Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA COLORECTAL


Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2

Dosen : Ns.Istiqomah,S.Kep, MM

Di Susun Oleh :

1. Yeni Suwarni 2720180091


2. Neni Nuraeni 2720180104
3. Yuanita Anggraeni 2720180103
4. Linda Hernawati 2720180092
5. Widayatiningsih 2720180096
6. Isma Sri Wahyuni 2720180050
7. Nia Kurniawati 2720190100
8. Egi Saputra 2720150088
9. Saidah Mayang Sari 2720180016

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


Universitas Islam As-Syafi’iyah
Tahun 2020

0
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ca Colorectal.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam
penyusunan makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di
pahami.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang dan penyusun berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juli 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................................................4

1.1  Latar Belakang............................................................................................................................4

1.2  Rumusan Masalah.......................................................................................................................4

1.3  Tujuan Penulisan........................................................................................................................5

1.4 Manfaat.......................................................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORITIS......................................................................................................................6

2.1 Definisi Ca Colorectal...........................................................................................................6

2.2.1 Etiologi..........................................................................................................................6

2.2.2 Patofisiologi...................................................................................................................8

2.2.3 Pathway Ca Colorectal.................................................................................................11

2.2.4 Penatalaksanaan...........................................................................................................12

2.2.5 Komplikasi...................................................................................................................13

2.2.6 Pencegahan..................................................................................................................14

2.1.7 Contoh kasus................................................................................................................14

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................23

3.1  Kesimpulan...............................................................................................................................23

3.2  Saran.........................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
A. Ca Colorectal
Kanker kolorektal didefinisikan sebagai keganasan yang terjadi pada usus besar,
yang merupakan bagian dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal
dimulai dalam bentuk stadium pre-kanker, berupa tonjolan kecil dan jinak yang disebut
adenomatous polyp (Peter Boyle, 2002). Polyp ini tumbuh menuju ke lumen colon,
berbentuk seperti jamur (mushroom-shaped). Stadium pre-kanker juga dapat berupa
pertumbuhan sel yang datar, disebut nonpolypoid lesion. Di dunia, kanker kolorektal
menduduki peringkat ketiga pada tingkat insidensi dan mortalitas. Angka insidensi
tertinggi terjadi di Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Sedangkan
angka insidensi terendah terjadi di India, Amerika Selatan, dan Israel (Peter Boyle,
2002). Pada tahun 2004, di Eropa terdapat 2.886.800 kasus kanker yang terdiagnosa dan
1.711.000 kematian karena kanker. Insiden kanker yang paling sering terjadi adalah
kanker paru-paru (13,3 %). diikuti oleh kanker kolorektal (13,2%) dan kanker payudara
(13%). Di Amerika pada tahun 2009, berdasarkan perhitungan oleh The American
Cancer Society (ACS), terdapat 106.100 kasus baru kanker kolorektal (52.101 kasus
pada pria dan 54.090 kasus pada wanita) dan terjadi 49.920 kematian (25.240 kematian
pada pria dan 24.680 kematian pada wanita). Perkiraan insiden kanker di Indonesia
adalah 100 per 100.000 penduduk. Namun, hanya 3,2 % dari kasus kanker yang
mendapat perawatan di Rumah Sakit. Dari data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker
di Indonesia, kanker kolorektal merupakan salah satu dari 5 kanker yang paling sering
terjadi baik pada pria maupun wanita. Dari Departemen Kesehatan didapatkan angka
kasus kanker kolorektal adalah 1,8 per 100.000 penduduk (Depkes, 2008).

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi dari Ca colorectal ?
12.2 Usia berapa yang beresiko terkena Ca colorectal ?
1.2.3 Apa etiologi dari Ca colorectal ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Ca Colorectal?
1.2.5      Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Ca colorectal?
4
1.2.6      Apa saja komplikasi dari Ca colorectal?
1.2.7       Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Ca colorectal?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum Ca Colorectal
1. Untuk mengetahui penyebab pasti dari ca colorectal
2. Tindakan yang dapat dilakukan untuk penyakit ca colorectal
1.3.3 Tujuan Khusus
1.  Untuk mengetahui dan memahami definisi dari ca colorectal
2.  Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari ca colorectal
3.  Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari ca colorectal
4.  Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari ca colorectal
5.    Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari ca colorectal
6.    Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita
ca colorectal
7.    Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari ca colorectal
8.    Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada ca
colorectal

1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa
          Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar Ca
Colorectal serta Asuhan Keperawatannya.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Ca Colorectal

Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma


yang munculdari jaringan ephitel dari kolon (Haryono, 2012). Kanker kolorektal
merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan ephitelial dari
colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang
berkembang dari polip adenoma (Wijaya dan Putri, 2013). Kanker kolorektal
adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,terdiri dari kolon (bagian
terpanjang dari usus besar) dan atau rectum.

2.2.1 Etiologi
a. Usia
Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang
sekali ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50. Kalaupun
ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker
kolon juga.
b. Polip
Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika
polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan penghilangan

6
tersebut akan bisa mengurangi risiko terjadinya kanker kolon di kemudian
hari.
c. Riwayat kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon ( bahkan
pernah dirawat untuk kanker kolon ) berisiko tinggi terkena kanker kolon
lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium
( indungtelur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki risiko
yang lebih besar untuk terkena kanker kolon.
d. Faktor keturunan / genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP ( Familial
Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial memiliki
risiko100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPA-
nya tidak di obati. Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC
( Hereditary NonPolyposis Colorectal Cancer ), yakni penyakit kanker
kolorektal nonpolip yang menurun dalam keluarga, atau sindrom Lynch.
e. Diet Tinggi Lemak, Rendah Serat
Diet rendah serat dan tinggi lemak diduga meningkatkan risiko
karsinoma kolorektal. Seseorang dengan asupan rendah serat mempunyai
risiko 11 kali lebih besar terkena karsinoma kolorektal dibandingkan
dengan tinggi serat. Sedangkan asupan serat harian rata- rata orang masih
rendah 10,5 g/hari. Serat memberikan efek protektif dari sel kanker dengan
mempercepat waktu kontak antara karsinogen dan usus besar saat
penggumpalan feses, sehingga menipiskan dan menonaktifkan karsinogen.
f. Kebiasaan merokok
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon
dibandingkan dengan yang bukan perokok
g. Kebiasan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut meningkatkan
risiko terjadinya kanker kolon. Sebab daging merah ( sapi dan kambing )
banyak mengandung zat besi. Jika sering mengonsumsi daging merah
berarti akan kelebihan zat besi.
7
h. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna
apalagi jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.
i. Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung
bahan pengawet.
j. Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak memiliki
risiko lebih rendah untuk terkena kanker kolon.
k. Berat badan yang berlebihan ( obesitas ).
l. Infeksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut andil
dalam terjadinya kanker kolon.
m. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu. Misalnya logam berat, toksin,
danototoksin serta gelombang elektromagnetik.
n. Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, khususnya bir. Usus
mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko terkena
kanker kolon.
o. Bekerja sambil duduk seharian. Misalnya para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaran umum.

2.2.2 Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitelusus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian
tubuh yang lain (paling sering kehati) Japaries, 2013. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada
jaringan lain. Prognosis relativ baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih jelek telah terjadi
mestatase kekelenjr limfe (Japaries, 2013).
Menurut Diyono (2013), tingkatan kanker kolorektal dari duke sebagai berikut :
 Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan kolon).
 Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.

8
 Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
 Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ lain.
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui
beberapa cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan
dinding usus sampai ke serosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut
akan mengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi
didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut
masuk melalui sistem sirkulasi,maka sel kanker tersebut dapat terus masuk
ke organ hati, kemudian metastase ke organ paru-paru. Penyebaran lain dapat ke
adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak. Sel kanker pun dapat menyebar ke daerah
peritoneal pada saat akan dilakukan reseksitumor (Diyono, 2013). Hampir
semua kanker colorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis villous,
tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis
villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis tubular
berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous berstuktur
tonjolanseperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh
menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan
dinding mukosakolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesi-
lesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon.
Selain perdarahan, maka obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja
lokasi tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di
dalam lumen luas (ascendens dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi.
Hal ini dikarenakan isi ( feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih
dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan
lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh
dan berkembang di daerah lumen yang sempit (descendens atau bagian bawah),
maka obstruksi akan terjadi karena tidak dapat melewati lumen yang telah
terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total
atau parsial (Diyono, 2013). Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit
yang kompleks. Perubahan genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari
lesi permalignan (adenoma)untuk adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa
molekuler dan genetik yang menyebabkan transformsi dari keganasan polip
9
adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen)
yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa
poliposis (FAP = familial adenomatous polyposis). Protein yang dikodekan oleh
APC penting dalam aktivasi pnkogen c-myc dansiklinD1, yang mendorong
pengembangan menjadi fenotipe ganas (Muttaqin, 2012)

10
2.2.3 Pathway Ca Colorectal

11
2.2.4 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima
sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif
untuk kakerkolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas
yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara
mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum,
reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas tumor (Casciato, 2004).
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-
ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara
pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi.
Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari
kanker (Henry Ford, 2006).
c. Kemotherapi
Kemoterapi dalam bahasa inggris (chemotherapy) adalah penggunaan
zatkimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi adalah penggunaan zat
kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini
hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan
untuk merawat kanker. Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran
kanker sebelum operasi,merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal
setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah.
Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kankerdengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat
menghambat proliferasi sel-sel kanker. Kemoterapi memerlukan
penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal
akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain
untukmengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada
sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi
kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali
dan cepat adalah ciri khas selkanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu
bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang
12
di sumsum tulang dan garis sepanjangmulut dan usus), semua obat
kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping.Tujuan pemberian kemoterapi.
Pengobatan, Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi,
Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup,
Mengurangi komplikasi akibat metastase. Kemoterapi dapat diberikan
dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga
tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul). Efek samping yang bisa timbul
adalah antara lain: Lemas, Mual dan Muntah, Gangguan Pencernaan,
Sariawan, Efek Pada Darah, Otot dan Saraf, Kulit dapat menjadi kering dan
berubah warna, dan Produksi Hormon. Dalam beberapa penelitian
kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini,
namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi
hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien
untuk sementara waktu.

2.2.5 Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada
lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :
 Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis
 Pembentukan abses
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara berangsur-
angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali.
Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada
di sekitarnya (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala
tersebut tertutupi oleh kanker.

13
2.2.6 Pencegahan
a. Konsumsi Makanan Sehat

Salah satu perubahan yang penting dilakukan adalah pada jenis makanan
yang dikonsumsi. Untuk mencegah penyakit ini, biasakanlah untuk selalu
mengonsumsi makanan sehat, terutama yang kaya akan kandungan serat. Sangat
disarankan untuk meningkatkan jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran.
Jenis makanan ini banyak mengandung vitamin, mineral, serat, serta antioksidan
yang berperang penting dalam mencegah kanker. 
b. Kurangi Alkohol 
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan menjadi salah satu
pemicu kanker kolorektal menyerang. Maka dari itu, mulailah untuk membatasi
atau menghentikan konsumsi alkohol agar terhindar dari penyakit. Selain
alkohol, orang yang berisiko mengalami kanker kolorektal sebaiknya juga
berhenti merokok. 
c. Rutin Berolahraga 
Cegah kanker kolorektal dengan rutin melakukan olahraga, setidaknya 30
menit dalam satu hari. Jika sebelumnya kamu tidak aktif berolahraga, cobalah
memulai dengan jenis olahraga yang ringan dan sesuai dengan kemampuan
tubuh. 
d. Jaga Berat Badan
Mengalami kelebihan berat badan alias obesitas menjadi salah satu faktor
risiko kanker kolorektal. Maka dari itu, pastikan untuk selalu menjaga berat
badan agar tidak berlebih. Kamu bisa membicarakan pada dokter atau ahli gizi
sebelum memulai program diet atau penurunan berat badan.

2.1.7 Hasil-hasil penelitian tentang penatalaksanaan gangguan system pencernaan


beserta Evidence based practice dan contoh kasus
Analisa Asuhan Keperawatan pada Pasien Kolostomi dengan Kanker
Kolorektal
Ny. R (31 tahun) menderita kanker kolorektal (berdasarkan pemeriksaan
histologi 27 Maret 2013 tampak adenocarcinoma pada kolon sigmoid dan rektum),
dan dilakukan tindakan pembedahan loop colostomy pada Ny. R pada tanggal 5

14
April 2013. Hal ini sejalan dengan fakta yang disampaikan Simanjuntak dan
Nurhidayah (2007) bahwa alasan paling sering dilakukan tindakan kolostomi
adalah karena adanya karsinoma pada kolon dan rektum.
Tindakan pembedahan loop colostomy pada Ny. R untuk memungkinkan feses
keluar dari kolon, sementara kanker pada rektum dan sigmoid dihancurkan melalui
terapi radiasi dan kemoterapi, dengan harapan jika nanti sel kanker telah mati,
kolon akan dikembalikan seperti semula dan Ny. R dapat BAB melalui anus
kembali. Tindakan pembedahan reseksi tidak dilakukan karena dari interpretasi
MSCT abdomen kanker suspek metastasis ke lien.
Etiologi kanker kolorektal pada Ny. R meliputi adanya riwayat polip yang
terdapat pada anal, klien dulu sering mengeluhkan sulit BAB, konsistensi feses
yang selalu padat. Klien juga tidak suka mengkonsumsi sayuran, namun suka
sekali mengkonsumsi daging. Klien tidak gemar melakukan berolahraga.
Black & Hawks (2009) menyebutkan bahwa polip dapat menjadi satu faktor
resiko dari terjadinya kanker rektal. Stewart & Kleihues (2003) dalam Ruddon
(2007) menyebutkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan sayur merupakan faktor
utama dari terjadinya kanker rektal. Klien juga sering mengkonsumsi daging, yang
dapat menyebabkan feses mengandung banyak lemak dan memicu aktivasi bakteri
penghasil asam karsinogen (Newton, 2009). Evakuasi feses yang lama
menyebabkan feses tertahan dalam rektum dalam waktu lama, yang dapat
menyebabkan keluarnya efek karsinogen dari toksin pada feses (Corwin, 2001).
Penatalaksanaan kanker kolorektal secara medis adalah melalui terapi radiasi
dan kemoterapi, sedangkan secara bedah adalah dilakukan tindakan reseksi atau
pembuatan kolostomi (Smeltzer & Bare, 2002; Zhang, 2008). Ny. R mendapat
penatalaksanaan seperti yang disebutkan di atas, yakni pembedahan kolostomi,
terapi radiasi, dan kemoterapi. Efek samping dari kemoterapi dan radiasi menurut
Zhang (2008) adalah mengganggu metabolisme sel yang sehat, ditunjukkan dengan
rambut rontok, stimulasi pusat mual (timbul rasa mual dan muntah) serta
mengganggu pembentukan sel darah merah oleh tulang belakang. Dalam kasus ini,
Ny. R memang mengeluhkan mual (+), muntah (-). Ny. R sering tidak nafsu
makan, bahkan mengalami penurunan berat badan hingga 3kg dalam seminggu
terakhir. Ny. R mendapat terapi medikasi anti emetik Ondansentron 8 mg, 2 x 1,
pukul 18.00 dan 06.00.
15
Terkait dengan gangguan pembentukan sel darah merah, hal ini juga dialami
oleh Ny. R meskipun dari manifestasi klinis tidak sampai terlihat. Ny. R kini telah
melewati satu bulan pasca pembedahan kolostomi. Truven Health Analytics (2012)
menyampaikan bahwa komplikasi stoma paling banyak muncul pada tahun
pertama pasca pembedahan. Oleh karena itu Ny. R diberikan edukasi terkait
kondisi stoma sehat dan tidak sehat diberikan kepada Ny. R & keluarga agar pasien
dapat membantu mengidentifikasi sendiri kondisi stomanya. Evaluasi dari
pemberian edukasi ini ialah, Ny. R dapat memahami dan menyebutkan kembali
tanda stoma yang sehat dan tidak sehat & dibekali media leaflet (disertai gambar)
untuk dibawa pulang. Kondisi stoma Ny. R sendiri saat ini baik, berwarna pink
kemerahan, lembap dan mengkilat, tidak mengerut, menonjol <5 cm, produksi
feses (+), flatus (+), tidak ada perdarahan. Hal ini sesuai dengan ciri stoma sehat
yang disampaikan oleh Borwel (2011), dimana stoma yang normal akan terlihat
merah atau pink terang, lembap, tidak mengerut dan tampak seperti membran
mukosa oral.
Analisa Data
Tabel 3.3 Analisa Data dan Masalah Keperawatan Ny. R

No Data Masalah Keperawatan

1 DS: Klien mengatakan Ketidakseimbangan


- Mual, tidak nafsu makan nutrisi kurang dari
- Sering tidak sarapan, makan siang hanya kebutuhan tubuh
habis 1/2 porsi, makan malam tidak habis
satu porsi
- Merasa berat badannya menurun, sebelum
masuk RS BB 51 kg, seminggu lalu 44 kg
DO:
- Klien tampak kurus

- BB: 41 kg, TB: 160 cm, IMT: 16,02 kg/m2

- LILA: 20 cm

16
- Klien mengalami penurunan BB sebanyak
3 kg dalam satu minggu (dari 44 kg menjadi
41 kg)
- Klien mendapat terapi radiasi, hari ke 20
- Klien mendapat kemoterapi oral, hari ke 1

Rencana Asuhan Keperawatan

1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam, klien


menunjukkan tanda-tanda:

- Klien menghabiskan satu porsi makan pagi, siang dan malam setiap
harinya

- Klien tidak mengalami penurunan BB

- Adanya penambahan BB, IMT target: 16,5 kg/m2

Intervensi mandiri:
- Pantau asupan makanan setiap hari. Rasional: mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi berdasarkan asupan makanan

- Timbang BB serta hitung IMT berkala. Rasional: Mengidentifikasi status


nutrisi klien berdasarkan perhitungan IMT

- Awasi anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan


terapi dan obat. Awasi frekuensi, volume dan konsistensi feses. Rasional:
mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah
untuk meningkatkan pemasukan nutrisi

- Dorong dan berikan periode istirahat yang sering. Rasional: Membantu


menghemat tenaga, dan menurunkan kebutuhan metabolik

- Motivasi oral hygiene. Rasional: Meningkatkan nafsu makan

17
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, makan bersama keluarga
yang menunggu / berkunjung, atau pasien lain di ruangan. Rasional:
Membuat kondisi makan yang lebih menyenangkan dan dapat
meningkatkan masukan nutrisi

Intervensi kolaborasi:
- Rujuk ke ahli gizi untuk penentuan komposisi diet. Rasional: Memberi
bantuan perencanaan diet dengan nutrisi adekuat

- Berikan medikasi anti emetic sesuai indikasi. Rasional: mengurangi rasa


mual

- Awasi pemeriksaan lab seperti BUN, protein serum, albumin. Rasional:


nilai yang rendah menunjukkan adanya malnutrisi.

18
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tabel 3.4 Implementasi Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.40 Tanggal 23 Mei 2013 pkl 15.45

Implementasi: Implementasi: Implementasi:

a. Mengkaji asupan makanan hari ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini

b. Memotivasi klien meningkatkan asupan


b. Mengkaji adanya mual/muntah b. Mengkaji adanya mual/muntah makanan

c. Memotivasi klien meningkatkan asupan


makanan, dengan menambah lauk yang klien c. Memotivasi klien meningkatkan asupan
sukai di luar pantangan diet klien makanan c. Menimbang BB & menghutung IMT

d. Memberi reinforcement positif atas


d. Menimbang BB & menghutung IMT d. Memotivasi keluarga (suami klien) untuk penambahan BB klien

membantu klien meningkatkan asupan


makanan dengan menyediakan makanan yang
e. Kolaborasi ahli gizi disukai klien dan menemani klien saat makan

Evaluasi: Evaluasi: Evaluasi:

S: klien mengatakan tidak mual hari ini, sarapan


dan makan siang habis satu porsi, klien minum
susu yang diberikan ahli gizi tadi pagi.

S: klien mengatakan tidak mual hari ini, sarapan S: klien mengatakan tidak mual dan muntah Klien mengatakan senang BBnya bertambah
dan hari ini, sarapan habis satu porsi (setelah dilakukan pengukuran)

21
makan siang habis satu porsi, plus jeruk satu O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). IMT O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-).
buah terakhir (20 Mei 2013): 16,80kg/m2 BB: 44kg, TB: 160cm, IMT: 17,19 kg/m2

O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). BB:


43kg, TB: 160cm, IMT: 16,80kg/m2. Diet A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
makan hari ini dinaikkan oleh ahli gizi menjadi A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi: IMT sudah mencapai
dari 1700 kkal menjadi 2100 kkal ditambah kebutuhan masih terjadi: IMT belum target kebutuhan teratasi: IMT sudah
susu protein 26 g/hari mencapai target (17,0 kg/m2) mencapai target (17,0 kg/m2)

P: Motivasi asupan makanan cemilan, sabtu


25 Mei 2013 (sebelum pulang) timbang BB
A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari P: Motivasi asupan makanan cemilan, kamis kembali, motivasi meningkatkan BB di
kebutuhan masih terjadi: IMT belum mencapai 23/5/2013 timbang BB dan hitung IMT, rumah hingga 48-56 kg (IMT 18,75-21,88
target (17,0 kg/m2) kolaborasi anti emetik pukul 18.00 kg/m2)

P: Motivasi asupan makanan cemilan, kamis


23/5/2013 timbang BB dan hitung IMT,
kolaborasi anti emetik pukul 18.00

22
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kanker colon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Penyakit ini termasuk
penyakit mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih
parah.

3.2  Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit kanker kolon dan batu
saluran kemih. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga
agar mereka faham dengan kanker kolon serta bagaimana pengobatannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Dewi. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga


Kerja di Sumatera Utara.Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI
Jakarta

Diyono, Mulyanti, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan, Dilengkapi


Contoh Studi Kasus Dengan Aplikasi Nanda Nic Noc

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia Umami.
Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.

Haryono, R. 2012. Medikal Keperawatan Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Japaries, W. (2013). Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Peter W.L.S., Lewis, M.J. and Collins, A., 2002, End stage renal disease. In: DiPiro J.T,
Talbert RL, Yee GC et al., eds. Pharmacotherapy: A 25 Pathophysiologic Approach.
5th ed. New York: McGraw Hill Medical Publishing Division

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

24

Anda mungkin juga menyukai