DISUSUN
OLEH :
NIM : 7203510038
ii
IDENTITAS BUKU
Foto Sampul
ISBN 978-979-010-178-4
Foto Sampul
ISBN 978-602-9434-75-0
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
1
Mereka tidak mau membela negaranya dikala hak paten seni-seni kebudayaaan
Indonesia di bajak dan di akui oleh negara lain.
Dan bahkan mereka banyak mencuri hak – hak rakyat jelata demi kepentingan
perutnya sendiri. Sungguh masih banyak lagi fenomena fenomena yang menimpa
negeri ini. Akankah ini terjadi karena kekurang pahaman masyarakat tentang hak dan
kewajibanya sebagagai warga negara? Atau mereka paham tentang itu, akan tetepi
karena hawa nafsu syaitoniyah- nya telah menguasai akal pikiranya sehingga telah
tertutup kebaikan di dalam jiwanya.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
• Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah
kewarganegaraan;
• Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
• Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup secara berdampingan dengan
sesama;
• Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memenfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
2
BAB II
RINGKASAN BUKU
3
Dengan demikian, dalam kehidupan bagaimanapun nilai tersebut banyak
sekali ragam dan jenisnya. Karena itu nilai dapat golongkan, sehingga nilai
memiliki tingkatan. tingkatan,sebagaimana menurut Notonegoro, yaitu:
• nilai materil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
• Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia ntuk dapat melaksanakan
kegiatan
• Nilai kerohanian yang dibedakan menjadi empat bagian, yaitu: nilai
kebenaran bersumber pada akal pikir manusia (rasio, budi, cipta); nilai
estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia, nilai kebaikan atau nilai
moral bersumber pada kehendak kera, karsa, hati, nurani manusia,
• Nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber pada keyakinan
manusia.
Dalam Filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada tiga tingkatan nilai,
yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai Dasar
Nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar yaitu asas-asas yang kita
terima sebagai dalil yang bersifat sedikit banyak mutlak. Kita menerima nilai
dasar itu sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.
2. Nilai Instrumental
Nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai dasar. Umumnya berbentuk norma
sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan
dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
3. Nilai Praksis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai praksis
sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu
benar-benar hidup dalam masyarakat Indonesia.
Perwujudan Nilai Pancasila Sebagai Bernegara
Sesungguhnya ada hubungan antara nilai dengan norm Norma atau kaidah
adalah aturan pedoman bagi manusia dalam berperilaku sebagai perwujudan nilai.
Sedangkan nilai yang abstrak dan normatif dijabarkan dalam wujud norma. Suatu
nilai mustahil dapat menjadi acuan berperilaku kalau tidak diwujudkan dalam
suatu norma. Dengan demikian pada dasarnya norma adalah perwujudan dari
4
nilai. Dengan begitu. tanpa dibuatkan norma, maka nilai tidak bisa praksis artinya
tidak mampu berfungsi konkrit dalam kehidupan sehari-hari para warga negara .
a. Norma Agama
Moral ini disebut juga dengan norma religi atas kepercayaan. Norma
kepercayaan atau keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Norma ini
ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri. Sumber
norma ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau agama yang oleh pengikut-
pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan. Maka Tuhanlah yang mengancam
pelanggaran-pelanggaran norma kepercayaan atau agama itu dengan sanksi.
b. Norma Moral (etik)
Keberadaan norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau
budi pekerti. Norma moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma
moral menentukan bagaimana kita menilai seseorang. Norma kesusilaan
berhubungan dengan manusia sebagai individu karena manyangkut kehidupan
pribadi. Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari manusia sendiri yang
bersifat otonom dan tidak dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan
kepada sikap batin manusia sanksi atas pelanggaran norma moral berasal dari diri
sendiri.
c. Norma Kesopanan
Dalam hal ini, norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun,
tata krama atau norma fatsoen. Maka norma sopan santun didasarkan atas
kebiasaan bersama, kepatuhan, atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat.
Daerah berlakunya norma kesopanan itu sempit., terbatas secara lokal atau
pribadi. Sopan santun di suatu daerah tidak sama dengan apa yang berlaku di
daerah lain. Berbeda lapiran msyarakat maka mungkin saja berbeda hal hal yang
berkenaan dengan sopan santunnya. Sanksi atas pelanggaran norma kesopana
berasal dari masyarakat setempat.
d. Norma Hukum
Adapun norma hukum berasal dari luar diri manusia. Dalam hal ini norma
hukum berasal dari kekuasaan luar dari manusia yang memaksakan kepada kita.
Masyarakat secara resmi (negara) diberi kuasa untuk memberi sanksi atau
menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang
mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.
5
Sebagai seperangkat nilai dasar, Pancasila harus dijabarkan ke dalam norma
agar praksis dalam kehidupan berbangsa. Norma yang tepat sebagai penjabaran
atas nilai dasar Pancasila tersebut adalah norma etik dan norma hukum. Pancasila
dijabarkan sebagai norma etik karena pada dasarnya nilai-nilai dasar Pancasila
adalah nilai-nilai moral. Jadi Pancasila menjadi semcam etika perilaku para
penyelenggara negara dan masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai
normatif itu sendiri.
a. Etika Sosial dan Budaya
Dalam konteks ini, etika tersebut bertitik tolak dari rasa manusiaan yang
mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling
memahami, saling menghargai, ling mencintai, dan tolong menolong di antara
sesama manusia dan anak bangsa.
b. Etika Pemerintahan dan Politik
Keberadaan etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan emerintahan yang
bersih, efisien, dan efektif serta enumbuhkan suasana politik yang demokratis
yang bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi
masyarakat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk
menerima pendapat yang lebih oenar walau datang dari orang per orang ataupun
kelompok orang serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, etika pemerintahan
mengamanatkan agar pejabat memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan
pelayanan kepada publik, siap mundur apabila merasa dirinya telah melanggar
kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah
masyarakat, bangsa dan negara.
c. Etika Ekonomi dan Bisnis
Keberadaan etika ini dimaksudkan agar prinsip perilaku, baik oleh pribadi,
isntitusi maupun pengambilan keputusan dalam bidang ekonomi, dapat
melahirkan ini dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur
berkeadilan, mendorong berkembangnya etis kerja ekonomi daya tahan
ekonomui, kemampuan saing, dan tercipta, suasana kondusif, untuk
pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usahausaha bersama secara
berkesinambungan. Menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli,
oligopoli kebijakan ekonomi yang bernuansa KKN, maupun rasial yang
bedampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan, serta
menghindarkan perilaku menghalalkan cara dalam memperoleh keuntungan
ekonomi pribadi.
6
d. Etika Penegakan Hukum Yang Berkeadilan
Sejatinya, etika ini dimaksudkan untu menumb kesadaran bahwa tertib
sosial, ketenangan dan ket hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ke
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang
menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan dan menuju kepada
pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan
Kedudukan etika keilmuan dapat diwujudkan dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis,
logis, dan objektif. Dengan demikian, etika ini ditampilkan secara pribadi
maupun kolektif dalam perilaku gemar membaca, belajar, meneliti, menulis,
membahas dan kreatif dalam menciptakan karya-karya baru serta secara bersama-
sama menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Etika disiplin kehoidupan menegaskan pentingnya budaya kerja keras
dengan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin, dalam berpikir dan
berbuat serta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik.
Selain itu, etika ini men dorong tumbuhnya kemampuan menghargai hambatan,
rintangan, dan tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi
peluang, mampu menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru
dan tahan uji serta pantang menyerah.
B. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Kedudukan utama Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebagai dasar negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketentuan Pembukaan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa: ”...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang. Undang Dasar Negara lndonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, perasatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kata “berdasarkan” tersebut secara jelas menyatakan bahwa Pancasila yang
terdiri atas lima sila merupakan dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Perwujudan Ideologi Pancasila sebagai cita-cita Bernegara
7
• Religius
• Manusiawi
• Bersatu
• Demokratis
• Adil
• Sejahtera
• Maju
• Mandiri
• Baik dan Bersih dalam penyelenggaraan Negara
8
common platform atau common denominator masyarakat Indonesia yang lural.
Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang ini
Jadi Sejatinya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan Pandangan dunia
yang“ khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan
bangsa.
9
Indonesia dan undang-undang” sebagai pelaksana dari Pasal 26 UUD 1945
tersebut adalah Undang-Undang Nomor 62 Tahun ' 1958 yang diundangkan pada
11 Januari 1958. Meskipun undang-undang ini sudah berumur lama tetapi pada
masa sekarang masih dipakai sebelum diadakan undang-undang yang baru.
Hak dan Kewaiiban Warga Negara Indonesia
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Negara Lain
“Wujud hubungan antara warg. negara dengan negara 9 da umunya berupa
perasaan (role). Perasaan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai
dengan status yang dimiliki dalam hal ini sebagai warga negara. Secara teori,
status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif, dan positif. Peranan warga
negara juga meliputi peranan yang pasif, aktif, negatif, dan positif. (Cholisin,
2000)
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
1). Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai
berikut.
a) hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
b) Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
c) Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu Kemerdekaan ' berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undangundang.
2). Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945
• Ayat (1) berbunyi bahwa : “Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa. ” Ini berarti bahwa bangsa Indonesia percaya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Ayat (2) berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu” )
3). Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
Yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara. Dinyatakan bahwa Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
10
4). Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945
Yaitu hak untuk mendapat pengajaran. Ayat (1) menerangkan bahwa tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Sedangkan dalam ayat (2)
dijelaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945.
5). Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional
Indonesia. Pasal 32 UUD 1945 ayat 1 menyatakan
6). Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33
ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945
7). Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD 1945
dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.
11
Demokrasi pada masa lalu dipahami hanya sebagai bentuk pemerintahan.
Demokrasi adalah salah satu bentuk Pemerintahan. Tetapi sekarang ini demokrasi
dipahami lebih luas lagi sebagai sistem pemerintahan atau politik. Konsep
demokrasi sebagai bentuk pemerintahan berasal dari para filsuf Yunani. Dalam
pandangan ini, demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan.
4. Demokrasi sebagai Sistem Politik
Pada masa sekarang demokrasi dipahami tidak semata suatu bentuk
pemerintahan tetapi sebagai sistem politik. Sistem politik cakupannya lebih luas
dari sekedar bentuk pemerintahan. Beberapa ahli telah mendefinisikan demokrasi
sebagai sistem politik.
5. Demokrasi sebagai Sikap Hidup
Perkembangan baru menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya dipahami
sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami
sebagai sikap hidup atau pandangan hidup demokratis.
B. Demokratisasi
Di samping kata demokrasi, dikenal juga istilah demokrasi. Demokratisasi
adalah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada setiap
kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik
yang bercirikan demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan
menuju pada sistem pemerintahan yang lebih demokratis
1. Nilai (Kultur) Demokrasi.
”Henry B. Mayo dan Mirriam Budiardjo (1990) menyebutkan adanya delapan
nilai demokrasi, yaitu:
• Menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan sukarela;
• Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang selalu berubah
• Pergantian penguasa dengan teratur;
• Penggunaan paksaan sesedikit mungkin;
• Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman;
• Menegakkan keadilan
• Memajukan ilmu pengetahuan; h Pengakuan dan penghormatan
terhadap kebebasan.
2. Lembaga (Struktur) Demokrasi
12
Di samping adanya nilai-nilai demokrasi, untuk terwujudnya sistem politik
demokrasi dibutuhkan lembaga-lembaga demokrasi yang menopang sistem
politik tersebut. Menurut Mirriam Budiarjo (1997).
3. Ciri Demokratisasi
Demokrasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut. (Maswadi Rauf, 1997)
• Berlangsung secara evolusioner
Demokratisasi berlangsung dalam waktu yang lama. Berjalan secara
perlahan, bertahap, dan bagian demi bagian. Mengembangkan nilai
demokrasi dan membentuk lembagalembaga demokrasi tidak dapat
dilakukan secepat mungkin dan segera selesai.
• Proses perubahan secara persuasif bukan koersif Demokratisasi dilakukan
bukan dengan paksaan, kekerasan bukanlah cara-cara yang demokratis.
• Proses yang tidak pernah selesai.
C. Demokrasi di Indonesia
1). Demokrasi Desa
2). Demokrasi Pancasila
3). Perkembangan Demokrasi Indonesia
Lahirnya konsep demokrasi dalam sejarah modern Indonesia dapat
ditelusuri pada sidang-sidang BPUPKI antara bulan Mei sampai Juli 1945.
Meskipun pemikiran mengenai demokrasi telah ada pada para pemimpin bangsa
sebelumnya, namun pada momen tersebut, pemikiran menganai demokrasi
semakin mengkristal menjadi wacana publik dan politis. Ada kesamaan
pandangan dan konsensus politik dari para peserta sidang BPUPKI bahwa
kenegaraan Indonesia harus berdasarkan kerakyatan/kedaulatan rakyat atau
demokrasi.
D. Sistem Politik Demokrasi 1. Landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
Berdasarkan pada pembagian sistem politik, ada dua pembedaan, yaitu
sistem politik demokrasi dan sistem politik nondemokrasi (Samuel Huntington,
20010. Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur dan
kelembagaan yang demokratis. Sistem politik demokratis diyakini mampu
menjamin hak kebebasan warga negara, membatasi kekuasaan pemerintahan dan
13
memberikan keadilan. Banyak negara menghendaki sistem politiknya adalah
sistem politik demokrasi.
2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia sebagai
berikut.
a. Ide kedaulatan rakyat
Bahwa yang berdaulat di negara demokrasi adalah rakyat. Ide ini menjadi gagasan
pokok dari demokrasi; Tercermin pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi
“kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD”. b Negara
berdasar atas hukum Negara demokrasi adalah juga negara hukum. Negara
nukum Indonesia menganut hukum dalam arti materiil (luas) untuk mencapai
tujuan nasional. Tercermin pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah negara hukum”. b. Bentuk republik
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kc» pentingan umum
(republika). Negara Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan
kepentingan umum. Tercermin pada Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.
Pemerintahan berdasarkan konstitusi Penyelenggaraan pemerintahan menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan dan berlandaskan konstitusi atau
undang-undang dasar yang demokratis. Tercermin pada Pasal 4 ayat (1) UUD
1945, bahwa “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut 9 Undang-Undang Dasar”. Pemerintahan yang bertanggung jawab. Pada
dasarnya, pemerintahan menjalankan amanat rakyat ' untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Demokrasi yang di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan
UUD”. Negara demokrasi adalah juga negara hukum. Negara hukum Indonesia
menganut hukum dalam arti materiil (luas) untuk mencapai tujuan nasional.
Tercermin pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia
adalah negara hukum”.
c. Bentuk republik
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kepentingan umum
(republika). Negara Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan
kepentingan umum. Tercermin pada Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. d.
Pemerintahan berdasarkan konstitusi.
14
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan
perundangundangan dan berlandaskan konstitusi atau undang-undang dasar yang
demokratis. Tercermin pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, bahwa “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UndangUndang Dasar”.
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
Pemerintahan selaku penyelenggara negara merupakan pemerintahan yang
bertanggungjawab atas segala tindakannya. Berdasarkan demokrasi Pancasila.
Pemerintahan ke bawah bertanggung jawab kepada rakyat dan ke atas
bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Sistem perwakilan
Pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia sebagai berikut
• Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Di
samping adanya pemerintahan pusat terdapat pemerintahan daerah yang
memiliki hak otonom.
• Bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensiil.
• Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5
tahun.
• Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab
kepada presiden. Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR maupun
DPR. Di samping kabinet, presiden dibantu oleh suatu dewan
pertimbangan.
• Parlemen terdiri dari dua (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan anggota MPR.
DPR terdiri atas para wakil yang dipilih rakyat melalui pemilu dengan
sistem properrsional terbuka. Anggara DPD adalah para wakil dari masing
masing provinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan
sistem distrik berwakil banyak. Selain lembaga DPR dan DPD, terdapat
DPRD Provinsi dan DPRD
• Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden,
anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD
Kabupaten/Kota dan kepala daerah.
15
• Sistem multipartai. Banyak sekali partai politik yang bermunculan di
Indonesia terlebih setelah berakhir Orde Baru. Pemilu 1999 diikuti 48
partai politik. Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik.
• Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta
sebuah Mahkamah Konstitusi. Lembaga negara lainnya adalah Badan
Pemeriksa Keuangan dan Komisi Y
g. Masa Depan Demokrasi
“Demokrasi bisa ditincas untuk sementara karena kesalahannya sendiri,
tetapi setelah ia mengalami cobaan yang pahit, ia akan muncul dengan penuh
keinsafan”. Demikian ucapan Mohammad Hatta (1966) atas keyakinannya bahwa
demokrasi pasti akan hidup dan punya masa depan. Dewasa ini demokrasi telah
menjadi tolak ukur tak terbantah keabsahan politik semua bangsa di dunia. Setiap
negara mengaku diri sebagi negara demokrasi dengan sedap t mungkin
menuniukkan atribut-am'but demokrasi yang di ' i
h. Pendidikan Demokrasi
Berdasar pada uraian-uraian sebelumnya dapat diambil esimpulan bahwa
sistem politik demokrasi suatu negara erkaitan dengan dua hal yaitu insitusi
(struktur) demokrasi an perilaku (kultur) demokrasi.
16
Disebutkan bahwa suatu negara harus memiliki 3 (tiga) unsur penting, yaitu
rakyat, Wilayah dan pemerintahan. Sejalan dengan itu, Mac Iver merumuskan
bahwa suatu negara harus memenuhi 3 (tiga) unsur pokok, yaitu pemerintahan,
komunitas atau rakyat, dan wilayah tertentu. Tiga unsur m perlu ditunjang dengan
unsur lainnya seperti adanya konstitusi dan pengakuan dunia internasional yang
oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.
C. Konsep Negara Hukum
1. Konstitusi dan Konstitusionalisme
Pada bab-bab sebelumnya telah dipelajari konsep mengenai Negara. Negara
adalah suatu unsur rakyat(penduduk),wilayah dan pemerintah. Pemerintah adalah
salah satu unsur Negara. Pemerintahlah yang menyelenggarakan dan
melaksanakan tugas tugas demi terwujudnya tujuan bernegara.
2. Pengertian Negara Hukum
Sesuai dengan uraian di atas, mka pengertian Negar hukum secara sederhana
adalah Negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan
atas hukum. Di Negara yang berdasarkan atas hukum maka Negara termasuk di
dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum. Dalam Negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003).
3. Negara Hukum Formal dan Negara Hukum Material
Salah satu ciri penting dalam Negara yang menganut konsdtusionalisme
yang hidup pada abad ke-19 adalah sifat pemerintahannya pasif, artinya
pemerintah hanya sebagai wasit atau pelaksana dan' berbagai keinginan rakyat
yang dirumuskan para wakilnya diparlemen. Di sini peranan Negara lebih kecil
daripada peranan rakyat karena pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk
pada) keinginan-keinginan rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk
menjadi keputusan parlemen.
D. Ciri-ciri Negara Hukum
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah Negara hukum formil
atau Negara hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah
dikemukakan bahwa Negara bukan merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat
atau Rule of law. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum
17
EropaContinental sedang istilah Rule of Law di diberikan oIeh para ahli hukum
continental sedang istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli hukum continental
memberikan ciri-ciri rechtsstaat sebagai berikut:
1. HAM
2. pemisahan atau pembagian kekuasan untuk menjamin hal asasi manusia yang
biasa dikenal sebagai trias politika
3. pemerintah berdasarkan peraturan peraturan
4. peralihan administrasi dalam perselisihan
18
Istilah Hak Asasi Manusia mulai populer setelah adanya Universal
Declaration of Human Right yang disetujui Majelis Umum PBB tanggal 10
Desember 1948. Suatu standar pencapaian yang berlaku umum untuk semua
rakyat dan semua bangsa”, berkaitan dengan hak dasar manusia (Nickel, 1996).
C. Islam dan Perdamaian
Islam bukan merupakan agama yang tertutup dan dimonopoli oleh satu
bangsa saja, tetapi merupakan agama yang terbuka bagi semua orang yang
mencari dan meyakini kebenaran. Ia merupakan agama universal bagi seluruh
umat manusia yang hidup di segala tempat dan waktu. Karena itu adalah
kewajaran bahwa Islam memperhatikan pentingnya menata kehidupan yang
penuh perdamaian di seluruh penjuru dunia dan di segalan waktu.
19
dalam GBHN 1972 adalah sama dengan rumusan ketahanan nasiOnal tahun 1972
dari Lemhanas. Konsep ketahanan nasional berikut perumusan yang demikian
berlanjut pada GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988. 3. Unsur-unsur
Ketahanan Nasional
a. Gatra dalam Ketahanan Nasional
Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ ketahanan nasional
suatu negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya
mengenai unsur-unsur kekuatan nasional suatu negara.
b. Pembelaan Negara
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan
negara. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga
negara untuk mewujudkan ketahanan nasional.
20
menegakkan konsep hidup yang demokratis dan menghargai hak-hak asasi
manusia.
D. Pengembangan Masyarakat Madani
Adapun yang dimaksudkan dengan pengembangan masyarakat madani
adalah supaya mewujudkan cita-cita dan karakteristik masyarakat madani
sehingga kehidupan masyarakat yang diinginkan benar-benar terwujud. Oleh
sebab itu, adalembagalembaga yang diperlukan dan berfungsi mengkritisi
kebijakan-kebijakan penguasa agar tidak menyimpang dari cita-cita masyarakat
madani. Sebagamana halnya, dengan masih adanya berbagai kebijakan yang
diskriminatif sehingga mengekalkan semakin banyaknya masyarakat tertindas.
Dengan demikian, diperlukan kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Pers, supremasi hukum, perguruan tinggi dan partai politik.
Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang asing. Pancasila terdiri
atas 5 (lima) sila, tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV dan diperuntukkan sebagai
dasar negara Republik Indonesia. Meskipun di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut tidak
secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namun sudah dikenal luas bahwa 5 (lima) sila yang
dimaksud adalah Pancasila untuk dimaksudkan sebagai dasar negara.
3) Persatuan Indonesia
21
Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang
merupakan perasan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah
1) Nilai Ketuhanan;
2) Nilai Kemanusiaan;
3) Nilai Persatuan;
Ada hubungan antara nilai dengan norma. Norma atau kaidah adalah aturan
pedoman bagi manusia dalam berperilaku sebagai perwujudan dari nilai. Nilai yang
abstrak dan normatif dijabarkan dalam wujud norma. Sebuah nilai mustahil dapat
menjadi acuan berperilaku kalau tidak diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan
demikian pada dasarnya norma adalah perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma,
nilai tidak bisa praktis artinya tidak mampu berfungsi konkret dalam kehidupan sehari-
hari. norma yag kita kenal dalam kehiduan sehari hari ada 4 yaitu:
1) norma agama
2) norma moral
3) norma kesopanan
4) norma hukum
22
pada bagian Pembukaan Alinea IV. Penegasan akan kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara semakin kuat dengan keluarnya Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998
tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pencabutan Ketetapan MPR
No. II/MPR/1978 tentang P4. Pasal I ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Pereduksian dan pemaknaan atas Pancasila dalam pengertian yang sempit dan politis
ini berakibat pada:
Dewasa ini khususnya di era reformasi, ada keinginan berbagai pihak dan
kalangan untuk melakukan penafsiran kembali atas Pancasila dalam kedudukannya
bagi bangsa dan negara Indonesia. Terdapat berbagai istilah seperti reposisi,
reaktualisasi, redefinisi, radikalisasi, revitalisasi, reimplementasi, rejuvenasi,
dekonstruksi ideologi, dan lain-lain. Beragam istilah tersebut pada dasarnya
berkeinginan untuk menempatkan kembali kedudukan, posisi serta penafsiran atas
Pancasila pada bangunan negara Indonesia agar Pancasila tidak lagi ”terdistorsi dan
terdiskreditkan ” karena pengalaman masa lalu. Pendapat berbagai pihak khususnya
para ahli tersebut patut dihargai sebagai suatu wujud kecintaan terhadap bangsa dan
negara.
23
b. dimensi idealitasnya, dalam arti idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekadar otopi tanpa makna, melainkan diobj ektifkan sebagai sebuah ”kata kerja”
untuk menggairahkan masyarakat dan terutama para penyelenggara negara menuju
harus esok yang lebih baik;
c. dimensi fleksibilitasnya, dalam arti Pancasila bukan barang yang beku, dogmatis
dan sudah selesai. Pancasila terbuka _bagi tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan
zaman yang terus berubah. Pancasila tanpa kehilangan nilai dasarnya yang hakiki tetap
aktual, relevan dan fungsional sebagai tiang penyangga kehidupan berbangsa dan
bernegara.
a) Fungsi regulatif, artinya cita hukum menguji apakah hukum yang dibuat adil
atau tidak bagi masyarakat;
b) fungsi konstitutif, artinya fungsi yang menentukan bahwa tanpa dasar cita
hukum maka hukum yang dibuat akan kehilangan maknanya sebagai hukum.
• Norma dasar;
• Staatsfundamentalnorm;
• Norma pertama;
1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, citacita,
dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar,
ide. Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan ”cita-cita”. Cita-cita
yang dimakSud adalah cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan/paham.
24
Ada dua fungsi utama ideologi dalam masyarakat (Ramlan Surbakti, 1999), Pertama,
sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu
masyarakat. Kedua, sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi di masyarakat. Dalam kaitannya dengan yang
pertama, nilai dalam ideologi itu menjadi Cita-cita atau tujuan dari masyarakat. Tujuan
hidup bermasyarakat adalah untuk mencapai terwujudnya nilai-nilai dalam ideologi
itu. Adapun dalam kaitannya yang kedua, nilai dalam ideologi itu merupakan nilai
yang disepakati bersama sehingga dapat mempersatukan masyarakat itu, serta nilai
bersama tersebut dijadikan acuan bagi penyelesaian suatu masalah yang mungkin
timbul dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Banyak pihak telah sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan titik
temu, rujukan bersama, commom platform, kesapakatan bersama dan nilai integratif
bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa Pancasila adalah ideologi
nasional inilah yang harus terus kita pertahankan dan tumbuh kembangkan dalam
kehidupan bangsa yang plural ini.
Pancasila sebagai nilai integratif, sebagai sarana pemersatu dan prosedur penyelesaian
konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan bernegara. Pancasila sebagai
sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik itulah yang
terkandung dalam nilai integratif Pancasila. Pancasila sudah diterima oleh masyarakat
Indonesia sebagai'sarana pemersatu, artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila
menjadi semacam social ethics dalam masyarakat yang heterogen.
25
F. PENGAMALAN PANCASILA
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi
ke luar dan ke dalam. Jadi, mereka diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara.
Jadi, bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta
tunduk pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan. Setelah mereka bernegara,
terciptalah bangsa. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah
terciptanya negara Indonesia.
Melalui pemahaman yang kurang lebih sama, bangsa pada dasarnya memiliki dua arti
yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan (cultural unity) dan bangsa dalam
pengertian politik kenegaraan (political unity). (AT Soegito, 2004). Cultural unity
adalah bangsa dalam pengertian antropologi/sosiologi, sedangkan political unity
adalah bangsa dalam pengertian politik kenegaraan.
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa negara, yaitu model
ortodoks dan model mutakhir. (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks
yaitu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa itu
26
membentuk satu negara tersendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan
negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Setelah ban gsanegara ini terbentuk maka
rezim politik (penguasa) dirumuskan berdasarkan konstitusi negara yang selanjutnya
dikembangkan oleh partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsa-negara
yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih
dahulu yang terbentuk melalui Proses tersendiri, sedangkan penduduk negara
merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah kemunculan negara
Amerika Serikat pada tahun 1776.
B. IDENTITAS NASIONAL
• primordial
• sakral
• tokoh
• sejarah
• perkembangan ekonomi
• kelembagaan
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat askriptif (sudah
ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer, dan etnik.
Setiap anggota cultural unity memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya.
Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabat, daerah asal, dan bahasanya.
2. Unsur-Unsur Negara
Dari beberapa pendapat mengenai negara tersebut, dapat disimpulkan bahwa negara
adalah organisasi yang di dalamnya harus ada rakyat, wilayah yang permanen dan
27
pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar). Hal di atas disebut unsur-
unsur negara. Unsur-unsur negara meliputi:
a. rakyat
Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk pada kekuasaan
negara dan mendukung negara yang bersangkutan.
b. wilayah
Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat tinggal bagi rakyat
negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah negara
mencakup wilayah darat, laut, dan udara.
”Secara teoretis” yang dimaksud adalah, para ahli politik dan hukum tata negara
berusaha membuat teoretisasi tentang terjadinya negara. Dengan demikian, apa yang
dihasilkan lebih karena hasil pemikiran para ahli tersebut, bukan berdasarkan
kenyataan faktualnya. beberapa teori terjadinya negara adalah sebagai berikut :
1) teori hukum alam teori hukum alam merupakan hasil pemikiran paling awal 2) teori
ketuhanan teori ini terjadi karena adanya paham agama
3) teori perjanjian
perjanjian yang muncul karena reaksi atas teori hukum alam dan kedaulatan Tuhan.
Menurut pandangan ini dalam kenyataannya, terjadinya negara bukan disebabkan oleh
teori-teori seperti di atas. Negara-negara di dunia ini terbentuk karena melalui
beberapa proses, seperti:
• pemecahan,
• pemisahan diri,
28
• penyerahan/pemberian, dan
Fungsi negara merupakan gambaran apa yang dilakukan negara untuk mencapai
tujuannya. Fungsi negara dapat dikatakan sebagai tugas daripada negara. Negara
sebagai organisasi kekuasaan dibentuk untuk menjalankan tugastugas tertentu.
Negara kita adalah negara Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 disingkat
negara RI Proklamasi. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa negara Indonesia
yang didirikan ini tidak bisa lepas dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945. Dengan momen Proklamasi 17 Agustus 1945 itulah, bangsa Indonesia
berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar mengenai adanya
negara baru, yaitu Indonesia
Tujuan negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Secara rinci sebagai berikut:
29
Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat,
mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang
tinggi serta berdisiplin (Tap MPR No. VII/MPR/2001)
disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat
sekunder oleh karena identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan
identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara
askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional itu, warga bangsa telah
memiliki identitas primer yaitu identitas kesukuban gsaan. Beberapa bentuk identitas
nasional Indonesia, adalah sebagai berikut.
a. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan
yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928.
Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas _ nasional Indonesia.
b. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih Warna merah berarti berani dan putih
berarti suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia
yang kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera warna merah putih
dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada
peristiwa Sumpah Pemuda.
d. Lambang negara yaitu Garuda Pancasila Garuda adalah burung khas Indonesia
yang dijadikan lambang negara.
e. Semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita
heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia.
f. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila Berisi lima nilai dasar yang dijadikan
sebagai dasar filsafat dan ideologi dari negara Indonesia. Pancasila merupakan
identitas nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi nasional
Indonesia.
g. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 Merupakan hukum dasar
tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan perundangan dan
dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
30
h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat Bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik
yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat disepakati untuk tidak ada
perubahan.
1. Warga Negara
Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi
perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari suatu negara. Kita juga
sering mendengar kata-kata seperti warga desa, warga kota, warga masyarakat, warga
bangsa, dan warga dunia. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga
negara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu negara.
2. Kewarganegaraan
31
2) Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas
yaitu asas ius soli dan asas ius sangumzs. Ius artinya dalil. Soli berasal dari kata solum
yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.
Indonesia.
A. KONSTITUSIONALISME
Gagasan bahwa kekuasaan negara harus dibatasi serta hak-hak dasar rakyat dijamin
dalam suatu konstitusi negara dinamakan konstitusionaiisme. Carl J. Friedrich
32
berpendapat “konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu
kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk pada
beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberijaminan bahwa kekuasaan yang
diperlukan untuk pemerintahan tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat
tugas untuk memerintah. Pembatasan yang dimaksud termaktub dalam konstitusi.”
(Taufiqurrohman Syahuri, 2004)
Kata demokrasi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu a. pengertian secara bahasa
atau etimologis, dan b. pengertian secara istilah atau terminologis.
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dan bahasa Yunani lagi;: demos
yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintah atau kekuasaan
Dari sudut terminologi, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli politik. Masing-masing memberikan definisi dari sudut pandang yang
berbeda. Berikut ini beberapa definisi tentang demokrasi.
a. Menurut Harris Soche Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu
kekuasaan Pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan
merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan
melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lam atau badan yang diserahi
untuk memerintah.
Demokrasi pada masa lalu dipahami hanya sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi
adalah salah satu bentuk pemerintahan. Akan tetapi, sekarang ini demokrasi dipahami
lebih luas lagi sebagai sistem pemerintahan atau politik. Konsep demokrasi sebagai
bentuk pemerintahan berasal dari para filsuqunarii, Dalam pandangan ini, demokrasi
merupakan salah satu bentuk pemerintahan.
Pada masa sekarang demokrasi dipahami tidak semata suatu bentuk pemerintahan
tetapi sebagai sistem politik Sistem politik cakupan yang lebih dari sekedar bentuk
pemerintahan.
B. DEMOKRATISASI
33
Di samping kata demokrasi, dikenal juga istilah demokratisasi. Demokratisasi adalah
penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada setiap kegiatan politik
kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan
demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju pada sistem
pemerintahan yang lebih demokratis.
C. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Demokrasi Desa
2. Demokrasi Pancasila
Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan
yang demokratis.
b. Negara berdasar atas hukum Negara demokrasi adalah juga negara hukum. c.
Bentuk republik
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule of Law.
Rechsstaat atau Rule of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan
34
yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan negara
(hukum) merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan,
Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup
pada abad ke-1 9 adalah sifat pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya
sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yan g dirumuskan para
wakilnya di parlemen. Di sini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat
karena pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-keinginan
rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk menjadi keputusan parlemen.
Jawaban atas pertanyaan di muka menjadi hakikat dari Wawasan Nusantara. Kita
memandang bangsa Indonesia dengan nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi,
hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah nasional.
(Ingat, rumusan dalam GBHN --persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah-). Dengan kata lain, hakikat Wawasan Nusantara adalah ”persatuan bangsa
dan kesatuan wilayah”. Bangsa Indonesia yang dari aspek sosial budaya adalah
beragam serta dari segi kewilayahan bercorak nusantara, kita pandang merupakan satu
kesatuan yang utuh.
1. Aspek historis.
35
BAB VIII : KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI
INDONESIA
A. PEMBELAAN NEGARA
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan negara.
Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga negara untuk
mewujudkan ketahanan nasional.
Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah
kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara yang terletak pada Tentara
Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 27 dan 30 UUD 1945, masalah bela
negara dan pertahanan negara merupakan hal dan kewajiban setiap warga negara
Republik Indonesia Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman, baik dari luar maupun dalam
negeri.
36
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Keunggulan
a. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku utama memiliki
tampilan yang hampir mirip dengan buku pembanding, tetapi buku
utama memiliki gambar seperti peta dunia dengan warna yang cerah
dan membuat latar coklat pada buku utama menjadi lebih hidup,
tidak dengan buku pembanding yang hanya terdapat gambar peta
dari negara indonesia dengan latar coklat dan gambar peta juga
hampir menyerupai sehingga jika tidak melihatnya dengan dekat
terlihat tidak terdapat apa apa disana.
b. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font adalah: buku utama memiliki tata letak dan layout
yang tepat, terutama pada tata tulis yang rapi dan memiliki font yang
besar, warna yang di tawarkan juga sangat berani dan mencolok.
Sehingga pembaca akan dengan mudah untuk membaca font
tersebut walaupun dari jauh sekalipun. Sedangkan pada buku
pembanding tata letak yang ditawarkan sedikit menjorok kebawah
dan sub judul dari buku tersebut tidak memiliki warna font yang
sesuai sehingga para pembaca cuman akan melihat judulnya saja
c. Dari aspek isi buku: kedua buku tersebut memiliki isi yang hampir
sama, tetapi pada buku utama penulis menambahkan di belakang
buku mengenai UUD 1945 dan juga UU yang ada di Indonesia
dengan lengkap sehingga pembaca bisa dengan mudah mencari
pasal-pasal yang dibutuhkannya. Sedangkan di buku pembanding,
penulis hanya menjabarkan keterkaitan suatu kasus dengan
beberapa pasal saja. Buku utama memiliki banyak sekali tabel dan
juga pradigma yang membuat pembaca tidak bosen karena isi buku
yang begitu-gitu aja.
d. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah tata bahasa yang di
jabarkan oleh buku utama ditemukan beberapa kata-kata yang tidak
baku dan sesuai, sedangkan dibuku pembanding memiliki tata
bahasa yang tertata rapi.
37
3.2. Kekurangan
a) Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku utama memiliki
tampilan yang begitu ramai akan warna sehingga jika pembaca
adalah penyuka buku-buku dengan cover yang simple akan
membuat buku utama terlihat tidak menarik, sedangkan buku
pembanding memiliki tampilan yang simple dan enak untuk dilihat.
b) Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font adalah: buku utama memiliki terlalu banyak
tulisan di cover dan memiliki font yang berukuran cukup kecil
untuk dibaca para pembaca dari jauh, dan itu membuat para
pembaca harus membaca cover buku tersebut dari dekat. Pada font
setiap BAB pada buku ini juga kurang konsisten dan terlalu banyak
model sehingga buku tersebut terkesan berlebihan berbeda dengan
buku pembanding yang memiliki font yang simple dan tidak banyak
model. Hanya ada 2 model tulisan yang ada didalam buku tersebut
c) Dari aspek isi buku: kedua buku tersebut memiliki isi yang hampir
sama, tetapi pada buku utama memiliki Pradigma Ketatanegaraan
Republik Indonesia yang tidak dijelaskan oleh penulis, sedangkan
pada buku pembanding Pradigma tersebut dijelaskan dengan sangat
baik.
d) Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah tata bahasa yang di
jabarkan oleh buku utama ditemukan beberapa kata-kata yang tidak
baku dan sesuai, sedangkan dibuku pembanding memiliki tata
bahasa yang tertata rapi.
38
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bangsa tersebut terikat karena kesatuan, bahasa, dan wilayah tertentu dibumi
ini. Perjuangan kebangsaan Indonesia dimulai dengan munculnya kesadaran
perjuangan yang bersifat nasional dengan dibentuknya pergerakan nasional Budi
Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Tekad perjuangan kemerdekaan ini ditegaskan
dengan sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dengan ikrar “ Satu Nusa, Satu Bangsa, dan
Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia” .
4.2. Saran
Dengan ditulisnya critical book ini yang menjelaskan Hak dan Kewajiban
Warga Negara sebagai anggota masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar benar
memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri
ini. Sehingga jika ada hak – hak yang kita dapatkan kita bisa memperjuangkannya.
39
DAFTAR PUSTAKA
40