Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

C DENGAN KASUS
KEJANG DEMAM KOMPLEKS (KDK)

DI SUSUN OLEH :

ULFA RAHMI
RUANG : ANAK

RUMAH SAKIT TGK ABDULLAH SYAFI’I

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKes) PROGRAM STUDI PROFESI NERS
(K3S) MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2022
A. Pengertian

Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap zat asing yang


masuk ke dalam tubuh, sehingga suhu badan menjadi lebih tinggi dari 37◦C
(Harun & Rahmawati, 2015) Kejang Demam (febris convulsion/stuip/step) yaitu
kejang yang timbul pada waktu demam yang disebabkan oleh proses di dalam
kepala (otak: seperti menigitis atau radang selaput otak, ensilitis atau radang
otak) tetapi di luar kepala misalnya karena adanya infeksi di saluran pernapasan,
telinga atau infeksi di saluran pencernaan. Biasanya di alami anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun. Bila anak sering kejang, utamanya di bawah 6 bulan,
kemungkinan besar mengalami penyakit Epilepsi.
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikan suhu tubuh diatas 38◦C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang
demam atau febris convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium, (Lestari, 2016).
Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure). Merupakan kejang
yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang Demam kompleks adalah
kejang fokal atau parsial, berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 1
kali 24 jam.
Berdasarkan peryataan di atas dapat di simpulkan, kejang demam
merupakan kejang yang terjadi pada saat demam yang dimana pada suhu badan
tinggi di atas 38◦C yang di sebabkan oleh proses didalam otak yang disebut
kelainan ekstrakranial.
B. Etiologi
Kejang demam di sebabkan oleh kenaikan suhu tubuh yang muncul
secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya
berlangsung singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familia. Beberapa
kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin dapat
mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya (Nurarif & Kusuma,
2015).

Faktor-faktor perinatal, malformasi otak kongenital

1. Faktor genetika
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50%
anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah
mengalami kejang demam.
2. Penyakit infeksi
1) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, tonsil litis, otitis media.
2) Virus : varicella(cacar), morbili(campak), dengue(virus penyebab demam
berdarah).
3. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam tinggi.
4. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah kurang
dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20mg% pada bayi
dengan berat badan lahir rendah atau hiperglikemia.
5. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera kepala

C. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Wulandari & Erawati, (2016)
yaitu:

1. Kejang demam sederhana


Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang berulang atau
lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

1
D. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa vang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan udara. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar vaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah jon kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (CI-). Hasil dari konsentrasi jon K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran yang dibutuhkan
energi dan bantuan Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel, Nurarif &
Kusuma (2015).
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium dan ion lainnya, kecuali ion klorida. Akibat konsentrasi
natrium sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya. Perbedaan jenis
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut membran dan ini dapat diubah dengan adanya:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.


2. Rangsangan yang datangnya, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

E. Manifestasi Klinis
Ngastiyah (2014), menyebutkan bahwa kejang pada anak dapat terjadi
bangkitan kejang dengan suhu tubuh mengalami peningkatan yang cepat dan
disebabkan karena infeksi di luar susunan saraf pusat seperti otitis media akut,
bronkitis, tonsilitis dan furunkulosis. Kejang demam biasanya juga terjadi dalam
waktu 24 jam pertama pada saat demam dan berlangsung singkat dengan sifat
bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, tonik dan fokal atau akinetik.
Pada umumnya kejang demam dapat berhenti sendiri dan pada saat berhenti,
anak tidak dapat memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah
beberapa detik atau bahkan menit kemudian anak akan sadar kembali tanpa
2
adanya kelainan saraf.

Menurut Djamaludin (2010), tanda pada anak yang mengalami kejang


adalah sebagai berikut :

1. Suhu badan mencapai 38°C

2. Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas dapat terhenti


beberapa saat
3. tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepalaterkulai ke belakang disusul
munculnya gejala kejut yang kuat
4. warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas

5. gigi terkatupdan terkadang disertai muntah

6. napas dapat berhenti selama beberapa saat

7. anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau kecil.

F. Komplikasi
Penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-
mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di
otak sehingga terjadi epilepsi.

Komplikasi kejang demam Menurut waskitho (2013) adalah:

1. Kerusakan neorottransmiter. Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya


sehingga dapat meluas keseluruh sel ataupun sel yang menyebabkan
kerusakan pada neuron.

2. Epilepsi. Kerusakan pada daerah media lobus temporalis setelah mendapat


serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian
hari sehingga terjadi epilepsi yang spontan.

3. Kelainan anatomi di otak. Serangan yang berlangsung lama yang dapat


menyebabkan kelainan di otak yang lebih namyak terjadi pada anak berumur
4 bulan sampai 5 tahun.

4. Kecacatan atau kehilangan neourologi karena di sertai demam.

3
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit,
dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan
kelainan yang berarti
2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien
dengan kejang demam meliputi:
- Bayi<12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis
sering tidak jelas.
- Bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi
kecuali pasti bukan meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT scan, dan MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neorologist karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal.
CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari
lesi organik di otak.
H. Penatalaksanaan
Kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016)
1. Penatalaksaan keperawatan

1) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali


adalah ABC (Airway, Breathing, Circulation)

2) Setelah ABC aman. Baringkan pasien di tempat yang rata untuk


mencegah terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah Danger.

3) Kepala di miringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus kasa.

4) Jaukan benda-benda yang ada di sekitar pasien yang bisa menyebabkan


bahaya.

5) Lepaskan pakaian yang menganggu pernapasan

6) Bila suhu tubuh tinggi berikan kompres hangat

7) Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minuman air hangat

8) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit akan dilepaskan

4
2. Penatalaksaan medis
1) Bila pasien datang dalam keadaan kejang obat utama adalah diazepam
untuk membrantas kejang secepat mungkin yang diberi secara IV
(intravena), IM (Intra muskular), dan rektal. Dosis sesuai BB:< 10
kg:0,5,0,75 mg/kg BB dengan minal dalam spuit 7,5 mg, > 20 kg : 0,5
mg/kg BB. Dosis rata-rata dipakai 0,3 mg/kg BB/kali dengan maksimal 5
mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang
lebih besar.

2) Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20-30


mg/kg BB/hari dan dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukortikoid
misalnya dekametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam

3) Setelah kejang teratasi dengan diazepam selama 45-60 menit disuntikan


antipileptik daya kerja lama misalnya fenoberbital, defebilhidation diberikan
secara intramuskuler. Dosisis awal neonatus 30mg: umur satu bulan satu
tahun 50mg, umur satu tahun ke atas 75 mg

5
6
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif.H.A & Kusuma.H.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC.Mediaction.

Lestari, T, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yohjakarta : Nuha Medika

IDDAI, (2016). Rekomendasi pengertian kejang demam. Unit Kerja Koordinasi


Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ngastiyah, 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

Wong, D.L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pedoman Klinis Keperawatan


Pediatrik Pediatrik . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai