Anda di halaman 1dari 12

KONSINYASI

• Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama dalam penjualan produk yang


dilakukan oleh pemilik barang dengan penyalur, pedagang, atau pemilik toko.
Dalam sistem kerjasama penjualan ini, pemilik barang menitipkan barang
dagangannya kepada penyalur, pedagang, atau pemilik toko untuk dijual.
Sederhananya, konsinyasi dipahami sebagai jual titip.

• Sistem kerjasama konsinyasi dalam dunia bisnis sudah sangat umum digunakan.
Konsinyasi melibatkan dua belah pihak yang saling mengikatkan diri dalam
perjanjian penjualan barang, di mana salah satu pihak merupakan pemilik
barang dan pihak lainnya adalah penjual. Dalam perjanjian konsinyasi, pihak
pemilik barang yang menitipkan barang dagangannya disebut dengan konsinyor
(consignor), sedangkan pihak pedagang yang menerima barang titipan untuk
dijual disebut dengan konsinyi (consignee). Sementara barang yang dititipkan
untuk diperdagangkan sebagai objek dalam perjanjian konsinyasi ini disebut
dengan barang konsinyasi.
Contoh Bisnis Konsinyasi dalam Kehidupan Nyata

• Misalkan Dimas, seorang seniman, ingin menjual produknya di toko favoritnya di


pusat kota. Toko tersebut menjual karya kurasi dari seniman lokal, serta beberapa
barang bermerek mereka sendiri.
• Dimas ingin memulai dengan menguji dua produk: satu set kartu ucapan dan
poster. Dia membuat kesepakatan dengan toko dan menyerahkan 50 set kartu
ucapan dan 100 poster. Pemilik toko menyukai pekerjaannya dan sangat senang
menambahkan produk untuk mengisi pilihan barang yang lebih banyak di
tokonya.
• Poster Dimas terjual habis dalam sebulan! Namun, kartu ucapannya mengalami
sedikit masalah. Sudah 60 hari (yang merupakan batas jangka waktu yang
ditetapkan dalam perjanjian mereka), hanya terjual 30 dari 50 set. Pemilik toko
mengembalikan 20 sisanya yang tidak terjual.
• Secara keseluruhan, kesepakatan konsinyasi sukses. Baik Dimas dan pemilik toko
menghasilkan uang. Sekarang Dimas perlu mencari cara lain untuk menjual kartu
ucapan atau membuat desain yang lebih menarik.
KEUNTUNGAN MENJALANKAN KONSINYASI
• Keuntungan bagi pengirim (pemasok / pemilik • Keuntungan bagi penerima barang
produk)
(pedagang / pengecer)
• Anda tidak perlu membeli atau menyewa toko ritel
Anda sendiri dan mempekerjakan karyawan untuk • Anda tidak perlu membayar barang sampai
menjalankan toko Anda. Anda menjualnya.
• Anda bisa meningkatkan kesadaran merek dan produk • Jika Anda tidak dapat menjual barang, Anda
Anda di hadapan pelanggan baru.
dapat mengembalikannya ke pemilik
• Pelanggan dapat melihat dan mencoba produk fisik
Anda sebelum membeli.
produk.
• Anda memiliki peluang lebih besar untuk masuk ke • Ini adalah investasi berisiko rendah dan
pasar yang lebih besar dan lebih kompetitif sebagai berbiaya rendah karena Anda tidak perlu
bisnis kecil atau yang baru didirikan. membeli inventaris di muka.
• Anda dapat membangun reputasi Anda.
• Anda dapat dengan cepat memperluas
• Anda tidak perlu membayar banyak untuk
penyimpanan inventaris. pilihan produk Anda.
• Mudah untuk menguji produk baru untuk mengetahui • Anda dapat menghindari kehabisan stok.
mana yang laku dan tidak. • Produk baru dapat menarik pelanggan baru.
• Produk Anda akan menonjol dengan menjadi berbeda
dari apa yang sudah ditawarkan pengecer.
• Anda berpotensi dapat menjalin hubungan jangka
panjang dengan pengecer Anda.
KERUGIAN MENJALANKAN KONSINYASI
• Kerugian bagi pemilik produk • Kerugian bagi penerima barang
• Anda tidak akan menerima pembayaran sampai
pengecer menjual produk Anda ke pelanggan • Anda mungkin harus menanggung
mereka. biaya penyimpanan persediaan
• Jika produk Anda tidak laku di toko, Anda harus
(penyimpanan, keamanan, dll.).
menariknya kembali dan mencari cara untuk
menjualnya di tempat lain (atau tidak sama • Anda harus memberi ruang untuk
sekali).
inventaris baru.
• Tidak setiap jenis produk cocok dengan
penjualan konsinyasi. • Anda dapat dimintai
• Anda bergantung pada (dan mempercayai) pertanggungjawaban jika produk
orang lain untuk menjual inventaris Anda.
di toko Anda rusak atau dicuri.
• Jika produk rusak atau tidak laku, yang keduanya
di luar kendali Anda, Anda bisa kehilangan uang. • Anda harus mengelola inventaris
• Karena Anda menanggung sebagian besar risiko konsinyasi secara terpisah dari
dalam hubungan, pengecer Anda mungkin tidak
secara aktif mencoba menjual atau inventaris reguler Anda
mempromosikan produk Anda.
Pencatatan Akuntansi Konsinyasi Oleh Consignee

• a. Metode Terpisah
Sama halnya dengan metode akuntansi terpisah pada pencatatan consignor, semua laba ataupun rugi
yang diperoleh dari transaksi konsinyasi akan disajikan secara terpisah dari laba-rugi transaksi biasa.
Untuk membuatnya terpisah maka pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan
kegiatan consignee juga harus dipisahkan. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan
biaya tersebut adalah rekening “Barang Komisi”.
Rekening ini akan didebit dengan biaya yang berhubungan dengan barang consignee dan dikredit
dengan pendapatan yang berhubungan dengan barang consignee. Jadi pendebitan dan pengkreditan
terhadap rekening “Barang Komisi”

• b. Metode Tidak Terpisah


Dalam metode ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari transaksi konsinyasi tidak dicatat
secara terpisah dari laba-rugi transasksi biasa.
Oleh karena itu, akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan transaksi  konsinyasi
dicatat seperti pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan transaksi biasa.
Untuk mengetahui dan membedakan dengan barangnya sendiri maka setiap transaksi yang
berhubungan dengan barang konsinyasi akan dicatat dalam rekening ”nama consignor”.
Pencatatan Akuntansi Konsinyasi Oleh Consignor

a. Metode Terpisah
Dalam metode akuntansi ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah dari 
laba-rugi transasksi biasa.
Untuk membuatnya terpisah maka antara pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan transaksi konsinyasi juga harus
dipisahkan.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “Barang Konsinyasi”. Rekening
ini merupakan rekening barang-barang konsinyasi yang merupakan persediaan bagi consignor.
Rekening ini akan didebit dengan biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi dan dikredit dengan pendebitan dan
pengkreditan terhadap rekening “Barang Konsinyasi”.
b. Metode Tidak Terpisah
Dalam metode akuntansi ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah
dari laba-rugi transasksi biasa.
Karena tidak dipisahkan maka tidak ada perbedaan dalam akuntansi pembuatan jurnal penjualan barang konsinyasi.
Dengan demikian pendapatan dan biaya dari transaksi konsinyasi dicatat seperti halnya pendapatan dan biaya yang
diperoleh dari transaksi biasa.
Dalam hal ini consignor membuat jurnal  pada saat
• Mengeluarkan biaya pengiriman
• Menerima laporan konsinyasi
• Menerima uang dari consignee.
Dalam metode ini consignor tidak menutup rekening pendapatan atau kerugian pada akhir periode. Ini menjadi sebuah
masalah karena laba atau rugi tidak dibuatkan jurnal penutup atau tidak ditutup ke rekening laba rugi.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menjalankan Konsinyasi

1. Lokasi Yang Strategis


Sebelum menitipkan barang dagangan-mu, sebaiknya kamu
melakukan riset terlebih dahulu terkait lokasi toko pihak
penyalur. Hal ini sangat penting karena lokasi yang strategis
dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan penjualan.
2. Target Market yang Sesuai
Sebelum memasarkan barang dagangannya, kamu harus bisa
memilih target market yang tepat agar produknya bisa sesuai
dengan kebutuhan pasar dan laku keras. Kamu ibarat seorang
penembak yang harus berhasil membidik sasaran dengan tepat
untuk mendapatkan nilai yang tinggi
TRANSAKSI MATA UANG ASING
• Transaksi dalam mata uang asing harus dicatat sesuai dengan kurs spot pada tanggal transaksi. Akan tetapi, untuk alasan
kepraktisan, PSAK 10 memperbolehkan penggunaan kurs yang mendekati kurs spot pada tanggal transaksi Sebagai contoh, kurs
rata-rata satu bulan dapat digunakan untuk menyajikan ulang seluruh transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama
bulan tersebut. Meskipun demikian, jika kurs berfluktuasi secara signifikan maka penggunaan kurs rata-rata untuk periode itu
menjadi tidak tepat

Pengertian Valuta Asing

• Valuta asing atau valas merupakan pertukaran atau konversi mata uang suatu negara dengan negara lain. Contohnya,
seseorang dapat menukar dolar AS dengan euro. Atau juga rupiah dengan dolar AS. Namun untuk mata uang yang akan ditukar
akan memiliki rate tersendiri, misalnya 1 dolar AS akan sama dengan Rp. 14.000, maka seseorang dapat menukar uang dolat AS
dengan konversi rate yang sudah ditetapkan.
• Transaksi valuta asing dapat terjadi di pasar valuta asing, juga dikenal sebagai Pasar Valas. Pasar valas merupakan tempat
pertukaran berbagai macam mata uang yang berbeda, tentunya rate/ harga valuta asing berdasarkan kurs. Kurs merupakan
harga mata uang yang akan di tukar dengan mata uang lainnya yang berlaku di suatu negara.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pencatatan dan pelaporan transaksi dengan menggunakan uang asing yaitu:
1. Di Konversi
2. Laba dan rugi selisih pertukaran mata uang
3. Strategi headging
• valuta asing adalah mata uang selain mata uang fungsional entitas. Dalam artikel ini, istilah valuta asing
dan mata uang asing memiliki arti yang sama dan bisa dipertukarkan satu sama lain.

Pos moneter adalah:

• Mata uang yang dimiliki (kas dan setara kas).


• Aset lain yang akan diterima dalam mata uang tertentu yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan.
• Liabilitas yang akan dibayarkan dalam mata uang tertentu yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan.
Fitur utama pos moneter adalah adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) sejumlah mata
uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan. Contoh pos moneter adalah pensiun dan imbalan kerja lain
yang dibayar dengan kas, provisi yang diselesaikan secara tunai, dan dividen tunai yang diakui sebagai liabilitas.
Sekuritas utang seperti obligasi juga merupakan contoh pos moneter.

Sebaliknya, fitur utama pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) mata uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan. Contoh pos nonmoneter adalah uang
muka untuk barang dan jasa (contohnya beban dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka), investasi
dalam saham, goodwill, aset tak berwujud, persediaan, aset tetap, dan provisi yang diselesaikan dengan
penyerahan aset nonmoneter.
Kurs spot adalah kurs untuk realisasi segera, merepresentasikan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi.

Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan, merepresentasikan kurs yang berlaku pada tanggal
laporan posisi keuangan.

Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata uang ke dalam mata uang
lain pada kurs yang berbeda.
• Bagi perusahaan yang memiliki transaksi valuta asing, perusahaan dihadapkan pada tiga forign exchange exposer yang
terdiri dari:
• 1.      Transaction Exposure
• Exposure ini menyangkut pencatatan transaksi valuta asing pada saat terjadinya, kemudian melakukan pengukuran
terhadap kejadian yang mencerminkan ketidakpastian yang timbul dari perubahan jumlah hak dan kewajiban serta yang
menimbulkan laba/rugi yang nyata.
• 2.      Economic Exposure
• Hal ini menyangkut keadaan yang bersifat strategis karena menggambarkan future earning power yang dapat
dipengaruhi oleh adanya peubahan nilai tukar valuta asing.
• 3.      Translation Exposure
• Disini diperlukan cara mengukur pengaruh perubahan nilai valuta asing terhadap laporan keuangan neraca dan hasil
usaha suatu perusahaan, terutama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi accounting exposure akan selalu
muncul pada saat penyusunan laporan keuangan jika di antara akun laporan keuangan bersangkutan terdapat akun atau
pos-pos yang awal kejadiannya dinyatakan dalam valuta asing. Oleh karena itu, perlu dibedakan metode pencatatan
yang antara lain:
1. Single rate method, menurut metode ini nilai dilaporkan menurut kurs tunggal yang berlaku pada tanggal neraca.
2. Current-noncurrent method, menurut metode ini pos-pos valas dibagi dua yaitu:
– Akun lancar (current), dilaporkan menurut kurs yang yang berlaku saat itu (current rate).
– Akun non lancar (non-current), dilaporkan menurut kurs historis.
– Akun laba rugi dijabarkan dengan kurs rata-rata (average rate), kecuali untuk penyusutan dan amortisasi dinilai dengan kurs historis
(historical rate).

Anda mungkin juga menyukai