukosakolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesi-
lesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon.
Selain perdarahan, maka obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja
lokasi tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di
dalam lumen luas (ascendens dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi.
Hal ini dikarenakan isi ( feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih
dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan
lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh
dan berkembang di daerah lumen yang sempit (descendens atau bagian bawah),
maka obstruksi akan terjadi karena tidak dapat melewati lumen yang telah
terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total
atau parsial (Diyono, 2013). Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit
yang kompleks. Perubahan genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari
lesi permalignan (adenoma)untuk adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa
molekuler dan genetik yang menyebabkan transformsi dari keganasan polip
9
adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen)
yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa
poliposis (FAP = familial adenomatous polyposis). Protein yang dikodekan oleh
APC penting dalam aktivasi pnkogen c-myc dansiklinD1, yang mendorong
pengembangan menjadi fenotipe ganas (Muttaqin, 2012)
10
2.2.3 Pathway Ca Colorectal
11
2.2.4 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima
sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif
untuk kakerkolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas
yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara
mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum,
reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas tumor (Casciato, 2004).
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-
ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara
pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi.
Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari
kanker (Henry Ford, 2006).
c. Kemotherapi
Kemoterapi dalam bahasa inggris (chemotherapy) adalah penggunaan
zatkimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi adalah penggunaan zat
kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini
hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan
untuk merawat kanker. Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran
kanker sebelum operasi,merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal
setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah.
Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kankerdengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat
menghambat proliferasi sel-sel kanker. Kemoterapi memerlukan
penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal
akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain
untukmengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada
sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi
kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali
dan cepat adalah ciri khas selkanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu
bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang
12
di sumsum tulang dan garis sepanjangmulut dan usus), semua obat
kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping.Tujuan pemberian kemoterapi.
Pengobatan, Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi,
Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup,
Mengurangi komplikasi akibat metastase. Kemoterapi dapat diberikan
dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga
tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul). Efek samping yang bisa timbul
adalah antara lain: Lemas, Mual dan Muntah, Gangguan Pencernaan,
Sariawan, Efek Pada Darah, Otot dan Saraf, Kulit dapat menjadi kering dan
berubah warna, dan Produksi Hormon. Dalam beberapa penelitian
kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini,
namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi
hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien
untuk sementara waktu.
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada
lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :
Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis
Pembentukan abses
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara berangsur-
angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali.
Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada
di sekitarnya (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala
tersebut tertutupi oleh kanker.
13
2.2.6 Pencegahan
a. Konsumsi Makanan Sehat
Salah satu perubahan yang penting dilakukan adalah pada jenis makanan
yang dikonsumsi. Untuk mencegah penyakit ini, biasakanlah untuk selalu
mengonsumsi makanan sehat, terutama yang kaya akan kandungan serat. Sangat
disarankan untuk meningkatkan jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran.
Jenis makanan ini banyak mengandung vitamin, mineral, serat, serta antioksidan
yang berperang penting dalam mencegah kanker.
b. Kurangi Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan menjadi salah satu
pemicu kanker kolorektal menyerang. Maka dari itu, mulailah untuk membatasi
atau menghentikan konsumsi alkohol agar terhindar dari penyakit. Selain
alkohol, orang yang berisiko mengalami kanker kolorektal sebaiknya juga
berhenti merokok.
c. Rutin Berolahraga
Cegah kanker kolorektal dengan rutin melakukan olahraga, setidaknya 30
menit dalam satu hari. Jika sebelumnya kamu tidak aktif berolahraga, cobalah
memulai dengan jenis olahraga yang ringan dan sesuai dengan kemampuan
tubuh.
d. Jaga Berat Badan
Mengalami kelebihan berat badan alias obesitas menjadi salah satu faktor
risiko kanker kolorektal. Maka dari itu, pastikan untuk selalu menjaga berat
badan agar tidak berlebih. Kamu bisa membicarakan pada dokter atau ahli gizi
sebelum memulai program diet atau penurunan berat badan.
14
April 2013. Hal ini sejalan dengan fakta yang disampaikan Simanjuntak dan
Nurhidayah (2007) bahwa alasan paling sering dilakukan tindakan kolostomi
adalah karena adanya karsinoma pada kolon dan rektum.
Tindakan pembedahan loop colostomy pada Ny. R untuk memungkinkan feses
keluar dari kolon, sementara kanker pada rektum dan sigmoid dihancurkan melalui
terapi radiasi dan kemoterapi, dengan harapan jika nanti sel kanker telah mati,
kolon akan dikembalikan seperti semula dan Ny. R dapat BAB melalui anus
kembali. Tindakan pembedahan reseksi tidak dilakukan karena dari interpretasi
MSCT abdomen kanker suspek metastasis ke lien.
Etiologi kanker kolorektal pada Ny. R meliputi adanya riwayat polip yang
terdapat pada anal, klien dulu sering mengeluhkan sulit BAB, konsistensi feses
yang selalu padat. Klien juga tidak suka mengkonsumsi sayuran, namun suka
sekali mengkonsumsi daging. Klien tidak gemar melakukan berolahraga.
Black & Hawks (2009) menyebutkan bahwa polip dapat menjadi satu faktor
resiko dari terjadinya kanker rektal. Stewart & Kleihues (2003) dalam Ruddon
(2007) menyebutkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan sayur merupakan faktor
utama dari terjadinya kanker rektal. Klien juga sering mengkonsumsi daging, yang
dapat menyebabkan feses mengandung banyak lemak dan memicu aktivasi bakteri
penghasil asam karsinogen (Newton, 2009). Evakuasi feses yang lama
menyebabkan feses tertahan dalam rektum dalam waktu lama, yang dapat
menyebabkan keluarnya efek karsinogen dari toksin pada feses (Corwin, 2001).
Penatalaksanaan kanker kolorektal secara medis adalah melalui terapi radiasi
dan kemoterapi, sedangkan secara bedah adalah dilakukan tindakan reseksi atau
pembuatan kolostomi (Smeltzer & Bare, 2002; Zhang, 2008). Ny. R mendapat
penatalaksanaan seperti yang disebutkan di atas, yakni pembedahan kolostomi,
terapi radiasi, dan kemoterapi. Efek samping dari kemoterapi dan radiasi menurut
Zhang (2008) adalah mengganggu metabolisme sel yang sehat, ditunjukkan dengan
rambut rontok, stimulasi pusat mual (timbul rasa mual dan muntah) serta
mengganggu pembentukan sel darah merah oleh tulang belakang. Dalam kasus ini,
Ny. R memang mengeluhkan mual (+), muntah (-). Ny. R sering tidak nafsu
makan, bahkan mengalami penurunan berat badan hingga 3kg dalam seminggu
terakhir. Ny. R mendapat terapi medikasi anti emetik Ondansentron 8 mg, 2 x 1,
pukul 18.00 dan 06.00.
15
Terkait dengan gangguan pembentukan sel darah merah, hal ini juga dialami
oleh Ny. R meskipun dari manifestasi klinis tidak sampai terlihat. Ny. R kini telah
melewati satu bulan pasca pembedahan kolostomi. Truven Health Analytics (2012)
menyampaikan bahwa komplikasi stoma paling banyak muncul pada tahun
pertama pasca pembedahan. Oleh karena itu Ny. R diberikan edukasi terkait
kondisi stoma sehat dan tidak sehat diberikan kepada Ny. R & keluarga agar pasien
dapat membantu mengidentifikasi sendiri kondisi stomanya. Evaluasi dari
pemberian edukasi ini ialah, Ny. R dapat memahami dan menyebutkan kembali
tanda stoma yang sehat dan tidak sehat & dibekali media leaflet (disertai gambar)
untuk dibawa pulang. Kondisi stoma Ny. R sendiri saat ini baik, berwarna pink
kemerahan, lembap dan mengkilat, tidak mengerut, menonjol <5 cm, produksi
feses (+), flatus (+), tidak ada perdarahan. Hal ini sesuai dengan ciri stoma sehat
yang disampaikan oleh Borwel (2011), dimana stoma yang normal akan terlihat
merah atau pink terang, lembap, tidak mengerut dan tampak seperti membran
mukosa oral.
Analisa Data
Tabel 3.3 Analisa Data dan Masalah Keperawatan Ny. R
- LILA: 20 cm
16
- Klien mengalami penurunan BB sebanyak
3 kg dalam satu minggu (dari 44 kg menjadi
41 kg)
- Klien mendapat terapi radiasi, hari ke 20
- Klien mendapat kemoterapi oral, hari ke 1
- Klien menghabiskan satu porsi makan pagi, siang dan malam setiap
harinya
Intervensi mandiri:
- Pantau asupan makanan setiap hari. Rasional: mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi berdasarkan asupan makanan
17
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, makan bersama keluarga
yang menunggu / berkunjung, atau pasien lain di ruangan. Rasional:
Membuat kondisi makan yang lebih menyenangkan dan dapat
meningkatkan masukan nutrisi
Intervensi kolaborasi:
- Rujuk ke ahli gizi untuk penentuan komposisi diet. Rasional: Memberi
bantuan perencanaan diet dengan nutrisi adekuat
18
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tabel 3.4 Implementasi Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.40 Tanggal 23 Mei 2013 pkl 15.45
a. Mengkaji asupan makanan hari ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini
S: klien mengatakan tidak mual hari ini, sarapan S: klien mengatakan tidak mual dan muntah Klien mengatakan senang BBnya bertambah
dan hari ini, sarapan habis satu porsi (setelah dilakukan pengukuran)
21
makan siang habis satu porsi, plus jeruk satu O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). IMT O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-).
buah terakhir (20 Mei 2013): 16,80kg/m2 BB: 44kg, TB: 160cm, IMT: 17,19 kg/m2
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker colon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Penyakit ini termasuk
penyakit mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih
parah.
3.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit kanker kolon dan batu
saluran kemih. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga
agar mereka faham dengan kanker kolon serta bagaimana pengobatannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI
Jakarta
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia Umami.
Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Japaries, W. (2013). Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Peter W.L.S., Lewis, M.J. and Collins, A., 2002, End stage renal disease. In: DiPiro J.T,
Talbert RL, Yee GC et al., eds. Pharmacotherapy: A 25 Pathophysiologic Approach.
5th ed. New York: McGraw Hill Medical Publishing Division
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
24