Latar Belakang
Beranjak pada tahun 80-an kesulitan untuk mendirikan bank syariah masih
membelenggu masyarakat muslim karena di samping dominasi sistem bunga pada saat
itu masih sangat kuat, faktor legitimasi dalam praktik perbankan Indonesia masih di
dasarkan pada UU No 1 tahun 1967 tentang perbankan. Hingga pada era 90-an tepatnya
pada tahun 1992, masyarakat muslim Indonesia berhasil mendirikan Bank Muamalat
Indonesia sebagai Bank Islam pertama yang tergolong lambat dibandingkan dengan
Negara lain seperti Arab, Bahrain, Malaysia bahkan Afrika yang lebih dulu menelorkan
sistem syariah. Meskipun tergolong terlambat dalam melahirkan sistem syariah, namun
fenomena ini tidak menyurutkan semangat para muslim untuk tetap gencar
menyuburkan praktik pebankan syariah di Indonesia. Islami diharapkan mampu
menyuntikkan disiplin sekaligus mendorong untuk terpenuhinya regulasi
1
syariah.Percepatan pertumbuhan akuntansi tersebut tidak selamanya memberikan jalan
lurus. Hal ini terjadi karena adanya anggapan yang berkaitan dengan akuntansi itu
sendiri. Anggapan tentang akuntansi sebaga ilmu pengetahuan dan praktik yang bebas
dari nilai (value free) pada akhir tahun 1970- an sudah mulai digoyang keberadaannya.
Keadaan semacam ini semakin kuat karena adanya kecenderungan perilaku masyarakat
yang terbawa oleh arus era informasi dan globalisasi. Ciri utama dari era informasi dan
globalisasi adalah adanya kecenderungan untuk melakukan harmonisasi sesuatu
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini yakni :
Landasan Teori
Akuntansi syariah tidak tepat jika belum ada perhitungan keuangan yang harus
rinci dan tertulis secara jelas, agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang mudah
dipahami oleh semua pihak. Dalam penyajian suatu laporan keuangan akuntansi syariah
harus memperhatikan beberapa faktor yang diantaranya adalah pernyataan posisi
keuangan, pernyataan pendapatan dan pernyataan perubahan saham.Seperti diketahui
bahwa produk dari proses akuntansi itu adalah laporan keuangan suatu satuan usaha.
Manajemen satuan usaha itulah yang bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan tersebut. Hal ini adalah sesuai dengan tujuan laporan keuangan itu
sendiri seperti yang diamanatkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (1999:1.2) dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keungan (PSAK) No.1 bahwa laporan keuangan untuk
tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan kinerja dan arus
kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. AICPA (American Institute of Certified Public
Accountant) mendefinisikan sebagai berikut : “Akuntansi adalah seni pencatatan,
2
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter,
transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan, dan termasuk
menafsirkan hasil-hasilnya.”
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
3
Prinsip Akuntansi Syariah
1. Prinsip pertanggungjawaban
2. Prinsip keadilan
Akuntansi syariah juga berjalan menggunakan prinsip keadilan sesuai dengan yang
diajarkan dalam agama Islam. Setiap manusia harus berperilaku adil kepada
siapapun.Prinsip keadalian dalam akuntansi syariah sendiri memiliki pengertian.
Dengan prinsip keadilan yang berkaitan dengan praktek moral, yakni kejujuran.
Kejujuran ini sangat penting supaya informasi akuntansi yang disajikan tidak
menyesatkan dan merugikan masyarakat.
3. Prinsip kebenaran
Dalam perkembangan akuntansi tradisional dan juga syariah di mana dalam hal ini
memiliki perbedaan di antara keduanya sebagai berikut :
4
1. Perbedaan paling utama antara asuransi syariah dan asuransi konvensional (Non
Sayriah) adalah dari konsep pengelolaannya. Proteksi Syariah memiliki konsep
pengelolaan Sharing Risk sedangkan Asuransi Konvensional (Non Syariah)
Transfer Risk.
2. Konsep pengelolaan asuransi konvensional berupa Transfer Risk adalah
perlindungan dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan ke perusahaan asuransi sebagai
penanggung risiko. Atau dengan kata lain Peserta dengan membeli atau
bergabung sebagai peserta asuransi konvensional akan ditanggung risiko
ekonomisnya oleh perusahaan asuransi.
3. Sedangkan Sharing Risk yang merupakan pengelolaan asuransi syariah adalah
konsep di mana para peserta memiliki tujuan yang sama yakni tolong menolong,
yakni melalui investasi aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu menggunakan akad yang sesuai dengan syariah
yang diwakilkan pengelolaannya ke Perusahaan Asuransi Syariah dengan
imbalan Ujrah.
Dalam penyajian laporan keuangan telah diterapkan laba rugi dari bank
pembiayaan rakyat syariah amanah Ummah ini mulai dari laba rugi hingga komitmen
serta tanggung jawab tagihan yang harus dibayarkan melalui akuntansi
syariah.:Berdasarkan fatwa DSN MUI 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah, pengertian asuransi syariah adalah usaha untuk saling membantu dan
berbagi di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau
tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
menggunakan akad yang sesuai dengan syariah.Maka, prinsip asuransi syariah adalah
tolong menolong (takaful/ta’awun) di mana setiap peserta berkontribusi untuk
menolong peserta lain dalam kebajikan serta memberikan rasa aman ketika terjadi risiko
di antara peserta. Oleh karenanya, proteksi syariah dapat memperkuat rasa kepedulian,
persaudaraan, dan gotong royong bagi para peserta dalam konsep sharing risk. Adanya
perbedaan dalam penyajian laporan keuangan yang didasarkan pada akuntansi
tradisional dan juga akuntansi syariah ini memiliki adanya pengembangan terhadap
5
konsep dari budaya modern yang dibawa di mana akuntansi syariah jauh lebih
mengedepankan nilai-nilai Islam dibandingkan akuntansi tradisional
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, ada
beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang agar dapat
untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam lebih
menyempurnakan penelitiannya karna penelitian ini sendiri tentu memiliki kekurangan
yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya.Yakni :
1. Peneliti ini berinteraksi dengan fakta yang diteliti sehingga tidak menutup
kemungkinan dalam memberikan analisis ada yang bersifat subyektif yang di
latar belakangi pola fikir peneliti sendiri.
2. Kurang luasnya sampel penelitian sehingga kemungkinan adanya data yang
belum sepenuhnya diambil dalam sebuah lingkungan penelitian tersebut.
3. Kemungkinan adanya kesalahan yang ditimbulkan oleh para informan karena
kurangnya tingkat pemahaman tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
Peluang Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aksan, D. R. I., Sugianti, F. A., Darussalam, A. Z., Zunaidi, A., Azizi, M., Syarifuddin,
S., ... & Maulana, A. (2021). AKUNTANSI SYARIAH.
6
Penyusunan Laporan Keuangan Bagi UMKM. Al-Intaj: Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah, 6(2), 77-87.
Khadaffi, M., Siregar, S., Noch, M. Y., Nurlaila, N., Harmain, H., & Sumartono, S.
(2017). Akuntansi Syariah.