Anda di halaman 1dari 27

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dimulai dengan melakukan pengkajian terhadap
indikator kinerja (output) UPTD Puskesmas Pontianak Barat tahun 2015.
Kami kemudian melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan hanya
melibatkan semua anggota kelompok tanpa ada campur tangan dari pihak luar
untuk menetapkan indikator yang akan diangkat sebagai masalah.
Tujuan pelaksanaan FGD pada tahap ini ialah memilih 10 dari 77
indikator yang akan kami pertimbangkan menjadi prioritas masalah yang akan
kami evaluasi pelaksanaannya. Dalam FGD, kami menyepakati tiga hal
mengenai kriteria 10 besar masalah yang akan kami pilih yakni 1) indikator
masalah yang dianggap paling krusial untuk ditingkatkan atau dipertahankan
pencapaiannya, 2) indikator masalah yang pencapaiannya menjadi penentu
pencapaian dari banyak indikator lainnya atau yang pencapainnya
memberikan efek domino terhadap program lainnya, 3) tidak memperhatikan
apakah indikator tersebut berhasil atau tidak mencapai targetnya terlebih
apabila indikator tersebut memenuhi kriteri 1 dan 2.
Melalui proses diskusi (dapat dilihat di lampiran), kami pun akhirnya
mendapatkan 10 indikator kinerja yang akan dibahas. Pembahasan ini
didasarkan pada indikator yang dianggap perlu ditingkatkan pencapaiannya
atau dipertahankan pencapaiannya.

Tabel 5.1. Identifikasi Masalah


No. Indikator Target Realisasi
Cakupan Kunjungan Ibu
1. 96 % 96,23 %
Hamil K4
2. persentase Pelayanan 75 % 74,90 %
Kesehatan Reproduksi

52
54

Remaja
Prevalensi Balita dengan
3. Berat Badan <15 % 16,25 %
Rendah/Kekurangan Gizi
Balita yang Ditimbang
Berat Badannya (Jumlah
4. 70 % 74,21 %
Balita Ditimbang/Balita
Seluruhnya) (D/S)
Persentase Bayi yang
5. Mendapatkan ASI 75 % 67,27 %
Eksklusif
6. Angka Bebas Jentik 75 % 67,19 %
Penemuan Pasien Baru TB
7. 70 % 62,5 %
BTA +
Persentase Kelurahan
8. Universal Child 100 % 0%
Immunization (UCI)
Persentase Masyarakat
9. Melakukan Deteksi Dini 20 % 5,72 %
Faktor Resiko PTM
Persentase Rumah Tangga
10. Sehat ber PHBS (Perilaku 40 % 27 %
Hidup Bersih dan Sehat)
(Sumber: Profil UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat, 2015)

5.2. Penetapan Prioritas Masalah


Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas, dan
tidak memungkinkannya untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya,
sehingga perlu dilakukan pemilihan prioritas masalah yang merupakan
masalah terbesar.
55

Penentuan prioritas masalah kami lakukan ialah dengan menggunakan


metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG merupakan satu
di antara cara untuk menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode
teknik scoring 1-5 dan dengan mempertimbangkan tiga komponen dalam
metode USG, yaitu:
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan
isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain apabila
masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam
keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain
adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang
berdiri sendiri.
3. Growth
Seberapa besar masalah tersebut berkembang atau tren perkembangan
masalah tersebut dari waktu ke waktu.
Tabel 5.2. Penetapan Prioritas Masalah
USG
No. Indikator Total Ranking
U S G

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 3 4 2 24 V

Persentase Pelayanan Kesehatan


2. 3 4 3 36 IV
Reproduksi Remaja
Prevalensi Balita dengan Berat
3. 4 4 3 48 III
Badan Rendah/Kekurangan Gizi
4. Balita yang Ditimbang Berat 3 3 2 18 VI
Badannya (Jumlah Balita
56

Ditimbang/Balita Seluruhnya) (D/S)


Persentase Bayi yang Mendapatkan
5. 3 3 2 18 VI
ASI Eksklusif
6. Angka Bebas Jentik 4 4 3 48 III

7. Penemuan Pasien Baru TB BTA + 4 5 4 80 I

Persentase Kelurahan Universal


8. 4 5 3 60 II
Child Immunization (UCI)
Persentase Masyarakat Melakukan
9. 4 5 3 60 II
Deteksi Dini Faktor Resiko PTM
Persentase Rumah Tangga Sehat ber
10. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan 3 4 3 36 IV
Sehat)

Dari komponen Urgency dapat kita perhatikan bahwa dari 10 indikator


yang dinilai terdapat rentang skor 3-4. Beberapa indikator yang mendapat skor
4 yakni 1) penemuan pasien baru TB BTA +, 2) Persentase Kelurahan
Universal Child Immunization (UCI), 3) Persentase Masyarakat Melakukan
Deteksi Dini Faktor Resiko PTM, 4) Angka Bebas Jentik, dan 5) Prevalensi
Balita dengan Berat Badan Rendah/Kekurangan Gizi. Kelima indikator
tersebut kami beri nilai lebih tinggi daripada indikator lainnya karena
merupakan isu yang mendesak atau segera yang harus diatasi dari sisi waktu.
Penemuan Pasien Baru BTA +, Persentase Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI), dan Angka Bebas Jentik mendesak dari segi waktu
karena merupakan usaha untuk mencegah penyakit yang bersifat menular
seperti TB, PD3I (Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), DBD sehingga
apabila tidak segera diatasi penularan penyakit akan terus berjalan dan
penderita penyakit dapat bertambah dan akan sulit tertangani.
Indikator Persentase Masyarakat Melakukan Deteksi Dini Faktor
Resiko PTM dan Prevalensi Balita dengan Berat Badan Rendah/Kekurangan
Gizi menjadi mendesak dari segi waktu karena merupakan usaha untuk
57

mencegah komplikasi yang akan timbul apabila keadaan tersebut terlambat


ditangani misalnya apabila penderita PTM tidak segera diskrining maka
kemungkinan penyakit PTM akan sulit ditangani ataupun telah menimbulkan
komplikasi saat ditemukan ataupun status gizi kurang harus segera diatasi
dengan perbaikan gizi karena dengan status gizi yang kurang anak akan lebih
mudah terserang penyakit seperti diare ataupun pneumonia.
Dari komponen Severity dapat kita perhatikan bahwa dari 10 indikator
yang dinilai terdapat rentang skor 3-5. Beberapa indikator yang mendapat skor
maksimal 5 yakni 1) Penemuan Pasien Baru TB BTA +, 2) Persentase
Kelurahan Universal Child Immunization (UCI), dan 3) Persentase
Masyarakat Melakukan Deteksi Dini Faktor Resiko PTM. Ketiga indikator
tersebut kami beri nilai lebih tinggi daripada indikator lainnya karena penyakit
yang dapat ditimbulkan indikator tersebut dapat menimbulkan dampak tidak
hanya pada aspek kesehatan namun berdampak pada aspek sosial dan
ekonomi. Penyakit TB tentu saja tidak hanya berdampak kesehatan namun
juga berdampak sosial karena stigma penderita yang negatif dan ekonomi bagi
penderita karena penderita yang biasanya berada pada usia produktif tidak
dapat bekerja secara maksimal. Penyakit komplikasi PTM dapat berdampak
selain pada aspek kesehatan juga pada aspek terutama ekonomi karena biaya
pengobatan pasien gagal jantung, gagal ginjal ataupun stroke membutuhkan
biaya besar. PD3I akan menimbulkan dampak ekonomi dan social yang besar
apabila menjadi wabah akibat kegagalan pencapaian coverage imunisasi.
Dari komponen Growth dapat kita perhatikan bahwa dari 10 indikator
yang dinilai terdapat rentang skor 3-4. Indikator yang mendapat skor 4 yakni
penemuan pasien baru TB BTA +. Indikator tersebut kami beri nilai lebih
tinggi daripada indikator lainnya karena tren kesadaran pemerintah dan
masyarakat mengenai masalah TB tidak menunjukkan perbaikan sebagaimana
kesadaran mengenai masalah seperti imunisasi, kesehatan ibu dan anak, gizi,
penyakit tidak menular ataupun lainnya. Akibatnya dengan kesadaran
masyarakat yang kurang ataupun pengabaian dari pemerintah terhadap
masalah tersebut maka masalah tersebut berpeluang semakin besar tanpa
58

disadari oleh pemerintah ataupun masyarakat itu sendiri. Hal ini terbukti dari
pencapaian penemuan TB BTA + yang fluktuatif dan tidak pernah mencapai
target dalam 3 tahun terakhir. Hal tersebut berbda dari indikator lainnya yang
bersifat stabil bahkan menunjukkan perbaikan.
Pada akhirnya, penetapan prioritas masalah menggunakan metode
USG yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa penemuan pasien
baru TB BTA + menduduki peringkat pertama sebagai indikator yang harus
dievaluasi. Proses evaluasi selanjutnya akan dilanjutkan dengan estimasi
penyebab masalah dan penentuan alternatif penyelesaiannya.

5.3. Identifikasi Penyebab Masalah


Sesuai dengan pendekatan sistem, pencapaian penemuan pasien baru
TB BTA + merupakan suatu output/hasil dari kerjasama antar sistem. Sistem
tersebut meliputi man, material, method, money, dan money. Untuk
mengidentifikasi penyebab masalah yang mempengaruhi keberhasilan
penemuan pasien baru TB BTA + maka kami berupaya menemukan dan
menganalisa penyebab masalah berdasarkan aspek man, material, method,
money, dan money. Identifikasi masalah dapat kami susun setelah kami
mendapatkan data yang bersumber dari wawancara dengan penanggung jawab
program penanggulangan TB (P2TB), kepala puskesmas, koordinator kader
P2TB, petugas puskesmas (dokter dan perawat), kuesioner yang disebar pada
masyarakat dan observasi penulis.
Daftar masalah yang mempengarui keberhasilan program penemuan
pasien baru TB BTA +, yaitu:
Tabel 5.3. Daftar Penyebab Masalah
No Faktor Masalah TolokUkur Keterangan
Penyebab
Manusia
1 Kader P2 TB Belum Wawancara Terdapat 1
berfungsinya kader dengan koordinator dan 4
yang penanggungjawab anggota kader P2TB
bertanggungjawab program P2TB di wilayah kerja
terhadap P2TB dan koordinator UPTD Puskesmas
59

sehingga tidak kader. Barat. Namun belum


optimalnya ada kasus yang
penemuan kasus dirujuk oleh kader
TB di lapangan. yang
bertanggungjawab
terhadap P2TB.

2 Petugas Terbatasnya Wawancara Banyaknya program


puskesmas sumber daya pemegang yang harus dikerjakan
manusia program dan oleh masing – masing
dibandingkan petugas petugas puskesmas,
dengan beban kerja puskesmas sementara sumber
di puskesmas daya manusia terbatas

3 Pemegang Kurangnya Wawancara Kurangnya motivasi


program TB motivasi dan pemegang pemegang program,
inovasi dalam program masa jabatan yang
menjalankan panjang, beban kerja
program yang cukup berat.

No Faktor Masalah Tolok Ukur Keterangan


Penyebab
1 Material Tidak tersedianya Wawancara Kurang
media informasi dengan dimanfaatkannya
seperti papan penanggungjawab papan pengumuman
informasi, poster, program P2TB, baik itu di puskesmas
pamflet, dan wawancara ataupun di posyandu
leaflet tentang dengan serta di tempat-
penyakit TB paru masyarakat tempat umum untuk
di tempat-tempat setempat dan menginformasikan
umum. hasil observasi kepada masyarakat
tentang pentingnya
mengetahui gejala
penyakit TB paru dan
berobat ke pusat
pelayanan kesehatan
yang ada.

No Faktor Masalah Tolok ukur Keterangan


60

Penyebab
1 Metode Tidak adanya Wawancara Penjaringan
perencanaan yang dengan dilakukan secara
matang dalam penanggung spontan bersamaan
penjaringan suspek jawab program P2 dengan pelaksaan
TB. TB. program lain, sasaran
penjaringan belum
mencangkup populasi
yang rentan terkena
TB.

2 Tidak adanya Wawancara Penyuluhan seputar


penyuluhan dengan TB Paru dan
mengenai penyakit penanggungjawab pengobatannya tidak
TB Paru dan program pernah dilaksanakan
pengobatannya. P2TB dan baik oleh petugas
masyarakat maupun kader.

3 Kurangnya Wawancara Kurangnya kerjasama


kerjasama lintas dengan dengan pihak ormas
sektor terutama penanggungjawab dan swasta
organisasi program mengakibatkan
masyarakat dan P2TB. partisipasi
swasta dalam usaha masyarakat dalam
menemukan kasus menemukan kasus TB
TB rendah.

4 Kurangnya Wawancara Belum adanya nota


kerjasama dengan dengan kesepakatan sehingga
praktisi swasta penanggungjawab praktisi swasta tidak
(dokter, perawat, program memiliki kewajiban
bidan praktik P2TB. untuk merujuk pasien
swasta) dalam suspek TB ke
usaha penemuan puskesmas
kasus TB

No Faktor Masalah Tolak ukur Keterangan


penyebab
1 Money Belum optimalnya Wawancara Belum maksimalnya
pemanfaatan dana pemegang pemanfaatan dana
yang tersedia di program P2TB untuk penjaringan
puskesmas dalam dan kepala kasus dan promosi
upaya penemuan puskesmas. kesehatan mengenai
TB. TB
No Faktor Masalah Tolak ukur Keterangan
61

penyebab
Lingkungan
1 Karakteristik Adanya stigma di Wawancara Stigma tersebut
Masyarakat masyarakat bahwa dengan menjadi kendala bagi
TB paru adalah penanggungjawab pemegang program
penyakit yang program P2TB ataupun kader dalam
memalukan. dan koordinator mengajak pasien
kader suspek TB untuk
mulai berobat.

Masih rendahnya Kuesioner dan Dari 25 kuesioner


pengetahuan wawancara yang disebarkan,
masyarakat tentang kepada didapatkan tingkat
penyebab dan masyarakat di pengetahuan
gejala TB, serta wilayah UPTD masyarakat tentang
perilaku pencarian Puskesmas penyebab dan gejala
pengobatan yang Pontianak Barat. TB masih kurang.
tidak tepat Sebagian besar
masyarakat mencari
. pengobatan ke
fasilitas kesehatan
setelah pengobatan
sendiri tidak berhasil.

2 Stakeholder Kurangnya Wawancara Tidak adanya upaya


terkait dukungan dengan berupa dana alokasi
stakeholder terkait penanggungjawab khusus (APBD)
dalam upaya program P2TB untuk upaya
penemuan kasus dan kepala penemuan kasus TB
baru TB BTA + puskesmas dan fasilitas berupa
pamflet dan poster
dari dinas terkait

Setelah mengetahui masalah-masalah yang ada, langkah berikutnya adalah


mencari akar masalah, dalam hal ini kami menggunakan diagram fishbone:

Rendahnya penemuan kasus baru TB


Paru BTA + di Wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pontianak Barat
62

Lingkungan
Material  Adanya stigma di masyarakat
Tidak tersedianya media informasi bahwa TB adalah penyakit yang
seperti papan informasi, poster, pamflet, memalukan
dan leaflet tentang penyakit TB paru di  Kurangnya dukungan stakeholder
tempat-tempat umum. terkait dalam upaya penemuan
kasus baru TB BTA +
 Masih rendahnya pengetahuan
Money masyarakat tentang penyebab dan
Belum maksimalnya gejala TB, serta perilaku
pemanfaatan dana yang pencarian pengobatan yang tidak
tersedia di puskesmas dalam tepat
upaya penemuan kasus TB.

Manusia
 Kader P2TB
Metode
Belum berfungsinya kader yang
 Tidak adanya perencanaan yang
bertanggungjawab terhadap P2TB
matang dalam penjaringan
sehingga tidak optimalnya penemuan
suspek TB
kasus TB di lapangan
 Tidak adanya penyuluhan
 Petugas TB
mengenai penyakit TB Paru dan
Terbatasnya sumber daya manusia
pengobatannya.
dibandingkan dengan beban kerja di
 Kurangnya kerjasama lintas puskesmas
sektor terutama organisasi
 Pemegang Program TB
masyarakat dan swasta dalam
Kurangnya motivasi dan inovasi dalam
usaha menemukan kasus TB
menjalankan program
 Kurangnya kerjasama dengan
praktisi swasta (dokter, perawat,
bidan praktik swasta) dalam
usaha penemuan kasus TB

Gambar 5.1. Diagram fishbone

5.4. Perencanaan dan Alternatif Penyelesaian Masalah


63

Beberapa alternatif penyelesaian masalah dapat diajukan untuk


menyelesaikan permasalahan mengenai upaya penemuan pasien baru TB BTA
+ dikaitkan dengan masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi sebelumnya.
Alternatif penyelesaian masalah dapat diajukan untuk menyelesaikan
permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi Peran Kader
Optimalisasi peran kader adalah rangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1.1. Perekrutan Kader P2TB
a. Tujuan
Merekrut calon kader tambahan yang mendapatkan pelatihan
penemuan kasus TB dan promosi TB.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Bulan Oktober
Tempat : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kec. Pontianak Barat
c. Pelaksana
Pemegang program P2TB
d. Sasaran
Kader Posyandu, kader organisasi keagamaan, kader organisasi
kepemudaan, tokoh masyarakat, tokoh agama, mantan pasien TB.
e. Target
Perekrutan kader tiap 3-4 RW (total minimal 7-10 kader baru)
dimana masing-masing yang akan mendapat pelatihan dan akan
bertanggung jawab terhadap kegiatan penemuan TB dan promosi
TB di RW tersebut.
f. Pelaksanaan
 Menjaring calon kader P2TB yang akan diwawancara. Calon
kader tidak hanya berasal dari kader posyandu namun dapat juga
berasal dari kader organisasi keagamaan, kader organisasi
kepemudaan, tokoh masyarakat, tokoh agama bahkan mantan
pasien TB.
64

 Mengadakan wawancara terhadap calon kader P2TB yang akan


direkrut. Calon kader TB yang direkrut memenuhi syarat antara
lain 1) berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan, 2)
mengetahui kebiasaan masyarakat setempat, 3) mempunyai
waktu yang cukup, bertanggung jawab dan dapat berkonsentrasi
dengan tugasnya, 4) bertempat tinggal di wilayah RW tersebut,
5) bertutur kata sopan dan komunikatif, 6) aktif dan dikenal oleh
masyarakat di wilayah RW tersebut.
1.2. Pelatihan Kader P2TB
a. Tujuan
Pembekalan pengetahuan, sikap dan keterampilan kader P2TB agar
mumpuni dalam melaksanakan usaha penemuan TB dan promosi
TB di wilayah RW yang menjadi wilayah tanggung jawabnya.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Bulan November
Tempat : UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat
c. Pelaksana
Institusi yang berwenang dalam melakukan diklat kesehatan
d. Sasaran
Calon kader P2TB dengan jumlah minimal 7-10 orang.
e. Target
Peserta pelatihan dapat melaksanakan peran sebagai kader P2TB
yang aktif, kompeten dan terampil. Kader diharapkan dapat
berperan dalam 1) menemukan secara aktif warga yang memiliki
gejala TB, 2) mengajak pasien dengan gejala TB ke puskesmas, 3)
mendorong anggota keluarga/kontak untuk memeriksakan diri ke
puskesmas, 4) memberikan penyuluhan tentang TB di forum
masyarakat seperti pengajian, arisan.

f. Pelaksanaan
65

 Permohonan bantuan teknis kepada pihak Dinas Kesehatan


Provinsi atau Dinas Kesehatan Kota untuk menyediakan
narasumber yang memiliki kompenesi sebagai trainer TB
 Penyajian materi antara lain mengenai 1) pengetahuan tentang
TB, 2) peran kader kesehatan, 3) komunikasi efektif, dan 4)
metode perencanaan, pemantauan pencatatan dan pelaporan
kegiatan. Materi disampaikan dengan metode antara lain
ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi, dan penugasan.
 Evaluasi hasil pelatihan dengan pre dan post-test.
1.3. Penyediaan Buku Harian Kader P2TB
a. Tujuan
Perekaman hasil kegiatan kader P2TB dalam usaha penemuan TB
dan promosi TB dalam setahun
b. Waktu dan Tempat
Waktu : November
Tempat : UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat
c. Pelaksana
Pemegang program P2TB, tim promosi kesehatan puskesmas
d. Sasaran
Kader P2TB
e. Target
Terdapat bukti kegiatan yang telah dilakukan oleh kader P2TB
berupa 1) penyuluhan kelompok, 2)penyuluhan perorangan, 3)
kunjungan rumah untuk membimbing dan memotivasi pasien dan
PMO, 4) penemuan dan rujuk suspek kasus TB di wilayah RW yang
menjadi tanggung jawabnya.
f. Pelaksanaan
 Penyediaan buku harian kader P2TB yang berisi 1) informasi
dasar TB, 2) peran kader P2TB, 3) logbook kegiatan kader
P2TB yang dapat berupa penyuluhan perorangan atau
kelompok, penjaringan kasus TB, kunjungan rumah.
66

1.4. Pendampingan Kader P2TB


a. Tujuan
Meningkatkan kinerja kader P2TB, melalui suatu proses yang
sistematis untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
motivasi kader P2TB dalam bekerja.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Sepanjang tahun
Tempat : UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat
c. Pelaksana
Ketua puskesmas, pemegang program P2TB, dan ormas yang terkait
(JAPETI)
d. Sasaran
Kader P2TB
e. Target
Peningkatan kinerja kader P2TB
f. Pelaksanaan
 Review dan monitoring buku harian kader P2TB
 Pertemuan diskusi mengenai kegiatan dan permasalahannya
bersama kader dan pihak puskesmas minimal per triwulan
 Melakukan pengawasan saat kader P2TB bekerja
 Memberikan motivasi untuk kinerja, kreativitas, inovasi.
 Melakukan identifikasi kebutuhan kader P2TB
 Memberikan umpan balik saran yang jelas, relistis dan
sederhana.
 Kegiatan keakraban antar kader P2TB dan puskesmas berupa
silaturahmi, arisan, wisata, lomba.

1.5. Reward Kader


a. Tujuan
67

 Meningkatkan motivasi kader dalam upaya penemuan kasus


baru TB paru BTA positif.
 Memberikan apresiasi atas usaha kader dalam upaya penemuan
kasus baru TB paru BTA positif.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Setiap akhir bulan
Tempat : Puskesmas Pontianak Barat
c. Pelaksana
Kepala puskesmas dan pemegang program P2TB
d. Sasaran
Kader P2TB di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pontianak Barat
e. Target
Adanya rujukan pasien baru TB paru BTA positif dari kader P2TB
ke puskesmas
f. Pelaksanaan
Setiap penemuan atau rujukan 1 pasien baru TB paru oleh kader
akan diberi penghargaan berupa uang senilai Rp 50.000. Pemberian
penghargaan ini dilakukan setiap akhir bulan. Apabila dalam satu
bulan tersebut tidak ada pasien yang dirujuk oleh kader, maka
kegiatan tidak dilaksanakan.

2. Kemitraan dengan Praktisi Swasta (Dokter Praktik Swasta, Bidan


Praktik Swasta, dan Perawat Praktik Swasta
a. Tujuan
Meningkatkan angka penemuan kasus dan kasus rujukan suspek TB
dari pihak praktisi swasta.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Sepanjang tahun
Tempat : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kec. Pontianak Barat
c. Pelaksana
68

Ketua puskesmas, pemegang program P2TB


d. Sasaran
Dokter, Bidan, dan Perawat Praktik Swasta di wilaya kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat
e. Target
Peningkatan angka penemuan kasus TB dan rujukan kasus TB dari
pihak praktisi swasta
f. Pelaksanaan
 Menjalin kerjasama dan membuat nota kesepakatan dengan pihak
Dokter, Bidan, dan Perawat Praktik Swasta dalam upaya penemuan
kasus TB di tempat praktik mereka.
 Pendistribusian formulir rujukan dan pelaporan pasien suspek TB
kepada Dokter, Bidan, dan Perawat Praktik Swasta.
 Monitoring dan evaluasi kontribusi dokter, bidan dan perawat
praktik swasta dalam upaya penemuan kasus TB.

3. Penyediaan media informasi dalam rangka promosi kesehatan


mengenai TB
a. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru
terutama mengenai gejala, penyebaran dan menjalani pengobatan
sesegera mungkin serta penghapusan stigma negatif mengenai TB
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Sepanjang tahun
Tempat : Tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat ibadah,
pasar, puskesmas, posyandu, kantor lurah, kantor
kecamatan, serta instansi pemerintahan di kawasan
Pontianak Barat.
c. Pelaksana
Petugas promkes bekerjasama dengan ormas terkait (JAPETI) dan
kader P2TB.
69

d. Sasaran
Warga di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pontianak Barat
e. Target
Tersedianya video mengenai TB, tersebarnya poster di masing-masing
tempat sasaran program, tersebarnya pamphlet/ leaflet di setiap rumah
di wi layah kerja UPTD Puseksmas Kec Pontianak Barat.
f. Pelaksanaan
 Penyediaan materi pembuatan video, pamf let dan poster yang akan
disebar.
 Pembuatan desain video, poster dan pamf let yang menarik dan
mudah dicerna serta mencakup semua materi yang ingin
disampaikan.
 Penyebaran poster dan pamflet ke tempat sasaran
 Pemutaran video di tempat-tempat seperti puskesmas, kantor lurah,
kantor camat serta instansi pemerintah lainnya.

4. Melakukan penjaringan kontak TB


a. Tujuan
Terjaringnya pasien TB dari kontak pasien TB dengan BTA+
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Setiap ditemukan pasien TB dengan BTA+, dimulai dari
bulan Oktober 2016
Tempat : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kec. Pontianak Barat
c. Pelaksana
Petugas P2TB dan petugas Kesehatan Lingkungan
d. Sasaran
Kontak pasien TB dengan BTA +
e. Target
Terlaksananya penjaringan kontak dari setiap pasien TB dengan BTA+
f. Pelaksanaan
70

 Pasien TB mengisi formulir nama atau siapa saja yang biasa


menjadi kontak dekat mereka (orang yang tinggal serumah atau
orang lain yang bukan serumah namun sering berjumpa dengan
pasien TB).
 Kader TB dan petugas TB menghubungi orang tersebut dan
mengajaknya untuk mendatangi puskesmas atau langsung
mendatangi orang tersebut.
 Anamnesis dan pemeriksaan dahak dilakukan terhadap kontak
pasien TB tersebut.
 Kontak pasien TB mendapat KIE untuk segera memeriksakan
dirinya apabila mengalami gejala TB.

5. Penyuluhan mengenai TB
a. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru
terutama mengenai gejala, penyebaran dan menjalani pengobatan
sesegera mungkin serta penghapusan stigma negatif mengenai TB
b. Waktu dan Tempat
Waktu : sepanjang tahun.
Tempat : Puskesmas, posyandu, Sekolah, Kantor Kecamatan
Pontianak Barat, serta tempat-tempat kegiatan
masyarakat.
c. Pelaksana
Petugas Promosi Kesehatan, petugas P2TB, kader P2TB dan ormas
terkait (JAPETI).
d. Sasaran
Warga di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pontianak Barat
e. Target
Penyuluhan rutin dilakukan di banyak kegiatan warga di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pontianak Barat
f. Pelaksanaan
71

 Menyiapkan materi penyuluhan dengan mmpergunakan sarana


seperti leaflet, slide presentasi, flipchart (maupun sarana yang telah
disediakan oleh tim Promosi Kesehatan Puskesmas)
 Memberi pelatihan materi kepada petugas yang diberi tugas
memberi penyuluhan
 Membuat jadwal penyuluhan yang disesuaikan dengan jadwal
posyandu, maupun kegiatan masyarakat lainnya.
 Memberikan pretest dan postest mengenai materi yang disuluhkan
untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan
masyarakat mengenai TB.

6. Pekan Peringatan TB
a. Tujuan
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru,
khususnya mengenai gejala, cara penularan dan pencegahan, serta
pengobatan ke pusat pelayanan kesehatan sesegera mungkin.
 Mempromosikan ‘Gerakan Peduli TB’ dalam rangka
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya penemuan kasus
TB paru
b. Waktu dan Tempat
Waktu : 17 November – 25 November 2017
Tempat : Puskesmas, instansi-instansi pemerintah, serta
tempat-tempat umum seperti sekolah, rumah ibadah,
pasar, dan lain-lain
c. Pelaksana
Kepala puskesmaas, pemegang program P2TB, seluruh petugas
puskesmas, kader P2TB
d. Sasaran
Masyarakat yang berdomisili di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Barat
e. Target
72

 Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB


paru
 Tergerusnya stigma negatif mengenai penyakit TB dalam
masyarakat
 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam upaya penemuan
kasus TB paru yang ditandai dengan adanya laporan masyarakat
kepada kader apabila terdapat suspek TB
f. Pelaksanaan
 Pembagian leaflet ke tempat-tempat yang menjadi sasaran
 Penyuluhan mengenai TB paru yang diikuti dengan evaluasi
setelahnya. Penyuluhan dilakukan di tempat-tempat yang menjadi
sasaran dan akan ada pemberian reward berdasarkan hasil evaluasi
 Monitoring pelaporan kasus curiga TB oleh masyarakat kepada
kader selama 1 tahun dan penghargaan bagi warga yang ikut
berkontribusi dalam proses penemuan kasus TB.
 Evaluasi tahunan kinerja kader P2TB. Kegiatan evaluasi tidak
sebatas membahas hasil yang telah dicapai dalam setahun, namun
juga diisi dengan sharing antar kader, kader dengan pemegang
program, dan kader dengan organisasi masyarakat lain yang
terlibat. Kegiatan ini juga memungkinkan bertambahnya jaringan-
jaringan baru dari organisasi-organisasi lain yang memiliki
kepedualian yang sama terhadap penanggulangan dan pencegahan
kasus TB paru.
 Hari puncak yang akan diisi dengan kegiatan jalan santai,
pemeriksaan kesehatan gratis, dan pemberian penghargaan bagi
masyarakat yang terpilih.

7. Advokasi kepada Pihak Terkait


73

a. Tujuan
Mendapatkan dan meningkatkan dukungan pemerintah daerah dan
DPRD dalam pencapaian program penanggulangan TB.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Sepanjang tahun.
Tempat : Kantor Pemkot Kota Pontianak dan Kantor DPRD
Kota Pontianak
c. Pelaksana
Petugas Promosi Kesehatan, petugas P2TB dan kepala puskesmas.
d. Sasaran: Pemerintah Kota dan DPRD Kota Pontianak
e. Target
Dihasilkannya kebijakan baik berupa anggaran, sarana, peraturan
yang mendukung kegiatan penemuan kasus TB baru
f. Pelaksanaan :
 Advokasi mengenai permasalahan yang dihadapi oleh
Puskesmas dalam upaya penanggulangan TB untuk
meningkatkan kepedulian Pemda.
 Mendiskusikan dan merencanakan anggaran dan kebutuhan
kegiatan disertai dengan data/ informasi yang baru tentang
pencapaian program penanggulangan TB di daerah untuk
meyakinkan para pengambil keputusan anggaran pada Pemda
dan DPRD.

5.5. Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah


Penentuan prioritas penyelesaian masalah dilakukan untuk memilih
alternatif penyelesaian masalah yang paling menjanjikan.
Pemilihan/penentuan prioritas cara pemecahan masalah ini dilakukan dengan
memakai teknik kriteria matriks. Dari berbagai alternatif cara pemecahan
masalah yang telah dibuat maka akan dipilih satu cara pemecahan masalah
yang dianggap paling baik dan memungkinkan.
74

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memilih prioritas


alternative pemecahan masalah ialah dengan menggunakan metode CARL.
Metode ini baik digunakan bila pengelola program memiliki hambatan
keterbatasan dalam menyelesaikan masalah. Metode ini didasarkan pada
serangkaian kirteria yang harus diberi nilai 1-5.
Kriteria yang dimaksud adalah:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara
/ teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking
atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.
Berikut adalah penentuan prioritas alternatif penyelesaian masalah
dengan menggunaan tabel matriks CARL tersebut:

Tabel 5.4 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


CARL
No. Alternatif Penyelesaian Masalah Total Ranking
C A R L

1. Optimalisasi Peran Kader 3 3 3 5 135 III

2. Kemitraan dengan Praktisi Swasta 4 4 4 2 128 IV

3. Penyediaan Media Informasi 4 4 4 3 192 I

4. Penjaringan suspek TB 3 3 3 5 135 III

5. Penyuluhan TB kepada masyarakat 4 3 3 4 144 II

6. Pekan Peringatan TB 3 3 3 3 81 V
75

7. Advokasi kepada stakeholder terkait 4 2 2 5 80 VI

Dari komponen Capability dapat kita perhatikan bahwa dari 7


alternatif pemecahan masalah yang dinilai terdapat rentang skor 3-4. Beberapa
alternatif pemecahan masalah yang mendapat skor 4 yakni 1) kemitraan
dengan praktisi swasta, 2) penyediaan media informasi, 3) penyuluhan TB,
dan 4) advokasi kepada stakeholder terkait. Keempat alternatif tersebut kami
beri nilai lebih tinggi daripada alternatif lainnya karena merupakan alternatif
yang memerlukan sumber daya (dana, sarana dan peralatan) yang lebih
sederhana dan lebih mudah dijangkau oleh sumber daya puskesmas yang
terbatas daripada alternatif pemecahan masalah lainnya. Pelaksanaan
penyediaan informasi dan penyuluhan TB yang memerlukan leaflet, poster
ataupun bahan presentasi masih mampu dicapai/dijangkau oleh sumber daya
yang tersedia di puskesmas. Begitu halnya dengan kemitraan dengan praktisi
swasta hanya memerlukan formulir rujukan dan pelaporan yang memerlukan
sumber daya yang sederhana. Advokasi kepada stakeholder terkait juga
memerlukan sumber daya beupa proposal ataupun sarana komunikasi yang
juga dapat dijangkau puskesmas.
Dari komponen Acessability dapat kita perhatikan bahwa dari 7
alternatif pemecahan masalah yang dinilai terdapat rentang skor 2-4. Beberapa
alternatif pemecahan masalah yang mendapat skor 4 yakni 1) kemitraan
dengan praktisi swasta dan 2) penyediaan media informasi. Kedua alternatif
tersebut kami beri nilai lebih tinggi daripada alternatif lainnya karena
merupakan alternatif yang lebih mudah dilakukan dan tidak memperlukan
metode yang rumit dalam melaksanakannya. Kemitraan dengan praktisi
swasta memerlukan nota kesepakatan yang tidak sulit dilaksanakan sedangkan
penyediaan media informasi dilaksanakan dengan cara menyebarkan media
informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat yang masih dapat
dilaksanakan oleh petugas puskesmas.
76

Dari komponen Readiness dapat kita perhatikan bahwa dari 7 alternatif


pemecahan masalah yang dinilai terdapat rentang skor 2-4. Beberapa alternatif
pemecahan masalah yang mendapat skor 4 yakni 1) kemitraan dengan praktisi
swasta dan 2) penyediaan media informasi. Kedua alternatif tersebut kami beri
nilai lebih tinggi daripada alternatif lainnya karena merupakan alternatif tidak
memerlukan keahlian khusus dari petugas puskesmas. Kemitraan dengan
praktisi swasta memerlukan nota kesepakatan yang tidak memerlukan
keahlian khusus dalam pelaksanaannya sedangkan penyediaan media
informasi memerlukan keahlian komunikasi visual yang tidak sulit untuk
dipelajari dan dimiliki oleh pegawai puskesmas.
Dari komponen Leverage dapat kita perhatikan bahwa dari 7 alternatif
pemecahan masalah yang dinilai terdapat rentang skor 2-5. Beberapa alternatif
pemecahan masalah yang mendapat skor 5 yakni 1) optimalisasi peran kader,
2) penjaringan suspek TB dan 3) advokasi kepada stakeholder terkait. Ketiga
alternatif tersebut kami beri nilai lebih tinggi daripada alternatif lainnya
karena merupakan alternatif yang memiliki pengaruh besar dalam
keberhasilan upaya penemuan kasus TB dengan syarat apabila mampu
dilaksanakan dengan baik. Optimalisasi peran kader apabila dilaksanakan
dengaan baik maka akan menciptakan struktur penemuan TB berbasis
partisipasi masyarakatang dapat berkelanjutan dan sistematis. Advokasi
kepada stakeholder terkait apabila berhasil dilaksanakan maka pemerintah
dengan kewenangannya akan menghasilkan kebijakan yang dapat
menciptakan atmosfer yang menguntungkan dalam upaya penemuan kasus
TB. Penjaringan kasus TB apabila dapat dilaksanakan dengan metode efektif
dan efisien maka akan berdampak langsung dalam upaya penemuan kasus TB.
Pada akhirnya, penetapan prioritas alternatif penyelesaian masalah
menggunakan metode CARL yang telah dipaparkan di atas menunjukkan
bahwa penyediaan informasi mengenai TB menduduki peringkat pertama
sebagai alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan untuk dilaksanakan
dalam upaya peningkatan keberhasilan penemuan kasus TB BTA +.
Penyediaan informasi secara luas di masyarakat diharapkan akan
77

meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan penghapusan stigma negatif


masyarakat mengenai TB sehingga pasien suspek TB lebih mudah ditemukan,
dijangkau dan diajak untuk memeriksakan diri ke puskesmas.
78

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) dipilih 10 indikator yang
paling krusial untuk ditingkatkan atau dipertahankan pencapaiannya
untuk dipertimbangkan menjadi prioritas masalah yang akan dievaluasi
pelaksanaannya.
2. Dari 10 indikator tersebut dipilih prioritas masalah dengan menggunakan
metode USG dengan hasil bahwa penemuan pasien baru TB BTA +
menduduki peringkat pertama sebagai indikator yang harus dievaluasi.
3. Berdasarkan hasil wawancara, kuesioner dan observasi kami menemukan
berbagai penyebab masalah yang mempengaruhi keberhasilan penemuan
pasien baru TB BTA + yang meliputi aspek man, material, method,
money, dan lingkungan
4. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan untuk mengatasi masalah
tersebut antara lain Optimalisasi Peran Kader, Kemitraan dengan Praktisi
Swasta, Penyediaan Media Informasi, Penjaringan suspek TB,
Penyuluhan TB kepada masyarakat, Pekan Peringatan TB, Advokasi
kepada stakeholder terkait.
5. Adapun prioritas alternatif penyelesaian masalah menggunakan metode
CARL menunjukkan bahwa penyediaan informasi mengenai TB
menduduki peringkat pertama sebagai alternatif pemecahan masalah yang
diprioritaskan untuk dilaksanakan.

6.2. Saran
6.2.1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Membuat kebijakan ataupun memberikan bantuan teknis yang
menguntungkan bagi upaya penemuan pasien baru TB BTA + antara lain
dengan mengucurkan anggaran dana alokasi khusus, menyediakan sarana
seperti pamflet/leaflet, poster, presentasi penyuluhan, pemberian pelatihan
79

bagi kader ataupun membuat peraturan daerah yang mewajibkan


masyarakat bekerjasama dalam upaya penemuan kasus TB.
6.2.2. Bagi Puskesmas Pontianak Barat
a. Optimalisasi peran kader dengan melakukan upaya pendampingan kader
saat bekerja.
b. Menggiatkan promosi kesehatan mengenai TB melalui media informasi
ataupun penyuluhan kepada masyarakat.
c. Melakukan upaya penjaringan kasus yang sistematis kepada kontak
pasien TB BTA +
6.2.3. Bagi Masyarakat
Bekerjasama dengan pihak puskesmas dalam upaya penemuan
kasus dengan segera memeriksakan diri, mengajak keluarga atau tetangga
apabila mengalami gejala TB dan melaporkan pasien suspek TB kepada
puskesmas ataupun kader apabila pasien suspek sulit dijangkau atau
diajak memeriksakan diri ke puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai