Anda di halaman 1dari 43

CRITICAL BOOK REVIEW

“MATA KULIAH : PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN”
Dosen Pengampu : NELLY ARMAYANTI, SP., MSP

DISUSUN
OLEH :

NAMA MAHASISWA : RITA RAMADHANI

NIM : 7203510038

Kelas : Manajemen B Stambuk 2020

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii


IDENTITAS BUKU .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR.........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan CBR .....................................................................................................2
1.3 Manfaat CBR ...................................................................................................................2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU...........................................................................................3
2.1 Ringkasan Buku Utama ...................................................................................................3
2.2 Ringkasan Buku Pembanding ........................................................................................21
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................36
3.1 Kelebihan Buku..............................................................................................................36
3.2 Kelemahan Buku ............................................................................................................37
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................38
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................38
4.2 Saran...............................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................40

ii
IDENTITAS BUKU

1. Identitas Buku Utama


Nama Mahasiswa Rita Ramadhani

Nim / Prodi 7203510038 / Manajemen

Foto Sampul

Judul Buku Pradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan


Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi

Nama Pengarang Winarno, S.Pd, M.Si

Penerbit/Thn Terbit/Jlh Hlm Sinar Grafika Offset / 2007 / 225

ISBN 978-979-010-178-4

2. Identitas Buku Pembanding


Nama Mahasiswa Rita Ramadhani

Nim / Prodi 7203510038 / Manajemen

Foto Sampul

Judul Buku Pendidikan Kewarganegaraan “Mewujudkan


Masyarakat Madani”

Nama Pengarang Sarbaini Saleh, S.Sos., M.S

Penerbit/Thn Terbit/Jlh Hlm Citapustaka Media Perintis / 2008 / 80

ISBN 978-602-9434-75-0

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Mengkritik Buku (Critical Book Review) merupakan kegiatan menganalisis


suatu buku agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam buku
tersebut. Kritik buku sangat penting karena dapat melatih kemampuan kita dalam
menganalisis dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan penulis. Sehingga menjadi
masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya. Bagi pembaca Critical
Book Review merupakan kegiatan yang sangatlah penting. Yang mana pembaca
merasa lebih mudah dalam memahami isi buku setelah membaca resensinya terhadap
buku tersebut. Sebab dalam Critical Book Review terdapat kelemahan dan kelebihan
buku sebagai pertimbangan dalam menilai buku tersebut.
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita, misalnya dari
segi analisis bahasa, pembahasan tentang evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang Pendidikan
Kewarganegaraan..
Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh pemerintah.
Dalam artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
harinya, tidak memperdulikan pendidikan dirinya dan keluarganya, tidak mengobati
penyakit yang dideritanya dan lain sebagainya yang menggambarkan seakan-akan
pemerintah tidak melihat penderitaan yang dirasakan mereka. Dengan demikian
mereka menanyakan hak –hak mereka.
Akankah hak –hak mereka diabaikan begitu saja.atau jangan-jangan hal
semacam itu memang bukan hak mereka? Kalau memang bantuan pemerintah kepada
mereka itu adalah hak yang harus diterima mereka, tapi mengapa bantuan itu belum
juga datang?
Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga Negara belum didapat,
ada juga orang orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga negara telah
didapat, akan tetapi mereka tidak mau menunaikan kewajibanya sebagai warganegara.

1
Mereka tidak mau membela negaranya dikala hak paten seni-seni kebudayaaan
Indonesia di bajak dan di akui oleh negara lain.
Dan bahkan mereka banyak mencuri hak – hak rakyat jelata demi kepentingan
perutnya sendiri. Sungguh masih banyak lagi fenomena fenomena yang menimpa
negeri ini. Akankah ini terjadi karena kekurang pahaman masyarakat tentang hak dan
kewajibanya sebagagai warga negara? Atau mereka paham tentang itu, akan tetepi
karena hawa nafsu syaitoniyah- nya telah menguasai akal pikiranya sehingga telah
tertutup kebaikan di dalam jiwanya.

1.2. Tujuan

Adapun Tujuan Penulisan Dari Makalah Ini Adalah :


1) Penyelesaian tugas dalam KKNI, untuk memenuhi salah satu tugas CBR mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Agar mampu meringkas isi buku dan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari
buku tersebut.
3) Agar mampu membandingkan buku dengan buku-buku lain.
4) Agar mampu meningkatkan cara berpikir secara kritis.
5) Mampu mengkontruksi buku (cover, layout, dan tata bahasa).

1.3. Manfaat

• Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah
kewarganegaraan;
• Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
• Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup secara berdampingan dengan
sesama;
• Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memenfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2
BAB II

RINGKASAN BUKU

1. Buku Utama : “PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” (Karya


Winarno, S.Pd, M.Si)
BAB I : DASAR DAN IDIOLOGI NASIONAL
A. Pancasila sebagai Filsafat dan Dasar Negara
Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu digunakan
pendekatan lilosolis. Memahami Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah
pengetahuan mendalam tentang Pancasila. Dalam hal ini Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam
bangunan bangsa dan negara indonesia (Syarbaini, 2003). Lebih jauh dalam
memahami hakikat Pancasila sebagai fil safat maka perlu dianalisis nilai inti dari
Pancasila.
Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila
Mengacu kepada pemikiran filsafati, keberadaan Pancasila sebagai filsafat
pada hakikatnya merupakan suatu nilai (Kaelan, 2000). Rumusan Pancasila
sebagaimana yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah“
sebagai berikut:
• Ketuhanan Yang Maha Esa o Kemanusiaan Yang adil dan beradab o
Persatuan Indonesia
• Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
• Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ciri-ciri dari nilai adalah
sebagai berikut;
• sesuatu realitas abstrak
• bersifat normatif,

Sebagai motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak.

3
Dengan demikian, dalam kehidupan bagaimanapun nilai tersebut banyak
sekali ragam dan jenisnya. Karena itu nilai dapat golongkan, sehingga nilai
memiliki tingkatan. tingkatan,sebagaimana menurut Notonegoro, yaitu:
• nilai materil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
• Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia ntuk dapat melaksanakan
kegiatan
• Nilai kerohanian yang dibedakan menjadi empat bagian, yaitu: nilai
kebenaran bersumber pada akal pikir manusia (rasio, budi, cipta); nilai
estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia, nilai kebaikan atau nilai
moral bersumber pada kehendak kera, karsa, hati, nurani manusia,
• Nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber pada keyakinan
manusia.

Dalam Filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada tiga tingkatan nilai,
yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai Dasar
Nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar yaitu asas-asas yang kita
terima sebagai dalil yang bersifat sedikit banyak mutlak. Kita menerima nilai
dasar itu sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.
2. Nilai Instrumental
Nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai dasar. Umumnya berbentuk norma
sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan
dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
3. Nilai Praksis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai praksis
sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu
benar-benar hidup dalam masyarakat Indonesia.
Perwujudan Nilai Pancasila Sebagai Bernegara
Sesungguhnya ada hubungan antara nilai dengan norm Norma atau kaidah
adalah aturan pedoman bagi manusia dalam berperilaku sebagai perwujudan nilai.
Sedangkan nilai yang abstrak dan normatif dijabarkan dalam wujud norma. Suatu
nilai mustahil dapat menjadi acuan berperilaku kalau tidak diwujudkan dalam
suatu norma. Dengan demikian pada dasarnya norma adalah perwujudan dari
4
nilai. Dengan begitu. tanpa dibuatkan norma, maka nilai tidak bisa praksis artinya
tidak mampu berfungsi konkrit dalam kehidupan sehari-hari para warga negara .
a. Norma Agama
Moral ini disebut juga dengan norma religi atas kepercayaan. Norma
kepercayaan atau keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Norma ini
ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri. Sumber
norma ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau agama yang oleh pengikut-
pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan. Maka Tuhanlah yang mengancam
pelanggaran-pelanggaran norma kepercayaan atau agama itu dengan sanksi.
b. Norma Moral (etik)
Keberadaan norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau
budi pekerti. Norma moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma
moral menentukan bagaimana kita menilai seseorang. Norma kesusilaan
berhubungan dengan manusia sebagai individu karena manyangkut kehidupan
pribadi. Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari manusia sendiri yang
bersifat otonom dan tidak dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan
kepada sikap batin manusia sanksi atas pelanggaran norma moral berasal dari diri
sendiri.
c. Norma Kesopanan
Dalam hal ini, norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun,
tata krama atau norma fatsoen. Maka norma sopan santun didasarkan atas
kebiasaan bersama, kepatuhan, atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat.
Daerah berlakunya norma kesopanan itu sempit., terbatas secara lokal atau
pribadi. Sopan santun di suatu daerah tidak sama dengan apa yang berlaku di
daerah lain. Berbeda lapiran msyarakat maka mungkin saja berbeda hal hal yang
berkenaan dengan sopan santunnya. Sanksi atas pelanggaran norma kesopana
berasal dari masyarakat setempat.
d. Norma Hukum
Adapun norma hukum berasal dari luar diri manusia. Dalam hal ini norma
hukum berasal dari kekuasaan luar dari manusia yang memaksakan kepada kita.
Masyarakat secara resmi (negara) diberi kuasa untuk memberi sanksi atau
menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang
mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.

5
Sebagai seperangkat nilai dasar, Pancasila harus dijabarkan ke dalam norma
agar praksis dalam kehidupan berbangsa. Norma yang tepat sebagai penjabaran
atas nilai dasar Pancasila tersebut adalah norma etik dan norma hukum. Pancasila
dijabarkan sebagai norma etik karena pada dasarnya nilai-nilai dasar Pancasila
adalah nilai-nilai moral. Jadi Pancasila menjadi semcam etika perilaku para
penyelenggara negara dan masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai
normatif itu sendiri.
a. Etika Sosial dan Budaya
Dalam konteks ini, etika tersebut bertitik tolak dari rasa manusiaan yang
mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling
memahami, saling menghargai, ling mencintai, dan tolong menolong di antara
sesama manusia dan anak bangsa.
b. Etika Pemerintahan dan Politik
Keberadaan etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan emerintahan yang
bersih, efisien, dan efektif serta enumbuhkan suasana politik yang demokratis
yang bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi
masyarakat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk
menerima pendapat yang lebih oenar walau datang dari orang per orang ataupun
kelompok orang serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, etika pemerintahan
mengamanatkan agar pejabat memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan
pelayanan kepada publik, siap mundur apabila merasa dirinya telah melanggar
kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah
masyarakat, bangsa dan negara.
c. Etika Ekonomi dan Bisnis
Keberadaan etika ini dimaksudkan agar prinsip perilaku, baik oleh pribadi,
isntitusi maupun pengambilan keputusan dalam bidang ekonomi, dapat
melahirkan ini dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur
berkeadilan, mendorong berkembangnya etis kerja ekonomi daya tahan
ekonomui, kemampuan saing, dan tercipta, suasana kondusif, untuk
pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usahausaha bersama secara
berkesinambungan. Menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli,
oligopoli kebijakan ekonomi yang bernuansa KKN, maupun rasial yang
bedampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan, serta
menghindarkan perilaku menghalalkan cara dalam memperoleh keuntungan
ekonomi pribadi.

6
d. Etika Penegakan Hukum Yang Berkeadilan
Sejatinya, etika ini dimaksudkan untu menumb kesadaran bahwa tertib
sosial, ketenangan dan ket hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ke
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang
menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan dan menuju kepada
pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan
Kedudukan etika keilmuan dapat diwujudkan dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis,
logis, dan objektif. Dengan demikian, etika ini ditampilkan secara pribadi
maupun kolektif dalam perilaku gemar membaca, belajar, meneliti, menulis,
membahas dan kreatif dalam menciptakan karya-karya baru serta secara bersama-
sama menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Etika disiplin kehoidupan menegaskan pentingnya budaya kerja keras
dengan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin, dalam berpikir dan
berbuat serta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik.
Selain itu, etika ini men dorong tumbuhnya kemampuan menghargai hambatan,
rintangan, dan tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi
peluang, mampu menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru
dan tahan uji serta pantang menyerah.
B. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Kedudukan utama Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebagai dasar negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketentuan Pembukaan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa: ”...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang. Undang Dasar Negara lndonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, perasatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kata “berdasarkan” tersebut secara jelas menyatakan bahwa Pancasila yang
terdiri atas lima sila merupakan dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Perwujudan Ideologi Pancasila sebagai cita-cita Bernegara

7
• Religius
• Manusiawi
• Bersatu
• Demokratis
• Adil
• Sejahtera
• Maju
• Mandiri
• Baik dan Bersih dalam penyelenggaraan Negara

3. Perwujudan Pancasila sebagai Kesepakatan atau Nilai-Nilai Integratif Bangsa.


Pancasila sebagai nilai integratif, sebagai sarana pemersatu dan prosedur
penyelesaian konflik perlu dijabarkan dalam praktik kehidupan bernegara dan
berbangsa. Pancasila sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur
penyelesaian konflik itulah yang terkandung dalam nilai integratif Pancasila
sudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai sarana pemersatu artinya
sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila disetujui sebagai milik bersama. Dengan demikian Pancasila menjadi
semacam social ethics dalam masyarakat yang heterogen (beragam).
C. Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi
1. Pancasila sebagai Ideologi
Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga berkedudukan
sebagai ideologi nasional Indonesia. Apa makna Pancasila sebagai ideologi
nasional. Ideologi berasal dari kat idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu
tentang pengertian dasar, ide. Dalam pengertian sehari-hari idea disamakan
artinya dengan “cita-cita”. Dalam hal ini “cita-cita” yang dimaksud adalah cita-
cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga citacita itu sekaligus merupakan
dasar, pandangan/paham.
2. Pengamalan Pancasila sebagai Dasar Negara
Ditinjau dari sudut politik, keberadaan Pancasila adalah sebuah konsensus
politik, suatu persetujuan politik bersama antargolongan di Indonesia. Dengan
diterimanya Pancasila, berbagai golongan dan aliran pemikiran bersedia dalam
negara kebangsaan Indonesia. Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan

8
common platform atau common denominator masyarakat Indonesia yang lural.
Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang ini
Jadi Sejatinya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan Pandangan dunia
yang“ khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan
bangsa.

BAB II : HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


Negara sebagai suatu entitas adalah sesuatu yang abstrak. Adapun yang
tampak sebagai keberadaannya adalah unsurunsur negara yang berupa rakyat,
wilayah, dan pemerintah. Karena itu, salah satu unsur dari negara adalah rakyat.
Dalam hal ini keberadaan rakyat yang tinggal pada satu wilayah negara menjadi
penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk
suatu negara. Dengan demikian, warga negara memiliki hubungan dengan
negaranya. Kedudukan seseorang sebagai warga negara menciptakan hubungan
yang kompleks yaitu nberupa peranan, hak, dan kewajiban yang bersifat timbal
balik.
A. Pengertian Warga Negara dan kewarganegaraan
1. Warga Negara
Warga mengandung arti peserta; anggota atau warga dari suatu organisasi
dan atau perkumpulan dalam suatu komunitas.. Warga negara artinya warga atau
anggota dan suatu negara. Kita juga sering mendengar katakata seperti warga
desa, warga kota, warga masyarakat, warga bangsa, dan warga dunia. Warga
diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga negara secara sederhana
diartikan sebagai anggota dari suatu negara.
2. Kedudukan Warga Negara dalam Negara
Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa warga negara adalah
anggota dari negara. Warga negaralah sebagai pendukung negara dan memiliki
arti penting bagi negara. Sebagai anggota dari negara, warga negara memiliki
hubungan atau ikatan dengan negara. Hubungan antara warga negara dengan
negara terwujud dalam bentuk hak dan kewajiban antara keduanya. Warga negara
memiliki hak dan kewajiban terhadap negara. Seballiknya, negara memiliki hak
dan kewajiban terhadap warganya. Dengan istilah sebagai warga negara, ia
memiliki hubungan timbal balik yang sederajat dengan negaranya.
3. Ketentuan Undang-Undang Negara Indonesia.

9
Indonesia dan undang-undang” sebagai pelaksana dari Pasal 26 UUD 1945
tersebut adalah Undang-Undang Nomor 62 Tahun ' 1958 yang diundangkan pada
11 Januari 1958. Meskipun undang-undang ini sudah berumur lama tetapi pada
masa sekarang masih dipakai sebelum diadakan undang-undang yang baru.
Hak dan Kewaiiban Warga Negara Indonesia
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Negara Lain
“Wujud hubungan antara warg. negara dengan negara 9 da umunya berupa
perasaan (role). Perasaan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai
dengan status yang dimiliki dalam hal ini sebagai warga negara. Secara teori,
status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif, dan positif. Peranan warga
negara juga meliputi peranan yang pasif, aktif, negatif, dan positif. (Cholisin,
2000)
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
1). Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai
berikut.
a) hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
b) Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
c) Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu Kemerdekaan ' berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undangundang.
2). Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945
• Ayat (1) berbunyi bahwa : “Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa. ” Ini berarti bahwa bangsa Indonesia percaya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Ayat (2) berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu” )
3). Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
Yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara. Dinyatakan bahwa Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.

10
4). Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945
Yaitu hak untuk mendapat pengajaran. Ayat (1) menerangkan bahwa tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Sedangkan dalam ayat (2)
dijelaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945.
5). Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional
Indonesia. Pasal 32 UUD 1945 ayat 1 menyatakan
6). Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33
ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945
7). Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD 1945
dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.

BAB III : KONSEP DASAR DEMOKRASI


Sejak digulirkannya reformasi tahun 1998: wacana dan gerakan demokrasi
terjadi secara masif dan luas di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan “mungkin
untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang
paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang
diperjuangkan oleh para pendukungnya yang berpengaruh” (UNESCO 1949).
A. Hakikat Demokrasi
Kata demokrasi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu: a. Pengertian
secara bahasa atau etimologis, dan b. Pengertian secara istilah atau terminologis.
1. Pengertian Etimologis Demokrasi
Ditinjau dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa
Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti
pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, secara bahasa, demos-cratein atau demos-
cratos berarti Pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
2. Pengertian Terminologis Demokrasi
Dari sudut terminologi, banyak sekali definisi demokrasi Yang
dikemukakan oleh beberapa ahli politik. Masing-masing memberikan definisi
dari sudut pandang yang berbeda.
3. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan

11
Demokrasi pada masa lalu dipahami hanya sebagai bentuk pemerintahan.
Demokrasi adalah salah satu bentuk Pemerintahan. Tetapi sekarang ini demokrasi
dipahami lebih luas lagi sebagai sistem pemerintahan atau politik. Konsep
demokrasi sebagai bentuk pemerintahan berasal dari para filsuf Yunani. Dalam
pandangan ini, demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan.
4. Demokrasi sebagai Sistem Politik
Pada masa sekarang demokrasi dipahami tidak semata suatu bentuk
pemerintahan tetapi sebagai sistem politik. Sistem politik cakupannya lebih luas
dari sekedar bentuk pemerintahan. Beberapa ahli telah mendefinisikan demokrasi
sebagai sistem politik.
5. Demokrasi sebagai Sikap Hidup
Perkembangan baru menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya dipahami
sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami
sebagai sikap hidup atau pandangan hidup demokratis.
B. Demokratisasi
Di samping kata demokrasi, dikenal juga istilah demokrasi. Demokratisasi
adalah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada setiap
kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik
yang bercirikan demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan
menuju pada sistem pemerintahan yang lebih demokratis
1. Nilai (Kultur) Demokrasi.
”Henry B. Mayo dan Mirriam Budiardjo (1990) menyebutkan adanya delapan
nilai demokrasi, yaitu:
• Menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan sukarela;
• Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang selalu berubah
• Pergantian penguasa dengan teratur;
• Penggunaan paksaan sesedikit mungkin;
• Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman;
• Menegakkan keadilan
• Memajukan ilmu pengetahuan; h Pengakuan dan penghormatan
terhadap kebebasan.
2. Lembaga (Struktur) Demokrasi

12
Di samping adanya nilai-nilai demokrasi, untuk terwujudnya sistem politik
demokrasi dibutuhkan lembaga-lembaga demokrasi yang menopang sistem
politik tersebut. Menurut Mirriam Budiarjo (1997).
3. Ciri Demokratisasi
Demokrasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut. (Maswadi Rauf, 1997)
• Berlangsung secara evolusioner
Demokratisasi berlangsung dalam waktu yang lama. Berjalan secara
perlahan, bertahap, dan bagian demi bagian. Mengembangkan nilai
demokrasi dan membentuk lembagalembaga demokrasi tidak dapat
dilakukan secepat mungkin dan segera selesai.
• Proses perubahan secara persuasif bukan koersif Demokratisasi dilakukan
bukan dengan paksaan, kekerasan bukanlah cara-cara yang demokratis.
• Proses yang tidak pernah selesai.

C. Demokrasi di Indonesia
1). Demokrasi Desa
2). Demokrasi Pancasila
3). Perkembangan Demokrasi Indonesia
Lahirnya konsep demokrasi dalam sejarah modern Indonesia dapat
ditelusuri pada sidang-sidang BPUPKI antara bulan Mei sampai Juli 1945.
Meskipun pemikiran mengenai demokrasi telah ada pada para pemimpin bangsa
sebelumnya, namun pada momen tersebut, pemikiran menganai demokrasi
semakin mengkristal menjadi wacana publik dan politis. Ada kesamaan
pandangan dan konsensus politik dari para peserta sidang BPUPKI bahwa
kenegaraan Indonesia harus berdasarkan kerakyatan/kedaulatan rakyat atau
demokrasi.
D. Sistem Politik Demokrasi 1. Landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
Berdasarkan pada pembagian sistem politik, ada dua pembedaan, yaitu
sistem politik demokrasi dan sistem politik nondemokrasi (Samuel Huntington,
20010. Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur dan
kelembagaan yang demokratis. Sistem politik demokratis diyakini mampu
menjamin hak kebebasan warga negara, membatasi kekuasaan pemerintahan dan

13
memberikan keadilan. Banyak negara menghendaki sistem politiknya adalah
sistem politik demokrasi.
2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia sebagai
berikut.
a. Ide kedaulatan rakyat
Bahwa yang berdaulat di negara demokrasi adalah rakyat. Ide ini menjadi gagasan
pokok dari demokrasi; Tercermin pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi
“kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD”. b Negara
berdasar atas hukum Negara demokrasi adalah juga negara hukum. Negara
nukum Indonesia menganut hukum dalam arti materiil (luas) untuk mencapai
tujuan nasional. Tercermin pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah negara hukum”. b. Bentuk republik
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kc» pentingan umum
(republika). Negara Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan
kepentingan umum. Tercermin pada Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.
Pemerintahan berdasarkan konstitusi Penyelenggaraan pemerintahan menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan dan berlandaskan konstitusi atau
undang-undang dasar yang demokratis. Tercermin pada Pasal 4 ayat (1) UUD
1945, bahwa “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut 9 Undang-Undang Dasar”. Pemerintahan yang bertanggung jawab. Pada
dasarnya, pemerintahan menjalankan amanat rakyat ' untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Demokrasi yang di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan
UUD”. Negara demokrasi adalah juga negara hukum. Negara hukum Indonesia
menganut hukum dalam arti materiil (luas) untuk mencapai tujuan nasional.
Tercermin pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia
adalah negara hukum”.
c. Bentuk republik
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kepentingan umum
(republika). Negara Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan
kepentingan umum. Tercermin pada Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. d.
Pemerintahan berdasarkan konstitusi.

14
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan
perundangundangan dan berlandaskan konstitusi atau undang-undang dasar yang
demokratis. Tercermin pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, bahwa “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UndangUndang Dasar”.
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
Pemerintahan selaku penyelenggara negara merupakan pemerintahan yang
bertanggungjawab atas segala tindakannya. Berdasarkan demokrasi Pancasila.
Pemerintahan ke bawah bertanggung jawab kepada rakyat dan ke atas
bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Sistem perwakilan
Pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia sebagai berikut
• Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Di
samping adanya pemerintahan pusat terdapat pemerintahan daerah yang
memiliki hak otonom.
• Bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensiil.
• Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5
tahun.
• Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab
kepada presiden. Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR maupun
DPR. Di samping kabinet, presiden dibantu oleh suatu dewan
pertimbangan.
• Parlemen terdiri dari dua (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan anggota MPR.
DPR terdiri atas para wakil yang dipilih rakyat melalui pemilu dengan
sistem properrsional terbuka. Anggara DPD adalah para wakil dari masing
masing provinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan
sistem distrik berwakil banyak. Selain lembaga DPR dan DPD, terdapat
DPRD Provinsi dan DPRD
• Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden,
anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD
Kabupaten/Kota dan kepala daerah.

15
• Sistem multipartai. Banyak sekali partai politik yang bermunculan di
Indonesia terlebih setelah berakhir Orde Baru. Pemilu 1999 diikuti 48
partai politik. Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik.
• Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta
sebuah Mahkamah Konstitusi. Lembaga negara lainnya adalah Badan
Pemeriksa Keuangan dan Komisi Y
g. Masa Depan Demokrasi
“Demokrasi bisa ditincas untuk sementara karena kesalahannya sendiri,
tetapi setelah ia mengalami cobaan yang pahit, ia akan muncul dengan penuh
keinsafan”. Demikian ucapan Mohammad Hatta (1966) atas keyakinannya bahwa
demokrasi pasti akan hidup dan punya masa depan. Dewasa ini demokrasi telah
menjadi tolak ukur tak terbantah keabsahan politik semua bangsa di dunia. Setiap
negara mengaku diri sebagi negara demokrasi dengan sedap t mungkin
menuniukkan atribut-am'but demokrasi yang di ' i
h. Pendidikan Demokrasi
Berdasar pada uraian-uraian sebelumnya dapat diambil esimpulan bahwa
sistem politik demokrasi suatu negara erkaitan dengan dua hal yaitu insitusi
(struktur) demokrasi an perilaku (kultur) demokrasi.

BAB IV : HAKIKAT NEGARA HUKUM


A. Pengertian dan Tuluan Negara
istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing:state (inggris)
,staat (belanda dan Jerman) atau etat (Perancis). Kata-kata tersebut berasal dari
kata Latin status atau stratum yang memiliki pengertian tentang keadaan yang
tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Pengertian status atau statum lazim diartikan dalam bahasa Inggris dengan
standing atau station (kedudukan).
Istilah ini sering pula dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup
antar manusia yang biasa disebut dengan istilah status civitatis atau status
republicae Dati pengertian yang terakhir inilah kata status selanjutnya dikaitkan
dengan kata negara.
B. Unsur-Unsur Negara Dalam rumusan Konvensi Montevideo tahun 1933

16
Disebutkan bahwa suatu negara harus memiliki 3 (tiga) unsur penting, yaitu
rakyat, Wilayah dan pemerintahan. Sejalan dengan itu, Mac Iver merumuskan
bahwa suatu negara harus memenuhi 3 (tiga) unsur pokok, yaitu pemerintahan,
komunitas atau rakyat, dan wilayah tertentu. Tiga unsur m perlu ditunjang dengan
unsur lainnya seperti adanya konstitusi dan pengakuan dunia internasional yang
oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.
C. Konsep Negara Hukum
1. Konstitusi dan Konstitusionalisme
Pada bab-bab sebelumnya telah dipelajari konsep mengenai Negara. Negara
adalah suatu unsur rakyat(penduduk),wilayah dan pemerintah. Pemerintah adalah
salah satu unsur Negara. Pemerintahlah yang menyelenggarakan dan
melaksanakan tugas tugas demi terwujudnya tujuan bernegara.
2. Pengertian Negara Hukum
Sesuai dengan uraian di atas, mka pengertian Negar hukum secara sederhana
adalah Negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan
atas hukum. Di Negara yang berdasarkan atas hukum maka Negara termasuk di
dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum. Dalam Negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003).
3. Negara Hukum Formal dan Negara Hukum Material
Salah satu ciri penting dalam Negara yang menganut konsdtusionalisme
yang hidup pada abad ke-19 adalah sifat pemerintahannya pasif, artinya
pemerintah hanya sebagai wasit atau pelaksana dan' berbagai keinginan rakyat
yang dirumuskan para wakilnya diparlemen. Di sini peranan Negara lebih kecil
daripada peranan rakyat karena pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk
pada) keinginan-keinginan rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk
menjadi keputusan parlemen.
D. Ciri-ciri Negara Hukum
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah Negara hukum formil
atau Negara hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah
dikemukakan bahwa Negara bukan merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat
atau Rule of law. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum

17
EropaContinental sedang istilah Rule of Law di diberikan oIeh para ahli hukum
continental sedang istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli hukum continental
memberikan ciri-ciri rechtsstaat sebagai berikut:
1. HAM
2. pemisahan atau pembagian kekuasan untuk menjamin hal asasi manusia yang
biasa dikenal sebagai trias politika
3. pemerintah berdasarkan peraturan peraturan
4. peralihan administrasi dalam perselisihan

2. Arah Kebijakan Hukum Nasional


Pembenahan sistem dan politik hukum dalam lima tahun mendatang diarahkan
pada kebijakan untuk memperbaiki substansi (materi) hukum,struktur
(kelembagaan) hukum,dan kultur (budaya) hukum
3. Program Pembangunan Hukum Nasional
Program ini ditujukan menciptakan persamaan persepsi dari seluruh pelaku
pembanguan khususnya di bidang hukum dalam menghadapi berbagai isu
strategis dan global yang secara cepat perlu diantisipasi agar penegakan dan
kepastian hukum tetap berjalan secara berkesinambungan.

BAB V : HAK ASASI MANUSIA


A. Pendahuluan
Islam adalah agama wahyu yang ajarannya menjadi rahmat bagi sekalian
alam (rahmatan lil 'alamin). Sebagai agama wahyu, ajaran Islam mengatur seluruh
aspek kehidupan baik individu dan masyarakat, duniawi dan ukhrawi, maupun
jasmani dan rohani. Dalam hal ini, tujuan penerapan ajaran dan hukum Islam
adalah untuk keselamatan jiwa, badan, harta dan masyarakat. Keselamatan yang
dijanjikan Islam, inherent dengan kehadiran Islam sebagai sintesis dari ajaran
agama wahyu terdahulu sehingga Islam bersifat universal, berlaku untuk semua
tempat, waktu dan sepanjang zaman.
B. Islam dan HAM

18
Istilah Hak Asasi Manusia mulai populer setelah adanya Universal
Declaration of Human Right yang disetujui Majelis Umum PBB tanggal 10
Desember 1948. Suatu standar pencapaian yang berlaku umum untuk semua
rakyat dan semua bangsa”, berkaitan dengan hak dasar manusia (Nickel, 1996).
C. Islam dan Perdamaian
Islam bukan merupakan agama yang tertutup dan dimonopoli oleh satu
bangsa saja, tetapi merupakan agama yang terbuka bagi semua orang yang
mencari dan meyakini kebenaran. Ia merupakan agama universal bagi seluruh
umat manusia yang hidup di segala tempat dan waktu. Karena itu adalah
kewajaran bahwa Islam memperhatikan pentingnya menata kehidupan yang
penuh perdamaian di seluruh penjuru dunia dan di segalan waktu.

BAB VI : KETAHANAN NASIONAL


Bertitik tolak dari bagan paradigma ketatanegaraan nasional, maka
Ketahanan Nasional (Tannas) merupakan satu dari konsepsi politik
ketatanegaraan Republik Indonesia. Bagaimanapun, Ketahanan nasional dapat
dikatakan sebagai konsep geostrategi bangsa Indonesia. Uraian selanjutnya
tentang Ketahanan Nasional tersebut coba dijelaskan dalam uraian dengan urutan
sebagai berikut: Pengertian Ketahanan Nasional; Perkembangan Konsep
Ketahanan Nasional di Indonesia; Unsur-unsur Ketahanan Nasional; Pembelaan
Negara.

B. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia


1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional
Sesungguhnya konsepsi ketahanan nasional memiliki latar belakang sejarah
khas dalam kelahirannya di Indonesia. Gagasan tentang ketahanan nasional
bermula pada awal tahun 1960-an khususnya pada kalangan militer angkatan
darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Pada masa
itu adalah sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari negara Uni
Soviet dan Cina.
2. Ketahanan Nasional dalam GBHN
Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan dalam GBHN
1973, yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/ 1973. Rumusan ketahanan nasional

19
dalam GBHN 1972 adalah sama dengan rumusan ketahanan nasiOnal tahun 1972
dari Lemhanas. Konsep ketahanan nasional berikut perumusan yang demikian
berlanjut pada GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988. 3. Unsur-unsur
Ketahanan Nasional
a. Gatra dalam Ketahanan Nasional
Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ ketahanan nasional
suatu negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya
mengenai unsur-unsur kekuatan nasional suatu negara.
b. Pembelaan Negara
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan
negara. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga
negara untuk mewujudkan ketahanan nasional.

BAB VII : MASYARAKAT MADANI


A. Sejarah Masyarakat Madani
Wacana masyarakat madani merupakan konsep yang berasal dari pergolakan
politik dan sejarah masyarakat Eropa Barat yang mengalami proses transformasi
dari pola kehidupan feodal menuju kehidupan masyarakat industri kapirtalis. Jika
dicari akar sejarahnya dari awal, maka perkembangan wacana masyarakat madani
dapat dipahami mulai dari Cicero sampai Antonio Gramsci dan de Toquiville.
B. Pengertian Masyarakat Madani
Dalam mendefinisikan istilah (term) masyarakat madani ini sangat
bergantung kepada kodisi sosio kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun
konsep masyarakat madani merupakan bangunan istilah yang lahir dari sejarah
pergulatan masyarakat Eropa.
C. Karakteristik Masyarakat Madani
Hal ini diberlakukan ketika negara sebagai penguasa dan pemerintah tidak
bisa menegakkan demokrasi dan hakhak asasi manusia dalam menjalankan roda
kepemimpinannya. Di sinilah kemudian, konsep masyarakat madani menjadi
alternatif pemecahan dengan pemberdayaan dan penguatan daya kontrol
masyarakat terhadap kebij akan-kebijakan pemerintah yang pada akhirnya nanti
terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu merealisasikan dan

20
menegakkan konsep hidup yang demokratis dan menghargai hak-hak asasi
manusia.
D. Pengembangan Masyarakat Madani
Adapun yang dimaksudkan dengan pengembangan masyarakat madani
adalah supaya mewujudkan cita-cita dan karakteristik masyarakat madani
sehingga kehidupan masyarakat yang diinginkan benar-benar terwujud. Oleh
sebab itu, adalembagalembaga yang diperlukan dan berfungsi mengkritisi
kebijakan-kebijakan penguasa agar tidak menyimpang dari cita-cita masyarakat
madani. Sebagamana halnya, dengan masih adanya berbagai kebijakan yang
diskriminatif sehingga mengekalkan semakin banyaknya masyarakat tertindas.
Dengan demikian, diperlukan kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Pers, supremasi hukum, perguruan tinggi dan partai politik.

BUKU PEMBANDING : “Pendidikan Kewarganegaraan : Mewujudkan


Masyarakat Madani” Karya Sarbaini Saleh, S.Sos., M.S

BAB I : PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL

Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang asing. Pancasila terdiri
atas 5 (lima) sila, tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV dan diperuntukkan sebagai
dasar negara Republik Indonesia. Meskipun di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut tidak
secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namun sudah dikenal luas bahwa 5 (lima) sila yang
dimaksud adalah Pancasila untuk dimaksudkan sebagai dasar negara.

A. PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT

1. Nilai-Nilai yang Terkandung pada Pancasila Berdasarkan pemikiran filsafati,


Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai (Kaelan; 2000).
Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV
adalah sebagai berikut.

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permuswaratan


perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

21
Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang
merupakan perasan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah

1) Nilai Ketuhanan;

2) Nilai Kemanusiaan;

3) Nilai Persatuan;

4) Nilai Kerakyatan; 5) Nilai Keadilan.

2. Mewujudkan Nilai Pancasila sebagai Norma Bernegara

Ada hubungan antara nilai dengan norma. Norma atau kaidah adalah aturan
pedoman bagi manusia dalam berperilaku sebagai perwujudan dari nilai. Nilai yang
abstrak dan normatif dijabarkan dalam wujud norma. Sebuah nilai mustahil dapat
menjadi acuan berperilaku kalau tidak diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan
demikian pada dasarnya norma adalah perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma,
nilai tidak bisa praktis artinya tidak mampu berfungsi konkret dalam kehidupan sehari-
hari. norma yag kita kenal dalam kehiduan sehari hari ada 4 yaitu:

1) norma agama

2) norma moral

3) norma kesopanan

4) norma hukum

Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat ini bertujuan untuk:


( 1) memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dal menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek; (2) menentukan pokok-pokok etika
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat; (3) menjadi kerangka acuan
dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai
berikut.

a. Etika Sosial dan Budaya

b. Etika Pemerintahan dan Politik

c. Etika Ekonomi dan Bisnis

d. Etika Penegakan Hukum

e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan

B. MAKNA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

1. Landasan Yuridis dan Historis Pancasila sebagai Dasar Negara

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan kedudukan yuridis


formal oleh karena tertuang dalam ketentuan hukum negara, dalam hal ini UUD 1945

22
pada bagian Pembukaan Alinea IV. Penegasan akan kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara semakin kuat dengan keluarnya Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998
tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pencabutan Ketetapan MPR
No. II/MPR/1978 tentang P4. Pasal I ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

2. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar (filsafat) negara mengandung makna bahwa nilai-nilai


yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan
bernegara. Nilai-nilai Pancasila pada dasarnya adalah nilainilai filsafati yang sifatnya
mendasar. Nilai dasar Pancasila bersifat abstrak, normatif dan nilai itu menjadi
motivator kegiatan dalam penyelenggaraan bernegara.

Pereduksian dan pemaknaan atas Pancasila dalam pengertian yang sempit dan politis
ini berakibat pada:

a. Pancasila dipahami sebagai sebuah mitos;

b. Pancasila dipahami secara politik ideologis untuk kepentingan kekuasaan;

c. Nilai-nilai Pancasila menjadi nilai yang disotopia tidak sekadar otopia.

Dewasa ini khususnya di era reformasi, ada keinginan berbagai pihak dan
kalangan untuk melakukan penafsiran kembali atas Pancasila dalam kedudukannya
bagi bangsa dan negara Indonesia. Terdapat berbagai istilah seperti reposisi,
reaktualisasi, redefinisi, radikalisasi, revitalisasi, reimplementasi, rejuvenasi,
dekonstruksi ideologi, dan lain-lain. Beragam istilah tersebut pada dasarnya
berkeinginan untuk menempatkan kembali kedudukan, posisi serta penafsiran atas
Pancasila pada bangunan negara Indonesia agar Pancasila tidak lagi ”terdistorsi dan
terdiskreditkan ” karena pengalaman masa lalu. Pendapat berbagai pihak khususnya
para ahli tersebut patut dihargai sebagai suatu wujud kecintaan terhadap bangsa dan
negara.

Radikalisasi Pancasila berarti (1) mengembalikan Pancasila sesuai dengan jati


dirinya, yaitu sebagai ideologi dan dasar negara. Pancasila sesuai dengan jati dirinya
dalam memberi visi kenegaraan, (2) mengganti persepsi dari Pancasila sebagai
ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu, (3) mengusahakan Pancasila mempunyai
konsistensi dengan produk-produk perundangan, koherensi antarsila, dan
korespondensi dengan realitas sosial, dan (4) Pancasila yang semula melayani
kepentingan vertikal menjadi Pancasila yang melayani kepentingan horizontal.

Prof. Koento Wibisono Siswomihardjo (2004) menyatakan perlunya reposisi


atas Pancasila. Reposisi (repositioning) atas Pancasila adalah Pancasila diletakkan
kembali posisinya sebagai dasar negara. Pancasila sebagai dasar negara mengandung
makna bahwa Pancasila harus kita letakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan
UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensidimensi yang melekat padanya, yaitu

a. dimensi realitasnya, dalam arti nilai yang terkandung di dalamnya dikonkretisasikan


sebagai cerminan objektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;

23
b. dimensi idealitasnya, dalam arti idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekadar otopi tanpa makna, melainkan diobj ektifkan sebagai sebuah ”kata kerja”
untuk menggairahkan masyarakat dan terutama para penyelenggara negara menuju
harus esok yang lebih baik;

c. dimensi fleksibilitasnya, dalam arti Pancasila bukan barang yang beku, dogmatis
dan sudah selesai. Pancasila terbuka _bagi tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan
zaman yang terus berubah. Pancasila tanpa kehilangan nilai dasarnya yang hakiki tetap
aktual, relevan dan fungsional sebagai tiang penyangga kehidupan berbangsa dan
bernegara.

C. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pancasila adalah dasar negara dari negara kesatuan Republik Indonesia.


Menurut teori jenjang norma (stufentheorie) yang dikemukakan oleh Hans Kelsen
seorang ahli filsafat hukum, dasar negara berkedudukan sebagai norma dasar
(grundnorm) dari suatu negara atau disebut norma fundamental negara
(staatsfundamentalnorm). Grundnorm merupakan norma hukum tertinggi dalam
negara. Di bawah grundnorm terdapat norma-norma hukum yang tingkatannya lebih
rendah dari grundnorm tersebut. Norma-norma hukum yang bertingkat-tingkat tadi
membentuk

Pancasila sebagai cita hukum memiliki dua fungsi, yaitu :

a) Fungsi regulatif, artinya cita hukum menguji apakah hukum yang dibuat adil
atau tidak bagi masyarakat;

b) fungsi konstitutif, artinya fungsi yang menentukan bahwa tanpa dasar cita
hukum maka hukum yang dibuat akan kehilangan maknanya sebagai hukum.

Di Indonesia, norma tertinggi ini adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam


Pembukaan UUD 1945. Jadi, Pancasila sebagai dasar negara dapat disebut sebagai:

• Norma dasar;

• Staatsfundamentalnorm;

• Norma pertama;

• Pokok kaidah negara yang fundamental; 5. Cita Hukum (Rechtsidee).

D. MAKNA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

1. Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, citacita,
dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar,
ide. Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan ”cita-cita”. Cita-cita
yang dimakSud adalah cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan/paham.

24
Ada dua fungsi utama ideologi dalam masyarakat (Ramlan Surbakti, 1999), Pertama,
sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu
masyarakat. Kedua, sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi di masyarakat. Dalam kaitannya dengan yang
pertama, nilai dalam ideologi itu menjadi Cita-cita atau tujuan dari masyarakat. Tujuan
hidup bermasyarakat adalah untuk mencapai terwujudnya nilai-nilai dalam ideologi
itu. Adapun dalam kaitannya yang kedua, nilai dalam ideologi itu merupakan nilai
yang disepakati bersama sehingga dapat mempersatukan masyarakat itu, serta nilai
bersama tersebut dijadikan acuan bagi penyelesaian suatu masalah yang mungkin
timbul dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

2. Landasan dan Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

Banyak pihak telah sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan titik
temu, rujukan bersama, commom platform, kesapakatan bersama dan nilai integratif
bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa Pancasila adalah ideologi
nasional inilah yang harus terus kita pertahankan dan tumbuh kembangkan dalam
kehidupan bangsa yang plural ini.

Berdasarkan uraian di atas, Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memiliki


makna sebagai berikut:

• nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif


penyelenggaraan bernegara;
• nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati
bersama dan oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi)
masyarakat Indonesia.

E. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

1. Perwujudan Ideologi Pancasila sebagai Cita-Cita Bernegara

Perwujudan Pancasila sebagai ideologi nasional yang berarti menjadi cita-cita


penyelenggaraan bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No. VII/ MPR/2001
tentang Visi Indonesia Masa Depan.

2. Perwujudan Pancasila sebagai Kesepakatan atau Nilai Integratif Bangsa

Pancasila sebagai nilai integratif, sebagai sarana pemersatu dan prosedur penyelesaian
konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan bernegara. Pancasila sebagai
sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik itulah yang
terkandung dalam nilai integratif Pancasila. Pancasila sudah diterima oleh masyarakat
Indonesia sebagai'sarana pemersatu, artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila
menjadi semacam social ethics dalam masyarakat yang heterogen.

Nilai-nilai Pancasila hendaknya mewarnai setiap prosedur penyelesaian konflik yang


ada di masyarakat. Secara normatif dapat dinyatakan sebagai berikut; bahwa
penyelesaian suatu konflik hendaknya dilandasi oleh nilai-nilai religius, menghargai
derajat kemanusiaan, mengedepankan persatuan, mendasarkan pada prosedur
demokratis dan berujung pada terciptanya keadilan.

25
F. PENGAMALAN PANCASILA

Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan dengan cara:

l. Pengamalan secara objektif Pengamalan secara objektif adalah dengan


melaksanakan dan menaati peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum
negara yang berlandaskan pada Pancasila.

2. Pengamalan secara subjektif Pengamalan secara subj ektif adalah dengan


menjalankan nilai-nilai Pancasila yang berwujud norma etik secara pribadi atau
kelompok dalam bersikap dan bertingkah laku pada kehidupan berbangsa dan
bernegara.

BAB II : IDENTITAS NASIONAL A. HAKIKAT BANGSA

1. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup


masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup
tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi, mereka
menjadi satu bangsa karena disatukan oleh kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa,
dan sebagainya. Ikatan demikian disebut ikatan primordial. Persekutuan hidup
masyarakat semacam ini dalam suatu negara dapat merupakan persekutuan hidup yang
mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas.

2. Bangsa dalam Arti Politis

Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi
ke luar dan ke dalam. Jadi, mereka diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara.

Jadi, bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta
tunduk pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan. Setelah mereka bernegara,
terciptalah bangsa. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah
terciptanya negara Indonesia.

3. Cultural Unity dan Political Unity

Melalui pemahaman yang kurang lebih sama, bangsa pada dasarnya memiliki dua arti
yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan (cultural unity) dan bangsa dalam
pengertian politik kenegaraan (political unity). (AT Soegito, 2004). Cultural unity
adalah bangsa dalam pengertian antropologi/sosiologi, sedangkan political unity
adalah bangsa dalam pengertian politik kenegaraan.

4. Proses Pembentukan Bangsa-Negara

Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa negara, yaitu model
ortodoks dan model mutakhir. (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks
yaitu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa itu

26
membentuk satu negara tersendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan
negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Setelah ban gsanegara ini terbentuk maka
rezim politik (penguasa) dirumuskan berdasarkan konstitusi negara yang selanjutnya
dikembangkan oleh partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsa-negara
yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih
dahulu yang terbentuk melalui Proses tersendiri, sedangkan penduduk negara
merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah kemunculan negara
Amerika Serikat pada tahun 1776.

B. IDENTITAS NASIONAL

1. Faktor pembentukan identitas bersama

• primordial

• sakral

• tokoh

• bhinneka tunggal ika

• sejarah

• perkembangan ekonomi

• kelembagaan

2. identitas cultural unity atau identitas kesukubangsaan

Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat askriptif (sudah
ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer, dan etnik.

Setiap anggota cultural unity memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya.
Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabat, daerah asal, dan bahasanya.

Identitas demikian dapat pula disebut sebagai identitas primordial.

3. identitas political unity atau identitas kebangsaan

Identitas-identitas kebangsaan itu merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di


dalamnya. Identitas nasional itu dapat saja berasal dari identitas sebuah bangsa di
dalamnya yang selanjutnya disepakati sebagai identitas nasionalnya. Identitas
kebangsaan bersifat buatan, sekunder, etis, dan nasional. Beberapa

bentuk identitas nasional adalah bahasa nasional, lambang nasional, semboyan


nasional, bendera nasional, dan ideologi nasional.

2. Unsur-Unsur Negara

Dari beberapa pendapat mengenai negara tersebut, dapat disimpulkan bahwa negara
adalah organisasi yang di dalamnya harus ada rakyat, wilayah yang permanen dan

27
pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar). Hal di atas disebut unsur-
unsur negara. Unsur-unsur negara meliputi:

a. rakyat

Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk pada kekuasaan
negara dan mendukung negara yang bersangkutan.

b. wilayah

Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat tinggal bagi rakyat
negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah negara
mencakup wilayah darat, laut, dan udara.

c. pemerintah yang berdaulat

Yaitu adanya penyelenggara negara yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan


pemerintahan di negara tersebut. Pemerintah tersebut memiliki kedaulatan baik ke
dalam maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti negara memiliki kekuasaan untuk
ditaati oleh rakyatnya. Kedaulatan ke luar artinya negara mampu mempertahankan diri
dari serangan negara lain.

3. Teori Terjadinya Negara

a. Proses Terjadinya Negara secara Teoretis

”Secara teoretis” yang dimaksud adalah, para ahli politik dan hukum tata negara
berusaha membuat teoretisasi tentang terjadinya negara. Dengan demikian, apa yang
dihasilkan lebih karena hasil pemikiran para ahli tersebut, bukan berdasarkan
kenyataan faktualnya. beberapa teori terjadinya negara adalah sebagai berikut :

1) teori hukum alam teori hukum alam merupakan hasil pemikiran paling awal 2) teori
ketuhanan teori ini terjadi karena adanya paham agama

3) teori perjanjian

perjanjian yang muncul karena reaksi atas teori hukum alam dan kedaulatan Tuhan.

b. Proses Terjadinya Negara di Zaman Modern

Menurut pandangan ini dalam kenyataannya, terjadinya negara bukan disebabkan oleh
teori-teori seperti di atas. Negara-negara di dunia ini terbentuk karena melalui
beberapa proses, seperti:

• penaklukan atau occupatie,

• peleburan atau fusi,

• pemecahan,

• pemisahan diri,

• perjuangan atau revolusi,

28
• penyerahan/pemberian, dan

• pendudukan atas wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya

4. Fungsi dan Tujuan Negara

Fungsi negara merupakan gambaran apa yang dilakukan negara untuk mencapai
tujuannya. Fungsi negara dapat dikatakan sebagai tugas daripada negara. Negara
sebagai organisasi kekuasaan dibentuk untuk menjalankan tugastugas tertentu.

D. BANGSA DAN NEGARA INDONESIA 1 . Hakikat Negara Indonesia

Negara kita adalah negara Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 disingkat
negara RI Proklamasi. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa negara Indonesia
yang didirikan ini tidak bisa lepas dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945. Dengan momen Proklamasi 17 Agustus 1945 itulah, bangsa Indonesia
berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar mengenai adanya
negara baru, yaitu Indonesia

2. Proses Terjadinya Negara Indonesia

Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang


berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai
dengan keempat alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis perkembangan
negara Indonesia terjadi sebagai berikut.

Berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara-negara lndonesia bukan melalui


pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan atau penyerahan. Bukti
menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui proses perjuangan (revolusi),
yaitu perjuangan melawan penjajahan sehingga berhasil memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Usaha mendirikan negara melalui perjuangan sangat
membanggakan diri seluruh rakyat Indonesia. Hal mi berbeda bila bangsa Indonesia
mendapatkan kemerdekaan karena diberi olehbangsa lain.

Tujuan negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Secara rinci sebagai berikut:

• melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;

• memajukan kesejahteraan umum;

• mencerdaskan kehidupan bangsa;

• ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Penjabaran berikutnya tentang tujuan negara tersebut terdapat dalam tujuan


pembangunan nasional Indonesia. Dalam GBHN 1999-2004 Tap MPR No. IV/MPR/
1999 disebutkan bahwa penyelenggaraan bernegara bertujuan mewujudkan kehidupan
yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan
supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beradab, mandiri, bebas,
maju, dan sejahtera untuk kurun waktu lima tahun ke depan.

29
Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat,
mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang
tinggi serta berdisiplin (Tap MPR No. VII/MPR/2001)

E. IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang Sifatnya nasional.


Pada uraian sebelumnya identitas nasional bersrfat buatan, dan sekunder. Bersifat
buatan oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan

disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat
sekunder oleh karena identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan
identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara
askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional itu, warga bangsa telah
memiliki identitas primer yaitu identitas kesukuban gsaan. Beberapa bentuk identitas
nasional Indonesia, adalah sebagai berikut.

a. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan
yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928.
Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas _ nasional Indonesia.

b. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih Warna merah berarti berani dan putih
berarti suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia
yang kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera warna merah putih
dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada
peristiwa Sumpah Pemuda.

c. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya Indonesia Raya sebagai lagu


kebangsaan yang pada tanggal 28 Oktober 1928 dinyanyikan untuk pertama kali
sebagai lagu kebangsaan negara.

d. Lambang negara yaitu Garuda Pancasila Garuda adalah burung khas Indonesia
yang dijadikan lambang negara.

e. Semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita
heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia.

f. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila Berisi lima nilai dasar yang dijadikan
sebagai dasar filsafat dan ideologi dari negara Indonesia. Pancasila merupakan
identitas nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi nasional
Indonesia.

g. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 Merupakan hukum dasar
tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan perundangan dan
dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.

30
h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat Bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik
yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat disepakati untuk tidak ada
perubahan.

i. Konsepsi Wawasan Nusantara Sebagai cara pandang bangsa Indonesia


mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.

j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional Berbagai


kebudayaan dari kelompok-kelompok bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa
tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat luas merupakan kebudayaan
nasional. Kebudayaan nasional pada dasarnya adalah puncakpuncak dari kebudayaan
daerah.

BAB III : HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

1. Warga Negara

Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi
perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari suatu negara. Kita juga
sering mendengar kata-kata seperti warga desa, warga kota, warga masyarakat, warga
bangsa, dan warga dunia. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga
negara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu negara.

2. Kewarganegaraan

a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis

• l) Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum


antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-
akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang
bers angkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum, misainya akta kelahiran, surat
pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.

• Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum,


tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib , ikatan
sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan warga
negara yang bersangkutan.

b. Kewarganegaraan dalam Arti Formil dan Materiil

1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempt kewarganegaraan.


Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.

31
2) Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas
yaitu asas ius soli dan asas ius sangumzs. Ius artinya dalil. Soli berasal dari kata solum
yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.

Warga Negara Indonesia Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang


menjadi warga negara. Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 26 UUD 1945
sebagai berikut.

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undangundang.

3. Ketentuan Undang-Undang Mengenal Warga Negara Indo

Perihal warga negara Indonesia diatur dengan undang-undang. Sejak Proklamasi


Kemerdekaan IndoneSia sampai saat ini, undang-undang yang mengatur perihal
kewarganegaraan adalah sebagai berikut.

a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk


Negara.

b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan atas UndangUndang No.


3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.

c. Undang-Undang No. 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk


Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia.

d. Undang-Undang No. 11 Tahun 1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi


untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara

Indonesia.

e. Undang-Undang N0. 62 Tahun 195 8 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia.

f. Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan atas Pasal 18 Undang-


Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

g. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia.

A. KONSTITUSIONALISME

1. Gagasan tentang Konstitusionalisme I

Gagasan bahwa kekuasaan negara harus dibatasi serta hak-hak dasar rakyat dijamin
dalam suatu konstitusi negara dinamakan konstitusionaiisme. Carl J. Friedrich

32
berpendapat “konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu
kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk pada
beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberijaminan bahwa kekuasaan yang
diperlukan untuk pemerintahan tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat
tugas untuk memerintah. Pembatasan yang dimaksud termaktub dalam konstitusi.”
(Taufiqurrohman Syahuri, 2004)

BAB V : DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI A. HAKIKAT


DEMOKRASI

Kata demokrasi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu a. pengertian secara bahasa
atau etimologis, dan b. pengertian secara istilah atau terminologis.

1. Pengertian Etimologis Demokrasi

Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dan bahasa Yunani lagi;: demos
yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintah atau kekuasaan

2. Pengertian Terminologis Demokrasi

Dari sudut terminologi, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli politik. Masing-masing memberikan definisi dari sudut pandang yang
berbeda. Berikut ini beberapa definisi tentang demokrasi.

a. Menurut Harris Soche Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu
kekuasaan Pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan
merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan
melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lam atau badan yang diserahi
untuk memerintah.

3. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan

Demokrasi pada masa lalu dipahami hanya sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi
adalah salah satu bentuk pemerintahan. Akan tetapi, sekarang ini demokrasi dipahami
lebih luas lagi sebagai sistem pemerintahan atau politik. Konsep demokrasi sebagai
bentuk pemerintahan berasal dari para filsuqunarii, Dalam pandangan ini, demokrasi
merupakan salah satu bentuk pemerintahan.

4. Demokrasi sebagai Sistem Politik

Pada masa sekarang demokrasi dipahami tidak semata suatu bentuk pemerintahan
tetapi sebagai sistem politik Sistem politik cakupan yang lebih dari sekedar bentuk
pemerintahan.

5. Demokrasi sebagai Sikap Hidup

perkembangan ham menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya dipahami sebagai


bentuk. pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami sebagai sikap
hidup atau pandangan hidup demokratis. Pemerintahan atau sistem politik demokrasi
tidak datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. DemokraSi bukanlah
sesuatu yang taken for granted.

B. DEMOKRATISASI

33
Di samping kata demokrasi, dikenal juga istilah demokratisasi. Demokratisasi adalah
penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada setiap kegiatan politik
kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan
demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju pada sistem
pemerintahan yang lebih demokratis.

C. DEMOKRASI DI INDONESIA

1. Demokrasi Desa

2. Demokrasi Pancasila

3. Perkembangan Demokrasi Indonesia

D. LANDASAN POLITIK DEMOKRASI

1. Landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia Berdasarkan pembagian


sistem politik, ada dua pembedaan, yaitu sistem politik demokrasi dan sistem politik
nondemokrasi (Samuel Huntington, 2001).

Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan
yang demokratis.

2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia

a. Ide kedaulatan rakyat

b. Negara berdasar atas hukum Negara demokrasi adalah juga negara hukum. c.
Bentuk republik

3. Mekanisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia

Pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia sebagai berikut.

• Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.


Disamping adanya pemerintah pusat terdapat pemerintah daerah yang memiliki
hak otonom.
• Bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensiil.
• Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun.
• Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden. Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR maupun DPR. Di
samping kabinet, presiden dibantu oleh suatu dewan pertimbangan.

BAB VI : NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA A. KONSEP DAN


CIRI NEGARA HUKUM

1. Pengertian Negara Hukum

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule of Law.
Rechsstaat atau Rule of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan

34
yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan negara
(hukum) merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan,

2. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil

Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup
pada abad ke-1 9 adalah sifat pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya
sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yan g dirumuskan para
wakilnya di parlemen. Di sini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat
karena pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-keinginan
rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk menjadi keputusan parlemen.

HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

1. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama

b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat

c. batang tubuh undang undang Dasar 1945

BAB VII : WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA

A. PENGERTIAN, HAKIKAT, DAN KEDUDUKAN WAWASAN


NUSANTARA

1. Hakikat Wawasan Nusantara .

Jawaban atas pertanyaan di muka menjadi hakikat dari Wawasan Nusantara. Kita
memandang bangsa Indonesia dengan nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi,
hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah nasional.
(Ingat, rumusan dalam GBHN --persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah-). Dengan kata lain, hakikat Wawasan Nusantara adalah ”persatuan bangsa
dan kesatuan wilayah”. Bangsa Indonesia yang dari aspek sosial budaya adalah
beragam serta dari segi kewilayahan bercorak nusantara, kita pandang merupakan satu
kesatuan yang utuh.

B. LATAR BELAKANG KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA

Mengapa bangsa Indonesia memandang diri dengan lingkungan tempat tinggalnya


sebagai satu kesatuan yang utuh? Mengapa Indonesia harus kita pandang sebagai
bangsa yang satu dengan wilayah yang satu pula? Mengapa perlu memiliki cara
pandang yang demikian? Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan latar belakang
akan lahirnya konsepsi Wawasan Nusantara. Latar belakang atau faktorfaktor yang
memengaruhi tumbuhnya konsepsi Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut.

1. Aspek historis.

2. Aspek geografis dan sosial budaya.

3. Aspek geopolitis dan kepentingan nasional.

35
BAB VIII : KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI
INDONESIA

Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi


lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Ketahanan
nasional sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki pengertian bahwa konsep
ketahanan nasional merupakan pendekatan yang digunakan bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Ketahanan nasional sebagai suatu pendekatan merupakan salah satu pengertian dari
konsepsi ketahanan nasional itu sendiri

A. PEMBELAAN NEGARA

Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan negara.
Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga negara untuk
mewujudkan ketahanan nasional.

Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah
kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara yang terletak pada Tentara
Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 27 dan 30 UUD 1945, masalah bela
negara dan pertahanan negara merupakan hal dan kewajiban setiap warga negara
Republik Indonesia Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman, baik dari luar maupun dalam
negeri.

36
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Keunggulan

a. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku utama memiliki
tampilan yang hampir mirip dengan buku pembanding, tetapi buku
utama memiliki gambar seperti peta dunia dengan warna yang cerah
dan membuat latar coklat pada buku utama menjadi lebih hidup,
tidak dengan buku pembanding yang hanya terdapat gambar peta
dari negara indonesia dengan latar coklat dan gambar peta juga
hampir menyerupai sehingga jika tidak melihatnya dengan dekat
terlihat tidak terdapat apa apa disana.
b. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font adalah: buku utama memiliki tata letak dan layout
yang tepat, terutama pada tata tulis yang rapi dan memiliki font yang
besar, warna yang di tawarkan juga sangat berani dan mencolok.
Sehingga pembaca akan dengan mudah untuk membaca font
tersebut walaupun dari jauh sekalipun. Sedangkan pada buku
pembanding tata letak yang ditawarkan sedikit menjorok kebawah
dan sub judul dari buku tersebut tidak memiliki warna font yang
sesuai sehingga para pembaca cuman akan melihat judulnya saja
c. Dari aspek isi buku: kedua buku tersebut memiliki isi yang hampir
sama, tetapi pada buku utama penulis menambahkan di belakang
buku mengenai UUD 1945 dan juga UU yang ada di Indonesia
dengan lengkap sehingga pembaca bisa dengan mudah mencari
pasal-pasal yang dibutuhkannya. Sedangkan di buku pembanding,
penulis hanya menjabarkan keterkaitan suatu kasus dengan
beberapa pasal saja. Buku utama memiliki banyak sekali tabel dan
juga pradigma yang membuat pembaca tidak bosen karena isi buku
yang begitu-gitu aja.
d. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah tata bahasa yang di
jabarkan oleh buku utama ditemukan beberapa kata-kata yang tidak
baku dan sesuai, sedangkan dibuku pembanding memiliki tata
bahasa yang tertata rapi.
37
3.2. Kekurangan
a) Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku utama memiliki
tampilan yang begitu ramai akan warna sehingga jika pembaca
adalah penyuka buku-buku dengan cover yang simple akan
membuat buku utama terlihat tidak menarik, sedangkan buku
pembanding memiliki tampilan yang simple dan enak untuk dilihat.
b) Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font adalah: buku utama memiliki terlalu banyak
tulisan di cover dan memiliki font yang berukuran cukup kecil
untuk dibaca para pembaca dari jauh, dan itu membuat para
pembaca harus membaca cover buku tersebut dari dekat. Pada font
setiap BAB pada buku ini juga kurang konsisten dan terlalu banyak
model sehingga buku tersebut terkesan berlebihan berbeda dengan
buku pembanding yang memiliki font yang simple dan tidak banyak
model. Hanya ada 2 model tulisan yang ada didalam buku tersebut
c) Dari aspek isi buku: kedua buku tersebut memiliki isi yang hampir
sama, tetapi pada buku utama memiliki Pradigma Ketatanegaraan
Republik Indonesia yang tidak dijelaskan oleh penulis, sedangkan
pada buku pembanding Pradigma tersebut dijelaskan dengan sangat
baik.
d) Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah tata bahasa yang di
jabarkan oleh buku utama ditemukan beberapa kata-kata yang tidak
baku dan sesuai, sedangkan dibuku pembanding memiliki tata
bahasa yang tertata rapi.

38
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Bangsa ialah sekumpulan orang yang senasib, mempunyai perasaan untuk


bersatu karena memilik kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah serta
pemerintaha sendiri.

Bangsa tersebut terikat karena kesatuan, bahasa, dan wilayah tertentu dibumi
ini. Perjuangan kebangsaan Indonesia dimulai dengan munculnya kesadaran
perjuangan yang bersifat nasional dengan dibentuknya pergerakan nasional Budi
Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Tekad perjuangan kemerdekaan ini ditegaskan
dengan sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dengan ikrar “ Satu Nusa, Satu Bangsa, dan
Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia” .

Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu tonggak sejarah,


bersatu pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 lahirnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Timbulnya negara adalah soal kenyataan. Mungkin sesuatu tidak
akan terjadi apabila Tuhan tidak memperkenankanya. Hak adalah sesuatu yang mutlak
menjadi milik kita dan penggunaanya tergantung kepada mereka sendiri contoh, hak
mendapatkan pengajaran. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab. Warga negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat
diatur oleh pemerintah negara tersebut dan mengakui pemerintahanya sendiri Di
Indonesia, siapa siapa yang menjadi warga negara telah disebutkan dalam Undang
Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2006.

4.2. Saran

Dengan ditulisnya critical book ini yang menjelaskan Hak dan Kewajiban
Warga Negara sebagai anggota masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar benar
memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri
ini. Sehingga jika ada hak – hak yang kita dapatkan kita bisa memperjuangkannya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Sarbaini. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan “Mewujudkan Masyarakat Madani”.


Bandung: Citapustaka Media Perintis

Winarno. 2007. Pradigma Pendidikan Kewarganegaraan “Panduan Kuliah di Perguruan


Tinggi Negeri”. Jakarta: Sinar Grafika Offset

40

Anda mungkin juga menyukai