Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN MELENA

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Di Susun Oleh :

OKSI ANJAR WINANTI

1811040071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
LAPORAN PENDAHULUANHEMATEMESIS MELENA

A. Latar belakang definisi


Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran
feses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas.Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-
merahan dan bergumpal-gumpal (Sjaifoellah Noor Dkk, 2013).
B. Etiologi
Hematemesis melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejenum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis.Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena.Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis
atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya
perdarahan saluran makan bagian atas.Hematemesis melena merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera dirumah
sakit.(Sjaifoellah Noor Dkk, 2013). Etiologi yang biasa terjadi pada
hematemesis melena adalah:
a. Kelainan Esofagus: Varises, Esofagitis
b. Kelainan lambung: Tukak lambung
c. Penyakit darah: Leukimia, dll
d. Penyakit sistemik lainnya: Uremik, dll
e. Pemakaian obat-obatan, alkohol, dll

Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan
bagian atas karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam
perdarahan saluran makan bagian atas.Penyebab saluran makan bagian atas
yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esophagus
dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy,
2010).

C. Manifestasi klinis
Tanda gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih
menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi daripada etiologinya.
Didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Anoreksia, mual, muntah, diare
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah
c. Edema
d. Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan
e. Hematomegali, bila terjadi lebih lanjut hati bisa mengecil karena fibrosis.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding. Koput
medusa, wasir, dan varises esophagus.
g. Kelainan endokrin

D. Patofisiologi

Penyebab terjadinya hematemesis melena salah satunya yaitu stress,


rokok, asam lambung dan penyakit lainnya yang dapat mengakibatkan erosi
pada mukosa lambung sampai mencapai mukosa muskularis disertai dengan
kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi muskus sebagai pelindung.
Hal ini akan menimbulkan peradangan pada sel yang akan menjadi granulasi
dan akhirnya menjadi ulkus dan dapat mengakibatkan hemoragi
gastrointestinal.

Penyebab hematemesis melena yang lainnya adalah alkohol dan


hipertensi portal berat dan berkepanjangan yang dapat menimbulkan suara
kolateral bypass: melalui vena koronaria lambung ke dalam vena esophagus
dan akan menjadi varises pada vena esophagus. Vena yang melebar dan
berkeluk-keluk terutama terletak di submucosa esophagus distal dan lambung
proksimal, disertai penonjolan tidak teratur mukosa diatasnya ke dalam
lumen.Dapat mengalami ulserasi superficial yang menimbulkan radang, beku
darah yang melekat dan kemungkinan rupture, mengakibatkan hemoragi
gastrointestinal.

Gagal hepar sirosis kronik, kematian sel dalam hepar termasuk


penyebab hematemesis melena yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
vena porta.Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral pada dinding
abdominal anterior.Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang oleh darah dan membesar.Pembuluh yang
berdilatasi ini disebut varises dan dapat pecah, mengakibatkan hemoragi
gastrointestinal.

Hemoragi gastrointestinal dapat menimbulkan hematemesis


melena.Hematemesis biasanya bersumber di atas ligamen Treitz (pada jungsi
denojejunal). Dari hematemesis akan timbul muntah darah. Muntah dapat
berwarna merah terang atau seperti kopi, tergantung dari jumlah kandungan
lambung pada saat perdarahan dan lamanya darah telah berhubungan dengan
sekresi lambung.Asam lambung mengubah hemoglobin merah terang menjadi
hematin coklat dan menerangkan tentang warna seperti kopi drainase yang
dikeluarkan.Cairan lambung yang berwarna merah marun atau merah terang
diakibatkan dari perdarahan hebat dan sedikit kontak dengan asam
lambung.Sedangkan melena terjadi apabila darah terakumulasi dalam lambung
dan akhirnya memasuki traktus intestinal. Feses akan seperti ter. Feses ter dapat
dikeluarkan bila sedikitnya 60 ml darah telah memasuki traktus intestinal.
E. Pathway
Terbentuknya varises
esophagus, lambung,
pembesaran limfe dan asites

Pembuluh ruptur
Sesak

Perdarahan dilambung Penurunan ekspansi paru

Muntah dan berak darah Pola nafas tidak efektif

Hb menurun>anemis Mual, muntah, dan


Kelemahan Kurangnya pengetahuan
nafsu makan tentang perawatan
Plasma darah menurun menurun
Intoleransi aktifitas

Resiko syok.

Resiko Perdarahan Cemas


Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebuuhan
Resiko ketidakefektifan
tubuh
perfusi jaringan
gastrointestinal
F. Pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita
lemah atau kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu
ditanyakan riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati
menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat
ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya
pada perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di
daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari
hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar
dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng
dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas
yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan
darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan
segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau
kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal
dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti, eritema palmaris,
caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema
tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit,
leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera
dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.
2. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram
untuk daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast
pada lambung dan duodenum. emeriksaan tersebut dilakukan pada
berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan
fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini
mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.
3. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka
pemeriksaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan
dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari
pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk
dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik.
Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung,
pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini
mungkin setelah hematemesis berhenti.
4. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat
mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai
penyebab perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini
memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya
terdapat dikota besar saja.
G. PenatalaksanaanKeperawatan dan Medis
1. Istirahat cukup di tempat tidur
2. Diet rendah protein, rendah garam
3. Antibiotik
4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino
esensial berantai cabang dan glukosa
5. Vitamin B kompleks

H. Komplikasi
1. Encelofati
2. Asites
3. Sirosis Hepatis

I. Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas
yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang
buruk/terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil
mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi
prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama
perawatan, dan lain-lain. Angka kematian penderita dengan perdarahan
saluran makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat,
terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati
dan golongan menurut kriteria Child.
Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi
perdarahan sakuran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan
yang bersifat preventif terutama untuk mencegah terjadinya sirosis hati.
J. Pengkajian focus
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
b. Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
c. Riwayat penyakit sekarang
a) Diskripsi gejala dan lamanya
b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
d) Riwayat trauma
d. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Immunosupression (supresis imun)
b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
c) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau
infeksi.
d) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
e) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif:
ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati
reaktif, sindroma fibromialgia)
f) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal,
kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis /
spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
g) Adanya demam (infeksi)
h) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
i) Keluhan visceral (referred pain)
j) Gangguan miksi
k) Saddle anesthesia
l) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina)
m) Lokasi dan penjalaran nyeri.

K. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
2. Resiko syok hipovolemik dengan faktorPerdarahan dilambung
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Mual, muntah dan nafsu makan menurun (ketidakmampuan memproses
makan)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan
penyakitnya

L. Intervensi (NCP)
Intervensi
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil keperawatan (Nursing
keperawatan (Nursing outcome) intervention
classication)
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Airway management
efektif b.d keperawatan selama 3 x 24 1. Buka jalan nafas,
Penurunan ekspansi jam, diharapkan pola nafas gunakan teknik chin
paru efektif. lift atau jaw thrust
Kriteria hasil bila perlu
Respiratory Status: Airway 2. Posisikan pasien
Patency untuk
indikator IR ER memaksimalkan
1. Frekuensi ventilasi
pernafasan 3. Lakukan
sesuai yang fisioterapi dada
diharapkan 4. Keluarkan secret
2. Irama nafas dengan batuk atau
sesuai yang suction
diharapkan 5. Auskultasi suara
3. Kedalaman nafas, catat adanya
inspirasi suara nafas tambahan
4. Ekspansi 6. Berikan
dada bronkodilator jika
simetris perlu
5. Bernafas 7. Monitor respirasi
mudah dan status O2
6. Pengeluaran
sputum
pada jalan
nafas
7. Bersuara
secara
adekuat
8. Ekspulsi
udara
9. Tidak
menggunak
an otot
bantu
pernafasan
10. Tidak
didapatkan
suara nafas
tambahan
abnormal

Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Syok prevention
hipovolemik dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor status
faktor Perdarahan jam, diharapkan syok teratasi sirkulasi BP, warna
dilambung Kriteria hasil: kulit, suhu kulit, dan
Syok prevention TTV
Indicator IR ER 2. Monitor tanda
1. Nadi dalam inadekuat oksigenasi
batas yang jaringan
diharapkan 3. Monitor suhu dan
2. Irama jantung pernafasan
dalam batas 4. Pantau nilai labor
yang 5. Monitor tanda dan
diharapkan gejala asites
3. Frekuensi 6. Monitor tanda
nafas masih awal syok
dalam rentang 7. Berikan
yang vasodilator yang tepat
diharapkan 8. Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
Keterangan: tanda dan gejalany
1. Keluhan ekstrim adatangnya syok
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
3. Setelah dilakukan tindakan Nutritional
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3 x 24 management
nutrisi kurang dari jam, diharapkan keseimbangan 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan b.d Mual, nutrisi dapat dipertahankan, makanan
muntah dan nafsu dengan 2. Kolaborasi
makan menurun Kriteria hasil: dengan ahli gizi untuk
(ketidakmampuan Nutritional status menetukan jumlah
memproses makan) indikator IR ER kalori an nutrisi yang
1. Adanya dibutukan pasien
peningkatan 3. Anjurkan pasien
BB sesuai untuk meningkatkan
dengan asupan Fe
tujuan 4. Anjurkan pasien
2. BB sesuai untuk meningkatkan
dengan TB konsumsi protein dan
3. Mampu Vit.C
mengidentifi 5. Berikan substansi
kasi gula
kebutuhan 6. Monitor jumlah
nutrisi nutrisi dan kandungan
4. Tidak terjadi kalori
penurunan 7. Berikan informasi
BB yang tentang kebutuhan
berarti nutrisi
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4.Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Activity therapy
aktifitas b.d keperawatan selama 3 x 24 1. Bantu klien untuk
Kelemahan jam, diharapkan aktifitas pasien mengidentifikasi
meningkat aktivitas yang mampu
Kriteria hasil: dilakukan
Activity tolerance 2. Bantu untuk
indikator IR ER mengidentifikasikan
1. Tanda-tanda dan mendapatkan
vital dalam sumber yang sesuai
batas normal dengan kemampuan
2. EKG dalam fisik, psikolog dan
batas normal social
3. Langkah 3. Sediakan
berjalan penguatan positif bagi
4. Jarak berjalan yang aktif beraktivitas
5. Kuat 4. Bantu pasien
6. Laporan ADLs untuk
7. Kemampuan mengembangkan
bicara saat motivasi diri dan
latihan penguatan
Keterangan: 5. Monitor respon
1. Keluhan ekstrim fisik,emosi, sosial dan
2. Keluhan berat spiritual
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
5. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Anxiety reduction
kurangnya keperawatan selama 3 x 24 1. Gunakan
pengetahuan tentang jam, diharapkan kecemasan pendekatan yang
perawatan pasien berkurang menenangkan
penyakitnya Kriteria hasil: 2. Dengarkan dengan
Anxiety Control penu perhatian
indikator IR ER 3. Identifikasi
1. Monitor tingkat kecemasan
intensitas 4. Bantu pasien
kecemasan mengenal situasi yang
2. Menyingkirkan menimbulkan
tanda kecemasan
kecemasan 5. Dorong pasien
3. Menurunkan untuk
stimulus mengungkapkan
lingkungan perasaan, ketakutan,
ketika cemas persepsi
4. Mencari 6. Berikan obat
informasi untuk mengurangi
untuk kecemasan
menurunkan
kecemasan
5. Melaporkan
tidak adanya
gangguan
persepsi
sensori
Keterangan:
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Selalu menunjukkan
5. Sering menunjukkan
Daftar Pustaka

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Marlyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. 2000.

Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 1999.

Anda mungkin juga menyukai