Anda di halaman 1dari 8

SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal, Vol. 2, No.

1, Agustus 2020 pISSN: 2088-8686


https://doi.org/10.32734/scripta.v2i1.3372 eISSN: 2686-0864

SCRIPTA SCORE
Penelitian
Scientific Medical Journal

Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan


Somatis pada Remaja
Hafizah Khairi Dafnaz1, Elmeida Effendy1
1
Departemen Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan

ABSTRAK
Latar Belakang: Kesepian menjadi salah satu masalah psikologis yang sering muncul pada remaja.
Salah satu penyebab timbulnya kesepian pada remaja adalah tidak terpenuhinya kebutuhan emosi dan
sosial. Intensitas kesepian bisa berbeda-beda, ada yang dapat segera melalui perasaan kesepian,
namun ada juga yang terus-menerus merasakan kesepian. Hal ini dapat mempengaruhi remaja secara
mental, sehingga sering dikaitkan dengan masalah psikologis dan kesehatan somatis. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian dengan masalah psikologis dan gejala
gangguan somatis pada remaja. Metode: Penelitian ini merupakan studi penelitian analitik dengan
desain penelitian cross sectional menggunakan data primer yang berasal dari kuisioner. Sampel
penelitian dipilih dengan metode stratified random sampling dari seluruh data kuisioner yang
memenuhi kriteria penelitian. Hasil: Pada analisis korelasi Spearman didapatkan nilai p sebesar 0,001
(p<0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan antara kesepian dengan masalah psikologis dan gejala
gangguan somatis pada remaja. Analisis bivariat kesepian dengan depresi didapatkan nilai koefisien
korelasi r=0,548, kesepian dengan kecemasan r= 0,515, kesepian dengan stres r=0,472 dan kesepian
dengan gejala gangguan somatis r=0,528. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara
kesepian dengan masalah psikologis dan gejala gangguan somatis pada remaja.
Kata kunci: gejala gangguan somatis, kesepian, masalah psikologis

ABSTRACT
Background: Loneliness is a psychological problem that often arises in adolescents. One of the
causes is unfulfilled emotional and social needs. The intensity of loneliness can vary, there can be
immediately through a feeling of loneliness, but there are also those who constantly feel lonely. It can
affect adolescents mentally, so it is often associated with psychological problems and somatic health.
Objectives: This study aimed to know the relationship of loneliness with psychological problems and
symptoms of somatic disorders in adolescents. Methods: This study is an analytical study with a
cross-sectional design, data that used is primary data from questionnaires. The sample was selected
by using the stratified random sampling method from all questionnaire data. Results: In the
Spearman correlation analysis, the p-value was 0.001 (p<0.005) which showed that there was a
relationship between loneliness and psychological problems and symptoms of somatic disorders in
adolescents. Bivariate analysis between loneliness and depression obtained correlation coefficient
r=0.548, loneliness and anxiety r=0.515, loneliness and stress r=0.472 and loneliness and symptoms
of somatic disorders r=0.528. Conclusion: There was a significant relationship between loneliness
and psychological problems and symptoms of somatic disorders in adolescents.
Keywords: loneliness, psychological problems, symptoms of somatic disorders
Received [31 Dec 2019] | Revised [1 Jun 2020] | Accepted [3 Jun 2020]

Setiap manusia pernah menghadapi situasi


PENDAHULUAN
yang dapat menyebabkan kesepian, baik
Kesepian merupakan salah satu orang dewasa maupun remaja.
masalah psikologis yang tidak dapat Masa remaja adalah masa peralihan
dipisahkan dalam kehidupan manusia. dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

Corresponding author: Hafizah Khairi Dafnaz


6 Corresponding author at: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan
Contact: hafizahdafnaz@gmail.com
Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan Somatis pada Remaja

yang meliputi perubahan biologis, SMA Negeri di Surakarta juga


perubahan psikologis, dan perubahan menunjukkan hasil yang sama yaitu
sosial.[1] Perubahan psikososial pada sebanyak 60% responden mengalami
remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu gangguan kecemasan atau ansietas.[11]
remaja awal (early adolescent) yang Somatisasi didefinisikan sebagai suatu
terjadi pada usia usia 12-14 tahun, proses dimana distres dianggap sebagai
pertengahan (middle adolescent) terjadi suatu gejala fisik. Somatisasi adalah hasil
antara usia 15-17 tahun, dan akhir (late dari respon fisiologis yang mempengaruhi
adolescent) dimulai pada usia 18 tahun.[2] manifestasi dari gejala fisik, yang mungkin
Kesepian remaja telah dikaitkan sering melibatkan faktor psikologis.[12]
dengan perubahan sosial dan Paling sering gejala somatis bersifat
perkembangan yang terjadi saat ini. Secara sementara dan sembuh dengan sedikit atau
khusus, meningkatnya kebutuhan akan tanpa intervensi. Namun, somatisasi dapat
otonomi terhadap diri sendiri dan bertahan, terutama ketika ada faktor
keinginan untuk membangun identitas predisposisi atau yang mempengaruhi
remaja di luar dari lingkungan keluarga presentasi gejala lanjutan.[13]
terlihat dengan adanya upaya untuk Berdasarkan keterangan di atas,
memisahkan diri dari orang tua dan upaya keadaan kesepian yang dialami remaja
untuk membangun hubungan baru dengan merupakan keadaan mental yang tidak
teman sebaya di dunia sosial yang lebih baik sehingga kesepian yang dialami oleh
luas. Namun, harapan yang tidak sesuai remaja dapat melatarbelakangi adanya
dan tidak tercapai, merasa ditolak, permasalahan psikologis dan gangguan
kegagalan dalam membuat peran sosial, somatis. Penelitian ini dilakukan untuk
serta penolakan dari orang tua, semuanya mengetahui apakah ada hubungan antara
dapat mengakibatkan perasaan kesepian.[3] kesepian dengan masalah psikologis dan
Penelitian telah menunjukkan bahwa somatis pada remaja.
perasaan kesepian bisa memprediksi gejala
depresi.[4] Gangguan saat tidur dan METODE
meningkatkan resistensi pembuluh darah[5]
dan gangguan kesehatan mental dan Desain dan Sampel Penelitian
kognisi.[6] Di tingkat sel bisa menyebabkan Penelitian ini adalah penelitian
peningkatan tekanan darah sistolik[7], analitik dengan desain cross sectional
kurangnya ekspresi gen yang mengandung yang dilaksanakan di Sekolah Menengah
elemen respon glukokortikoid anti- Atas (SMA) Negeri 2 Binjai. Waktu
inflamasi (GREs), ekspresi berlebih dari penelitian dilakukan pada bulan Agustus
gen yang membawa elemen respons untuk hingga September 2019. Populasi dalam
transkripsi faktor proinflamasi NF- penelitian ini adalah siswa-siswi di
B/Rel[8], dan perubahan imunitas.[9] Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2
Kesepian bisa disebabkan karena Binjai. Teknik pengambilan sampel adalah
individu tersebut kurang mampu stratified random sampling yang terdiri
membangun keterbukaan dengan orang atas siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai
lain sehingga dia tumbuh menjadi orang kelas X, XI, dan XII yang memenuhi
yang keterampilan sosialnya terganggu kriteria penelitian dengan penentuan besar
lalu menimbulkan perasaan takut dan sampel analisis korelatif. Jenis data yang
cemas.[10] Penelitian lain didapatkan digunakan adalah data primer yang
bahwa kecemasan atau ansietas diperoleh langsung dari sampel penelitian
merupakan bentuk gangguan psikologi dengan mengisi beberapa kuisioner.
yang cukup banyak ditemukan pada
remaja di Pekanbaru (65,2%). Penelitian
yang dilakukan pada pelajar salah satu

7
Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan Somatis pada Remaja

Instrumen Penelitian kelamin laki-laki sebesar 39,4% sedangkan


1. Kuisioner UCLA (University of perempuan 60,6%. Persentase umur
California Los Angeles) tertinggi responden adalah umur 15 tahun
Loneliness Scale 3 adalah sebesar 33,3%. Lebih dari separuh
instrumen yang digunakan untuk responden mengalami kesepian dengan
mengukur tingkat kesepian. Alat prevalensi tertinggi pada tingkat ringan
ukur UCLA juga telah digunakan sebesar 64,6%, depresi normal 44,4%,
sebagai alat ukur pada penelitian kecemasan normal 26,2%, stres normal
yang dilakukan oleh Wijaya pada 43,4% dan gejala gangguan somatis sangat
tahun 2018 untuk mengukur rendah 48,5%.
kesepian pada pengguna
instagram Indonesia. Tabel 1. Distribusi Frekuensi
2. Kuisioner DASS 42 (Depression, Variabel N=99 %
Anxietas, Stress Scale 42) adalah Jenis Kelamin
seperangkat skala subjektif yang Laki-laki 39 39,4
digunakan untuk menilai status Perempuan 60 60,6
emosional negatif dari depresi, Umur (tahun)
14 17 17,2
kecemasan, stres. Alat ukur 15 33 33,3
DASS 42 juga telah digunakan 16 24 24,2
sebagai alat ukur pada penelitian 17 23 23,2
yang dilakukan oleh Masdar pada 18 2 2
tahun 2016 untuk mengukur Kesepian
depresi, ansietas dan stres pada Normal 10 10,1
remaja.[11] Ringan 64 64,6
3. Kuisioner SOMS (Screening For Sedang 25 25,3
Somatization Symptom) adalah Berat 0 0
instrumen yang terdiri dari 53 Depresi
Normal 44 44,4
gejala tubuh yang respon
Ringan 16 16,2
jawabannya mengindikasikan Sedang 20 20,2
hadir atau tidaknya gejala selama Berat 16 16,2
dua tahun belakangan. Kuesioner Sangat Berat 3 3
ini telah diuji validitas dan Kecemasan
reliabilitas di Indonesia. Normal 26 26,2
Penerjemahan menggunakan Ringan 10 10,1
metode back and forward Sedang 24 24,3
translation dengan bantuan 2 ahli Berat 21 21,2
bahasa. Sangat Berat 18 18,2
Stres
Normal 43 43,4
Data yang diperoleh dari penelitian ini
Ringan 15 15,2
kemudian dikumpulkan dan dianalisa Sedang 27 27,3
dengan analisis korelasi. Berat 10 10,1
Sangat Berat 4 4
HASIL Gejala Gangguan Somatis
Sangat Rendah 48 48,5
Tabel 1 menunjukkan karakteristik Rendah 42 42,4
sampel yang diteliti yaitu jenis kelamin, Tinggi 9 9,1
usia, kesepian, depresi, kecemasan, stres Sangat Tinggi 0 0
dan gejala gangguan somatis. Total 99
responden yang terlibat dalam penelitian
ini, yang mana didapatkan persentase jenis

8
Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan Somatis pada Remaja

Analisis hubungan kesepian dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-


masalah psikologis dan gejala gangguan Smirnov didapatkan data tidak terdistribusi
somatis pada penelitian ini diawali dengan normal (nilai p = 0,001) sehingga uji
uji normalitas terlebih dahulu. Setelah korelasi yang dipakai adalah Spearman.

Tabel 2. Analisis Korelasi


Gejala
Depresi Kecemasan Stres Gangguan
Somatis
p r p r p r p r
Kesepian 0,001* 0, 548 0,001* 0, 515 0,001* 0, 472 0,001* 0, 528

PEMBAHASAN memiliki hubungan sosial yang baik


dengan keluarga maupun lingkungan
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sosialnya sehingga timbul rasa kesepian
bahwa dari uji korelasi didapatkan nilai p dalam diri individu tersebut. Kesepian
sebesar 0,001 (<0,05) yang berarti ada dapat didefinisikan sebagai sebuah kondisi
hubungan antara kesepian dengan depresi pada dimana keadaan mental dan emosional
remaja. Koefisien korelasi (r) didapatkan individu tersebut merasa kurang dan
sebesar 0,548 (korelasi sedang). Koefisien merasa tidak puas dengan hubungan yang
korelasi tersebut menunjukkan terdapat dimiliki oleh dirinya dan orang lain
korelasi sedang antara kesepian dengan sehingga terjadi kesenjangan antara
depresi. Arah korelasi adalah positif hubungan sosial dimiliki dengan hubungan
artinya semakin tinggi nilai kesepian sosial yang diinginkan oleh individu
maka nilai depresi juga meningkat. tersebut.
Depresi merupakan gangguan Tabel 2 juga menunjukkan bahwa dari
emosional atau suasana hati yang buruk uji korelasi didapatkan nilai p sebesar
yang ditandai dengan kesedihan yang 0,001 (<0,05) yang berarti ada hubungan
sangat lama, merasa tidak berarti, perasaan antara kesepian dengan kecemasan pada remaja.
bersalah dan putus harapan minimal dalam Koefisien korelasi (r) didapatkan sebesar
kurun waktu dua minggu. Seluruh proses 0,515. Kesepian bisa disebabkan karena
mental yang meliputi proses berpikir, individu tersebut kurang mampu
berperasaan, dan berperilaku tersebut membangun keterbukaan dengan orang
akhirnya akan mempengaruhi motivasi lain sehingga dia tumbuh menjadi orang
untuk seseorang melakukan aktivitasnya yang keterampilan sosialnya terganggu
sehari-hari maupun pada hubungan lalu menimbulkan perasaan takut dan
intrapersonal.[14] cemas.[15] Penelitian lain didapatkan bahwa
Depresi merupakan respon yang kecemasan atau ansietas merupakan
normal terhadap pengalaman hidup yang bentuk gangguan psikologi yang cukup
negatif, misalnya kehilangan anggota banyak ditemukan pada remaja di
keluarga, kehilangan harta benda, status Pekanbaru (65,2%). Penelitian yang
sosial dan sebagainya. Banyak hal yang dilakukan pada pelajar salah satu SMA
menyebabkan terjadinya depresi pada Negeri di Surakarta juga menunjukkan
seseorang, salah satunya adalah faktor hasil yang sama yaitu sebanyak 60%
sosial. Faktor sosial disini seperti adanya responden mengalami gangguan
peristiwa hidup yang negatif seperti kecemasan atau ansietas. [11]

kehilangan anggota keluarga dan berharap Meskipun kesepian berhubungan


secara berlebihan kepada orang tua dan dengan banyak faktor risiko dan masalah
teman sebaya. Rasa berharap ini muncul kesehatan, kecemasan sosial tampaknya
karena biasanya individu tersebut tidak

9
Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan Somatis pada Remaja

sangat relevan dengan kesepian. Gangguan berbeda oleh setiap orang, bagi sebagian
kecemasan sosial adalah gangguan orang kesepian merupakan yang bisa
psikologis yang ditandai oleh ketakutan diterima secara normal, namun bagi
akan evaluasi negatif oleh orang lain.[16] sebagian orang kesepian bisa menjadi
Individu dengan kecemasan ini memiliki sebuah kesedihan yang mendalam.[18]
keyakinan negatif tentang diri mereka Hasil dari penelitian ini
sendiri dan dunia dan terlibat dalam mengindikasikan adanya hubungan antara
perilaku penghindaran, yang membatasi kesepian dengan masalah psikologis pada
peluang mereka untuk terlibat dalam remaja, dimana semakin tinggi tingkat
hubungan sosial yang bermakna. kesepian seseorang maka akan semakin
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari uji tinggi masalah psikologisnya. Kesepian
korelasi didapatkan nilai p sebesar 0,001 dapat terjadi karena hubungan yang
(<0,05) yang berarti ada hubungan antara diharapkan individu mengalami
kesepian dengan stres pada remaja. Koefisien perubahan, namun pada kenyataannya
korelasi (r) didapatkan sebesar 0,472. hubungan tersebut tidak terjadi perubahan.
Penyebab stres pada remaja dapat dipicu Seperti dengan bertambahnya usia tentu
dari kematian orang yang dicintai atau ada keinginan akan perubahan dalam
menyaksikan peristiwa yang traumatis, hubungan, ketika hal tersebut tidak terjadi
penyebab yang paling umum berhubungan maka dapat menyebabkan kesepian.
dengan sekolah seperti intimidasi dari Seseorang yang mengalami kesepian
teman-teman, masalah dengan guru, dan cenderung memiliki self-esteem yang
kesulitan akademis dan hubungan rendah, memiliki sikap yang negatif
interpersonal seperti konflik dengan orang kepada orang lain dan kurang dalam
tua, saudara, dan teman sebaya.[11] kemampuan sosial. Perilaku interpersonal
Setiap orang yang mengalami ataupun yang pasif dan tidak responsif dapat
terpapar stresor yang cukup besar belum menganggu dan menjengkelkan bagi orang
tentu merasakan efek stres dalam bentuk lain sehingga munculkan penolakan sosial
gangguan psikologis yang sama. Hal yang dapat membuat kesepian semakin
tersebut dapat terjadi oleh karena bertambah buruk sehingga menyebabkan
berbedanya sumber-sumber kesehatan fisik dan mental mengalami
penanggulangan stres setiap individu, penekanan. Dimana pada penelitian lain
seperti dukungan dari lingkungan sosial menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas
(dukungan keluarga, teman, masyarakat kontak jaringan sosial berimbas pada
dan lingkungan komunitas) individu kesehatan.[19]
tersebut.[17] Dari tabel 2 didapatkan bahwa ada
Berdasarkan hasil kuisioner UCLA, hubungan antara kesepian dengan gejala
terdapat hasil yang bervariasi pada tingkat gangguan somatis pada remaja. Koefisien
kesepian pada remaja. Kesepian muncul korelasi (r) didapatkan sebesar 0,528.
karena ada kesenjangan antara apa yang Koefisien korelasi tersebut menunjukkan
diinginkan dan yang diperoleh dari suatu terdapat korelasi sedang antara kesepian
hubungan tertentu. Tingkat kesepian yang dengan gejala gangguan somatis pada
dirasakan seseorang dipengaruhi oleh remaja.
jaringan sosial (misalnya kualitas Penelitian lain menunjukkan bahwa
hubungan dengan teman, keluarga ataupun kelelahan merupakan gejala psikosomatik
tetangga), standar hubungan (tujuan yang yang paling sering dialami oleh remaja di
ingin dicapai dalam suatu hubungan), serta Hungaria, selain itu juga diikuti dengan
karakteristik pribadi (misalnya masalah tidur dan sakit punggung (bagian
keterampilan sosial, percaya diri, ataupun bawah). Selain itu terdapat masalah
kecemasan). Kesepian merupakan hal yang dengan hubungan sosial seperti kebutuhan
bersifat pribadi dan akan ditanggapi interaksi sosial yang belum terpenuhi,

10
Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan Somatis pada Remaja

daya saing antar individu dan rasa malu peristiwa yang menekan atau mendapati
sehingga menyebabkan keluhan suatu stresor, meskipun sering muncul di
psikosomatis.[20] kesehariannya dapat dimaknai sebagai
Stresor kehidupan merupakan sebuah tantangan atau sebuah hambatan
pengalaman yang dialami dalam keseharian yang bisa diyakini akan bisa diatasinya.
individu. Stres dapat menjadi konstruktif Oleh karena itu, stresor kehidupan tidak
jika didukung oleh kualitas kepribadian selalu memunculkan gejala patologis
yang optimal. Sebaliknya stresor kehidupan berupa gangguan somatisasi.
dapat memunculkan gangguan somatisasi Penelitian ini dilakukan dengan
jika individu memiliki kualitas kepribadian pengisian angket instrumen yang
yang tidak optimal. Jika kualitas dari aspek- dilakukan oleh peneliti dan bersama-sama
aspek kepribadiannya kurang optimal maka dengan responden sehingga diperoleh data
individu tersebut akan rentan mengalami yang lebih akurat. Namun, penelitian ini
gangguan somatis dan begitu juga memiliki keterbatasan yang bisa
sebaliknya apabila individu tersebut mempengaruhi hasil penelitian. Pertama,
mempunyai kualitas yang optimal dari penelitian ini tidak meneliti variabel selain
aspek-aspek tersebut maka peristiwa- kesepian yang juga berperan dalam
peristiwa yang menekan atau mendapati menimbulkan masalah psikologis dan
suatu stresor, meskipun sering muncul di gejala gangguan somatis. Kedua, terdapat
kesehariannya dapat dimaknai sebagai kemungkinan responden menandai begitu
sebuah tantangan atau sebuah hambatan saja salah satu pilihan sekadar memenuhi
yang bisa diyakini akan bisa diatasinya. permintaan peneliti untuk mengisi
Oleh karena itu stresor kehidupan tidak kuesioner tersebut tanpa memikirkan
selalu memunculkan gejala patologis berupa benar-benar apakah jawaban itu sesuai
gangguan somatisasi.[21] atau tidak dengan pendiriannya.
Dari hasil penelitian ini walaupun
terdapat korelasi yang bermakna antara KESIMPULAN
kesepian dengan gejala gangguan somatis
pada remaja namun hanya sedikit yang Pada penelitian ini terdapat hubungan
melaporkan mengalami gangguan somatis. yang bermakna antara kesepian dengan
Hal ini bisa saja terjadi karena ada faktor- masalah psikologis dan gejala gangguan
faktor lain yang bisa mempengaruhi somatis pada remaja.
seseorang merasakan gangguan somatis
atau tidak. Salah satunya adalah SARAN
kepribadian. Kepribadian memengaruhi
timbulnya gangguan somatis pada Berdasarkan penelitian yang telah
seseorang karena bisa berperan sebagai dilakukan, saran yang dapat disampaikan
tameng atau pelindung terhadap gangguan adalah:
somatis. Beberapa aspek kepribadian yang 1. Peneliti menyarankan kepada para
dinilai adalah harga diri, kemandirian dan siswa terutama yang terdeteksi
kepribadian tahan banting (hardness mengalami kesepian untuk
personality) yang mana berperan dalam memperhatikan kualitas dari
menghadapi suatu stresor.[19] kesehatan mental sehingga dapat
Jika kualitas dari aspek-aspek meningkatkan kesejahteraan
kepribadiannya kurang optimal maka psikologis terutama dalam aspek
individu tersebut akan rentan mengalami hubungan yang positif dengan
gangguan somatis dan begitu juga orang lain dan aspek
sebaliknya apabila individu tersebut perkembangan pribadi.
mempunyai kualitas yang optimal dari 2. Peneliti menyarankan kepada pihak
aspek-aspek tersebut maka peristiwa- sekolah untuk melengkapi sarana

11
Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan Somatis pada Remaja

dan prasarana bimbingan konseling [7] Hawkley LC, Masi CM, Berry JD,
dan selalu memberikan motivasi Cacioppo JT. Loneliness is a unique
kepada peserta didik. predictor of age-related differences
3. Penelitian lebih lanjut dengan in systolic blood pressure. Psychol
kuisioner yang lebih spesifik Aging. 2006;21(1):152-64. doi:
diperlukan untuk menghubungkan 10.1037/0882-7974.21.1.152
kesepian dengan masalah [8] Cole SW, Hawkley LC, Arevalo JM,
psikologis dan gejala gangguan Sung CY, Rose RM, Cacioppo JT.
somatis. Social regulation of gene expression
in human leukocytes. Genome Biol.
DAFTAR PUSTAKA 2007;8(9):R189. doi: 10.1186/gb-
2007-8-9-r189
[1] Palinoan EL. Pengaruh konformitas [9] Pressman SD, Cohen S, Miller GE,
dengan agresivitas pada kelompok Barkin A, Rabin BS, Treanor JJ.
geng motor di Samarinda. eJournal Loneliness, social network size, and
Psikologi. 2015;4(1):79–94. immune response to influenza
[2] Batubara JR. Adolescent vaccination in college freshmen.
Development (Perkembangan Health Psychol. 2005;24(3):297-306.
Remaja). Sari Pediatri. doi: 10.1037/0278-6133.24.3.297
2010;12(1):21–29. [10] Gainau MB. Keterbukaan diri (self
[3] Stickley A, Koyanagi A, Koposov R, disclosure) siswa dalam perspektif
Blatný M, Hrdlička M, Schwab- budaya dan implikasinya bagi
Stone M dan Ruchkin V. Loneliness konseling. Jurnal Penelitian Ilmiah
and its association with Widya Warta. 2009;33(1):95-112.
psychological and somatic health [11] Masdar H, Saputri PA, Rosdiana D,
problems among Czech, Russian and Chandra F, Darmawi. Depresi,
U.S. adolescents. BMC Psychiatry. ansietas, dan stres serta
2016;16:128. doi: 10.1186/s12888- hubungannya dengan obesitas pada
016-0829-2 remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
[4] Cacioppo JT, Hughes ME, Waite LJ, 2016;12(4):138.
Hawkley LC, Thisted RA. [12] Ibeziako P, Bujoreanu S. Approach
Loneliness as a specific risk factor to psychosomatic illness in
for depressive symptoms: cross- adolescents. Curr Opin Pediatr.
sectional and longitudinal analyses. 2011;23(4):384-9. doi:
Psychol Aging. 2006;21(1):140-51. 10.1097/MOP.0b013e3283483f1c
doi: 10.1037/0882-7974.21.1.140 [13] Andresen JM, Woolfolk RL, Allen
[5] Cacioppo JT, Hawkley LC, LA, Fragoso MA, Youngerman NL,
Crawford LE, Ernst JM, Burleson Patrick-Miller TJ, Gara MA.
MH, Kowalewski RB, Malarkey Physical symptoms and psychosocial
WB, Van Cauter E, Berntson GG. correlates of somatization in
Loneliness and health: potential pediatric primary care. Clin Pediatr.
mechanisms. Psychosom Med. 2011;50(10):904-9. doi:
2002;64(3):407-17. doi: 10.1177/0009922811406717
10.1097/00006842-200205000- [14] Dirgayunita A. Depresi: Ciri,
00005 Penyebab dan Penangannya. An-
[6] Wilson RS, Krueger KR, Arnold SE, Nafs. 2016;1(1):1-14.
Schneider JA, Kelly JF, Barnes LL, [15] American Psychiatric Association.
Tang Y, Bennett DA. Loneliness and Diagnostic and statistical manual of
risk of Alzheimer disease. Arch Gen mental disorders: DSM-5. Virginia:
Psychiatry. 2007;64(2):234-40. doi: American Psychiatric Association;
10.1001/archpsyc.64.2.234

12
Hubungan Kesepian dengan Masalah Psikologis dan Gejala Gangguan Somatis pada Remaja

2013.
[16] Tirta M., Wirasto RT, Huriyati E.
Status stres psikososial dan
hubungannya dengan status gizi
siswa SMP Stella Duce 1
Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. 2010;6(3):138-44.
[17] Zimmer-Gembeck MJ, Skinner EA.
Adolescents coping with stress:
development and diversity. School
Nurse News. 2010;27(2):23-8.
[18] Piko BF, Varga S, Mellor D. Are
adolescents with high self-esteem
protected from psychosomatic
symptomatology? Eur J Pediatr.
2016;175(6):785-92. doi:
10.1007/s00431-016-2709-7
[19] Hadjam MN. Peranan kepribadian
dan stres kehidupan terhadap
gangguan somatisasi. Jurnal
Psikologi. 2003;30(1):36-56.
[20] Croezen S. Social relationship and
healty ageing, epidemiological
evidence for development of a local
intervention programme.
Wageningen: Wageningen
University & Research. 2010.
[21] Aji SS. Stress minor dan gangguan
psikosomatis pada ibu rumah tangga
tidak bekerja. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Wangsa
Manggala. 2001.

13

Anda mungkin juga menyukai