Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATANPADA An. K DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

DI RUANG BANGSAL ANAK RSUP DR.MDJAMIL PADANG

Oleh :

Alfajri Aulia Putra (02104001)


Dozi Rianza (02104002)
Erni Rahayu (02104003)
Fadilla Suci Amanda (02104004)
Iin Rahyuni (02104005)
Meiky Sundari (02104006)
Nurlatifah (02104007)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPAK PADANG
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat karunia
serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus ini dengan baik
meskipun mungkin ada kekurangan didalamnya.Kami berterima kasih kepada Pembimbing
Akademik dan Pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan sehingga laporan ini
selesai dengan baik.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Pada An.K dengan Infeksi Saluran
Kemih. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan maklah yang akan kami buat di masa mendatang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya, sekiranya
laporan yang telah kami susun ini dapat berguna bagi diri kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kmai mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenaan.Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Padang, Maret 2022

Kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih merupakan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam
urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran
kemih. ISK merupakan salah satu infeksi bakteri yang paling sering terjadi yang
mempengaruhi sekitar 40% dari perempuan dalam kehidupanya(Wardhana,2018).
Walaupun kebanyakan ISK yang terjadi ringan, infeksi ini dapat juga menyebabkan
sepsis yang mengancam nyawa.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi
parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriurea yang bermakna,
sebagai akibat terjadinya gangguan eliminasi urin. Gangguan eliminasi urine adalah salah
satu dari proses metabolik tubuh yang bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa dari
tubuh (Kasiati 2016)
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada wanita dikarenakan uretra wanita yang lebih
pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. ISK
memunculkan gejala-gejala yang sering dan rasa panas ketika berkemih,spasme pada area
kandung kemih,hematuria,nyeri punggung dapat terjadi,demam,menggigil, nyeri panggul
dan pinggang.
Pada anak besar gejala klinis biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal saluran
kemih berupa polakisuria,disurea,urgency,frekuensi,ngompol.dapat juga ditemukan sakit
perut, sakit pinggang atau demam tinggi.
Menurut WHO pada tahun 2015 infeksi saluran kemih termasuk kedalam kumpulan
infeksi yang sering didapatkan oleh pasien yang sedang mendapatkan perawatan di
pelayanan kesehatan.Bahkan tercatat infeksi saluran kemih menepati posisi kedua
tersering (24,9%) setelah luka operasi (30%) sebagai infeksi yang paling sering
didapatkan oleh pasien di fasilita kesehatan.Indonesia merupakan Negara berpenduduk
terbesar, penduduk Indonesia yang menderita infeksi saluran kemih diperkirakan
sebanyak 223 juta jiwa. ISK ditemukan pada 3,5% anak perempuan dan 1,1% anak
lelaki.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu nafas dalam, mengatur
intake minum, dan membantu mengajarkan cara mengeluarkan kemih sehingga sehingga
saluran kemih tidak terjadi infeksi. Pengobatan infeksi saluran kemih sebaian besar di
titik beratkan pada penggunaan antibiotic secara ideal, antibiotik yang digunakan untuk
mengobati infeksi diseleksi setelah organisme diidentifikasi dan sensitivitasnya terhadap
obat di tetapkan.
Berdasarkan uraian diatas, kelompok tertarik untuk mengangkat dan membahas laporan
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.K dengan Infeksi Saluran Kemih”

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada An.K Dengan Infeksi saluran Kemih
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dan analisa data pada An.K Dengan Infeksi saluran
Kemih .
b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada An.K Dengan Infeksi
Saluran kemih.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada An.K Dengan Infeksi Saluran
Kemih
d. Melakukan implementasi sesuai rencana asuhan keperawatan pada An.K Dengan
Infeksi Saluran Kemih

C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit infeksi salurang kemih pada anak
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan memberikan asuhan keperwatan pada
anak dengan infeksi saluran kemih
3. Bagi Pasien / Keluarga
Memberikan pengetahuan yang lebih mandalam bagi keluarga mengenai penyakit yang
diderita yaitu infeksi saluran kemih.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI SISTEM PERKEMIHAN


Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan
dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

1. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.


2. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
3. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
4. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

B. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter  sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding abdomen terdiri dari:
1.    Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)
2.    Lapisan tengah lapisan otot polos
3.    Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis
renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang
peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa.
Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan
mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu turun ke bawah
terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika, dekat
apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium.
Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan
di belakang kolon sigmoid dan mesenterium.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang
tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt
ditemukan di depan arteri            hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri
vasialia anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika
mayor, ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika
urinaria.
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique
sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika.
Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup
dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah
pengambilan urine dari vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke
bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk
mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri
uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas
di antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga
tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan
ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk
ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.
1. Pembuluh darah ureter
 Arteri renalis

 Arteri spermatika interna

 Arteri hipogastrika

 Arteri vesika inferior

2. Persarafan ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus
spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus
vagusrantai eferen dari nervus torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan
nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.

C. Vesika urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih
seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari:

1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferen, vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika
muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam). Pembuluh limfe vesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi
limfatik iliaka interna dan eksterna.

1. Lapisan otot vesika urinaria


Lapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos yang tersusun dan saling
berkaitan dan disebut m. detrusor vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal
dari arteri vesikalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka
interna. Venanya membentuk pleksus venosus vesikalis yang berhubungan dengan
pleksus prostatikus yang mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
2. Persarafan vesika urinaria
Persarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion
simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke
vesika urinaria melalui pleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang
keluar dari nervus splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3 dan 4
berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika urinaria.
Sebagian besar serabut aferen sensoris yan g keluar dari vesika urinaria
menuju sistem susunan saraf pusat melalui nervus splanikus pelvikus berjalan
bersama saraf simpatis melalui pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal
ke-1 dan ke-2 medula spinalis.

D. Uretra
Uretara merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
1. Uretra pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya ±
20 cm. uretra pada laki-laki terdiri dari:
a. Uretra prostatia
b. Uretra membranosa
c. Uretra kevernosa

Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.

Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria sampai orifisium
eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm  yang terdiri dari bagian-bagian berikut:

Uretra prostatika merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan


hampir vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari basis sampai ke apaks dan
lebih dekat ke permukaan anterior.

Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan
paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apaks glandula
prostata dan bulbus uretra. Pars membranesea menembus diagfragma urogenitalis,
panjangnya kira-kira 2,5 cm, di belakang simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter
uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis penis yang mencapai
pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan ligamentum arquarta pubis.

Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat
di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars
membranasea sampai ke orifisium dari diafragma urogenitalis. Pars kavernosus uretra
berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan
penis berkontraksi, pars kavernosus akan membelok ke bawah dan ke depan. Pars
kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi ke belakang.
Bagian depan berdilatasi di dalam glans penis yang akan membentuk fossa
navikularis uretra.

Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi


berupa sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan panjangnya 6
mm. glandula uretralis yang akan bermuara ke dalam uretra dibagi dalam dua bagian,
yaitu glandula dan lakuna. Glandula terdapat di bawah tunika mukosa di dalam
korpus kavernosus uretra (glandula pars uretralis). Lakuna bagian dalam epitelium.
Lakuna yang lebih besar dipermukaan atas di sebut lakuna magma orifisium dan
lakuna ini menyebar ke depan sehingga dengan mudah menghalangi ujung kateter 
yang dilalui sepanjang saluran.

2. Uretra wanita
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit
ke arah atas, panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis
(sebelah luar), lapiosan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi.
Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia diagfragma
urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di
belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya
adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra yang
hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.
Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan 
vagian dan 2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek
daripada pria dan terdiri lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka
pada muaranya penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longggar yang
ditandai dengan banyak sinus venosus merip jaringan kavernosus.

3. Mikturisi
Mikturisis adalah peristiwa pembentukan urine. Karena dibuat di dalam, urine
mengalir melalaui ureter ke kandung kencing. Keinginan membuang air kecil
disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kencing, dan tekanan ini di
sebabkan isi urone di dalamnya. Hal ini terjadi bila tertimbun  170 sampai 230 ml.
mikturisi adalah gerak reflek yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat
persarafan yang lebih tinggi pada manusia.
Gerakannya ditimbulkan kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di
dalam rongga abdomen, dan berbagai organ yang menekan kandung kencing
membantu mengkosongkannya. Kandung kencing dikendalikan saraf pelvis dan
serabut saraf simpatis dari pleksus hipogastrik.

4. Ciri-ciri urine yang normal


Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi beda-beda sesaui jumlah cairan yang
dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protain dimakan,
sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya.
 Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jenjot lendir
tipis tanpak terapung di dalamnya.
 Baunya tajam.
 Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
 Berat jenis berkisat dari 1010 sampai 1025.

E. DEFINISI ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna (Hastuti dan Sjaifullah, 2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit
koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai
batasan diagnosa ISK (IDI, 2012).

F. KLASIFIKASI
Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak infeksi saluran kemih
pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan kelainan
saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan
simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK
bawah, dan berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK simpleks
dan ISK kompleks (Pardede et al, 2012).
1. ISK berdasarkan gejalanya
ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik
yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik. Sekitar 10-
20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik
berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non
spesifik (Pardede et al, 2011).

2. ISK berdasarkan lokasi infeksi


a. Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)
Sistitis adalah keadaan inflamasi pada mukosa buli-buli yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih bawah
(sistitis) terutama bakteri Escherichia coli, Enterococcus, Proteus, dan
Staphylococcus aureus yang masuk ke buli-buli melalui uretra (Purnomo, 2011).
Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK bawah, antara lain nyeri di
daerah suprapubis bersifat sering berkemih, disuria, kadang terjadi hematuria
(Imam, 2013).
b. Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat infeksi pada
pielum dan parenkim ginjal. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih atas
(pielonefritis) adalah Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus, dan Enterococcus
fecalis (Purnomo, 2012).
Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK atas, antara lain demam
tinggi, nyeri di daerah pinggang dan perut, mual serta muntah, sakit kepala,
disuria, sering berkemih (Imam, 2013). Jumlah koloni bakteri yang ditemukan
pada pasien ISK atas sebesar >104 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al.,
2013).
c. ISK berdasarkan kelaianan saluran kemih
Berdasarkan kelainan saluran kemih ISK diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK complicated (rumit).
Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien
tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK
complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit
sistemik, kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu saluran kemih,
obstruksi, anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan
sebagainya kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh
antibiotika (Purnomo, 2012).

G. ETIOLOGI
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang paling
sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan
perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas,
Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse negatif.
Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanakkanakInfeksi saluran
kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang
sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif
termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih
antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo,
2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba terdapat
banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian ISK.
Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi adalah penggunaan antibiotik
sebelumnya dan penggunaan katerisasi (Tenney et al, 2017).
Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya disebabkan akibat
resisten terhadap berbagai obat antibiotik (sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam
penggunaan katerisasi, organisme gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa”
adalah patogen yang paling umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan
infeksi saluran kemih diantara pasien kateter yang didapatkan dari pemasangan kateter
dalam jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine kateter, disfungsi bladder
pada usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (Irawan & Mulyana, 2018).
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISK pada anak yaitu
diakibatkan oleh sebagian besar pada anak perempuan karena anatomi uretra anak
perempuan yang lebih pendek, sebagian besar pula pada anak laki-laki karena tidak
disirkumsisi, kebiasaan membersihkan genetalia yang kurang baik, menggunakan
popok sekali pakai dengan frekuensi penggantian popok sekali pakai 30 ng/mg
merupakan tanda ISK (Pardede, 2018).

H. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada usia, tempat infeksi
dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan. Menurut
Pardede (2018) manifestasi klinis tersebut yaitu:
1. Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan lambat, muntah,
mudah terangsang, tidak mau makan, temperatur tidak stabil, perut kembung,
jaundice.
2. Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa demam, nafsu makan
berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen, penurunan
berat badan, dan gagal tumbuh. Infeksi saluran kemih perlu dipertimbangkan pada
semua bayi dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan demam yang tidak
jelas penyebabnya. Infeksi saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang
dengan demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
3. Pada anak besar, gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal
saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi, frequency, ngompol. Dapat juga
ditemukan sakit perut, sakit pinggang, demam tinggi, dan nyeri ketok sudut kosto-
vertebra. Setelah episode pertama, ISK dapat berulang pada 30-40% pasien
terutama pada pasien dengan kelainan anatomi, seperti refluks vesikoureter,
hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung kemih, dan lain lain.

I. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau mikroroganisme masuk
ke dalam saluran kemih dan berkembang biak (Purnomo, 2014). Mikroorganisme
memasuki saluran kemih tersebut melalui empat cara, yaitu:
1. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi
melalui empat tahapan, yaitu:
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c. Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
2. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.
3. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini jarang terjadi.
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian kateter.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat
sampai ke ginjal. Mikroorganisme tersebut tumbuh dan berkembangbiak didalam
saluran kemih yang pada akhirnya mengakibatkan peradangan pada saluran kemih.
Dan terjadilah infeksi saluran kemih yang mengakibatkan (Fitriani, 2013).
ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh organisme
virulen yang kemudian memperoleh akses ke kandung kemih. Hanya pada 8
minggu pertama dari 12 minggu kehidupan, ISK mungkin terjadi karena
penyebaran hematogen. Selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi laki-laki berisiko
lebih tinggi mengalami ISK, tetapi setelah itu ISK predominan pada anak
perempuan. Suatu faktor risiko penting pada anak perempuan adalah riwayat
pemberian antibiotik yang mengganggu flora normal dan mendorong pertumbuhan
bakteri uropatogenik (Bernstein, 2016).
WOC ISK

Pathway Infeksi Saluran Kemih (ISK) Sumber: (Amin Hardi, 2015)


J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein,
dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria,
leukosituria biasanya ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap
episode ISK simtomatik, tetapi tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK.
Bakteriuria dapat juga terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin
steril perlu dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan
Ureaplasma urealitikum. Neutrophil gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL)
dan rasio uNGAL dengan kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya
ISK. Peningkatan uNGAL dan rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mg merupakan tanda ISK
(Pardede, 2018).
Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai pemeriksaan
skrining dan penunjang diagnosa infeksi saluran kemih adalah leukosit esterase dan
nitrit (Gaw, A dkk, 2011). Dan Menurut Roring, A.G dkk (2016) bahwa salah satu
parameter yang bermakna dalam mendiagnosis ISK adalah jumlah leukosit dalam
sedimen urine.
2. Pemeriksaan darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap darah
(LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif, merupakan indikator non-spesifk
ISK atas. Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat digunakan sebagai prediktor yang
valid untuk pielonefritis akut pada anak dengan ISK febris (febrile urinary tract
infection) dan skar ginjal. Sitokin merupakan protein kecil yang penting dalam
proses inflamasi. Prokalsitonin, dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β)
meningkat pada fase akut infeksi, termasuk pada pielonefritis akut (Pardede, 2018).

K. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan dengan perawatan berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
b. Mencegah konstipasi
c. Perubahan pola hidup, diantaranya :
1) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
3) Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
4) Menghindari kopi, alkohol

2. Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari (2014)
penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui medikamentosa
yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara empirik selama 7-10 hari
untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita, obat golongan
venozopyiridine/pyridium untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih.
Terapi farmakologik yang dianjurkan secara empiris disesuaikan dengan pola
kuman yang ada disetiap tempat.. Pemberian obat ISK pada penderita geriatri
mengacu kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan
memperhitungkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar
albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang
individu, keluarga, dan kelompok. Proses pengkajian anak dengan infeksi saluran
kemih menurut Cempaka (2018) sebagai berikut:
1. Identitas Pasien
Berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosa medis dan tanggal masuk
serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.
2. Keluhan utama Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien
mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa
rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien
mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi saluran
kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk
keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti
Diabetes Mellitus, hipertensi. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit
ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup
seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau
memperparah keadan klien.
d. Riwayat psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya berinteraksi
dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit. Adakah hambatan
dalam interaksi sosial dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat).
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit seperti
stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya ISK.
f. Riwayat imunisasi
Bagaimana riwayat imunisasi anak sejak anak lahir sampai dengan usia saat ini.
g. Riwayat tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan
mengumpulkan data tumbang dan dibandindingkan dengan ketentuan-ketentuan
perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan bahasa,
perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan kepribadian
dan perkembangan sosial.
h. Asesmen nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang
mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa
tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri. S (severty)
adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah lama/waktu serangan atau
frekuensi nyeri.
i. Asesmen risiko jatuh
Hal ini perlu dikaji terkait dengan usia anak, kondisi kesehatan anak, dan anak
yang berada ditempat tidur memiliki risiko jatuh yang tinggi
j. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
Frekuensi makan dan minum berkurang atau tidak dikarenakan bila adanya
mual dan muntah. Apakah terdapat nafsu makan menurun. Bagaimana
keadaan nafsu makan anak sebelum dan sesudah sakit.
2) Cairan
Bagaiamana kebutuhan cairan selama 24 jam, apa saja jenis minuman yang
dikonsumsi, dan berapa frekuensi minum dalam 24 jam. Bagaimana intake
dan ouput cairan.
3) Eliminasi
Buang air besar ada keluhan atau tidak, adakah dysuria pada buang air kecil,
bagaimana frekuensi miksi bertambah atau berkurang. Adakah nyeri pada
bagian suprapubik. Bagaimana bau urine pasien adakah bau kekhasan,
bagaimana warna air kencingnya, bagaimana karakteristik urine, dan
bagaimana volume urine sebelum dan setelah sakit.
4) Istirahat dan tidur
Adakah gangguan tidur karena perubahan pola buang air kecil, atau adanya
rasa nyeri dan rasa mual muntah.
5) Personal Hygine
Bagaimana personal hygine pasien ditinjau dari pola mandi, gosok gigi,
mencuci rambut, dan memotong kuku.
6) Aktivitas atau mobilitas fisik
Pergerakan terbatas atau tidak dalam melaksanakan aktivitasnya, apakah
memerlukan bantuan perawat dan keluarga.
7) Olahraga
Bagaimana kegiatan fisik keseharian dan olahraganya. h) Rekreasi
Bagaimana kegiatan untuk melepas penat yang dilakukan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik head to toe yaitu
pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pemeriksaan ini meliputi:

a. Kepala
Mengetahuii turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui adanya lesi atau
bekas luka.
1) Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman atau kecoklatan,
edema, dan distribusi rambut kulit.
2) Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak, tekstur kepala
kasar atau halus, akral dingin atau hangat.
b. Rambut
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan untuk mengetahui
mudah rontok dan kotor.
1) Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
atau tidak.
2) Palpasi : mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau halus.
c. Wajah
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui luka dan kelainan
pada kepala.
1) Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda atau
missal lebih condong ke kanan atau ke kiri, itu menunjukkan ada
parase/kelumpuhan.
2) Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan
d. Mata
Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus dan otot-otot
mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau pandagan pada mata.
Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis.
1) Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil : isokor, miosis atau
medriasis.
2) Palpasi : tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra
okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan
dikus optikus) kaji adanya nyeri tekan.
e. Telinga
Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.
1) Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran bentuk,
kebersihan, lesi.
2) Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan
kartilago.
f. Hidung
Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya inflamasi atau
sinusitis.
1) Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret.
2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan massa.
g. Mulut dan gigi
Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk mengetahui kebersihan
mulut dan gigi.
1) Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan kongenital (bibir
sumbing)warna,kesimetrisan, kelembaban pembengkakan, lesi, amati
jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
2) Palpasi : pegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan ada massa atau
tumor, pembengkakan dan nyeri.
h. Leher
Menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk dan organ yang
berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
1) Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan belakan
dan samping.
2) Palpasi : letakkan telapak tangan pada leher klien, minta pasien menelan dan
rasakan adanya kelenjar tiroid.
i. Abdomen
Mengetahui bentuk dan gerakan perut , mendengarkan bunyi peristaltik usus,
dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen.
1) Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
2) Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
3) Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.
4) Perkusi : apakah perut terdapat kembung/meteorismus.
j. Dada
Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan, adanya nyeri
tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
1) Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya retraksi
interkosta, amati pergerakan paru.
2) Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan
3) Perkusi : untuk menentukan batas normal paru.
4) Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler, wheezing/crecles.
k. Ekstremitas atas dan bawah
Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada ektremitas
atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi mengenai ukuran dan adanya
atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot dengan memberi penahanan pada
anggota gerak atas dan bawah.
l. Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien. Lakukan inspeksi dan
palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit kering/lembab, dan apakah terdapat
oedem.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d penyakit ISK
2. Nyeri Akut b.d agens cidera biologis (infeksi)
3. Resiko ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan / Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
NOC & skala pengukuran NIC
1. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan - Kaji perubahan TTV
penyakit ISK keperawatan 2x24 jam suhu - Anjurkan memberikan PCT
tubuh kembali normal dengan 3x sehari
- Kompres dengan air hangat
Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien
beristirahat
Suhu tubuh kembali normal - Berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya

2. Nyeri akut b.d agens Manajemen Nyeri


cidera biologis Setelah dilakukan tindakan - Kaji jenis dan tingkat nyeri
(infeksi) keperawatan selama 2 x 24 jam klien, dan kaji faktor yang
pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi atau
nyerinya berkurang. Dengan memperberat nyeri
kriteria hasil : -   Ciptakan suatu
penatalaksanaan nyeri
- Klien menjelaskan kadar
untuk klien
dan karekteristik nyeri
- Ciptakan suatu
- Klien menilai nyeri dengan
penatalaksanaan nyeri
menggunakan skala 1-10
untuk klien
- Klien mencoba metode
- Ajarkan teknik distraksi
nonfarmakologis untuk
dan relaksasi untuk
mengurangi nyeri
mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
pengurang nyeri ( analgetik
)
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi.
Ketidakseimbangan keperawatan 2x24 jam pasien Definisi: menyediakan dan
nutrisi : kurang dari tidak mengalami mual muntah meningkatkan intake nutrisi
kebutuhan b.d dengan yang seimbang
anoreksia Kriteria hasil:
Asupan gizi untuk memenuhi Aktivitas :
kebutuhan –kebutuhan - Tentuukan status gizi
metabolik pasien dan kemampuan
Indikator : untuk memenuhi kebutuhan
- Asupan kalori gizi
- Asupan protein - Tentukan jumlah kalori dan
- Asupan lemak jenis nutrisi yang di
- Asupak karbohidrat butuhkan
- Asupan serat - Beri obat-obatan sebelum
- Asupan vitamin makan (misal, penghilang
- Asupan mineral rasa sakit)
- Asupan zat besi - Monitor kalori dan asupan
- Asupan kalsium makanan
- Asupan natrium - Monitor kecendrungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
- Anjurkan pasien untuk
memantau kalori dan intake
makanan
- Berikan asuhan bila
diperlukan
- Intruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi(yaitu membahas diet
dan piramida makanan
- Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi
makan( bersih,santai dan
bebas dari bau)
- Tawarkan makana ringan
yang padat gizi
- Bantu pasien untuk
mengakses program gizi
komunitas (misalnya
perempuan bayi dan anak
kupon makanan, dan
makanan yang diantar
kerumah)
- Berikan arahan bila
diperlukan
BAB III

LAPORAN KASUS

1. IDENTIFIKASI KLIEN
Nama anak : An. k
BB / TB : 15kg / 114 Cm
TTL / Usia : Salido Kecil, 03-November -2016
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 3 dari dua
No. RM : 01.10.24.56
Dx Medis : ISK

IDENTITAS KELUARGA
Nama ibu : Ny. F
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTP
Alamat : Salido Kecil

2. Keluhan utama ( masuk RS )


Ibu An.K mengatakan anaknya dibawa ke rumah sakit pada tanggal 18 Maret 2022
denga keluhan nyeri saat BAK sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dengan warna
BAK kemerah-merahan . Ibu juga mengatakan BAB nya tidak lancar setiap harinya
sejak usia 3 tahun , biasanya An. K BAB 10 hari sekali dengan konsistensi keras dan
bewarna kehitaman.
3. Riwayat kesehatan saat ini
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Maret 2022 ibu An.k mengatakan
anaknya tidak mau makan sejak 1 minggu yang lalu , porsi yang dihabiskan hanya
separo yang hanya diberikan . ibu Ank. K juga mengatakan anaknya masih nyeri saat
BAK nyeri semakin terasa saat ditekan simpisis nya. BAK berwarna kemerahan An.K
memakai cateter dengan jumlah urine 700cc dan bewarna kuning . Ibu anak K
mengatakan anak tidak bisa menahan BAK sejak umur 3 tahun, BAK selalu
merembes.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu an. k mentakan anaknya tidak bisa menahan BAK sejak bayi, BAK selalu
merembes.
Anaknya juga susah BAB , biasanya sampai 10 hari sekali dengan konsistensi keras.
Ibu an.k juga mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah dirawat di RS tidak ada
alergi apapun.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu an.k mengatakan ada riwayat penyakit DM dan ayah an.k memiliki riwayat
hipertensi
6. Riwayat sosial
An.k diasuh oleh kedua orangtuanya . an.k dan orangtuanya memiliki hubungan baik
dengan anggota keluarga lain, teman dan tetangganya.
7. PEEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Compos mentis , GCS 15
b. TB / BB
- Sebelum masuk RS :
- Setelah masuk RS : 114 Cm / 15 Kg
c. Kepala
Bentuk simetris, tidak terlihat adanya lesi , tidak adanya edema,kulit kepala
terlihat bersih,rambut bewarna hitam,tekstur lembut,distribusi rambut tumbuh
meratarambut kuat dan tidak mudah dicabut.
d. Mata
Mata terlihat simetris antara kiri dan kanan , konjungtiva anemis, pupil
isokor,mengecil ketika adanya cahaya, pengelihatan baik.
e. Telinga
Telinga tampak simetris kiri dan kanan , tidak ada serumen, pendengaran bagus
f. Hidung
Septum simetris antara kiri kanan , tidak ada secret dan polip.
g. Mulut
Mukosa bibir kering , mulut terlihat bersih, tidak ada kelainan congenital, gigi
rapid an bersih dan tidak ada pembengkakan pada mulut.

h. Leher
Tidak ada terdapat kelenjar getah bening atau tyroid .
i. Dada
 Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan tidak ada tampak adanya / lesi lama
nafas teratur
Palpasi : tidak ada nyeri tekan tidak ada benjolan
Auskultasi : bunyi pernafasan vesikuler
 Jantung
Inspeksi : ictus coris tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Auskultasi : bunyi jantung normal, murmur (-)
j. Perut
Inspeksi : simetris, tidak ada distensi, tidak ada luka, tidak ada
pembengkakan abdomen,
Palpasi : terdapat nyeri tekan tidak terdapat nyeri lepas
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
k. Punggung
Bentuk punggung normal
l. Ekstermitas
Pada saat dilakukan pengkajian An.K bisa melakukan fleksi dan ekstensi pada
lengan ekstremitas atas dan bawah, tidak ada kelaina pada ektremitas atas dan
bawah
m. Kulit
Kulit bewarna sawo matang , turgor kulit kering dan bersisik, tidak ada edema,
tidak terdapat lesi.
VIII. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Tanggal 25-03-2022
a. Urine lengkap
Warna : Kuning Muda (N:Kuning-Coklat)
Kekeruhan : Negatif (N: Negatif)
PH : 8.0 (N: 4.6-8.0)
Bj :1.016 (N: 1.003-1.030)

b. Mikroskopis
Leukosit : 0-1/LPB (N: <5)
Eritrosit : 0-1/LPB (N: <=1)
Silinder : Negatif/LPB (N: Negatif)
Kristal : Negatif/LPB (N: Negatif)
Epitel : Positif/LPB

c. Kimia
Protein : Positif (+I) (N: Negatif)
Glukosa : Negatif (N: Negatif)
Bilirubin : Negatif (N: Negatif)
Urobilinogen : Positif

2. Terapi
a. Ceftriaxone 2x400
b. IVFD Kaen IB 10 Tetes/Menit
c. Metronidazole 3x200 mg
d. Auperidol 3x35 mg
e. Bicnat tablet 2x1

3. Diet: MB (Makanan Biasa) 500 kkal


ML (Makanan Lunak) + Pepaya
B. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS:

DO:

DS:
DO:

DS :

DO:

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3X24 jam  Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun karakteristik,durasi,
Kriteria Hasil: frekuensi
a. Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
b. Meringis  Identifikasi respon nyeri
non verbal
 Identifikasi factor yang
memperberat nyeri
 Berikan teknik
nonfarmakologu untuk
mengurangi nyeri
 Kontrol lingkunan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Kolaborasi pemberian
analgesic jika perlu
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine
urine keperawatan 3x24 jam  Identifikasi tanda dan
pengosongan kandung kemish gejala retensi atau
yang lengkap membaik, dengan inkontenensia urine
kriteria hasil:  Identifikasi factor yang
a. Sensasi berkemih menurun menyebabkan retensi atau
b. Desakan berkemih menurun inkontenensia urine
 Monitor eliminasi urine
 Batasi asupan cairan, jika
perlu
 Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
 Kolaborasi pemberian
obat supositoria.
3. Deficit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi
selama 3x24 jam maka status  Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik, dengan  Identifikasi alergi dan
kriteria hasil: intoleransi makanan
a. Porsi makan yang  Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat disukai
b. Berat badan membaik  Monitor asupan makan
c. IMT membaik  Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Anjurkan posisi duduk,
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan

D. CATATAN PERKEMBANGAN

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
21 Maret 2022 a) mengidentifikasi skala nyeri S/ Ibu An. K
b) mengidentifikasi respon nyeri non mengatakan anaknya
Nyeri akut b.d nyeri verbal masih mengeluh nyeri
pada simpisis c) mengidentifikasi faktor yang saat BAK
memperberat dan memperingan
nyeri O/ An. K tampak
d) memfasilitasi istirahat dan tidur gelisah dan mennagis
e) kolaborasi dalam pemberian sambil memegang
analgetik perutnya saat ingin
BAK.
- Skala nyeri 3
- Suhu 36,7
- HR 98 x/i
- RR 20 x/i
-
A/ Nyeri akut belum
teratasi

P/ Intervensi dilanjutkan
21 Maret 2022 a) Mengidentifikasi tanda dan gejala S/ Ibu An.K mengatakan
retensi atau kontenesia urine masih mengeluh nyeri
Ganngguan b) Memonitor eliminasi urine saat BAK, ibu juga
Eliminasi urine c) Batasi asupan cairan mengatakan urine anak
d) Mengajarkan tanda dan gejala kemerehan
infeksi saluran kemih.
e) Berkolaborasi dalam pemberian O/ An. K tampak
obat supositoria meringis, terlihat
berwarna kemerhan.
- Urine 300 cc
- Suhu : 36,7
- HR : 98 x/i
- RR :20 x/i

A/ Eliminasi urine
belum teratasi

P/ Intervensi dilanjutkan
21 Maret 2021 a) Mengidentifikasi status nutrisi S/ Ibu An. K
b) Mengidentifikasi mengidentifikasi mengatakan anaknya
Defisit Nutrisi adanya alergi terhadap makanan masih tidak nafsu makan
c) Mengidentifikasi makanan yang
disukai O/ Makanan An.K
d) Memonitor asupan makanan hanya habis separuh dari
e) Memonitor berat badan f yang disediakan
f) Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori A/ Defisit nutrisi belum

dan jenis nutrisi yang dibutuhkan teratasi

P/ Intervensi dilanjutkan
22 Maret 2022 a) mengidentifikasi skala nyeri S/ Ibu An. K
b) mengidentifikasi respon nyeri non mengatakan anaknya
Nyeri akut b.d nyeri verbal masih mengeluh nyeri
pada simpisis c) mengidentifikasi faktor yang saat BAK
memperberat dan memperingan
nyeri O/ An. K tampak
d) memfasilitasi istirahat dan tidur gelisah dan mennagis
e) kolaborasi dalam pemberian sambil memegang
analgetik perutnya saat ingin
BAK.
- Skala nyeri 3
- Suhu 36,7
- HR 90 x/i
- RR 22 x/i
-
A/ Nyeri akut belum
teratasi

P/ Intervensi dilanjutkan
22 Maret 2022 a) Mengidentifikasi tanda dan gejala S/ Ibu An.K mengatakan
Gangguan eliminasi retensi atau kontenesia urine masih mengeluh nyeri
urine b) Memonitor eliminasi urine saat BAK, ibu juga
c) Batasi asupan cairan mengatakan urine anak
d) Mengajarkan tanda dan gejala kemerehan sudah
infeksi saluran kemih. berkurang
e) Berkolaborasi dalam pemberian
obat supositoria O/ An. K tampak
meringis, terlihat
berwarna kemerhan
sudah berkirang
- Urine 200 cc
- Suhu : 36,7
- HR : 90 x/i
- RR : 22 x/i

A/ Eliminasi urine
belum teratasi

P/ Intervensi dilanjutkan
22 Maret 2022 g) Mengidentifikasi status nutrisi S/ Ibu An. K
Defisit nutrisi h) Mengidentifikasi mengidentifikasi mengatakan anaknya
adanya alergi terhadap makanan
i) Mengidentifikasi makanan yang masih tidak nafsu makan
disukai
j) Memonitor asupan makanan O/ Makanan An.K
k) Memonitor berat badan hanya habis separuh dari
l) Berkolaborasi dengan ahli gizi yang disediakan
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan A/ Defisit nutrisi belum
teratasi

P/ Intervensi dihentikan
23 Maret 2022 a) mengidentifikasi skala nyeri S/ Ibu An. K
b) mengidentifikasi respon nyeri non mengatakan anaknya
Nyeri akut b.d nyeri verbal masih mengeluh nyeri
simpesis c) mengidentifikasi faktor yang saat BAK
memperberat dan memperingan
nyeri O/ An. K tampak
d) memfasilitasi istirahat dan tidur gelisah dan mennagis
e) kolaborasi dalam pemberian sambil memegang
analgetik perutnya saat ingin
BAK.
- Skala nyeri 3
- Suhu 36,7
- HR 90 x/i
- RR 22 x/i
-
A/ Nyeri akut belum
teratasi

P/ Intervensi dilanjutkan
24 Maret 2022 m) Mengidentifikasi status nutrisi S/ Ibu An.K mengatakan
Gangguan Eliminasi n) Mengidentifikasi mengidentifikasi masih mengeluh nyeri
Urine adanya alergi terhadap makanan saat BAK, ibu juga
o) Mengidentifikasi makanan yang mengatakan urine anak
disukai berwarna kuning
p) Memonitor asupan makanan
q) Memonitor berat badan O/ An. K tampak
r) Berkolaborasi dengan ahli gizi terlihat berwarna kuning
untuk menentukan jumlah kalori sudah berkurang
- Urine 300 cc
- Suhu : 36,7
- HR : 105 x/i
- RR : 21 x/i

A/ Eliminasi urine
belum teratasi

P/ Intervensi dihentikan

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulisan melaksanakan pembuatan asuhan keperawatan pada seorang


anak K dengan diagnose medis Infeksi Saluran Kemih (ISK). Maka pada BAB ini
penulis menguraikan kesenjangan-kesenjangan yang dimulai dari tahap pengkajian
sampai evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan pada seorang Anak. Dengan inisial
anak K perempuan dua (2) tahun telah 10 hari dirawat di RS, dengan keluhan
utama anak K nyeri saat BAK (Buang Air Kecil) sejak satu bulan yang lalu serta
BAB (Buang Air Besar) tidak lancer setiap harinya diarasakan sejak anak usia 2
tahun. Biasanya anak K BAB (Buang Ar Besar) 10 hari sekali dengan konsistensi
keras dan berwarna kehitaman.
Saat dilakukan pengkajian dengan ibu Anak K, ibu mengatakan jika anak K
tidak nafsu makan sejak 1 minggu yang lalu dengan porsi makan yang dihabiskan
hanya separoh dari yang diberikan rumah sakit. Ibu anak K mengatakan jika
anaknya juga sering mengeluh nyeri saat BAK (Buang Air Besar) nyeri akan
semakin terasa jika bagian simfisis ditekan. Anak K tampak memakai kateter
dengan jumlah urine 700cc dan berwarna kuning. Adapun kesenjangan yang di
temukan pada tahap pengkajian antara tinjauan teoritis dan tijauan kasus adalah:
a. Pada keluhan utama biasanya anak mengalami rasa panas pada uretra
dengan air kemih sedikit-sedikit dan biasanya anak akan mengeluh sakit
kepala, mual, muntah demam, menggigil.
b. Pemeriksaan nutrisi/pola kebiasaan biasanya anak mengalami
mual,muntah, apakah terdapat nafsumakan yang berkurang selama di
rumah sakit dan ada/tidaknya penurunan berat badan.
c. Pada pemeriksaan hasil laboratorium pada tanggal 25 maret 2022,
didapatkan hasil jika urine positif mengandung protein, urin berwarna
kuning muda, kekeruhan negative.

2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teoritis tetapi tidak di
temukan pada kasus adalah :
1. hipertermi berhubungan dengan penyakit ISK.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (infeksi)
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia.
Dan diagnosa yang di jumpai pada kasus adalah :
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan Penurunan konsentrasi HB
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan nyeri abdomen

3. Intervensi
Dalam tahap ini perencanaan asuhan keperawatan dengan Infeksi saluran kemih
(ISK) pada seorang anak berumur 5 tahun berjalan lancar. Pada perencanaan
banyak ditemukan rencana tindakan yang dilakukan karena harus diselesaikan
dengan kebutuhan pasien itu sendiri.

4. Implementasi
Dalam melakukan atau melaksanakan tindakan keperawatan penulis bersama
dengan yang lainnya melakukan kerja sama dalam menjalankan rencana tindakan
keperawatan

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam dari proses keperawatan, dimana terjadi umpan
balik dan tindakan yang dibutuhkan. Evalusai yang telah ditetapkan dalam tujuan
untuk memulai perubahan serta kewajiban yang dicapai dan respon pasien setelah
menjalani tindakan keperawatan.
Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan asuhan keperawatan selama lima hari
klien menunjukkan tanda-tanda adanya nyeri berkurang, respon verbal terhadap
nyeri ada. Gangguan eliminasi urin menurun membatasi asupan cairan. Deficit
nutrisi anak sudah nafsu makan, tidak adanya mual dan muntah pada anak, IMT
membaik berat badan anak meningkat. Hasil labor menunjukkan adanya protein
dalam urine, dilakukan intervensi diharapkan protein dalam urin menurun dengan
cara berkolaborasi dalam pemberian obat.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus keperawatan pada An K dengan Infesi Saluran Kemih (ISK)
maka kelompok dapat menarik kesimpulan yaitu asuhan keperawatan pada An.K yang
dilakukan oleh kelompok, di dapatkan kesimpulan bahwa :
1. Hasil pengkajian pada An.k didapatkan data laboratorium An K positif
mengandung protein.
2. Diagnosa keperawatan yang mucul pada kasus An.k Nyeri Akut, Gangguan
eliminasi Urine, dan Deficit Nutrisi
3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama Nyeri Akut keperawatan
pada An.k yaitu melakukan menajeman nyeri yaitu mengidentifikasi skala nyeri,
keluhan nyeri berkurang.
4. Implementasi keperawatan dilakukan 4 hari, implementasi sesuai dengan
intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada
implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah nyeri akut pada An k teratasi pada hari
ke 4 pelaksanan asuhan keperawatan dengan kriteria hasil klien nyeri berkurang,
kualitas tidur meningkat.

B. SARAN
1. Instalasi Rumah sakit
Melalui pimpinan RS agar sering dilaksanakan pelatihan secara berkala
penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan ISK kepada pegawai
khususnya perawat Agar lebih meningkatkan kualitas pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien.
2. Instalasi Pendidikan
Dapat mengembangkan sebagai menambah wawasan dan pengetahuan tentang
ilmu keperawatan,terutama kajian tentang ISK
.

Anda mungkin juga menyukai