Seorang laki-laki berusia 42 tahun di bawa ke UGD karena sesak napas. Hasil pengkajian
kesadaran somnolen, keringat dingin, akral teraba dingin, pucat dan CRT 3 detik, TD 98/60
mmHg, frekuensi nadi 126 x/menit, frekuensi napas 8 x/menit. Terdengar suara snoring,
Refleks batuk (-), reflek menelan (-), ronchi di kedua lapang paru. Sesak napas dirasakan
sejak 2 hari yang lalu. Pasien dilakukan intubasi ETT no.7,5, kedalaman 21 cm, tekanan cuff
ETT 30, terhubung ke ventilator mode SIMV PS dengan PEEP 8, FiO2 50%, Tidal volume
420 ml/jam, frekuensi napas 19 – 21 x/menit, I:E 3 :1 , CVP 15 cmH2O. Tekanan darah 115-
130/70-85 mmHg, frekuensi nadi 88-98 x/menit. Tampak keluaran sekret warna putih.
Terpasang NGT, BU 7X/menit. GCS E2M4Vt. Pasien dipindahkan ke ruang Intensif Care
Unit (ICU)
Thorax AP
Foto dibandingkan dengan foto thorax digital tanggal 24-10-2018
Cor sulut dinilai, batas kiri tertutup perselubungan. Sinus dan diafragma
kanan normal, sinus dan diafragma kiri berselubung
Pulmo :
- Hilus kanan normal, hilus kiri tertutup perselubungan
- Corakan bronkovaskuler sebagian normal
- Tampak perselubungan opak inhomogen di lapang atas sampai
bawah paru kiri sedikit berkurang
- Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax tengah
sampai bawah kiri belum jelas berkurang
Tampak terpasang ETT dengan ujung setinggi corpus vertebra thorax 4
Tampak terpasang CDL dengan ujung setinggi corpus vertebra thorax 9-10
Tampak terpasang plate dan screw pada 1/3 distal os clavicula kanan, posisi
stabil
Kesimpulan:
Pleuropneumonia kiri sedikit perbaikan
Sample : darah
Sample : sputum
Nutrisi
Karbohidrat : 50%
Lemak : 50%
Nutrisi enteral : entramix : 70 ccx6 = 420 cc dalam 24 jam
a. Terapi
Ob Dosis
at
levofloxaim 1 x 750 gr
IV
Omeprazol vial 40 mg 2 x 40 mg
IV
Paracetamol infus 1 gr 1 x 1 gr IV
M asetil sistein 3x 200 mg
IV
Ceftazidim 3 x 2 gr IV
combivent 6 x 1 hari
Cairan
Pertanyaan :
Penjelasan :
Pada kasus
Komponen respirasi, pH menurun, paCO2 meningkat artinya asidosis respiratorik
Komponen metabolik, pH menurun, HCO3- menurun artinya asidosis metabolik
Ph + paCO2 + HCO3 : Terkompensasi Sebagian
Hasil : Asidosis respiratorik gabungan metabolik terkompensasi sebagian
2. Jelaskan terjadinya gagal nafas pada kasus diatas
CAP
Infeksi bakteri
Merangsang respon
inflamasi
Dx : Bersihan jalan
Penumpukan fibrin, eksudat, napas tidak efektif
eritrosit, dan leukosit
Kegagalan ventilasi
v/p Mismatch
Asidosis respiratorik
3. Pasien telah terpasang ventilator ; identifikasi fungsi paru dari pasien ; dan
identifikasi fungsi organ lain pada kasus ini
1. Fisiologi Ventilasi Mekanik
Pada saat inspirasi pernapasan normal yang spontan diawali dengan terjadinya
kontraksi otot diafragma dan otot pernapasan yang lain sehingga volume dada
mengembang dan membuat tekanan negatif dalam rongga dada. Tekanan negatif
ini menyebabkan udara di luar yang bertekanan lebih tinggi masuk ke dalam paru
paru dan terjadilah inspirasi. Jumlah udara yang masuk akan dianggap cukup
setelah otot otot diafragma dan pernapasan mulai relaksasi dan tekanan dalam
rongga dada sama dengan di luar tubuh. Ketika otot otot kembali ke posisi
semula terjadilah ekspirasi karena tekanan dalam rongga dada lebih tinggi
daripada di luar tubuh.
Pada penggunaan ventilasi mekanik, aliran udara dapat masuk ke paru paru
karena adanya tekanan positif buatan oleh ventilator, dimana fase ekspirasinya
terjadi secara pasif. Ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru
paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif. Perbedaan tekanan
baik pada proses inspirasi dan ekspirasi menimbulkan dampak terhadap kondisi
hemostasis yang fisiologik.
Efek pada kardiovaskular terlihat karena tekanan positif yang diberikan
menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung sehingga curah jantung
menurun. Penderita dengan status hemodinamik baik akan dapat
mengkompensasi perubahan ini dengan vasokontriksi, namun pada penderita
dengan gangguan saraf simpatis dan sedang mengalami hipovolemik sehingga
homeostasis terganggu dan pasien bisa jatuh dalam keadaan syok.
Perubahan pada paru sangat bervariasi tergantung keadaan paru pasien. Tekanan
inflasi yang tinggi dan lama dapat merusak membran kapiler paru, kerusakan
surfaktan, atelektasis, barotrauma, maldistribusi gas, dan penurunan kapasitas
residu fungsional.
Penggunaan ventilasi mekanik juga dapat mempengaruhi keseimbangan asam
basa dalam tubuh dikarenakan volume ventilasi yang besar dapat menyebabkan
hipocarbia dan alkalosis respiratorik. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi
serebral dan peningkatan afinitas oksigen - hemoglobin. Hipokarbia tersebut
dapat diatasi dengan menggunakan ruang rugi tambahan. Efek pada organ lain
bisa dilihat dari menurunnya aliran darah ke hati dan ginjal akibat dari penurunan
curah jantung.
Tujuan dari ventilasi mekanik adalah mempertahankan ventilasi alveolar yang
tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan
memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010). bila fungsi paru untuk
melaksanakan pembebasan CO2 atau pengambilan O2 dari atmosfer tidak cukup,
maka dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator (Rab, 2007). Tujuan fisiologis
meliputi membantu pertukaran gas
Pada penggunaan ventilasi mekanik, aliran udara masuk ke paru-paru karena
adanya tekanan positif buatan oleh ventilator, dimana fase ekspirasinya terjadi
secara pasif. Ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru paru
pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan
tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga
toraks paling positif.
- identifikasi fungsi organ lain
Efek pada organ lain bisa dilihat dari menurunnya aliran darah ke hati dan ginjal
akibat penurunan curah jantung. Penurunan perfusi pada ginjal akan
mengakibatkan sekresi ADH dan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan
air, dimana berujung pada ekskresi urin yang menurun.
3. I : E (3 :1) I : E (2 :1)
Berdasarkan kriteria Berlin, derajat keparahan ARDS juga dapat dibedakan menjadi:
Menurut Rahajoe dkk, (1994) fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan yaitu
melakukan pertukaran udara (ventilasi), bertujuan menghirup masuknya udara dari atmosfer
ke dalam paru-paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara dari alveolar ke luar tubuh
(ekspirasi). Gagal nafas pasien disebabkan karena hiperkapnia atau kegagalan fungsi ventilasi
kegagalan ini ditandai dengan retensi CO2, disertai dengan penurunan pH yang abnormal,
penurunan PaO2, perbandingan nilai I : E (3:1), dan nilai perbedaan tekanan O 2 di alveoli-
arteri (A-a)DO2 meningkat atau normal.
Proses difusi adalah perpindahan oksigen dari alveolus menuju kapiler darah dapat
terjadi karena tekanan partikel oksigen di dalam alveolus lebih tinggi daripada di dalam
darah. Difusi merupakan proses bergeraknya molekul dari area yang berkonsentrasi tinggi ke
area yang berkonsentrasi rendah. Pada kasus diatas fungsi difusi paru paru terganggu karena
pasien mengalami Acute Respiratory Distress Sydrome (ARDS) yaitu suatu kondisi
kegawatdaruratan yang terjadi karena adanya akumulasi cairan di alveoli yang menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang.
Selain itu, pasien yang terhubung dengan ventilator dan harus berbaring dalam waktu
yang lama berisiko mengalami luka dekubitus dan gangguan aliran darah akibat
tromboembolisme. Meski penggunaan ventilator memiliki peranan penting dalam perawatan
pasien, risikonya pun tidak sedikit. Penggunaan alat ventilator juga umumnya membutuhkan
biaya yang besar. Semakin lama pasien dirawat menggunakan ventilator, semakin banyak
biaya yang harus dikeluarkan.
5. Sebutkan dan jelaskan intervensi yang harus dilakukan pada kasus tersebut
kelancaran airway, opa
Pemberian intubasi, ETT
bantuan nafas dengan ventilator
Pengeluaran sekret dengan suction bc kasus ada sekret
Perlu pemberian antibiotik terdefinisi
1. Pola nafas tidak efektif Pola nafas : inspirasi dan Manajemen jalan nafas
(D.0005) ekspirasi yang (I.01011)
memberikan ventilasi 1) Observasi
adekuat (L.01004) - Monitor
Setelah diberikan … pola nafas
selama 1x 24 jam
(frekuensi,
didapatkan kriteria hasil
- Ventilasi kedalaman,
meningkat usaha
- Dispnea menurun nafas)
- Penggunaan otot - Monitor
bantu nafas bunyi nafas
menurun tambahan
- Frekuensi nafas - Monitor
membaik sputum
2) Terapeutik
- Pertahanka
n kepatenan
jalan nafas
- Posisikan
semi fowler
atau fowler
- Lakukan
hiperoksige
nasi
sebelum
pengisapan
endotrakeal
- Keluarkan
sumbatan
benda padat
dengan
forceps
McGill
Manajemen Jalan nafas
Buatan (I.01012)
1) Observasi
- Monitor
posisi
selang
endotrakeal
(ETT),
terutama
setelah
mengubah
posisi
- Monitor
tekanan
balon ETT
setiap 4-8
jam
2) Terapeutik
- Cegah ETT
terlipat
- Ganti iksasi
ETT setiap
24 jam
- Ubah posisi
ETT setiap
24 jam
(kiri,
kanan)
- Lakukan
perawatan
mulut
3) Edukasi
- Jelaskan
kepada
pasien atau
keluarga
tujuan dan
prsedur
pemasanga
n jalan
nafas
buatan
2. Gangguan Pertukaran
Gas
(D.0003)
Terapeutik
9. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi