Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya
yang dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan dapat menimbulkan
wabah/kejadian luar biasa (KLB) sehingga penyakit DBD termasuk dalam salah satu masalah
kesehatan masyarakat diberbagai negara . Dengue adalah virus yang ditularkan dari nyamuk
Aedes Spp, nyamuk yang paling cepatberkembang di dunia ini telah menyebabkan hampir
390 jutaorang terinfeksi setiap tahunnya.

World Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia pada tahun 2013 dengan jumlah
penderita DBD sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita
dan di tahun 2014 sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia. Walaupun
penderita DBD di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014, kasus ini
masih menjadi pusat perhatian. Dikarenakan DBD merupakan penyakit yang bersifat
endemis, Indonesia yang merupakan negara tropis, dan sebagian besar warga Indonesia yang
kurang peduli dengan kebersihan lingkungan. Perkembangan DBD terjadi karena perubahan
lingkungan global, perubahan dari musim kemarau ke musim hujan. Selain itu faktor resiko
lain adalah tingkat imunitas host, kepadatan penduduk, interaksi vektor dan host dan
virulensi virus.3
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan di Indonesia pada
tahun 1986 oleh Dr. Kho Lien Keng di Jakarta dan oleh Dr. Linda Partana di Surabaya. Pada
tahun 1971 ditemukan di daerah Bandung dan jumlah kasusnya cenderung meningkat dan
penyebarannya bertambah luas mulai sejak saat itulah penyakit DBD menjadi masalah
kesehatan yang selalu dialami oleh masyarakat Indonesia.(Soegijanto, S. 2006. Demam
Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga University Press ). Keadaan ini erat kaitannya dengan
peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi
serta tersebar luasnya virus Dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia. 4
DBD termasuk penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan
dengan perilaku manusia. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan
kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup
penduduk, maka sesuai Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka
DBD harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit
pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik dan dokter praktik swasta).4
Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus
dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan= 50,75 per 100.000
penduduk dan CFR/angka kematian= 0,83%). Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus
sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015. Target
RenstraKementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per
100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia belum mencapai target Renstra 2015.5
Indikator lain yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit DBD yaitu angka
bebas jentik (ABJ). Sampai tahun 2015 ABJ secara nasional belum mencapai target program
yang sebesar ≥ 95%. Pada tahun 2015 ABJ di Indonesia terlihat peningkatan yang cukup
signifikan dari 24,06% pada tahun 2014 menjadi 54,24% pada tahun 2015. Hal ini bisa
disebabkan pelaporan data ABJ sudah mulai mencakup sebagian wilayah kabupaten/kota di
Indonesia.Puskesmas sudah mulai menggalakkan kembali kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) secara rutin, kegiatan kader Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) sudah mulai
di galakkan kembali. Walaupun jika dibandingkan dengan tahun 2010-2013 masih lebih kecil
dan masih belum mencapai target program yang sebesar ≥ 95%. 5 Angka bebas jentik UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Barattahun 2015 adalah 53%. Angka tersebut masih
dibawah standar (target naional) yang seharusnya 95%. Dari rumah yang diperiksa 4.860
rumah yang ada di Kelurahan Sungai Jawi Luar, dari total rumah yang ada tersebut hanya
2614 rumah yang benar-benar bebas jentik.
Angka Kesakitan DBD di Kota Pontianak selama periode 2011-2015 menunjukkan tren
yang fluktuatif. Angka Kesakitan DBD di Kota Pontianak tahun 2011 sebesar 28,3
kasus/100.000 penduduk, menurun pada tahun 2012 sebesar 23,1 kasus/100.000 penduduk,
menurun kembali pada tahun 2013 sebesar 17,06 kasus/100.000 penduduk dan naik kembali
pada tahun 2014 yakni sebesar 57,7 kasus/100.000 penduduk. Pada tahun 2015 kembali
menurun yakni 11,4 kasus/100.000 penduduk. Sedangkan angka kematian akibat DBD pada
Kota Pontianak juga mengalami fluktuatif. Angka Kematian DBD di Kota Pontianak tahun
2011 sebesar 1,3 dari 28,3 kasus/100.000 penduduk, pada tahun 2012 sebesar 2,2 dari 23,1
kasus/100.000 penduduk, pada tahun 2013 sebesar 4 dari 17,06 kasus/100.000 penduduk dan
pada tahun 2014 yakni sebesar 2.03 dari 57,7 kasus/100.000 penduduk. Pada tahun 2015
yakni 0 dari 11,4 kasus/100.000 penduduk.5,6
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat atau disebut juga Puskesmas Perumnas
I, mempunyai wilayah kerja di Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat
yang terdiri dari 29 RW dan 156 RT.Jumlah kasus DBD di UPTD PuskesmasKecamatan
Pontianak Barat padaperiode 2008-2015 menunjukkantren yang fluktuatif. Jumlah kasus
DBD tahun 2008 sebesar25kasus, meningkattinggipadatahun 2009 menjadi
188kasus,turunpadatahun 2010 menjadi 10kasusmeningkatpadatahun 2011 menjadi 22 kasus,
turunpadatahun 2012 menjadi 12 kasus,turunkembalipadatahun 2013 menjadi 10 kasus,
kembalimeningkatpadatahun 2014 menjadi 71 kasusdanturunpadatahun 2015 menjadi9
kasus.5,6 Walaupun pada tahun 2015 terjadi penurunan, data berdasarkan Dinas Kesehatan
Pontianak, pada Kecamatan Pontianak Barat didapatkan 19 kasus pada tahun 2015. Hal ini
menunjukan 47,3 % kasus DBD pada Kecamatan Pontianak Barat berada pada wilayah
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengenai
pemberantasan sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan DBD di UPTD puskesmas
Kecamatan Pontianak Barat tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengenai
pemberantasan sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan DBD di UPTD puskesmas
Kecamatan Pontianak Barat tahun 2016?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai pemberantasan
sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan DBD di UPTD Puskesmas Kecamatan
Pontianak Barat tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat mengenai pemberantasan
sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan DBD di UPTD Puskesmas Kecamatan
Pontianak Barat tahun 2016.
b. Untuk mengetahui sikap masyarakat mengenai pemberantasan sarang nyamuk
sebagai upaya pencegahan DBD di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat
tahun 2016.
c. Untuk mengetahui perilaku masyarakat mengenai pemberantasan sarang nyamuk
sebagai upaya pencegahan DBD di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat
tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat
Untuk merumuskan suatu langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menurunkan
angka kejadian DBD dan angka kematian akibat penyakit ini.
b. Masyarakat
Sebagai informasi untuk lebih menggalakkan kegiatan yang dapat menurunkan angka
kejadian DBD.

NB: DAPUS YANG PAKE ANGKA IKUT PUNYA JOHN YA

Anda mungkin juga menyukai