NIM : 545200044
II.DASAR TEORI
Salah satu ujung batang B dipasang pada penjepit P keras-keras, ujung lainnya dipasang pada roda pemutar yang dapat berputar
bebas bersama katrol K. Dengan beban yang digantungkan pada ujung tali dari katrol, maka rodanya akan berputar dan
menghasilkan momen M terhadap batang B. Besar sudut puntiran batang dapat dibaca pada pembagian skala S yang diperlihatkan
oleh jarum penunjuk yang terpasang pada batang itu. Maka sudut modulus puntir (G) dapat dihitung menurut persamaan :
𝟐𝑴𝑳 𝒈 𝒓 𝒍 𝒘 𝟑𝟔𝟎
𝑮=
𝝅∅𝑹 𝟐 = 𝝅𝟐 𝑹𝟐
x
𝜶
Dimana :
M = momen putar yang bekerja pada batang
L = panjang batang B dari P sampai jarum penunjuk
R = jari-jari batang
∅ = sudut puntiran dalam radial
g = percepatan gravitasi
r = jari-jari katrol K
w = massa beban (kg)
α = sudut puntiran dalam derajat
G = modulus puntir ( N/m2 )
III.PERALATAN
1. Mikrometer sekerup
2. Jangka sorong
3. Mistar ukur
4. Alat pemuntir yang dilengkapi dengan roda pemutar serta katrol bertali dan pembagian skala sudut serta jarum penunjuk.
5. 6 buah beban @ ± 500 gram
2
V.JALANNYA PERCOBAAN
1. Ukurlah R dan r beberapa kali dan timbanglah w.
2. Pasanglah batang B pada penjepitnya dan keraskan sekerupnya.
3. Periksakan gerakan katrol, apakah momen sudut dapat diteruskan keseluruh batang B.
4. Pasanglah penunjuk skala pada batang B dan aturlah kedudukannya terhadap pembagian skala S. Ukurlah L dari penjepit P
sampai penunjuk skala, Dengan memasang beban permulaan pada ujung tali dari katrol, catatlah penunjukkan skalanya.
5. Tambahkan beban satu persatu dan pada setiap kali penambahan beban, catatlah besar sudut perputaran penunjuk skala.
6. Kurangi beban satu demi satu dan pada setiap pengurangan catatlah besar sudut perputaran penunjuk skala.
7. Ulangi percobaan d, e, dan f untuk harga L yang berbeda.
8. Lakukan percobaan diatas untuk kedua jenis batang B yang berbeda.
3
VI. LAPORAN PERCOBAAN
LAPORAN PERCOBAAN : MODULUS PUNTIR ( M2 )
7.PERHITUNGAN
Dari data-data yang diperoleh selama percobaan maka modulus puntir batang yang diselidiki dapat dihitung melalui persamaan :
𝟐𝑴𝑳 𝒈 𝒓 𝒍 𝒘 𝟑𝟔𝟎
𝑮= = x
𝝅 ∅ 𝑹𝟐 𝝅𝟐 𝑹𝟐 𝜶
4
Batang Logam Besi (L=30 cm)
Contoh Perhitungan
percobaaan no.1
Kesalahan Mutlak
√1,022463 𝑥 1011
𝑆𝐺 = = 63951,95
5
Kesalahan relatif
𝑆𝐺
𝑉𝐺 = 𝑥100% = 0,74 %
𝐺(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
5
Batang Logam Besi (L=40 cm)
Contoh Perhitungan
percobaaan no.1
Kesalahan Mutlak
√8,776320 𝑥 1010
𝑆𝐺 = = 59249,708
5
Kesalahan relatif
𝑆𝐺
𝑉𝐺 = 𝑥100% = 0,65%
𝐺(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
6
Batang Logam Kuningan (L = 30 cm)
Contoh Perhitungan
percobaaan no.1
Kesalahan Mutlak
√5,844829 𝑥 1011
𝑆𝐺 = = 152902,962
5
Kesalahan relatif
𝑆𝐺
𝑉𝐺 = 𝑥100% = 2,38%
𝐺(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
7
Batang Logam Kuningan (L = 40 cm)
Contoh Perhitungan
percobaaan no.1
Kesalahan Mutlak
√3,060732 𝑥 109
𝑆𝐺 = = 11064,776
5
Kesalahan relatif
𝑆𝐺
𝑉𝐺 = 𝑥100% = 0,15 %
𝐺(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
8
Total Batang Logam Besi
G ( rata-rata) ?
17,607614 𝑥106
G (rata-rata) : = 8,803 x 106 N/𝑐𝑚2
2
Kesalahan Mutlak
√81,900095𝑥 1011
𝑆𝐺 = = 4,359 x 105
2−1
Kesalahan relatif
𝑆𝐺 4,35900 𝑥 105
𝑉𝐺 = 𝑥100% = x 100%
𝐺(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎) 8,803807 𝑥 106
= 4,95 %
G ( rata-rata) ?
13,450216 𝑥106
G (rata-rata) : = 6,725 x 106 N/𝑐𝑚2
2
Kesalahan Mutlak
√5,875436 𝑥 1011
𝑆𝐺 = = 7,665 x 105
2−1
Kesalahan relatif
𝑆𝐺 7,66513 𝑥 105
𝑉𝐺 = 𝑥100% = x 100%
𝐺(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎) 6,725108 𝑥 106
= 11,39 %
9
VII.GRAFIK
𝛼
25
20
15 Besi 30cm
Besi 40cm
Teori(30)
10
Teori(40)
0
0.5615 1.057 1.5487 2.0513 2.5453 3.0355
45
40
35
30
kuningan(30cm)
25
kuningan(40cm)
20 Teori (30)
Teori(40)
15
10
0
0.5615 1.057 1.5487 2.0513 2.5453 3.0355
10
𝛼 : f(L) untuk logam besi
25
20
(0,5615 kg)
15 (1,057 kg)
(1,5487 kg)
(2,0513 kg)
10
(2,5453 kg)
(3,0355 kg)
5
L (m)
0
0,1 m 0,2 m 0,3 m 0,4 m
45
40
35
30 (0,5615 kg)
(1,057 kg)
25
(1,5487 kg)
20 2,0513 kg)
15 (2,5453 kg)
(3,0355 kg)
10
0
0,1 m 0,2 m 0,3 m 0,4 m
11
VIII.JAWABAN PERTANYAAN
Pada percobaan ,diperoleh bahwa semakin besar w, maka semakin besar juga 𝛼 yang dihasilkan. Sebaliknya , jika w semakin kecil
, maka semakin kecil pula 𝛼 yang dihasilkan.Oleh karen itu, dapat dikatakan bahwa w berbanding lurus dengan 𝛼.
Berikan 3 (tiga) contoh pemanfaatan aplikasi dari percobaan ini dalam bidang teknik atau industri :
1. Dapat memberikan sebuah gambaran bagi mahasiswa teknik industri tentang bagaimana sebuat modulus puntiran bekerja
2. Membuat mahasiswa menjadi terlatih untuk menganalisa dan mau melakukan eksperimen tentang konsep puntiran.
3.Dapat mengetahui besarnya beban yang dapat ditahan oleh poros sehingga mengetahui kekuatan maksimal poros dalam
melakukan puntiran.
IX.FAKTOR KESALAHAN
1.kesalahan dalam membaca mikrometer sekrup atau jangka sorong ketika mengukur jari-jari batang dan katrol
X.KESIMPULAN
1.Pada percobaan modulus puntir ini, semakin beban bertambah akan mengakibatkan pergeseran sudut yang semakin besar,
misalnya pada percobaan logam besi 30 cm , dengan berat 0,5615 kg akan menyebabkan pergeseran sudut 3,25 derajat,
sedangkan jika berat 1,057 kg akan menyebabkan pergeseran sudut 5,75 derajat.
2.modulus puntir atau disebut modulus elastis menunjukan perubahan beban yang elastis. Pada saat penambahan beban , jarum
penunjuk mengarah ke suatu angka , namun pad saat beban kembali dikurangi , jarum penunjuk tak langsung kembali ke posisi
semula ( contohnya pada percobaan logam besi 30 cm , sat ditambah beban akan menunjuk ke arah 3 derajat , tetapi setelah
dikurangi menunjuk ke arah 3,5 derajat.
3.Dari percobaan juga kita memperoleh data bahwa semakin besar massa , maka modulus elastis yang dihasilkan akan semakin
meningkat pula.
4. Perbedaan benda uji yang di gunakan tentunya menghasilkan hasil yang berbeda pula. Hal ini terlihat jelas pada Jari-jari kedua
bahan uji ( besi dengan kuningan), dimana menurut data yang didapat, jari-jari logam besi lebih besar sehingga hasil dari
perhitungan modulus puntir juga lebih besar.
5. Dari percobaan diperoleh pula sifat elastis suatu bahan dibawah pengaruh puntiran yang ditunjukan dengan jarum penunjuk yang
menunjuk suatu derajat.
12