Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ADMINISTRASI KEUANGAN
NEGARA DAN DAERAH

Disusun Oleh
Lilis Apriliani Jayadi Saputra Baladewa
Hahahahaha
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke Hadirat-Nya, atas berkat,


rahmat, dan bimbingan-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan Tugas ini.

Penulis menyadari bahwa selama dalam penyusunan tugas ini penulis


banyak mendapatkan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari
berbagai pihak, semoga Tuhan melipat gandakan kebaikannya. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya dan sekaligus
penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas masih banyak


kekurangan baik dari segi cara penulisan maupun materi kajiannya. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun masukan yang bersifat
membangun untuk perbaikan tugas kedepan.

Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk, ilmu yang
bermanfaat, serta ridha-Nya kepada kita. Amin Ya Rabbal ‘aalamin.

Jakarta, 15 April 2016


Penyusun

JONI YASIR
Email : jhonyconstantine@gmail.com
joniyasir@outlook.com
FB : Joni Yasir
HP : 089 623 387 981
HAHAHAHAHA

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Administrasi 3


2.2 Definisi Keuangan Negara 4
2.3 Keuangan Daerah 6
2.4 Ruang Lingkup Administrasi Keuangan 12
2.5 Dasar Administrasi Keuangan Negara dan Daerah 15
2.6 Orientasi Administrasi Keuangan Publik 15
2.7 Sistem Keuangan Administrasi Publik 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama masa Orde Baru, harapan yang Besar dari Pemerintah Daerah

untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah

sendiri ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan.

Yang terjadi adalah ketergantungan fiscal dan subsidi serta bantuan Pemerintah

Pusat sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam

membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Era Reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma

pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma

pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan

Paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket undang-

undang yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah.


Kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas,

nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah merupakan langkah strategis

dalam dua hal. Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan jawaban

atas permasalahan local bangsa Indonesia berupa ancaman diintegrasi bangsa,

kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan, rendahnya kualitas hidup

masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya manusia. Kedua, otonomi

daerah dan desentralisasi merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk

1
menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis

perekonomian daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Administrasi Keuangan Negara dan Daerah ?
2. Apakah yang Bukan Administrasi Keuangan ?
3. Elemen-elemen Kunci dari Administrasi Keuangan Publik dan Daerah ?
4. Dasar dari Administrasi Keuangan Publik dan Daerah ?
5. Orientasi di dalam Administrasi Keuangan Publik ?
6. Sistem di dalam Administrasi Keuangan Publik ?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan Uraian singkat di atas adapun makalah ini di buat

dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca

maupun penulis agar dapat memahami tentang administrasi keuangan Negara

dan daerah.
Pembuatan makalah ini juga untuk memenuhi tugas terstruktur mata

kuliah Administrasi Keuangan Negara dan Daerah yang kami ikuti selama

semester lima tahun ajaran 2014/2015.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Administrasi


Menurut Leonard D. White dalam buku introduction to the study of

public administration, berpendapat bahwa administrasi negara terdiri atas

semua kegiatan negara dengan maksud untuk menunaikan dan melaksanakan

kebijakan negara. Dalam sistem administrasi negara dirumuskan sebagai

keseluruhan perundang-undangan, hubungan-hubungan, kode-kode, dan adat

istiadat atau kebiasaan yang berlaku pada setiap waktu dalam setiap daerah

wewenangnya, untuk menunaikan dan melaksanakan kebijakan negara.[1]


Administrasi negara mencakup kegiatan badan-badan eksekutif,

legislatif, dan yudikatif, sedangkan administrasi pemerintahan adalah kegiatan

yang tidak termasuk kegiatan badan legislatif dan badan yudikatif.


Dimock dan koening berpendapat, baha administrasi negara

mempunyai pengertian yang luas, didefenisikan sebagai kegiatan dari negara

dalam melasanakan kekuasaan politiknya. Sedangkan dalam pengertian sempit,

administrasi negara didefinisikan kegiatan dari badan eksekutif dalam

penyelenggaraan pemerintah.
Tugas administrasi adalah merumuskan kebijakan pelaksanaan dari

kebijakan politik yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun aparatur

pemerintah yang bertugas merumuskan kebijakan politik dalam pelaksanaan

ini adalah pejabat pemerintah profesional, yang disebut administrasi profesi

dan pada umumnya adalah pejabat-pejabat pemerintah yang bekerja pada suatu

department teknis yang secara fungsional mempunyai keahlian pada substansi

teknisnya masing-masing

3
2.2 Definisi Keuangan Negara
Pasal 2 UU Keuangan Negara bahkan menentukan lebih luas dan

rinci tentang apa saja yang tercakup dalam keuangan negara seperti dikutip

sebagai berikut :
 kekayaan Negara / kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak

lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak - hak lain yang

dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan Negara / perusahaan daerah.


 kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.


 kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

diberikan pemerintah.
Seiring dengan diterapkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004

tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

terjadi pergeseran dan pengelolaan keuangan publik di Indonesia. Pergeseran

terjadi berkaitan dengan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan yang

lebih desentralistik. Pengelolaan sumber-sumber keuangan juga mengalami

pergeseran, banyak sumber-sumber keuangan publik yang disentralisasikan

kepada daerah kabupaten dan kota, demi terselenggaranya rumah tangga

daerah otonomi. Optimalisasi pengelolaan keuangan di daerah dimaksudkan

agar pemerintah daerah sebagai penyelenggara otonomi tidak mengalami

defisit fiskal. Oleh karena itu, dilaksanakan reformasi segala bidang meliputi

reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik terutama yang

berkaitan dengan pengelolaan keuangan publik demi untuk mendukung

4
terciptanya good governance. Reformasi lanjutan dilaksanakan terutama

dikaitkan dengan hal-hal berikut ini.


 Reformasi sistem pembiayaan (financing reform).
 Reformasi sistem penganggaran (budgeting reform).
 Reformasi sistem akuntansi (accounting reform).
 Reformasi sistem pemeriksaan (audit reform).
 Reformasi sistem manajemen keuangan daerah (financial management

reform).
Tuntutan pembaruan sistem keuangan publik dimaksudkan agar

pengelolaan uang rakyat secara transparan sehingga tercipta akuntabilitas

publik. Reformasi manajemen keuangan publik terkait dengan perlunya

digunakan modul pengelolaan keuangan publik yang baru yang sesuai dengan

tuntutan perkembangan zaman. Reformasi keuangan daerah berhubungan

dengan perubahan sumber-sumber penerimaan keuangan daerah. Dimensi

reformasi keuangan daerah adalah berikut ini.


 Perubahan kewenangan daerah dalam pemanfaatan dana perimbangan

keuangan.
 Perubahan prinsip pengelolaan anggaran.
 Perubahan prinsip penggunaan dana pinjaman dan defisit spending.
 Perubahan strategi pembiayaan.

2.3 Keuangan Daerah


Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah,

didukung dana dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah,

sedangkan yang menjadi kewenangan pemerintah, didukung dana dari dan atas

beban anggaran pendapatan dan belanja negara. Dibidang penyelenggaraan

keuangan daerah, kepala daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan daaerah. Dalam melaksanakan kekuasaan tersebut, kepala daerah

5
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya berupa perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta

pengawasan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah.

Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan ini, didasarkan atas prinsip

pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang

menerima atau mengeluarkan uang.


Sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yakni
 Hasil pajak daerah
 hasil retribusi daerah
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain lain PAD

yang sah.
 Dana Perimbangan
 Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dengan undang-

undang yang pelaksanaanya untuk didaerah diatur lebih lanjut dengan

peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan pemungutan atau

dengan sebutan diluar yang telah ditetapkan undang-undang.


Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil,d ana lokasi umum

(DAU), dan dana alokasi khusus (DAK). Dana bagi hasil tersebut

bersumber dari pajak, meliputi sebagai berikut:[2]


 Pajak bumi dan bangunan (PBB) sektor pedesaan, perkotaan,

perkebunan, pertambangan serta kehutanan.


 Bea erolehan atas hak tanah dan bangunan (BPHTB) sektor pedesaan,

perkotaan, perkebunan, pertambangan serta kehutanan.


 Pajak penghasilan (Pph) pasal 21, pasal 25, dan pasal wajib pajak orang

pribadi dalam negeri.


Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam, meliputi:

6
 Penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran hak pengusahaan hutan

(IHPH), provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi yang

dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan.


 Penerimaan pertambangan umum yang berasal dari penerimaan iuran

tetap (landrent) dan penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi

(royalty) yang dihassilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan.


 Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang dihasilkan

dari penerimaan pungutan pengusahaan perikanan dan penerimaan

pungutan hasil perikanan.


 Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah daerah

yang bersangkutan.
 Penerimaan pertambangan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah

yang bersangkutan.
Penerimaan pertambangan panas bumi yang berasal dari

penerimaan setoran bagian pemerintah, iuran tetap dan iuran produksi yang

dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan.


Daerah penghasil sumber daya alam ditetapkan oleh menteri dalam

negeri berdasarkan pertimbangan dari menteri teknis terkait, dan dasar

penghitungan bagian daerah penghasil sumber daya alam ditetapkan oleh

menteri teknis terkait, setelah memperoleh pertimbangan menteri dalam

negeri.
Ada Tiga Misi utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi

daerah dan desentralisasi tersebut, yaitu:


 Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah
 Meningkatkan kualiatas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat
 Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut

serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan.

7
Manajemen Keuangan daerah dapat dibagi menjadi dua bagian,

yaitu manajemen penerimaan daerah dan manajemen pengeluaraan daerah.

Prinsip-Prinsip Pokok dalam Penganggaran dan Manajemen Keuangan

Daerah

 Prinsip-prinsip Pokok
Untuk pemerintahan daerah, prinsip-prinsip pokok dalam

penganggaran dan manajemen keuangan daerah antara lain sebagai berikut


 Komprehensif dan disiplin. Anggaran Daerah adalah satu-satunya

mekanisme yang akan menjamin terciptanya disiplin pengambilan

keputusan. Karenanya, anggaran daerah harus disusun secara

komprehensif, yaitu menggunakan pendekatan yang holistic dalam

diagnose permasalah yang dihadapi.


 Fleksibilitas. Pemerintah daerah harus diberi keleluasaan yang memadai

sesuai dengan ketersediaan informasi-informasi yang relevan yang

dimilikinya.
 Terprediksi. Adalah factor penting dalam peningkatan kualitas

implementasi Anggaran Daerah. Sebaliknya, bila kebijakan sering berubah-

ubah, seperti metode pengalokasian dana alokasi umum (DAU) yang tidak

jelas.
 Kejujuran. Tidak hanya menyangkut moral dan etika manusianya tetapi

juga menyangkut keberadaan bias proyeksi penerimaan dan pengeluaraan.


 Informasi. Adalah basis kejujuran dan proses pengambilan keputusan yang

baik.
 Transportasi dan Akuntabilitas. Transportasi mensyaratkan bahwa

perumusan kebijakan memiliki pengetahuan tentang permasalahan dan

informasi yang relevan sebelum kebijakan dijalankan. Selanjutnya,

8
Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambilan keputusan berprilaku

sesuai dengan mandate yang diterimanya.


Paradigma baru pengelolaan keuangan daerah dan APBD dilator

belakangi oleh hal-hal berikut:


 Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pengelolaan keuangan public

secara transparan dan memenuhi prinsip akuntabilitas public


 Memberlakukan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999 yang

kemudian diikuti dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah untuk

mendukung pelaksanaan otonomi daerah, diantaranya:


- PP No. 104 tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
- PP No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah
- PP No. 106 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantu


- PP No. 107 tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
- PP No. 108 tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala

Daerah
- PP No. 109 tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerh

dan Wakil Kepala Daerah


- PP No. 110 tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah


 Sistem, prosedur, format, dan struktur APBD yang berlaku selama ini

kurang mampu mendukung tuntutan perubahan sehingga perlu perencanaan

APBD yang sistematis, terstruktur dan komprehensif.

Perencanaan APBN dengan Paradigma baru tersebut adalah:

 APBN yang berorientasi pada kepentingan public


 APBN disusun dengan pendekatan kinerja
 Terdapat keterkaitan yang erat antara pengambilan kebijakan di DPRD

dengan perencanaan operasional oleh pemerintah daerah dan penganggaran

oleh unit kerja

9
 Terdapat upaya untuk mensinergikan hubungan antara APBD, sistem dan

prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, Lembaga Pengelola Keuangan

Daerah dan Unit-unit Pengelola Layanan Publik dalam Pengambilan

Kebijakan.
Perbandingan Anggaran Tradisional dengan Anggaran dengan

Pendekatan New Public Management (NPM)

ANGGARAN TRADISIONAL NEW PUBLIC MANAGEMENT


1. Desentralisasi & devolved
1. Sentralistik
management
2. Berorientasi pada input, output, dan
2. Berorientasi pada input
outcome (value for money)
3. Tidak terkait dengan perencanaan 3. Utuh dan komprehensif dengan
jangka panjang perencanaan jangka panjang
4. Line-item dan bersifat incremental 4. Berdasarkan sasaran kinerja
5. Batasan departemen yang kaku
5. Lintas departemen (cross department)
(rigid department)
6. Menggunakan aturan klasik: Vote 6. Zero-Base Budgeting, Planning
accounting Programming Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional
Bersifat tahunan Bottom-up budgeting
Spesifik
2.4 Ruang Lingkup Administrasi Keuangan
Ilmu tentang keuangan publik berkembang menurut perkembangan

peran atau aktivitas pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan

menyejahterakan masyarakat public.


Pada dasarnya ilmu tentang keuangan publik mempelajari tentang

penerimaan dan pengeluaran negara beserta pengaruh-pengaruhnya terhadap

kehidupan masyarakat suatu negara. Oleh karena itu, ruang lingkup keuangan

publik meliputi hal-hal berikut ini.


 Pengeluaran atau belanja negara (baik pusat maupun daerah).
 Penerimaan negara (baik pusat dan atau daerah).

10
 Dampak pengeluaran atau belanja negara dan penerimaan negara terhadap

kehidupan masyarakat atau dampak APBN atau APBD terhadap kehidupan

masyarakat.
Kesamaan antara keuangan privat dengan keuangan negara.
 Keuangan privat atau keuangan negara berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

yang menyangkut pembelian, penjualan dan transaksi-transaksi yang lain.


 Untuk membiayai kegiatan-kegiatannya maka baik sektor keuangan privat

ataupun sektor keuangan negara bisa menaikkan pinjamannya, melakukan

pembayaran dan lain-lain.


 Sektor keuangan privat ataupun sektor keuangan negara sama-sama

bertujuan ingin memuaskan keinginan masyarakat.


 Baik sektor keuangan privat ataupun sektor keuangan negara mempunyai

sumber yang terbatas.


Perbedaan antara Keuangan Privat dan Keuangan Negara
 Keuangan privat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
 Sektor ini harus hidup dengan sarana yang dimiliki sendiri sehingga

mungkin bisa terjadi defisit apabila pengeluaran lebih besar dari pada

pendapatan.
 Tanpa pembayaran kembali pinjaman-pinjaman sebelumnya maka

sektor keuangan privat ini akan kehilangan kepercayaan kredit di dalam

pasar.
 Pinjaman hanya dapat dilakukan terhadap pihak luar.
 Bunga pinjaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Tidak mempunyai kemampuan untuk mencipta/mencetak uang.
 Mengikuti market principles.
 Merencanakan kegiatannya dengan mempertimbangkan penerimaannya

lebih dahulu, kemudian pengeluarannya.


 Keuangan negara mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
 Hidup dengan sarana yang lebih kompleks apabila terjadi defisit maka

negara bisa menetapkan budget defisit untuk mengatasinya.


 Pinjaman dapat dilakukan baik ke dalam maupun ke luar negeri.

11
 Bunga pinjaman bisa lebih rendah dibanding dengan pinjaman yang

dilakukan oleh sektor swasta/sektor keuangan privat.


 Mempunyai kemampuan untuk mencipta/mencetak uang.
 Mengikuti prinsip anggaran (budget principle).
 Dalam merencanakan kegiatannya, pengeluaran ditetapkan terlebih

dahulu, kemudian penerimaannya.


Menurut Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003, ruang lingkup

keuangan negara meliputi:


 Pengelolaan moneter
Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter.

Kebijakan moneter adalah kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah agar

ada keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar dengan

barang dan jasa yang tersedia di masyarakat.


 Pengelolaan fiskal
Pengelolaan fiskal meliputi fungsi - fungsi pengelolaan kebijakan

fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan,

administrasi kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Kebijakan

fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan

penerimaan ( pendapatan ) dan pengeluaran ( belanja ) pemerintah.


 Pengelolaan Kekayaan negara
Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan negara, yang

termasuk pengeluaran Negara telah diatur secara khusus dalam Keputusan

Presiden 6 Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang / Jasa Instansi Pemerintah. Di samping itu terdapat pula kekayaan

negara yang dipisahkan ( pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan yang

seluruh modalnya / sahamnya dimiliki oleh negara ). Perusahaan semacam ini

biasa disebut Badan Usaha Milik Negara dan Lembaga - lembaga Keuangan

Negara ( BUMN / BUMD ).

12
2.5 Dasar Administrasi Keuangan Negara dan Daerah
Dasar hukum merupakan landasan dasar yang dipergunakan

sebagai pedoman atau sebagai petunjuk bagaimana keuangan negara tersebut

harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dasar hukum adalah untuk

menjamin bahwa dalam realisasi pengurusan keuangan negara tercermin

kesatuan (unity) dalam bertindak bagi pejabat-pejabat negara.


Adapun Dasar-dasar Administrasi Keuangan Negara dan Daerah
 Hukum : Persyaratan, otorisasi, dan larangan-larangan
 Political circumstances : Proses penganggaran
 Teknik-teknik : terdapat pada masing-masing pejabat publik, ex. Akuntansi

publik.
 Pengaturan Organisasi : dengan konstitusi, hukum, dan kebijakan-

kebijakan pemerintah lainnya. (legislatif, eksekutif, pejabat pengelola

keuangan, atau alokasi pertanggungjawaban bagi badan-badan operasional)

2.6 Orientasi Administrasi Keuangan Publik


 Organisasi Publik memiliki tiga orientasi :
 Pengendalian (Control)
Suatu orientasi kendali dicerminkan di (dalam) suatu

konsentrasi usaha pada memastikan bahwa organisasi melengkapi,

menyudahi tugas spesifik dan anggota organisasi itu tidak menyimpang

dari kebijakan pejabat. Orientasi kendali memerlukan informasi seperti

dalam mengambil tindakan tertentu atau tidak diambil.


 Manajemen (Management)
Suatu orientasi manajemen dicerminkan di dalam suatu

konsentrasi usaha untuk mencapai daya guna dan tepat guna di dalam

operasi sehari-hari dan, karenanya, perhatian yang diungkap kedalam

13
detail operasional. Orientasi manajemen memerlukan ukuran dari

hubungan input-output dan pemenuhan.


 Perencanaan (Planning)
Suatu orientasi perencanaan dicerminkan dalam suatu

konsentrasi usaha atas penentuan tujuan organisasi dan pilihan alat-alat

untuk mencapai tujuan. Orientasi perencanaan memerlukan proyeksi

peristiwa masa depan, visi tentang kemungkinan masa depan, dan alat-

alat dalam menuju kemungkinan keberhasilan masa depan.

2.7 Sistem Keuangan Administrasi Publik


Sistem Administrasi Keuangan Negara - Untuk menjalankan roda

pemerintahan dan memenuhi tujuan bernegara, pemerintah Indonesia perlu

mengatur dan mengelola (manage) keuangan negara. Dalam

teorinya Stoner dan Winkel (1987) menyebutkan bahwa manajemen adalah

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

kegiatan-kegiatan anggota-anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber

organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


Sementara itu, tujuan negara Indonesia telah disebutkan

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yaitu :


 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut serta mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.


Sistem administrasi keuangan negara diatur dengan berbagai

ketentuan, diantaranya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU

No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara. Modul ini menguraikan pengelolaan keuangan negara sub

14
bidang pengelolaan fiskal, yaitu terkait dengan kebijakan dan kegiatan

pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kebijakan

dan kegiatan APBN yang diuraikan adalah sejak dari perencanaan anggaran,

penyusunan dan penetapan anggaran, pelaksanaan anggaran,

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, dan pemeriksaan

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.


Sebagaimana diatur dalam UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara pasal 1 bahwa pengertian keuangan negara adalah: semua hak dan

kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik

berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara.

Pengertian keuangan negara yang begitu luas memerlukan pengadministrasian

yang sistematis, terpadu, dan berkelanjutan.


Fungsi perencanaan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional tidak dibahas

secara rinci. Akan tetapi, pembahasan mengenai keuangan negara lebih

difokuskan pada fungsi pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

sesuai dengan ketentuan undang-undang di bidang keuangan negara.

Sedangkan fungsi perencanaan keuangan negara dibahas pada materi

penyusunan dan penetapan APBN.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu tentang

keuangan publik berkembang menurut perkembangan peran atau aktivitas

pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan menyejahterakan

masyarakat public.Pada dasarnya ilmu tentang keuangan publik mempelajari

tentang penerimaan dan pengeluaran negara beserta pengaruh-pengaruhnya

terhadap kehidupan masyarakat suatu negara.


Seiring dengan diterapkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004

tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

terjadi pergeseran dan pengelolaan keuangan publik di Indonesia. Pergeseran

terjadi berkaitan dengan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan yang

lebih desentralistik. Pengelolaan sumber-sumber keuangan juga mengalami

pergeseran, banyak sumber-sumber keuangan publik yang disentralisasikan

kepada daerah kabupaten dan kota, demi terselenggaranya rumah tangga

daerah otonomi.
Optimalisasi pengelolaan keuangan di daerah dimaksudkan agar

pemerintah daerah sebagai penyelenggara otonomi tidak mengalami defisit

fiskal. Oleh karena itu, dilaksanakan reformasi segala bidang meliputi

reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik terutama yang

berkaitan dengan pengelolaan keuangan publik demi untuk mendukung

terciptanya good governance.

16
3.2 Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembaca memperkaya khasanah perpustakaan serta bermanfaat bagi semua

pihak. Kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna

kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2004. Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi :


Yogyakarta

Suparmono, 1992. Keuangan Negara. BPFE : Yogyakarta

Suparmoko. 2005. Keungan Negara. BPFE : Yogyakarta

Sunarno, Siswanto. 2006. “Hukum pemerintah daerah di indonesia”. Jakarta:


Sinar Grafika Offset.

Widjaja, Haw. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi. Raja grafindo
persada : Jakarta
http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/

18

Anda mungkin juga menyukai