Anda di halaman 1dari 25

JURNAL READING

“DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA”

Kim Liung I4061212029


Pembimbing : dr. Retno Mustikaningsih, Sp.KK
Abstrak
Tujuan : trens allergen baru yang sering pada petugas Kesehatan atau pasien yang bekerja dari rumah
Penemuan baru : Isobornyl acrylate (terdapat dalam sensor glukosa dan pomba obat), propilen glikol
(pembersih tangan dan disinfektan), lavender, limonene, dan linalool l terapis pijat dan aromaterapis,
isothiazolinone
Kesimpulan : Pandemi COVID 19 telah mengakibatkan gelombang ACD okupasi pada petugas kesehatan
akibat APD dan allergen potensial pada orang yang bekerja dari rumah.
ACD okupasi berdampak pada pekerjaannya
Mengikuti tren allergen saat ini memungkinkan diagnosis awal dan pengobatan lebih awal, serta membantu
pasien untuk bekerja di lingkungan yang lebih sehat dan lebih aman
Pengantar
Dermatitis kontak merupakan kelainan kulit akibat kontak dengan zat eksogen yang kemudian
menginduksi respon alergi atau iritasi.
Dermatitis kontak dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu dermatitis kontak alergi (ACD) dan dermatitis
kontak iritan (ICD)
Definisi :
1. Dermatitis kontak iritan(ICD) terjadi akibat efek sitotoksik langsung dari bahan kimia.
2. Dermatitis kontak alergi(ACD) disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas tipe 4 yang terjadi pada
individu yang telah tersensitisasi sebelumnya.
Epidemiologi : ICD lebih sering daripada ACD, sekitar 80% dari dermatitis kontak
Pengantar
Manifestasi Klinis :
1. Dermatitis kontak iritan
Keluhan : iritan kuat (panas daan nyeri) dengan kerusakan lesi eritema, edema, vesikel,pustule,
bulla, atau erosi; Iritan lemah paparan kronik (bisa nyeri) dengan lesi hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, likenifikasi, fisura
2. Dermatitis kontak alergi
Keluhan : gatal baik secara akut dan kronik. Lesi kulit akut berupa eritema, vesikel, papula; lesi
kulit kronik berupa likenifikasi, hyperkeratosis, hiperpigmentasi, fisura
Pengantar
Perbedaan dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan adalah dari lokasi lesi, kecepatan
onset, serta pemeriksaan histopatologis
◦ Lokasi lesi : sama pada fase akut, sedangkan dermatitis kontak alergi akan mengalami perluasan
diluar area kontak.
◦ Kecepatan Onset : ICD Iritan kuat (menit-jam) dan ICD iritan lemah (minggu- bulan-tahunan);
ACD sensitisasi 2-3 minggu; ACD elisitasi (12-48 jam)
◦ Histopatologis : ICD iritan kuat akut memiliki gambaran nekrosis keratinosit dan ICD iritan
lemah dapat sama seperti ACD. ACD memiliki koleksi sel langerhan di epidermis, spongiosis
eosinofilik, sel multinucleate dermal dendritic fibrohistiocytic.
Pembeda ACD dengan ICD iritan lemah dengan tes tempel.
Dermatitis spongiotic akut (ACD)
Gambaran Klinis ACD
Dermatitis Kontak Okupasi

Dermatitis kontak okupasi (CD) adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling
umum dengan persentase 95% dari semua diagnosis kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Profesi yang terlibat seperti : pekerja toko bunga, penata rambut, ahli kecantikan,
juru masak, pelayan makanan, pekerja logam, ahli mesin, pekerja pertanian, pekerja
kontruksi, petugas kebersihan, dan petugas kesehatan
CD okupasi didiagnosis menggunakan kriteria oleh Mathias
Dermatitis Kontak Okupasi
Epidemiologi :
ICD terjadi 80% dari semua kelainan kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Meskipun ada yang mengatakan ACD lebih sering.
13 juta pekerja di USA berpotensi terpapar bahan kimia.
Di Amerika Utara pada tahun 2015-2016 : 10,2% pasien ACD yang menjalani
uji tempel memiliki penyakit kulit terkait pekerjaan.
Dermatitis Kontak Okupasi
Uji tempel adalah pengujian reaksi kulit terhadap allergen yang ditempelkan ke punggung.
Instrumen pemeriksaan : Seri TRUE (Thin Layer Rapid Use Epicutaneous), seri ACDS
(American contact dermatitis society), dan seri North American contact dermatitis group
(NACDG). Atau allergen diluar standar
Syarat dari allergen diluar standar : Zat yang tidak diketahui tidak boleh diuji karena potensi
resiko untuk kulit dan toksisitas sistemik.
Dampak dermatitis okupasi = pekerjaan yang terganggu dan penurunan kualitas hidup
Allergen dan Patogenesis ACD
Allergen
Faktor lain Iritan
Kulit

Sel langerhans

Sel T non spesifik

Sel T spesifik memori Sel T spesifik di kulit

Alergen masuk lagi

ACD
Allergen
Allergen dipilih setiap tahunnya oleh ACDS
Pemilihan didasarkan pada peningkatan prevalensi atau karena kurang dikenal.
Ada lima alergen terpilih sampai tahun ini (2020) dalam CD okupasi
ACDS
Tahun 2012 ACDS mempublish seri standar allergen pertama
Tahun 2017 ACDS mengubah sedikit seri standarnya dengan menghilangkan 3 allergen :
glutaraldehid, melati, dan triclosan; serta menambahkan 5 allergen baru berupa : polimiksin B
sulfat, lavender, natrium benzoate, asam benzoate, dan etilheksilgliserin
Tahun 2020 ACDS diupdate dengan menghilangkan methyldibromoglutaronitrile dan
penambahan hidroxylisohexyl 3-cyclohexene carboxaldehyde, Limonene, Linalool, carmine,
benzyl salicylate, yellow 3 dispersion, jasmine, peppermint, pramoxine, shellac, dan lauryl
polyglucose (glucoside).
Tambahan paling relevan dengan pandemic adalah lavender, limonene, dan linalool
ACDS
Lavender
termasuk tanaman yang berfamili Lamiaceae dan genus Lavandula yang biasanya berbentuk kering atau
minyak.
Minyak lavender paling sering berasal dari Lavandula Angustifolia (salah satu dari 4 jenis lavender). Di
Jepang terjadi peningkatan alergi lavender akibat pemakaian sebagai aromaterapi
Limonene dan linalool
bahan wewangian yang paling umum dapat ditemukan dalam berbagai jenis tanaman.
Linalool ditemukan pada geranium, melati.
Limonene ditemukan pada buah jeruk, anggur, dan lemon.
Keduanya banyak digunakan dalam produk rumah tangga dan pembersih.
Isothiazolinones
Isothiazolinones berfungsi sebagai pengawet dan biosida dalam produk kosmetik, rumah tangga,
industry, dan gel ultrasonik

Methylchloroisothiazolinone/methylisothiazolinone dikenal luas sebagai allergen tahun 1980,


serta menjadi epidemi tahun 2000. pembatasan penggunaannya menyebabkan terjadinya
penurunan sensitisasi dan prevalensi
Profesi yang beresiko adalah penata rambut, kosmetik, pekerja industry, petugas Kesehatan
ACD Era Pendemi Covid 19
Petugas Kesehatan
Pervalensi kelainan kulit pada petugas Kesehatan meningkat.
Kelainan kulit berupa gejala sugestif CD yaitu gatal (14,9%), kemerahan (12,6%), ruam(12,4%)
Lokasi kerusakan paling umum adalah di batang hidung, pipi, tangan, dan dahi. Dengan
kecurigaan reaksi kulit terhadap APD (Sarung tangan, masker, pembersih tangan)
Banyak factor ikut mempengatuhi, umumnya komponen dalam APD dan intensitas
pemakaiannya.
ACD Era Pendemi Covid 19
Pasien yang bekerja dari rumah
Pandemi covid 19 : karyawan kerja dari rumah
Instrumen karyawan kerja dirumah berupa alat komunikassi umumnya computer, laptop, dan
handphone
Device Bahan logam dapat melepaskan nikel
Sandaran computer terdapat diakil tiourea
Alas mouse (difeniltiourea) dan mouse (resorsinol monobenzoat)
Sarung Tangan
Alergen berupa : bahan kimia akselerator karet (Thiuram, carbamate, benzothiazole, guanidine,
dan thiourea)
Ditemukan pada sarung tangan latex dan non latex (nitril), serta tidak ditemukan pada sarung
tangan vinil
Epidemiologi : Latex dominan menginduksi hipersensitivitas tipe 1 sedangkan ACD sedikit
Namun, 17 dari 22 petugas kesehatan dengan ACD memiliki tes tempel positif terhadap karet
sarung tangan
Prevalensi sering
Agen Pembersih Tangan
Alergen : ammonium kuatenari (benzalkonium klorida)
Ditemukan pada 200 antiseptic covid 19 yang terdaftar EPA
Memiliki sifat iritan
Alergen lain berupa : Natrium benzoate, propilen glikol, tokoferol (vit E), formaldehida,
cocamide diethanolamine (DEA), propilen glikol, cocamidopropil betaine, dan klorheksidine.
Prevalensi jarang hanya memiliki tingkat alergi sebesar 0,5%
Masker
Alergen :
Dibromodicyanobutane ditemukan di perekat masker bedah
Formaldehida pada polipropilen masker bedah
Poliuretan di dalam spons N95
nikel dan kobalt pada masker N95

Dampak N95 akan menyebabkan kerusakan jangka pendek berupa peningkatan hidrasi kulit, kehilangan air
transepidermal, pH, dan sekresi sebum
81,7% melaporkan adanya kerusakan kulit pada pipi setelah penggunaaan N95 lebih dari 6 jam
ICD lebih umum pada masker N95
Pengobatan dan Pencegahan
Pencegahan dan Tatalaksana non medikamentosa
Menghindari allergen
Masker = menurunan waktu penggunaan N95
Sarung tangan = ganti sarung tangan vinil
sabun pencuci tangan : hindari sabun antibiotic dan menggunakan pembersih berbahan dasar
alcohol
Namun masih menjadi tantangan bagi petugas Kesehatan dan pasien yang bekerja dari rumah
Pengobatan dan Pencegahan
Tatalaksana medikamentosa
Kortikosteroid topical dan inhibitor calcineurin topical
Kortikosteroid oral singkat (2-3 minggu) dapat digunakan untuk menghilangkan gejala akut
pada ACD berat
Emolien untuk xerosis
Antihistamin oral untuk pruritius
Kesimpulan
◦ ACD adalah penyakit kulit akibat zat eksogen yang dapat terjadi akibat kerja .
◦ Dalam kondisi pandemic saat ini, dokter diharapkan menyadari paparan allergen pada petugas
Kesehatan garis depan pandemic maupun allergen potensial yang dihadapi saat bekerja dari
rumah.
◦ Dengan mengetahui tren allergen diharapkan dapat membantu dalam pengenalan awal,
diagnosis, dan pengobatan ACD, sehingga memungkinkan pasien dan tenaga Kesehatan untuk
bekerja di lingkungan yang lebih aman dan lebih sehat

Anda mungkin juga menyukai