Dermatitis kontak okupasi (CD) adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling
umum dengan persentase 95% dari semua diagnosis kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Profesi yang terlibat seperti : pekerja toko bunga, penata rambut, ahli kecantikan,
juru masak, pelayan makanan, pekerja logam, ahli mesin, pekerja pertanian, pekerja
kontruksi, petugas kebersihan, dan petugas kesehatan
CD okupasi didiagnosis menggunakan kriteria oleh Mathias
Dermatitis Kontak Okupasi
Epidemiologi :
ICD terjadi 80% dari semua kelainan kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Meskipun ada yang mengatakan ACD lebih sering.
13 juta pekerja di USA berpotensi terpapar bahan kimia.
Di Amerika Utara pada tahun 2015-2016 : 10,2% pasien ACD yang menjalani
uji tempel memiliki penyakit kulit terkait pekerjaan.
Dermatitis Kontak Okupasi
Uji tempel adalah pengujian reaksi kulit terhadap allergen yang ditempelkan ke punggung.
Instrumen pemeriksaan : Seri TRUE (Thin Layer Rapid Use Epicutaneous), seri ACDS
(American contact dermatitis society), dan seri North American contact dermatitis group
(NACDG). Atau allergen diluar standar
Syarat dari allergen diluar standar : Zat yang tidak diketahui tidak boleh diuji karena potensi
resiko untuk kulit dan toksisitas sistemik.
Dampak dermatitis okupasi = pekerjaan yang terganggu dan penurunan kualitas hidup
Allergen dan Patogenesis ACD
Allergen
Faktor lain Iritan
Kulit
Sel langerhans
ACD
Allergen
Allergen dipilih setiap tahunnya oleh ACDS
Pemilihan didasarkan pada peningkatan prevalensi atau karena kurang dikenal.
Ada lima alergen terpilih sampai tahun ini (2020) dalam CD okupasi
ACDS
Tahun 2012 ACDS mempublish seri standar allergen pertama
Tahun 2017 ACDS mengubah sedikit seri standarnya dengan menghilangkan 3 allergen :
glutaraldehid, melati, dan triclosan; serta menambahkan 5 allergen baru berupa : polimiksin B
sulfat, lavender, natrium benzoate, asam benzoate, dan etilheksilgliserin
Tahun 2020 ACDS diupdate dengan menghilangkan methyldibromoglutaronitrile dan
penambahan hidroxylisohexyl 3-cyclohexene carboxaldehyde, Limonene, Linalool, carmine,
benzyl salicylate, yellow 3 dispersion, jasmine, peppermint, pramoxine, shellac, dan lauryl
polyglucose (glucoside).
Tambahan paling relevan dengan pandemic adalah lavender, limonene, dan linalool
ACDS
Lavender
termasuk tanaman yang berfamili Lamiaceae dan genus Lavandula yang biasanya berbentuk kering atau
minyak.
Minyak lavender paling sering berasal dari Lavandula Angustifolia (salah satu dari 4 jenis lavender). Di
Jepang terjadi peningkatan alergi lavender akibat pemakaian sebagai aromaterapi
Limonene dan linalool
bahan wewangian yang paling umum dapat ditemukan dalam berbagai jenis tanaman.
Linalool ditemukan pada geranium, melati.
Limonene ditemukan pada buah jeruk, anggur, dan lemon.
Keduanya banyak digunakan dalam produk rumah tangga dan pembersih.
Isothiazolinones
Isothiazolinones berfungsi sebagai pengawet dan biosida dalam produk kosmetik, rumah tangga,
industry, dan gel ultrasonik
Dampak N95 akan menyebabkan kerusakan jangka pendek berupa peningkatan hidrasi kulit, kehilangan air
transepidermal, pH, dan sekresi sebum
81,7% melaporkan adanya kerusakan kulit pada pipi setelah penggunaaan N95 lebih dari 6 jam
ICD lebih umum pada masker N95
Pengobatan dan Pencegahan
Pencegahan dan Tatalaksana non medikamentosa
Menghindari allergen
Masker = menurunan waktu penggunaan N95
Sarung tangan = ganti sarung tangan vinil
sabun pencuci tangan : hindari sabun antibiotic dan menggunakan pembersih berbahan dasar
alcohol
Namun masih menjadi tantangan bagi petugas Kesehatan dan pasien yang bekerja dari rumah
Pengobatan dan Pencegahan
Tatalaksana medikamentosa
Kortikosteroid topical dan inhibitor calcineurin topical
Kortikosteroid oral singkat (2-3 minggu) dapat digunakan untuk menghilangkan gejala akut
pada ACD berat
Emolien untuk xerosis
Antihistamin oral untuk pruritius
Kesimpulan
◦ ACD adalah penyakit kulit akibat zat eksogen yang dapat terjadi akibat kerja .
◦ Dalam kondisi pandemic saat ini, dokter diharapkan menyadari paparan allergen pada petugas
Kesehatan garis depan pandemic maupun allergen potensial yang dihadapi saat bekerja dari
rumah.
◦ Dengan mengetahui tren allergen diharapkan dapat membantu dalam pengenalan awal,
diagnosis, dan pengobatan ACD, sehingga memungkinkan pasien dan tenaga Kesehatan untuk
bekerja di lingkungan yang lebih aman dan lebih sehat