Anda di halaman 1dari 51

TUGAS KELOMPOK MATAKULIAH HUKUM PERBANKAN (A)

RESUME BUKU
“Hukum Perbankan karya Dr. Uswatun Hasanah, S.H., M.Hum”

Dosen Pengampu : Dr. Devy Rahayu, S.H., M.Hum.

Ditulis oleh :

1. Yunanda Hartanti 190111100077


2. Elvita Fitrianti R. 190111100098
3. Agustinus P. Fau 190111100097
4. Mutiara Adelia Putri 190111100071

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
TUGAS RESUME BUKU HUKUM PERBANKAN (Bagian 1 -Bagian
4)
KARYA : Dr.USWATUN HASANAH ,S.H.,M.Hum

Bagian 1 : Sejarah Dan Perkembangam Perbankan


A. Sejarah Perkembangan Perbankan Dunia
Perkembangan Lembaga keuangan dimulai kira-kira 2000SM di Babylonia berupa
Lembaga keuangan semacam Bank.,Lembaga ini meminjamkan emas dan perak
dengan tingkat bunga 20 persen setiap bulan. ,dikenal dengan “Temples of Babylon”
Pada Tahun 5000SM sesudah zaman Babylon , di Yunani didirikan pula ‘ Greek
Temple’ yang kegiatan nya menerima simpanan dengan memungut biaya
penyimpanan dan meminjamkan Kembali kepada Masyarakat . Pada saat itulah
muncul Bankir-Bankir Swasta yang Pertama. Kemudian diteruskan pada Zaman
Romawi ,jangkauan operasi Lembaga perbankan lebih meluas lagi yaitu mencakup
tukar menukar mata uang , menerima Deposito ,dan memberikan kredit.

Lembaga Perbankan mencapai perkembangan lebih cepat tepatnya pada zaman


pertemgahan , setelah jatuhnya kota Roma (tahun 500-1500) . Pada kurun waktu ini
perkembangan perbankan terjadi pada pusat-pusat perdagangan seperti di Eropa
Selatan (Venesia dan Genoa). Bank Venesia didirikan oleh pemerintahnya (1171)
dan merupakan Bank pertama yang dipakai untuk membiayai perang.,setelah itu di
wilayah pemerintahan kota lain nya berdiri “Bank Of Genoa” dan “Bank Of
Barcelona”. Pada kurun waktu ini telah berkembang Teknik-Teknik baru dalam
Perbankan karena telah mampu memberi alat-alat pembayaran antar daerah dan
antar bangsa dengan penciptaan bentuk wesel ,promes dan Kliring (clearing) dan
Pasar uang
Wesel merupakan selembar kertas wesel (bill) yang menyatakan bahwa si penukar
uang akan membayar logam emas lainnya kepada si pedagang sewaktu-waktu
diminta , kemudian dengan dimasukkannya unsur waktu maka wesel menjadi piranti
uang dan menjadi salah satu piranti kredit ., sedangkan promes adalah kertas yang
diberikan kreditur kepada debitur sebagai janji pembayaran Kembali kelak dan ini
merupakan surat jangka pendek.
Kliring adalah proses penyelesaian hubungan utang piutang yang simpang siur
antara banyak pihal hingga diperoleh perhitungan jumlah akhir dari masing-masing
yang harus membayar atau menerima sebagai selisih antara jumlah total utang dan
jumlah total piutang masing-masing. , Pasar uang sendiri adalah suatu pasar uang
yang meliputi orang-orang yang mempunyai dana untuk dipinjamkan dan orang-
orang yang meminjam dana.

1
Zaman antara tahun 500-1700 disebut zaman pertengahan atau bisa disebut zaman
Merkantilisme . pada zaman ini pembentukan bank-bank didominasi oleh bank-bank
pemerintah ,antara lain pada tahun 1609 didirikan bank di Amsterdam , kemudian
pada tahun1619 didirikan lagi di Hanburg .,tahun 1621 berdiri bank di Neurnberg,
dan pada tahun 1661 di Stockholm. Di Inggris ada bank yang disebut “Bank Of
England” Selain itu di Amerika Seikat pada tahun 1971 (AS merupakan koloni
Inggris) telah didirikan sebuah bank pemerintah yaitu ‘The First United States
bank’ .Bank ini dibentuk dengan tujuan untuk menghidupkan Kembali kredit
nasional yang telah hancur karena perang saudara ,dan juga untuk memperlancar
perkembangan sistem uang nasional. Disamping itu Teknik-Teknik yang digunakan
semakin berkembang karena Teknik-teknik pada zaman pertengahan semakin
diperbaiki ,digantungkan pada persetujuan yang dibuat dan dilindungi oleh hukum
.Pasar uang juga mengalami perkembangan lebih pesat . ,pada zaman ini mata uang
(currency) meliputi uang logam dan warkat komersial yang dapat dijadikan sebagai
alat pembayaran ., sebelum zaman merkantilisme ini berakhir ,warkat komersial
terdrbut mengilhami pembuatan uang kertas sebagai salah satu jenis uang kartal
(currency) .
Pada tahun 1750-1800, Lembaga-lembaga perbankan dan pasar uang mengalami
perkembangan yang sangat pesat dan Kompleks . mereka makin memperoleh
bentuknya seperti apa yang kita jumpai sekarang. Ide untuk mengawasi jumlah uang
beredar ,serta kekhawatiran dan akibat-akibatnya , telah muncul. Teori tentang
keuangan dan perbankan pun muncul seperti Adam Smith dan David Hume.
Pada Tahun 1800-1914 , perkembangan perbankan melanjutkan perkembangan yang
telah dilalui pada masa sebelumnya , Mulai pada periode ini ,Inggris mulai menjadi
pusat sistem keuangan dan pembayaran dunia baik transaksi dalam jangka pendek
ataupun jangka Panjang , pengumpulan melalui Deposito merupakan kegiatan
perbankan yang utama sehingga hal tersebut diawasi oleh pemerintah secara ketat.
Bank-Bank pemerintah semakin berkembang ,sehinnga mendesak bankir-bankir
perorangan yang kemudian mengadakan penggabungan dan membentuk bank-bank
besar.Perkembangan Periode ini telah berhasil menyatukan sistem perbankan
mereka kedalam organisasi perbankan dan keuangan internasional dibawah
mekanisme standar emas.
Memasuki perang dunia pertama , perkembangan perbankan khususnya di Eropa
mengalami kevakuman sesudah perang. , Negara-negara mencoba membangun
Kembali sistem perbankan dan pembayaran standart emas ,Amerika Serikat
menerapkan pembayaran standar emas pada tahun 1919 disusul oleh inggris dan
perancis pada tahun 1926. Memasuki tahun 1929 , telah ada 30 negara yang telah
menerapkan sistem pembayaran dengan standar emas meskipun demikian
perkembangan perbankan tidak mengalami perubahan yang baik hal tersrbut terlihat
di Amerika Serikat yang mengalami kejatuhan dibursa efek pada tahun 1929 dan
kredit macet pada bank-bank di Eropa.
Dalam suasana perbankan yang tidak menentu tersebut beberapa usaha telah
diupayakan untuk menciptakan dasar kerja sama bagi sistem pembayaran
Internasional yang baru dan kerja sama dilapamgan ekonomi.Puncak dari kerja sama

2
tersebut adalah disepakatinya konfrensi di Brussel pada tahun 1920 yang didukung
oleh Liga Bangsa-Bangsa .Dari hasil Konfrensi tersebut antara lain harus didirikan
bank-bank Sentral di setiap negara dan mereka harus menjalankan pengendalian
keuangan seperti yang dijlankan oleh Bank Of England. Konfrensi lanjutan diadakan
di Genoa ,Itali pada tahun 1922 ,yang antara lain menyepakati setiap negara
mempergunakan uang kertas didalan sistem mata uang guna menghemat pemakaian
emas dan menyarankan supaya didirikan pusat-pusat emas.
Usaha lain dari adanya kerja sama tersebut adalah didirikannya Bank Of
International Settlement pada tahun 1929 di Brussel yang berhubungan dengan
permasalahan dan utang perang. Bank ini antara lain dimaksudkan untuk
menyelesaikan pembayaran oleh para pihak yang berutang kepada negara-negara
lain di dunia ,selain itu bank ini dimaksudkan untuk menjadi bank sentral bagi bank-
bank sentral yang ada serta mengusahakan kerja sama antar bank-bank sentral di
dunia .Bamk ini sampai sekarang masih berkerja dan membuat laporan-laporan
temtang masalah-masalah keuanagan dunia.
Dalam perkembangan selanjutnya Amerika Serikat kemudian mengesahkan Federal
Fam Loan Act pada tahun 1926 yang intinya Lembaga-lembaga yang didirikan
menurut Federal Fam Loan Act diwjibkan mengikuti pokok pikiran sistem jerman
.Sistem perbankan di jerman lahir dari adanya kebutuhan keuangan dibidang
pertanian dan industry maka didirikan bank koperasi ,baik itu bank rakyat
(Volkbanken) maupun bank tanah (landschaften) Setelah mengalami kemandegan
laju di kehidupan perbankan setelah Perang Dunia Kesatu dan resesi ekonomi pada
tahun 1930-an kehidupan perbankan tidak banyak beranjak dari keadaan semula
dalam suasana Perang dunia kedua .Perhatian negara tertuju untuk segera
memenangkan perang dan mengakhiri kekacauan akibat perang yang berkelanjutan.
Perang Dunia Kedua membawa banyak perubahan besar dalam perekonomian
dunia, hubungan ekonomi antar bangsa dan dalan lalu lintas pembayaran
Internasional.
Setelah PD-II ,tiap-tiap negara menjalankan dan dan menciptakan kebijakan sendiri
dan perdagangan internasional .Moneter Internasional tidak lagi ditempatkan diatas
moneter internasional..Kemudian timbul masalah bagaimana kebijakan ekonomi dan
Moneter dalam negeri masing-masing negara dapat disesuaikan dan dikoordinasikan
dengan tujuan-tujuan ekonomi moneter internasional sehingga diperoleh sistem
yang menjamin hubungan lalu lintas Ekonomi juga pembayaran barang-barang serta
lalu lintas modal internasional yang lancar ,Pada Periode ini pembentukan
International Monetery Fund (IMF) di Bretton Woods Amerika Serikat merupakan
salah satu hasil kerja sama Internasional yang cukup berarti ,Tujuan utama IMF
adalah menmajukan kerja sama lapangan moneter internsional yang mempermudah
perkembangan pwerniagaan internasional pada timgkat kesempatan kerja dan
pendapatan tinggi , IMF juga bertujuan memelihara stabilitas kurs valuta ,peniadaan
pengawasan atau pengendalian devisa (exchange control) dan memberikan pinjaman
untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan sementara sepanjamng IMF mengizinkan.
Selain terbentuknya IMF ,lahir pula lembaga khusus untuk mengadakan investasi -
investas jangka Panjang , yaitu The International Bank Of Reconstructions And
Development (IBRD) yang kemudian lebih dikenal sebagai Bank Dunia,Tujuan dari
3
Bank Dunia tersebut adalah untuk merekonstruksi negara-negara yang mengalami
kehancuran sebagai akibat perang perang dunia dan untuk pembangunan di negara-
negara berkembang ,pelaksanaannya banki memberikan pinjaman langsung kepada
pemerintah atau badan-badan pemerintah dan dapat juga memberikan pinjaman
kepada perusahaan swasta yang dijamin pembayaran oleh pemerintah yang
bersangkutan .,selain itu bank dapat pula menjamin pinjaman yang diberikan oleh
para investor swasta yang diberikan melalui saluran-saluran biasa.
Berdasarkan perkembangan itu bank dunia mengalami perkembangan menjadi suatu
kelompok bank dunia dunia, yang terdiri atas bank dunia Bernama The International
Bank Of Reconstructions And Development (IBRD) dan dua Lembaga afliasi yaitu
International Development Association (IDA) dan The International Finance
Corporation (IFC) .Kedua Lembaga tersebut didirikan untuk mencapai tujuan yaitu
membiayai serta memberikan bantuan guna pembangunan negara-negara anggota
Sekarang dalam era perdagangan bebas serta dalam rangka pelaksanaan ketentuan
World Trade Organization (WTO),perbankan mendapat perhatian yang cukup serius
karena perbankan merupakan usaha jasa di bidang keuangan yang vital dalam
perekonomian ,WTO,dalam perjanjian tentang pembentukan nya ,memuat pula
dalam Annex nya mengenai ‘General Agreement on Trade in Services’,Khusus
memuat Financial Services.
B. Sejarah Perkembangan Perbankan Di Indonesia
Sejarah perbankan di Indonesia sebelum adanya UU No.7Tahun 1992 tentang
Perbankan dibagi dalam beberapa periode yaitu ;
1. Perbankan Zaman Penjajahan Belanda
Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) membawa serta perangkat dan sistem
keuangan dan pembayaran dalam usaha berdagang dan mecari keuntungan di bumi
Nusantara.selanjutnya mereka menjurus kearah penjajahan dengan berbagai variasi
pelaksanaan kebjakan dibidang politik untuk mendungkung tujuan ekonomi
perdagangan nya , perusahaan dagang yang pertama menjalankan fungsi sebagai
bank di Indonesia adalah De Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM)
,Sedangkan bank yang yang pertama didirikan adalah NV De Javasche Bank yang
didirikan pada permulaaan abad ke-19 .Modal pertamaya berasal dari setoran
Pemerintah Hindia Belanda dan De Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM)
sebesar satu juta gulden sebagaimana tercabtum dalam Besluit Nomor 25 Tertanggal
24 Januari 1828.
De Javasche Bank diberi monopoli oleh pemerintah hindia belanda untuk
mengeluarkan uang yang semula pengendaranya ditangani oleh pemerintah sejak itu
banktwesebut terkenal sebagai sirkulasi atau bank of issue beberapa fungsi bank
tersebut adalah mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas ,mendiskonto
wesel,surat utang jangka pendek dan obligasi negara,menguasai dan menyipan dana-
dana devisa menjadi kasir pemerintah sebagai pusat Kriling sejak tahun
1909.Meskipun bank tersebut menjalankan tugas tugas sebagai bank sirkulasi ,tetapi
juga menjalankan operasinya sebagai bank umum sehingga turut bersaing dengan
bank-bank lain. ,sifat dualistis ini menimbulkan kritik seperti antara lain ;karena

4
bunga yang ditentukan oleh De Javasche Bank lebih rendah sehingga dengan
mudah menarik nasabah ,disamping itu karena tugas, De Javasche Bank
sebagaimana disebutkan maka dapat memiliki data bank lain sehingga persaingan
antarbank menjadi tidak wajar.
Dengan berkembangnya perkebunan dab perdsagangan dalam negeri berupa ekspor
hasil-hasil perkebunan timbul kebutuhan pembiayaan untuk krgiatan tersebut .
kemudian sekitar tahun 1857 ,berdirilah bank swasta NV Escompto Bank
yangbergerak di bidang usaha bank umum ,yang setelah dinasionalisasi oleh
pemerintah maka sekarang dikenal sebagai bank dagang negara (BDN)
Dengan berkembangnya perkembangannya perbankan maka hamper seluruh orang
di pedalaman pulau jawa mengenal uang sebagai alat sebagai alat pembayaran baik
untuk membayar pajak ataupun untuk transaksi jual beli dan
sebagainya.,perkembangan selanjutnya mulai tumbuh adanya kebutuhan bentuk
nperkreditan yang terorganisasikan dalam Lembaga. Akhirnya dibentuklah bank
yang khusus dapat melayani penduduk golongan pribumi ,yaitu Bank Priyayi .(De
PoerwoerkrtoscheHulpen Spaarank der inlandsche Hoofden bank penolong dan
tabunagn bagi priyayi purwokerto .Bank priyayi ini didirikan pada tanggal 16
Desember 1895 Oleh Patih Raden wiriadmadja,sedangkan modalnya berasal dari
kas Masjid.
Pendapat kontrakdiktif mengenai bunga yang ditarik dalam perkreditan bank
mempengaruhi bentuk badan hukum tersebut.
Akhirnya atas saran Asisten Residen de wolf van westerrode maka bentuk organisasi
yang cocok bagi bank yang melayani masyarakat pedesaan adalah koperasi
.Dipurwokerto pada tahun 1896 ,didirikan pula purwoketosche Huulp,spaar en
Landbourwcredietbanjk
Selanjutnya pendirian bank yang melayani masyarakat pribumi semakin bertambah
dengan didirikan nya Volksbank di Garut pada tahun 1898,di Bukit Tinggi yang oleh
masyarakat Minang disebut Lumbung pitih ,dan Manado pada tahun 1899. Pada
tahun 1899 bwerdasarkan Stb.1897 No.296,mendirikan Bank Tabungan Pos ,yang
berkedudukan di Jakarta..Dasar hukum pendirian Bank Tabungan Pos ini mengalami
perubahan pada tahun 1934 melalui Postpaarbankordomanntie Stb.1934 No.635dan
kemudian diubah dengan Stb.1937 No.176dan 197 serta Stb.1941 No.295.
Pada awal abad ke-20 berdirilah bank-bank Kabupaten (afdelingbansken)
.Keberadaan Lembaga ini diperuntukkan guna melayani rakyat yang
mrStmbutuhkan pinjaman .pada mulanya Lembaga ini merupakan suatu jawatan
Perkreditan Rakyat ,yaitu bentuk turut campur Hindia belanda yang lebih dalam
mengenai masalah perkreditan rakyat,untuk mengarahkan perkreditan rakyat yang
lebih sehat selain itu didirikan pula kas sentral yang pendirian nya didasarkan pada
koniklijkBesluit Stb.No.393 tanggal 10 Mei 1912 dan Stb. No.22 tanggal 20
Februari 1929dengan modal dasar 5 juta gulden .Lembaga kas sentral ini bertugas
memeberikan modal kerja pada Lembaga perkreditan rakyat ,Bank Kabupaten ini
selain modal dapat memperoleh pula kredit dari kas sentral sehingga terbensuatu
integrasi Perkreditan rakyat.

5
Krisis ekomomi dunia pada periode 1929-1932 mengakibatkan beberapa Volksbank menjadi
macet ,sehingga pada tahun 1934 berdasarkan ordonasi No.82 tanggal 19 Februari 1934
didirikan bank De Aglemeene Volkscredict Bank (AVB) yang berbadan hukum eropa ,Bank
tersebut bertugas melikuidasi Lembaga-lembaga-lembaga keuangan yang didirikan
berdasarkan ordonansi Stb.22tanggal 20 februari 1929.
Tugas Utama AVB Adalah menjalankan perkreditan rakyat terutama memberikan kredit
kepada perorangan ,perusahaan kecil dan bank lain AVB juga memberikan jasa
penyimpanan uang ,pemberian nasihat dan juga melakukan tugas sebagai aksi untuk
keperluan calon jamaah haji ke mekkah.
Peraturan pemerintah RI Nomor 1 Tahun 1946 telah mencabut AVB No.82 Tahun 1934
,namun masih berlakuk di SumateraTimur,Kalimantan Barat sudah tidak berlaku . kemudian
Dengan UU No.80 Tahun 1951 tentang penghapusan AVB.
Pada zaman penjajahan belanda ,dunia perbankan selain diramaikan oleh bank Nasional juga
modal asing seperti Belanda, Inggris ,Jepang dan cina .Hal ini disebabkan Pemerintah Hindia
Belanda melakukan politik pintu terbuka sesudah dihapusnya sistem cultur steelsel .Bank
yang bermodal nasional adalah Bank Nsional Indonesia di Surabaya ,Bukit tinggi ,dan Bank
Boemi di Jakarta sedangkan bank asing seperti NHM ,Escompto Bank ,NHB ,The
charteredBank India ,The Yokohama Species Bank ,The Mitsui Bank ,Chungwa Sangieh
Matschappi,Bankervegening
De Javasche Bank pada zaman belanda merupKn Bnk yang bertindak sebagai bank sentral
.Setelah Indonesia Merdeka ,berdasarkan UU No.24 Tahun 1951 tentang Nasionalisasi De
Javasche Bank, UU Tersebut disahkan tanggal 6 Desember 1951.
2. Perbankan Pada Penjajahan Jepang .
Selama pendudukan jepang dari tahun 1942-1945 semua bank yang termasuk De Javasche
Bank dikuasai oleh pemerintahan tentara Jepang. Tidak ada putra Indonesia yang
diikutsertakan hanya satu bank yang dioperasikan yaitu Bank Rakyat Indonesia berdasarkan
Osamu Serei No.8 Tahun 2602yang Diganti Namanya menjadi Syumin Ginko.
Selanjutnya berdasarkan peraturan Peraturan pemerintah RI no 1 Tahun 1946 ditetapkan di
Yogyakarta tanggal 22 Februari 1946 diubah lagi menjadi bank rakyat imdonsia .
3. A. Perbankan Zaman Setelah Indonesia merdeka
Perbankan Indonesia kemerdekaan dapat dibagi dalam beberapa periode
Perbankan pada zaman awal kemerdekaan memberikan semangat kehidupan perbankan
.Dunia perbankan diharapkan menjadi sarana untuk krmakmuran sesuai dengan cita-cita
UUD 1945 ,Banyak Langkah kebijakan yang diambil yaitu pembentukan bank baru sebagai
alat perjuangan dan dimaksudkan sebagai bank semral yaitu Bank Negara Indonesia
Berdasarkamn peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (PERPU) No.2 Tahun 1946
ditetapkan pada tanggal 5 Juli 1946 kemudian lebih dikenak BNI 1946 .BNI inilah yang
banyak membantu kegiatan perjuangan nasional dalam bidang perekonomian umumnya
kegiatan perjuangan nasional dan bidang moneter khususnya Hal ini sesuai dengan tujuan
didirikan nya BNI yaitu untuk mengatur pengeluaran dan pengedaran uang kertas bank
dengan harga yang tetap menurut keperluan masyarakat terhadap alat pemukaran ,

6
memeperbaiki peredaran alat pembayaran lain.memenuhi kredit masyarakat dan umumnya
supaya dapat bekerja untuk kepentingan umum.
Pada awal kemerdekaan ,selain BNI 1946 ada juga bank milik negara yaitu Bank Rakyat
Indonesia , BRI adalah memberikan pinjaman kepada rakyat, menerima uang simpanan,
menjalankan tugas-tugas bank umum dan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh pemerintah
mengingat tugasnya tersebut maka oleh pemerintah BRI yang diarahkan sebagai bank yang
langsung berhubungan dengan rakyat.
Perkembangan perbanjkan pada awal kemerdekaan ini selain oleh bank-bank negara ,juga
ditunjang oleh beberapa bank nasional milik Swasta seperti Bank Indonesia di Palembang
,Bank dagang Nasional di Medan , Bank Amartha di Yogyakarta ,Bank Sulawesi di manado
,Bank Timur di semarang ,Bank Dagang Indonesia di Banjarnmasin.
Perkembangan Bank juga ditunjang dengan adanya kewajiban menyimpan uang di bank
berdasarkan perpu No.3 Tahun 1946 tentang kewajiban menyimpan uang dalam Bank.
Adapun bank yang ditunjuk untuk menerima simpanan uang tersebut adalah BNI,BRI,Dan
kantor Tabungan Pos dan bank lain yang telah mendapatkan izin dari Menteri keuangan
.Pelanggaran terhadap kewajiban mrnyimpan uang ini dikenakan sanksi berupa hukuman
penjara maksimal 3 tahun serta uangnya dirampas untuk negara. Perpu tersebut diganti
dengan UU No.18 Tahun 1946 tentang kewajiban penyimpanan uang dalam bank.
Ketentuan mewajibkan masyarakat untuk mrnyimpan uang dalam bank merupakan usaha
pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang Banking Minded. Pada awal kemerdekaan
ada nasionalisasi De Javasche Bank .Setelah Indonesia merdeka De Javasche Bank Kembali
beroperasi Kembali bahkan selama beberapa tahun berfungsi sebagai bank sentral meskipun
berkedudukan sebagai badan usaha swasta dan Sebagian sahamnya dikuasai asing
Dengan UU No. 24 tahun 1951 dilakukan sebagai nasionalisasi De Javasche Bank.
Selanjutnya pada tahun 1953 dengan pertimbangan guna lebih memberikan kemudahan
menjalankan perekonomian maka ditetetapkan UU No.11 tahunj 1953 tentsng penetapan UU
Pokok Bank Indonesia yang dikenal sebagai UU Pokok BI.
b. Perbankan Zaman Pemerintahan Orde Lama
Titik tolak perkembangan perbankan pada zaman orde lama dimulai dengan penetapan Bank
sentral pada tahun 1953 sesuai dengan perkembangan politik dan ketatanegaraan . pada
zaman orde lama terjadi kekalutan perekonomian nasional Ekspansi kredit perbankan yang
didukung dengan percetakan uang kertas baru oleh BI telah menciptakan inflasi yang sangat
tinggi dan bwerakibat buruk pada perekonomian nasional. disisi lain ,sifat dualistis bank
sentaral selain sebagai bank sentral juga rangkap sebagai bank komersial yang juga
memeberikan perkreditan komersial berupa pemeberian kredit langsung sifat dualisme bank
sentral ini merupakan warisan De Javasche Bank. Yang didirikan pada tahun 1827 sebagai
pelengkap Cultursteelsel van den Bosch.
Pada saat terjadi aksi merebut irian barat dari belanda yang dikenal dengan Tri Komando
Rakyat dalam bidang perbankan juga dilakukan Tindakan untuk memperlancar aksi tersebut
dengan menasionalisasi bank-bank belanda ,Adapun bank yang dinasionalisasi adalah NHM,

7
BKTN,maka dari itu bank-bank negara banyak yang menegerjakan tugas yang sama yaitu
sebagai bank umum sehingga bank-bank negara tersebut timbul persaingan yang tidak sehat
,Akhirnya dengan penetapan presidebn Nomor 8,9,10,11,13 dan 17 tahun 1965 diputuskan
semua bank negara yang bwersifat umum di integrasikan menjadi satu bank tunggal yang
Bernama bank negara Indonesia.
Pada zaman orde lama ini telah lahir pula bentuk pembangunan Daerah yang pada hakikatnya
adalah Lembaga pemerintahan daerah pemda yang melakukan usaha perbankan. BPD
didirikan berdasarkan UU No.13 tahun 1962 tentang ketentuan pokok-pokok pemerintahan
daerah.
Pada zaman ini kehidupan bank swasta cukup banyak namun umumnya merupakan bank-
bank kecil ,mereka kesulitan dalam bidang pemodalan ,keterampilan ,manajemen dam
organisasinya sehinnga peranan mereka sangat kecil. Begitu pula dengan bank asing pada
zaman ini jkehidupannya kurang baik akibat kebijaksanaan politik yang sijalankan oelh
pemerintah .Puncaknya adalah Nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing terutama milik
belanda.
C. Perbankan pada masa Orde baru
Pada zaman orde baru ini upaya yang dilakukan pemerintah adalah perbaikan kelembagaan
dengan memperkuat landassn hukum yaitu dengan membuat peraturan perundang-undangan
yang baru seperti dikeluarkannya UUNo.14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan dan
mengganti UU lama yaitu UU No.11 Tahun 1953 dengan UUNo.13 Tahun 1968 tentang
Bank Sentral , dengan mempunyai landasan hukum merupakan pilar bagi terselenggaranya
binaan dan pengawasan perbankan sekaligus memungkinkan perbankan Indonesia
emelakukan penyesuaian sejalan dengan berkembangnya norma-norma perbankan
Internasional.
Melalui UUNo.14 Tahun 1967 ,pemerintah Orde baru mengatur usaha perbankan dalam
rangka mrningkatkan efektifitas ,efisensi penghimpunan penggunaan dana masyarakat.,serta
mengatur masalah perkreditan dan ekspansi kredit yang tak terkendali dapat dihindari.
Namun demikian kesempatan bagi pendirian bank dalam zaman orde baru ada 3 tahap yaitu :
a. Tahap Stabilisasi dan Rehabilitasi (1966-1969)
Tahap rehabilitasi merupakan tahap Menyusun kebijakan dasar ekonomi dan keuangan serta
pembangunan.,Tahap stabilisasi dilakukan dengan mengeluarkan UU No.14 Tahun 1967
yang memberikan arahan tentang adanya kesatuan sistem pengawasan kebijakan moneter
pemerintah di bidang perbankan ,mengembangkan seluruh potensi nasional bagi kepentingan
ekonomi rakyat.
Adapaun tujuan utama tahap rehabilitasi adalah menghentikan laju inflasi dengan
pengendalian dan moneter yang ketat tetapi dapat menumbuhkan sistem perbankan yang
dapat berperan aktif dalam pembangunan sebagai Lembaga perantara keuangan .,Rehabilitasi
berlangsung selama suasana moneter yang relatif bebas dari tekanan eksternal, keras ,sesudah
sistem perbankan diatur Kembali pada tahun 1968,bank-bank mengalami perkembangan
pesat.

8
Aadapun bank swasta nasional pada zaman ini perannya terbatas untuk bank asing juga ,juga
terbuka kesempatan beroperasi Kembali namun hanya sebagai bank sebagai bank umum
dalam bentuk cabang atas bank yang sudah ada diluar yang sudah ada diluar negeri atau
merupakan bank campuran antara bank asing dan bank nasional dengan kewajiban harus
berbadan hukum Indonesia dengan berbentuk PT.
b. Tahap Pembangunan (1970-1982)
Dalam tahap ini kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai stabilitas moneter dan
meningkatkan ekspor ,Dibidang perkreditan ,ditempuh kebijakan pemberian kredit secara
selektif dalam mengatur jumlah dan penyaluran nya .Dalam rangka menjaga tekanan
inflasi mulai tahun 1973 BI memberlakukan pagu kredit yaitu pembatasan pertumbuhan
kuantitatif kredit bank.
Pada tahun 1974 BI mengeluarkan peraturan tentang berlakunya pasar uang di Jakarta
,Akibatnya bank-bank yang mempunyai kelebihan ataupun kekurangan dana dapat
mentransfer atau meminta dari bank lain dengan perjanjian bunga yang
menguntungkan.yang dikenal dengan ‘Interbank call money ‘ Ini merupakan transaksi
dana pinjaman jangka pendek paling lama 7 hari dengan suku bunga tertentu antara bank-
bank anggota kliring yang mengalami saldo rekening negative atau kekurangan dana
dalam Lembaga kliring.
Adapun piranti dalam pasar uang adalah warkat niaga ,surat promes ,wessel,dan sertifikat
deposito bagi BI pasar uang ini dapat dijadikan untuk mempengaruhi perkembangan
dana dan kredit perbankan.
Bank asing sejak April 1974 ,di izinkan beroperasi di luar Jakarta dalam bentuk
pembiayaan Bersama dengan bank nasional.dengan ketentuan bagi pembiayaan oleh bank
pemerintah 50 persen dan bank daerah atau swasta 25 persen.Bank asing yang dapat
memberikan pinjaman kepada bank nasional milik pemerintah dengan syarat harus
disalurkan kepada nasabah tertentu yang ditunjuk oleh bank asing dan jumlahnya tidak
melebihi 40persen dari dana luar yang dihimpun oleh bank nasional.dengan dana sendiri.
Pada tahun 1978 kebijakan 15 November yang menyatakan bahwa mata uang rupiah
tidak lagi dikaikan dengan Dollar Amerika
Pada masa ini dikarenakan Lembaga asuransi deposito berdasarkan PP No.34Tahun 1973
tentang jaminan simpanan uang pada bank.semua bank kecuali bank asing diwajibkan
meminjamkan simpanan uang pada pihak ketiga .penyelenggara jaminan adalah BI sekali
yang memungut premi jaminan dan bertindak sebagai pengampu atau likuidator dengan
demikian dengan jumlah yang dijamin setinggi-tingginya .,saying ketentuan ini belum
dilksanakan.
c. Tahap Derelugasi (1983-1991)
a. Sebelum pakto 88
Melalui kebijakan 1 juli 1983,pengaturan jumlah uang beredar tidak lagi mempergunakan
piranti moneter langsung tetapi mempergunakan peralatan moneter ini tidak langsung, wajib
operasi pasar terbuka dan ,fisilitas diskonto .dan pengarahan bank sentral.

9
Kebijakan ini merupakamproses awal liberisasi perbankan nasional yaitu berupa
penghapusan pagu kredit telah berlaku sejak April 1974 ,Tujuannya untuk mengurangi
kebergantungan bank-bank pada BI ,disamping itu untuk meningkatkan mobilisasi dana
masyarakat dengan membebaskan bank dalam menentukan suku bunga baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam penyaluran kredit .,sejak adanya regulasi ini volume
kredit perbankan terus tingkat dan suku bunga bebas bergerak .dan deregulas berikutnya
tahun 1986 berupa meniadakan pagu atas swap bank sentral.
b. Pakto 88
Paket kebijakan Oktober 1988 merupakan paket berisi pengaturan yang memberikan
keberluasan pendirian Bank dan pembukaan kantor cabang diperbolehkan nya BUMN
Menyimpan deposito di bank swasta ,serta tat cara menjalankan usaha bank yang benar.
Melalui Pakto 1988 terjadi perubahan structural dalam kelembagaan perbankan ,dimana
perluasan jaringan perbuatan perbankan semakin pesat sehingga membawa implikasi
terhadap pengarahan dana masyarakat serta ekspansi pemberian kredit uyang cepat
meskipun dinilai arahnya masih kurang tepat,
c. Setelah Pakto 88
Kelanjutan kenijakan 1988 adalah kebijakan desember 1988 dan kebijakan maret 1989
,Kenijakan Desember 1988 mengatur masalah -masalah mengenai penambahan jenis
Lembaga keuangan non bank dan perluasan jenis usahanya ,sedangkan kebijakan maret 1989
mencakup pengaturan mengenai masalah-masalah merger, pemodakan ,batas pinjaman
,peneyertaan oleh bank dan pemberian kredit investasi ,kredit ekspor ,pemilikan bank
campuran dan ketentuan mengenai BPR.
Kemudian ada paket 1990 merupakan paket yang bwerisi pengurangan secara bertahap
kredit dilikuiditas BI yang selama ini salah satu sumber utama kalangan perbankan. ,Selain
itu juga mengatur kewajiban bank untuk menyalurkan kreditnya sebesar 20 persen kepada
pengusaha yang asetnya dibawah 600 juta Rupiah.
C .Perkembangan Perbankan Indonesia setelah berlakunya UU No.7Tahun 1992
tentang Perbankan
Lahirnya UU NO.7 Tahun 1992 tentang perbankan dalam rangka mendukung
kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan agar mampu menampung
perkembangan tuntutan jasa Perbankan ,perbankan nasional diharapkan lebih siap dan
mampu berperan secara lebih baik dan mendukung proses perkembangan perekonomian
internasinal ,namun di lain pihak perbankan nasioanl harus tetap memilikui sikap tanggap
terhadap lingkungan dan dapat berperan aktif meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak ,pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas dapat terwujud secara lebih nyata.
Setelah adanya UU PERBANKAN 1992,masih ada kebijakan 29 Mei 1993 tentang
penyempurnaan ketentuan perbankan dalam hal kewajiban pemenuyhan CAR
,penyempurnaan cadangan penghapusan piutang ,pembebasan pemberian kredit ,kebijakan
Bangunan VI ,yang didasari untuk memanfaatkan sebenar-benarnya kesempatan yang terbuka
guna menggerakan ekonomi.
UU No.7 1992 memperkenalkan sistem perbankan bagi hasil dalam UU ini dinyatakan dalam
pasal 6 bahwa salah satu usaha bank umum dan BPR adalah menyediakan pembiayaan bagi
10
nasabah sesuai dengan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam PP
No.72 tahun 1992 tentang berdasarkan prinsip bagi hasil.
Mengenai pertimbangan didirikannya bank pada prinsip bagi hasil adalah merupakan
pelayanan jasa yang perbankan yang dibutuhkan masyarakat. Sebagaimana ditegaskan dalam
pasal 2 ayat1 yang menyatakan bahwa Prinsip bagi hasil berdasarkan syariat.
Dalam menjalkankan perannya ,bank berdasarkan prinsip bagi hasil ,kemudian dijabarkan
lebih lanjut dalam surat edaran bank Indonesia yang pada pokoknya menetapkan hal-hal
antara lain ;
a. Bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah bank umum dan BPR ,yang
dilakukan usaha semata-mata bweradasarkan prinsip bagi hasil.
b. Prinsip bagi hasil yang dimaksudkan adalah prinsip bagi hasil yang berdasarkan
syariat.
c. Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah ( DPS)
d. Bank umum atau BPR yang kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip bagi
hasil tidak melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil.

Dalam perkembangan terakhir ,perbankan Indonesia mengalami krisis yang sangat berat
,disebabkan karena konsentrasi alokasi ,alokasi dana pada seglintir pihak , pemeberian
pijaman tak taat aturan ,lemahnya pengawasan ,struktur pemodalan perbankan nasional yang
masih lemah,meningkatnya persaingan dan tingginya korupsi didunia perbankan .
D. Perkembangan perbankan Setelah Berlakunya UU No.10 Tahun 1998 tentang
perbankan.
Akhirnya dilakukan upaya 8untuk menguatkan landasan hukum upaya penyehatan
perbankan dengan melakukan perubahan atas UU Perbankan Tahun 1992 dengan UU No.10
Tahun 1998 , kemudian disusul dengan disahkan nya UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia sekaligud UU No.24 Tahun 1999 tentang bank lintas Devisa.dan sistem nilsi tukar
sebagai pengganti UU No.32 Tentang 1964 tentang peraturan lalu lintas devisa
Dalam UU no.10 Tahun 1998 terdapat beberapa perubahan dan penyempurnaan substansial ,
pokok-pokok penyempurnaan tersebuat adalah sebagai berikut ;
a. Peralihan kewenangan dan pemberian izin pada Bank Indonesia sebelunya menjadi
kewenangan Menteri kewenangan
b. Perlunya konsultasi kepada DPR dalam rangka pembentuksn badan Khusus.
c. Peningkatan sanksi pidana atas pelanggaran rahasia bank.
d. Peningkatan peranana bank dalam melaksanaka kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah.
e. Ketentuan mengenai kemungkinan pemilikan bank asing sebagai mitra strategis dan
pemegang saham bank umum.
f. Peranan badan pengawas keuangan
g. Pendefinisian Lembaga penjamin simpanan
h. Penegasan sifat sementara bagi badan khusus
i. Pencantuman persyaratan analisis dalam perjanjian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

11
j. Perubahan ancaman sanksi pidana berupa peningkatan ancaman hukuman.
Dengam demikian UU perbankan memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan
perbankan syariah di Indonesia .
Dapat disimpulkan bahwa sistem perbankan syariah dikembangkan dengan tujuan sebagai
berikut.
a. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak menerima
konsep bunga ,Dengan demikian di Indonesia diterapkan sistem perbankan yang
berdampingan antara sistem konvensional dengan sistem syariah ,mobilitas dana
masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas.
b. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip
kemitraan .Dalam prinsip syariah konsep yantg diterapkan adalah hubungan
antara investor yang harmonis ,sementara dalam bentuk konvensional ,konsep
yang diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur.
c. Memenuhi kebutuhan produk jasa perbankan yang memiliki beberapa keunggulan
komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan
,membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif ,pembiayaan kepada usaha-usaha
yang memperhatikan unsur moral.
Dalam UUNo.10 Tahun 1998 membka kesempatan untuk pengembangan jaringan
perbankan syariah antara lain melalui izin pembukaan Kantor cabang Syariah (KCS) oleh
bank konvensional .Bank umum konvensional yang akan membuka kantor cabang syariah
wajib melaksanakan pembentukan unit usaha syariah , memiliki DPS yang ditempatkan
oleh Dewan Syariah nasional.,dan mrnyediakan modal kerja yang disisihkan oleh bank
dalam suatu rekening tersendiri antara nama UUS yang dapat digunakan untuk membayar
biaya kantor dan izin-izin berkaitan denga kegiatan opersional maupun non Opersional
KCS.

12
Bagian 2 ; Pengertian ,Asas ,Tujuan Hukum Perbankan
A. Pengertian Hukum Perbankan
Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank,mencakup kelembagaan
,kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai
perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah ,berdasarkan penjelasan
tersebut hukum perbankan adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank, kelembagaan , kegiatan usaha serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan
usahanya.
Adapun bank merupakan salah satu Lembaga keuangan yang fungsi utamanya sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Pasal 1 angka 1 UU No.10 Tahun 1998
tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 Tentang perbankan ,memberikan pengertian
perbanlkan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaaan,kegiatan usaha ,serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.,Desinisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan nya kepada masyarakat dalam bentu kredit dan /atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Sentosa Sembiring,pengertian dari bank adalah suatu badan usaha yang
berbadan hukum yang bergerak dibidang jasa keuangan yang yang dapat
menghimpundana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkan nya Kembali ke
masyarakat melalui perantara pengkreditan.
Sebelum memulai kegiatannya bank wajib memiliki izin terlebih dahulu dengan
memenuhi syarat tertentu ,Biasanya bentuk badan usaha bank sebagai perseroan terbatas
atau badan usaha lainnya yang ditentukan oleh perundang-undangan misalnya perusahaan
daerah dan Koperasi.
B. Asas Fungsi ,Dan Tujuan Hukum Perbankan
Untuk mempelajari norma hukum ,kita harus mengetahui asas-asas hukumnya ,Norma hukum
itu lahir tidak dengan sendirinya ia dilatarbelakangi oleh dasar-dasar filosofi tertentu.itulah
yang disebut dengan asas hukum . semakin tinggi tingkatan asas hukum. Semakin tinggi
tingkatan asas hukum semakin abstrak dan umum sifatnya serta mempunyai daya jangkau
kerja yang lebih luas untuk menaungi norma hukum .sebaliknya norma hukum harus dapat
dikembalikan kepada asas hukumnya jangan sampai norma hukum yang lahir bertentangan
dengan asas hukumnya sendiri ,jadi norma hukum yang awalnya perwujudan dari asas hukum
.Asas hukum inilah yang memberikan makna etis kepada peraturan -peraturan hukum serta
tata hukum.
Dalam melaksanakan kegiatan perbankan ada 4 asas hukum yang menjadi landasan hukum
perbankan.
1. Asas Demokrasi Ekonomi
Asas Demokrasi ekonomi ditegaskan dalam pasal 2 UU Perbankan 1998.Pasal 2 tersebut
menyatakan bahwaperbankan Indonesia dalam melakuakn usahanya berasaskan demokrasi

13
Ekonomi menggunsksn prinsip kehati-hatian .ini berarti fungsi dan usaha perbankan
diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945
Dengan demikian jelaslah bahwa perbankan dalam menjalankan fungsi dan usahanya harus
memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi ekonomi yang berdasarkan pancasila dan UUD
NRI 1945.
Demokrasi Ekonomi memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
a. Perekonomian disusun sebagai usaha Bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
c. Bumi,air,dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagai pokok-pokok
kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 Tersebut
harus dihindarkan dari hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem free flight liibearism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain yang dalam sejarahmya di Indonesia telah menimbulkan dan
mempertahankan kelemahan struktur nasional dan posisi Indonesia dalam
perekonomian dunia.
b. Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatur negara bersifat dominan
mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor
negara.
c. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan
bertententangan dengan cita-cita keadilan sosial.
2. . Asas kepercayaan
Asas kepercayaan adalah asas yang meyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh
hubungan kepercayaan antara bank dan nasabahnya .Bank bekerja dengan dana dari
masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan sehingga setiap bank perlu
mwnjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan
masyarakat padanya.
Kemauan masyarakat untuk menyimpan Sebagian uangnya di Bank .semata-mata
dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya Kembali pada waktu
yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai dengan imbalan
.Apabila kepercayaan Nasabah penyimpan dana terhadap suatu bank telah berkurang,
tidak tertutup kemungkinan akan terjadi Rush terhadap dana yang disimpannya.
Menurut Sutan Remmy Sjahdeni hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana
bukan sekedar hubungan kontraktual biasa yang diliputi asas-asas umum dari hukum
perjanjian tetapi juga hubungan kepercayaan yang mebebankan kewajiban -kewajiban
kepercayaan kepada Bank ,Dari pengertian Kredit hubungan antara bank dan nasabah
debitur bukan sekedar hubungan kontraktual belaka melainkan juga hubungan
kepercayaan .Bank hanya besedia memberikan kredit kepada nasabah debitur atas dasar

14
kepercayaan bahwa nasabah debitur mampu dan mau membayar Kembali kreditnya
tersebut.
3. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan
informasi mengenai nasabah penyimpanan dan simpanan nya , keterkaitan bank terhadap
ketentuan atau kewajiban merahasiakan keuangan nasabahnya menunjukkan bahwa
hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana adalah hubungan kerahasiaan.
Berdasarkan UU perbankan 1998, tidak seluruh aspek yang harus ditausahan bank merupakan
hal-hal yang dirahsiakan .Ketentuan kerahasiaan bank ini dapat dikecualikan dalam hal
tertentu yakni untuk kepentingan perpajakan ,penyelesaian piutang bank ,peradilan pidana ,
perkara perdata antar bank dan atas permintaan persetujuan atau kuasa dari nasabah
penyimpan dana.
4. Asas Kehati-hatian
Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan
fungsi dankegiatan usahanya wajib menerapkan prinsi kehati-hatian dalam rangka
melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya ,Hal ini disebutkan dalam ayat 2
dan pasal 29 uu perbankan 1998 pasal 29 menyatakan bahwa wajib bamk melakukan
kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip kehati-hatian ,ayat 2 bank dalam memberikan
kredit atau pembiayaan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
Tujuan diberlakukannya prinsip kehti-hatian adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat
,agar selalu dalam keadaan likuid .dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian maka
diharapkan dasar kepercayaan masyarakat terhadap bank tetap tinggi sehingga masyarakat
bersedia dan tidak tagu-ragu menyimpan dananya di bank.
Prinsip kehat-hatian ini harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan
kewajiban bank agar tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya
,tapi juga sebagai bagian sistem moneter yang menyangkut semua kepentingam anggota
masyarakat, yang demikian prinsii kehati-hatian ini bertujauan agar bank menjalankan
ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalan dunia perbankan agar bank
selalu sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya yang pada giliran nya akan
mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien serta berkembang secara wajar dan
bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional.
C. Tujuan Hukum PerBankan
Dalam Pasal 4 UU Perbankan 1992 disebutkan bahwa perbankan Indonesia bertujuan
menunjang pelaksanaan pembanguan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat
banyak. Untuk itu sejalan dengan peningkatan tuntutan kebutuhan masyarakay akan jasa
perbankan yang Tangguh dan sehat maka perbankan Indonesia harus memiliki sikap
tanggap terhadap perkembangan pembangunan nasional sehingga peranannya dalam
peningkatan taraf hidup rakyat bannyak ,pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
serta peningkatan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional dapat terwujud secara

15
lebih nyata dalam rangka mewjudkan masyarakat yang adil dan Makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945.

16
BAGIAN 3 ; Jenis Dan Bentuk Hukum Bank
A. Jenis-Jenis bank dapat dibedakan mejadi 2 jenis yaitu ;
a. Bank umum
b. Bank Perkreditan rakyat (BPR)
Pengertian kedua jenis bank tersebut terdapat dalam pasal 1 angka 3 dan 4 UU Perbankan
1998 ,yaitu bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensioanal dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan nya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran ,Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatan nya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Meskipun disederhanakan ,namun dilihat dari perbedaan kepemilikan dan penciptaan uang
giral dapat dibedakan satu sama lainnya
Bank umum kepemilikannya dapat dimiliki oleh negara ,swasta nasional,,swasta asing atau
campuran ,sedangkan BPR dapat dimiliki oleh negara (pemerintah daerah) ,swasta, koperasi.
Pada dasarnya usaha semua bank baikbank umum maupun BPR ,adalah menerima simpanan
serta memberikan kredit karena tujuan nya adalah mencari keuntungan dari selisih bunga
serta usaha lainnya ,namun BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Jika ditinjau dari segi penciptaan uang giral hanya bank umum yang bisa menciptakan uang
giral, Sedangkan BPR dilsrsng untuk memberikan jasa simpanan berupa Giro dan ikut serta
dalam lalu lintas pembayaran.
UU perbankan hanya mengatur bank komersial baik yang konvesional maupun yang syariah
tetapi tidak mengatur tentang bank sentral karena fungsinya yang berbeda .Bnk sentral
merupakan Lembaga negara yang ikut bertanngung jawab atas dilaksanakannya perundang-
undangan perbankan.,pengaturan mengenai funsi tugas dan wewenang bank sentral
ditetapkan dengan UU Bank Indonesia
B. Bentuk Hukum Bank
Menurut Pasal 21 UU perbankan 1998,bentuk hukum bank umum ;
1. Perseroan terbatas
2. Koperasi
3. Perusahaan daerah
4. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
1. Bentuk Perseroan
Pasal 1 UU 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas menyatakan perseroan terbatas adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian
,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasarnya yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang dtetapkan dalam undang-undang ini serta pelaksanaan nya.
Dari pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
A. Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang

17
melebihi nilai sahamnya , kecuali pemegang saham yang bersangkutan memanfaatkan
perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi ,terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan perseroan atau melawan hukum memnggunakan kekayaan
perseroan yang mengakibatkan kekayaan menjadi tidak cukup melunasi utang
perseroan.
B. Kegiatan perseroan yang harus sesuai dengan maksud dan tujuannya dengan demikian
,jika suatu perseroan terbatas bergerak dibidang usaha perbankan harus mrnjalankan
kegiatannya sebagai bank umum atau BPR.
Kelengkapan organ merupakan satu kesatuan yang merupakan pengertiwn ywng lengkap bagi
perseroa terbatas yaitu;
a. Adanya RUPS
b. Adanya Direksi
c. Adanya komisaris
Bentuk badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas ,dapat disebut juga berbentuk PT.
terbuka yaitu yaitu PT. yang modaldan pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau
PT. yang melakukan penawaran umum sesuai dengan perarturan perundang-undangan
dibidang pasar modal seperti BNI,,Bank Niaga dan sebagainya , khusus bagi milik negara
atau BUMN Seperti BNI,Bank Mandiri , BTN, Dan BRI maka komposisi modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit sahamnya dimiliki paling sedikit 51 persen
sahamnya dimiliki negara dengan tujuan utaamanya mengejar keuntungan.
2. Bentuk Hukum Koperasi
Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha jasa perbankan .dengan demikian ,bank
dijalankan dengan bentuk hukum Koperasi . Adapun jenis banknya dalam bentuk bank umum
atau BPR .
Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang memiliki status sebagai badan hukum setelah
akta pendirihannya disahkan oleh pemerintah sesuai ketentuan yang tercantum dslsm
ketentuan pasal 9 UU No.25 Tahun 1992 Tentang perkoperasian.
Koperasi sebagai badan usaha berperan pula sebagai Gerakan ekonomi rakyat. Karenanya
koperasi koperasi memumyai kekhususan tersendiri dalam menjalankan kegiatan usahanya
itu berdasarkan prinsip koperasi yang disusun sebagai usaha Bersama berdasar atas asas
demokrasi ekonomi .,Dengan demikian anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus
pengguna jasa koperasi tersebut. Usaha yang dilakukan koperasi diksitksn langsung dengan
kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha yang dan kesejahteraan nya dan juga dapat
menjalankan usaha lain termasuk dalam kegiatan perbakan sehingga koperasi mampu
berperan di segala bidang ekonomi .Dalam hal kegiatan perbankan yang berbentuk hukum
pun ,tujusn utama koperasi adalah ,tetap mensejahterahkan anggota sekaligus masayarakat
secara keseluruhan .
Dengan demikism tsnggung jawab pengelolaan atas kegiatan usaha koperasi dibidang usaha
perbankan menjadi tanggun jawab pengurus ,yang dipertanggungjawabkan kepada rapat
anggota atau rapat anggota laur biasa .pengurus baik Bersama-sama maupun sendiri -sendiri
menanggung kerugian yang diderita koperasi karena Tindakan yang dilakukan dengan
kesengajaan atau kelalaiannya.

18
3. Bentuk Hukum Perusahaan Daerah
Perusahaan daerah dapat mendirikan bank yang berbentuk bank umum maupun yang
berbentuk BPR. Sebelum berlakunya uu No.13 Tahun 1992 tentang ketentuan-ketentuan
pokok bank pembangunan daerah bahwa ,Bank Pembangunan Daerah adalah badan hukum
berdasarkan ketentuan undang-undang ini dan kedudukannya sebagai badan hukum
diperoleh dengan peraturan pendiriannya.
Setelah UU Perbankan berlaku maka bentuk hukum yang sesuai dan tepat bagi bank-bank
milik pemerintah daerah adalah yaitu menjadi perusahaan daerah .Dalam pasal 2 Peraturan
Menteri dalam negeri (PMDN) No.8 Tahun 1992 dinyatakan bahwa bank yang didirikan
dengan peraturan daerah atas kuasa UU No.13 Tahun 1962 bentuk hukumnya menjadi
perusahaan Daerah berdasarkan PMDN Ini penyesuaian peraturan pendirian dan perubahan
bentuk badan hukum bank menjadi perusahaan daerah ditetapkan dengan peraturan daerah
berdasarkan UU No.5 Tahun 1962 tentang perusahaan daerah dan UU No.7 Tahun 1992
Tentang perbankan.
Lapangan usaha perusahaan daerah sebagaiman diatur dalam ketentuan UU No.5 Tahun 1962
tentang perusahaan daerah,yaitu suatu kestuan produksi yang bersifat memberi jasa
,menyelenggarakan kemanfaatan umum, menjadi pendapatan . sesuai dengan lapangan usaha
yang dapat dilakukannya termasuk dan meliputi jasa tidak berlebihan apabila perusahaan
daerah dan bergerak dibidang jasa pelayanan perbankan .Namun wilayah kerja dengan
wilayah pemerintah daerah tersebut dengan demikian kegiatan usahanya terpusat hal ini
sesuai engan maksud dan tujuan yang diemban yaitu untuk turut serta melaksanakan
pembanguna daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pengurusan perusahaan daerah dilakukan oleh suatu Direksi yang jumblah anggota dan
susunannya ditetapkan dalam peraturan pendiriannya .Anggota direksi perusahaan daerah
yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah setelah mendengar pertimbangan dewan
perwakilan rakyat Daerah., sedangkan untuk anggota direksi perusahaan daerah yang
Sebagian milik pihak lain maka , pengankatan dan pemberhentiannya juga memperhatikan
usul pemegang saham.
Pada saat ada program rekapitalisasi perbankan ada beberapa bank yang dimiliki oleh
pemerintah daerah ikut dalam program tersebut sehingga kepemilikannya mengalami
perubahan yaitu perubahan kepemilikan sebagai akibat penyertaan modal dari negara . Untuk
itu dalam PMDN No.1tahun 1999 dinyatakan bahwa saham-saham negara yang dimiliki
melalui program rekapitalisasi tersebut selanjutnya dilakukan dis investasi sesuai dengan
PP.35 Tahun 1999.hasil disinvestasi ini oleh negara selanjutnya akan digunakan untuk
membeli Kembali seluruh obligasi rekapitalisasi proses disinvetasi diatur dalam Keputusan
Menteri keuangan No 211/KMK/06/2002Tentang Divestasi saham negara pada pembangunan
Daerah. Peserta program rekapitalisasi.
C. Persayaratan Dan Prosedur Pendirian bank
1. Pendirian dan Pembukaan Kantor Cabang Bank Umum
Setiap pihak yang akan melakukan kegiatan usaha perbankan harus mendapat izin terlebih
dahulu dari pimpinan BF yang dapat melakukan pendirian bank menurut pasal 22 uu
Perbankan 1998 yaitu:

19
a. WNI dan/atau badan hukum Indonesia atau
b. WNI dan /atau badan hukum Indonesia dengan WNA dan /atau badan hukum asing
secara kemitraan.
Pendirian bank dilakukan oleh perorangan atau badan hukum baik WNI atau WNA
,Badan hukum Indonesia yang dimaksud dalam pendirian bank yaitu badan hukum antara
lain BUMN,BUMD,koperasi dan BUMS sedangkan yang menyangkut pihak badan
hukum asing ditentukan bahwa sebelumnya pihak badan hukum harus memperoleh
rekomendasi dari otoritas moneter negara asal Pihak badan hukum tersebut rRekomendasi
dimaksud sekurang-kurangnya memuat keterangan bahwa badan hukum asing yang
bersangkutan mempunyai reputasi yang baik dan tidak pernah melakukan perbuatan
tercela dibidang perbankan.
BI dalam rangka persetujuan ataupun penolakan atas permohonan izin usaha perbankan
,selain memperhatikan pemenuhan persyaratan oleh si pemohon juga memperhatikan
tingkat persaingan yang sehat antarbank ,tingkat kejenuhan jumlah bank dalam suatu
wilayah tertentu serta pemerataan pembanguna ekonomi nasional.
Berdasarkan pasl 16 ayat (2) UU No.10 Tahun 1998 ,setiap permohonan usaha
perbankan wajib memenuhi persyaratan yang menyangkut ;
a. Susunan organisasi
b. Pemodalan
c. Kepemilikan
d. Keahlihan dibidang perbankan
e. Kekayaan rencana kerja
Disamping itu ,juga harus memenuhi ketentuan tata cara persyaratan dan tata cara
pendirian bank sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 ayat 2 PBI No.2/27/PBI
/2000,tentang bank umum ,bahwa pemberian izin usaha untuk mendirikan bank umum
harus melalui 2 tahapan yaitu;
a. Tahapan persetujuan prinsip yaitu persetujuan melakukan persiapan pendirian
bank yang bersangkutan.
b. Tahapan pemberian izin usaha ,yaitu izin diberikan untuk melakukan usaha setelah
persiapan selesai dilakukan
Pendirian bank umum syariah meskipun secara karakteristik memiliki perbedaan yang sangat
jelas terutama dari hal yang menjadi dasar kegiatan usahanya yang ,namun menyangkut
pengaturan pendiriannya berdasarkan ketentuan yang ada tidak begitu berbeda dengan bank
umum konvensional ,karena ketentuan pendiriaannya semuanya memelukan izin prinsip dan
izin usaha dari BI.
Hanya saja untuk pendirian bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah dalam rancangan anggaran dasarnya dan rencana kerjanya harus secara tegas
mencamtunkan kegiatan usaha bank yang semata-mata berdasarkan prinsip syariah.
Disamping itu ada ketentuan pula bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan berdasarkan
prinsi syariah ditambahkan beberapa ketentuan khusus yaitu kewajiban menyangkut
penempatan dan tugas-tugas Dewam pengawas syariah dan surat rekomendasi dari dewan
syariah nasional untuk calon anggota DPS.

20
Yang dalam pelaksanaan tugas , DPS dapat meminta dokumen dan penjelasan langsung dari
satuan kerja bank serta ikut dalam pembahsan intern termasuk dalam pembahasan komite
pembayaran.
Oleh karena itu harus mendapat persetujuan BI Dalam permohonan untuk memperoleh
persetujan daijukan oleh bank kepada Gurbenur BI ysng wajib disertai dengan dokumen
sebagaimana twecantum dalam pasal 31-32 PBI No. 6/24/PBI/2004 .Persetujuan atas
pengajuan calon anggota DPS diberikan selambat-lambatnya 30 hari sejak dokumen
permohonan diterima secara lengkap .penetapan calon anggota DPS oleh DSN dilskuksn
setelah mendapat persetujuan dari BI.
Permohonsn untuk memperoleh penetapan wajib disampaikan oleh bank kepada DSN dengan
tembusan BI selambat-lambatnya 15 hari sejak diterbitkannya surat persetujuan BI ,DSN
mendapatkan calon DPS selambat-lambatnya 30 hari sejak diterbitkan surat persetujuan BI
dan apabila dalam jangka waktu 30 hari DSN belum mengeluarkan penetapan calon DPS
,calon DPS dianggap efektif sebagai DPS ,sedangkan anggota DPS wajib dilaporkan oleh
bank Kepada BI selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal pengangkatan efektif.
Dalam hal pembukaan kantor cabang maka hanya dapat dilakukan dengan izin gurbenur BI,
sedangkan dalam rangka pembukaan kantor cabang maka harus tercantum dan dalam
rencana kerja tahunan dari bank yang bersangkutan .Adapun untuk mendapatkan lainnya
harus melakukan permohona dengabn melampirkan laporan keuangan gabungan dua bulan
terakhir
,rencana operasional ,hasil studi kelayakan ,proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan dan
rencana kerja kantor cabang minimal selama 12 bulan.
Khusus bagi bank yang berbentuk hukum perusahaan daerah selain memenuhi ppersysrstsn
diatas ,juga memperhatiakn unit-unit usaha lainnya serta harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan ditetapkan oleh dewan pengawas( pasal 4 PMDN No. 8 Tahun 1992)
Jika permohonan telah lengkap mak BI harus memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan tersebut selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal penerimaan permohonan jika
diperlukan BI dapat melakukan pemeriksaan untuk meneliti persiapan pembukaan kantor dan
canag dilakukan selambat-lambatnya 30 hari sejak dikeluarkannya izin dari Dewan Gurbenur
BI ,jika dalam jangka waktu yang ditentukan tersebut bak yang bersangkutan tidak
melaksanakan pembukaan kantor cabang ,Dewan Gurbenur BI memberikan izin tersebut
Disamping itu bank dapat pula membuka kantor dengan status kantor cabang pembantu dan
kantor kas, juga kegiatan kas lainnya di luar kantor bank. Kantor cabang pembantu atau
kantor kas adalah kantor dibawah kantor cabang yang kegiatan usahanya pembantu kantor
cabang induknya, sedangkan kegiatan kas diluar kantor bank adalah kegiatan pelayanan kas
terhadap pihak yang telah mejadi nasabah bank. Dalam pembukaan kegiatan kas diluar kantor
kegiatan bank tersebut hanya dapat dilakukan dalam suatu wilayah kliring dengan kantor
cabang induknya kecuali dengan persetujusn BI pembukaan tersebut juga harus melaui studi
kelayakan yang memuat tingkat kejenuhan jumlah bank. Selain itu pembukaan tersebut juga
sudah twecantum dalam rencana tahunan.
Kegiatan kas diluar bank adalah kegiatan pelayanan kas terhadap pihak yang telah menjadi
nasabah bank antara lain meliputi kas mobil, kas terapung, kas payment anjungan tunai
mandiri atm yang dilaksankan secara elektoniktis untuk memudahkan nasabah dalam rangka
menarik atau menyetor secara runai melakukan pemindah bukuan
21
Bank yang bersangkutan wajib menyampaikan rencana pembukaan kantor termaksud
selambat-lambatnya 30 hari sebelum pelaksanaan pembukaan kantor disertai hasil kelayakan
studi setelah tanggal penegasan dari BI.pelaksanaan pembukan kantor dibawah cabang
wajib dilaporkan oleh bank yang bersangkutan kepada BI selambat-lambatnya 10 hari setelah
tanggal pelaksanaan pembukaan
Adapun kegiatan kas diluar bank harus terlebih dahulu mencantumkan rencana kerja tahunan
bank yang bersangkutan ,bank yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan rencana kas
diluar bank kepada BI selamabat-lambatnya 30hari setelah penegasan dari BI. Wajin
dilaporkan selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal pelaksanaan kegiatan
Pembukaan kantor cabang maupun kantor perwakilan dan kantor operasional lainnya diluar
negeri wajib mendapatkan izin dari dewan Gurbenur BI ,pembukaan kantor diluar negeri
hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari otoritas di negara setempat .pelaksanaan
pembukaan kantor tersebut wajib dilaporkan selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal
kerja setelah tanggal pembukaan.
Kantor cabang pembantu dapat ditingkatkan statusnya menjadi kantor cabang dengan
memenuhi persyaratan sebagai ketentuan sebagai kantor cabang. ,sebaliknya kantor cabang
dapat diturnkan statusnya menjadi dibawah kantor cabang melalui penutupan dan selanjutnya
dilskukan permohonan sesuai dengan prosedur untuk kantor dengan status dibawah kantor
cabang.
Pembukaan kantor cabang juga bisa dilakukan oleh bank umum konvensional untuk
membuka cabang yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ,setelah
terlebih dahulu membentuk unit usaha syariah diksntor pusat bank yang bersangkutan
Pembukaan kantor cabang dapat dilakukan dengan lima cara yaitu ;
1. Membuka kantor cabang syariah yang baru
2. Mengubah kegiatan usaha kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional menjadi kantor cabang syariah.
3. Meningkatkan status kantor dibawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional menjadi kantor cabang syariah
4. Mengubah kegiatan yang sebelumnya telah membuka unit syariah menjadi kantor
cabang syariah
5. Meningkatkan status kantor cabang pembantu melakukan kegiatan usaha
konvensional yang sebelumya membuka unit syariah menjadikan kantor
cabang syariah.
Pembukaan kantor cabang syariah harus dengan seizin Dewan Gurbenur BI ,pemeberian izin
tersebut dilaksanakan daklam dua tahap yaitu tahap persetujuan prinsip bagi persetujuan
untuk melakukan persiapan dan izin pembukaan kegiatan usaha .
Didalam unit usaha syariah tersebut wajib dengan penngawas syariah yang telah disetujui
Oleh dewan syariah nasional. Sedangkan pimpinan dari unit tersebut harus memenuhi
persyaratan sekurang-kurangnya merupakan pejabat satu tingkat dibawah direktur.,memiliki
komitmen dalalam menjalankan operasional bank.syariah.
2. Pendirian dan Pembukaan kantor Cabang BPR

22
Yang dapat mendirikan BPR yaitu WNI, badan hukum Indonesia yang seluruh
kepemilikannya Oleh WNI ,pemerintah Daerah dan kera sama antar pihak tersebut.
Setiap orang yang mengajukan permohonan memperoleh perizinan usaha BPR wajib
memenuhi persyaratan mengenai 1 susunan oganisasi,,2.pemodalan ,3. Kepemilikan ,4
kealihan di bidang perbankan, 5.kekayaan rencana kerja..
Pihak usaha untuk BPR wajib memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan
pasal 6 ayat 1 PBI No.6/22/PBI/2004 Tentang BPR .izin yang dperlukan adalah
persetujusn prinsip dan izin usaha BI selambat-lambatnya 60 hari setelah dokumen
permohonan diterman secara lengkapdituntut harus memmberikan pernyataan atas
permohonan apakah izin usaha tersebut disetujui atau ditolak. Dalam rangka memberikan
penolakan atas persetujuan suatu permohonan ,BI terlebih dahulu melakukan penelitian
atau kelengkapan dan kebenaran dokumen dan wawancara terhadap pemilik ,anggota dari
komisaris dan direksi dalam hal terdapat penggantian atas calon yang diajukan ,namun
apabila tidak ada penggantian tidak diperlukan wawancara lagi ,selanjutnya bank yang
telah mendapat izin usaha dari BI wajib melakukan kegiatan usahanya selambat-
lambatnya 60 hari sejak dikeluarkan tanggal izin usaha ,jika jangka wkatu tersebut lewat
tetapi bank belum melakukan kegiatan usahanya maka BI akan membatalkan izin yang
telah diberikannya.
Secara garis besar persyaratan dari mekanisme untuk pendirian BPR berdasarkan prinsip
syariah hamper sama dengan mekanisme pendirian untuk pendirian BPR konvensional
,namun pada pendirian BPR dengan prinsip syariah ditambah beberapa ketentuan khusus
yaitu kewajiban menyangkuttugas-tugas DPS ,serta surat rekomendasi DSN untuk calon
anggota DPS,disamping itu BPR tersebut dalam rancangan anggaran dasar dan rencana
kerjanya harus secara tegas mencantumkan kegiatan usaha bank semata-mata berdasarkan
prinsip syariah.
Keberadaan DP[S untuk suatu BPR berdasarkan prinsip syariah merupakan hal yang
mutlak ,jumlah anggota DPS minimal 1 orang dan maksimal 3orang ,anggota BPR
syariah hanya merangkap jabatan sebagai anggota DPS maksimal pada 2 lembaga
perbankan dan 2 lembaga keuangan syariah bukan bank. Satu anggota DPS BPR Dapat
merangkap jabatan sebagai anggota DSN ,anggota DPS digolongkan sebagai terfilasi
dari BPR syariah.
Pembukaan kantor cabang tersebut hanya dilakukan dalam wilayah provinsi yang sama
dengan kantor pusatnya sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat 3 dan 4 6/22/PBI/2004
tentang BPR.
a. BPR di provinsi jawa barat diluar kiabupaten Bogor ,Bekasi dan Karawang ,atau kota
Bogor ,depok dan Bekasi tidak dapat membuka kantor cabang di Kota atau kabupaten
tersebut.
b. BPR di provinsi diluar kabupaten atau kota Tangerang Tidak dapat membuka kantor
cabang di kabupaten atau kota Tangerang.
semua pembukaan kantor cabang yersebut hanya dilakukan dengan izin BI juga memenuhi
persyaratan dan prosedur serta mekanisme yang berlaku ,izin pembukaan kantor cabang
diberikan dalan dua tahap yaitu tahap persetujan prinsip pembukaan dan izin operasional
kantor cabang ,pembukaan kantor cabang diajukan oleh bank ysng bersangkutan kepada BI

23
dengan dilampri analisis atas potensi dan kelayakan pembukaan kantor cabang serta dengan
merujuk pada analisis atas potensi kelayakan pendirian BPR.
Kegiatan penutupan kantor cabang hanya dapat dilakukan oleh dengan izin BI ,permohonan
pelaksanaan penutupan kantor juga harus disertakan dengan alasan penutupan dan Langkah-
langkah serta bukti penyelesaian kewajiban kepada nasabah serta pihak lainnya . persetujuan
penutupan kantor cabang diberikan paling lambat 15 hari setelah permohonan diterima
secara lengkap dan berdasarkan hasil pemeriksaan seluruh kewajiban telah diselesaikan,
penutupan kantor wajib diumumkan kepada masyarakat ditempat kedudukan kantor BPR
dalam surat kabar harian setempat atau dipapan pengumuman kantor kecamatan setempat
paling lambat 10 hari sejak tanggal penutupan disertai bukti pengumuman.
Penutupan sementara kantor pusat dan kantor cabang diluar hari libur resmi wajib
memperoleh persetujuan BI , permohonan penutupan kantor sementara dilakukan dengan
menyebutkan alasan penutupan ,jangka waktu,dan tanggal dibukanya krmbali kantor cabang
,persetujuan atau penolakan izin penutupan kantor sementara diberikan paling lambat 10 hari
sejak permohonan diterima ,BPR wajib mengumumkan rencana pentupan kantor sementara
kepada msyarakat dalam surat kabar hsrian setempat atau papan pengumuman kantor
kecamamatan setempat paling lambat 10 hari sebelum tanggal penutupan memperoleh
persetujuan penutupan kantor sementara dilaksanakan maksimal 5 hari kerja dalan kurun
waktu 1 tahun takwim.BPR Wajib melaporkan pembukaan Kembali kantor paling lambat 10
hari sejak tanggal pembukaan.
Dalam hal penutupan kantor kas dan kegiatan kas diluar kantor wajib dilaporkan kepada BI
berserta alasan pentupannya paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan .BPR wajib
mengumumkan rwencana penutupan kantor kas dan kegiatan kas diluar kepada masyarakat
dalam surat kabar harian setempat atau paling lambat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan
penutupan disertai dengan bukti pengumuman.

24
Bagian 4 ; SUMBER DANA PERBANKAN
A. Pemodalan Bank
Modal adalah adalah yang dinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha
yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping peraturan yang
ditetapkan. Dalam perkembangan kegiatan Operasi perusahaan modal tersebut dapat
berkurang akibat terjadinya kerugian atau kegagalan usaha. Pertambahan modal berasal dari
keuntungan usaha yang diperoleh selain itu modal juga akan mempengaruhi keputusan-
keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba bank . sedangkan modal terlalu
kecil disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank dan juga akan mempengaruhi
penilaian khususnya para deposan, debitur, kreditur dan juga pemegang saham ,Dengan
perkataan laun akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan
bank yang bersangkutan.
Fungsi utama modal bank umum adalah pada prinsipnya ada 3 yaitu fungsi operasinal,
fungsi perlindungan dan fungsi pengaturan dari ketiga fungsi tersebut modal bank dapat
disimpulkan untuk
a. Melindungi deposan dengan menyangga semua kerugian atau bila terjadi Insolvensi
dan likuidasi utama bagi sumber dana yang tidak diasuransikan.
b. Mematuhi kebutuhan Gedung kantor ,inventaris guna menunjang kegiatan opersional
dan aktiva tidak produktif lainnya.
c. Memenuhi ketentuan pemodalan minimum untuk menutup kemungkinan terjadi
kerugian pada aktiva yang memiliki risiko yang tidak dapat diperkirakan
sehinnga operasi bank dapat tetap berjalan tanpa mengalami gangguan yang
berarti
d. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai bank kemampuan bank
memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memberi keyakinan mengenai
kelanjutan operasi bank meskipun terjadi kerugian.
SK Direksi BI No.26/20/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 mewajibkan semua bank untuk
menyediakan modal minimum 8 persen dari aktiva tertimbang mrnurut Resiko . Penetapan ini
sejalan dengan pedoman pemodalan yang berlaku secara internasionsl seperti yang ditetapkan
oleh BFIS . penerapan perhitungan modal di Indonesia terdapat beberapa penyesuaian dengan
usaha yang dilakukan oleh dunia perbankan di Indonesia ,namun secara umum prinsip-prinsip
yang ditetapkan oleh BFIS telah diterapkan.
Kewajiban penyediaan modal minimum tersebut berlaku bagisemua bank termasuk BPR
.pada bank berkantor pusat di Indonesia ,perhitungan modal didasarkan pada laporan
keuangan gabungan yang meliputi semua kantor ,baik didalam maupun negeri, laporan
keuangan gabungan tersebut meliputi seluruh kantornya di Indonesia ,walaupun modal bank
adalah telah memenuhi minimum 8 persen dari aktiva tertimbang menurut resiko penilaiaan
bank tersebut atau BI terdapat faktor lain yang dapat menambah resiko luar resiko yang tekah
dihitung secara kuantitatif , perbankan perlu menyediakan modal yang lebih besar dari 8
persen.
Berdasarkan SK Direksi BI No.26/20/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang kewajiban
penyediaan modal minimum bank umum dan SEBI No.26/2/BPP/Pada tanggal 29 Mei 1993
perihal kewajiban penyediaan modal minimum BPR ,pengertian modal bagi bank
dibedakan
25
antara modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan modal kantor cabang
dari suatu yang berkedudukan di luar negeri.
Modal bagi bank yang didirikan akan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan
modal pelengkap ,Adapun rincian komponen dari masing-masing tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Modal inti
Modal inti terdiri atas modal yang disetor, modal sumbangan ,cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak ,laba yang diperoleh setelah diperhitungksn pajak.
Secara rinci ,modal inti dapat berupa ;
a. Modal disetor yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya
b. Agio saham yaitu selisih lebih setoran yang diterima oleh bank sebagai akibat
harga saham yang melebihi nominalnya.
c. Modal sumbangan yaitu modal yang diperoleh Kembali dari sumbangan saham
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dan harga jual apabila bilai saham tersebut
dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh bank yang
berbentuk hukum kopersdi juga termsasuk modal sumbangan.
d. Cadangan umum yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dari
laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rups atau (rapat umum
pemegang saham ) atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau masing-
masing bank
e. Cadangan tujusn adalah yaitu bagian dari laba setelah dikurangi pajak yang
disishkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rups atau ra
f. Laba yang ditahan yaitu saldo laba bersih yang setelah dikurangi pajak oleh rups atau
radiptuskan untu tidak dibagikan.
g. Laba tahun lalu yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaan nya oleh rups atau ra
,Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu ,maka seluruh kerugian
tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
h. Laba tahun berjalan yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan tersebut
diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50 persen pada tahun berjlan
bank mengalam kerugian tersebut menjadi faktor pemegang inti.
Jumlah modal inti adalah jumlah sebagaimana tersebut diatas dikurangi goodwill yang ada
dalam pembukuan bank dan kekurangan jumlah yang seharusnya dibrntuk sesuai dengan
ketentuan BI.
2. Modal pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasl dari laba ,modal
pinjaman ,dan pinjaman pinjaman subordinasi. Secara rinci dapat berupa:
1 Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan dengan dibentuk dari selisih penilaian
Kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat jenderal pajak.
2 Penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu cadangan yang dimsksud untuk
menampung kerugian yang mungkin akibat dari tidak diterimanya Kembali
Sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
yang dapat
26
diperhitungkan sebagai komoponen modal pelengkap adalah maksimum 1,25 persen
dari jumlah aktiva tertimbang menurut Resiko.
3 Modal pinjaman yaitu utang yang didukung oleh instrumen atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal.
4 Pinjaman Subordinasi yaitu pinjaman yang memenuhi syarat sebagai berikut ;
a. Ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman.
b. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari BI
c. Tidsk dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh
d. Minimal berjangka 5 tahun
e. Pelunasan belum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI dan
dengan pelunasan tersebut prmodalan tetap sehat.
f. Hak tagihnya dalam hal likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang
ada (kedudukannya sanma dengan modal)
Dalam pengertian pinjaman subordinasi termasuk pula utang dalam bentuk kredit yang
dananya berasal dari bank dunia ,Asian Development Bank dan Lembaga keuangan
internasional serupa. Jumlah pinjama subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai modal
untuk sisa jangka 5 tahun terakhir adalah jumlah menggunakan metode garis dikurangi
amortisasi yang dihitung dengan memggunakan metode garis lurus ,jumlah pinjaman
subordinasi yang daopat dijadikan komponen modal adalah maksimum sebesar 50 persen dari
modal inti.
Seluruh modsl pelengkap diatas hanya dapat dipehitungkan sebagai modal setinggi-tingginya
100 persen dari jumlah modal inti. Bagi kantor cabang yang dari bank yang berkedudukan
diluar negeri adalah dan bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya diluar Indonesia.
3. Pemodalan Bank Umum
Beradasarkan SK Direksi BI No.32/33/KEP/DIR dan SK Direksi BI No.32/34/KEP/DIR
tanggal 12 mei 1999 untuk mendrikan bank umum yang melakukan kegiatan usaha yang
konvensional dan berdasar prinsip syariah dipersyratkan modal disetor sekurang-kurangnya
sebesar 3 Triliun .dalam hal ini terjadi peningkatan sebesar jumlah modal disetor bagi
pendirian baru bank umum guna dapat lebih mendukung kehidupan perekonomian dalam
menghadapi tantangan yang akan datang serta dapat berlangsung konsolidasi dalam
kehidupan berusaha perbankan nasional ,jika modal disetor pendirian bank umum tersebut
berasal dari WNA dan/atau badan hukum asing maka setinngi-tingginya sebesar 99 persen
dari modal disetor bank umum tersebut.
Untuk bank umum yang berbentuk hukum koperasi modal yang disetor berupa simpaanan
pokok,simpanan wajib dan hibah sebagaiman diatur dalam UU perkoperasian, sementara itu
untuk bank umum berbentuk hukum perusahan daerah berdasarkan PMDN No.8 Tahun 1992
, ketentuan modalnya ditentukan
a. Modal dasar ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kemampan daerah
yang perubahannya ditetapkan peraturan daerah.
b. Modal bank Sebagian mwerupakan penyertaan dari pemerintah yang berasal dari
kekayaan pemerintsh daerah yang dipisahkan.
c. Penyertaan modal pihak ketiga dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Pemodalan BPR

27
Berdasarkan SK Direksi BI No. 32/35/KEP/DIR dan SK Direksi BI No.32/3/KEP/DIR
tanggal 12 Mei 1999 untuk mrndirikan BPR yang kegiatan usahanya secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah ,dipersyarakan modal disetor sekurang-kurangnya sebesar ;
a. 2 miliar rupiah untuk BPR yang didiriak di wilayah DKI Jakarta Raya dan Kabupaten
atau kotamadya Tangerang, Bogor Bekasai dan Karawang.
b. 1 miliar rupiah untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota propinsi di luar
wilayah DKI Jakarta Raya dan Kabupaten atau Kotamadya Tangerang, Bogor,
Bekasi ,dan Karawang.
c. 500 juta rupish untuk BPR yang didirikan diluar wilayah tersebut diatas.
Bagi BPR yang berbentuk hukum koperasi ,modal yang disetor berupa simpaanan
pokok,simpanan wajib dan hibah sebagaiman diatur dalam UU perkoperasian, ,ditentukan
pula bagian modal yang disetor BPR digunakan untuk modal kerja sekurang-kurangnya
sebesar 50 persen .Bagi BPR berbentuk perusahaan daerah pemodalannya mengikuti
ketentuan yang ditetapkan PMDN No.8 Tahun 1992.

B. Penghimpun Dana
Bank umum maupun BPR keduanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan dana .jasa
berupa penghimpunan dari masyarakat bisa dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
,deposito berjangka ,sertifikat deposito ,dan tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu . Kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat yang lazim dilskukan bank umum
tidak seluruhnya dapat oleh BPR karena BPR dilarang menghimpun dana melalui simpanan
berupa giro dan dilarang ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
1. Simpanan Giro /Rekening Koran
Simpana giro adalah simpanan yang penariknya dapat dilakukan setiaap saat menggunakan
cek Billyet giro,sarana perintah pembayaran laiinya atau dengan pemindahbukuan,. Dari
pengertian tersebut dapat diketahui kalua giro merupakan sarana pembayaran.,dengan
demikian Giro merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ;

 Sebagai alat pembayaran giral


 Penarikannya dilakukan setiap saat sesuai dengan kwbutuhan sepanjang dananya
tersedia
 Penarikannya mempergunakan surat ,warkat,sarana perintah pembayaran baik
yang bersifat tunai maupun dengan cara pemindahbukuan.
Simpanan giro bukan merupakan suatu simpanan untuk mendapatkan hasil bunga tetapi
semata-mata hsnys dimanfaatkan sebagai sarana memperlancar transaksi bisnis.Bagi bank
sumber dana giro ini merupakan sumber dana yang berbiaya rendah ,namun karena sifat
penarikannya bank harus mengikuti perilaku penarikan nasabah gironya terutama nasabah-
nasabah utamanya ,karena mobilitas dana yang bersumber dari giro ini sanggat tinggi yang
pada gilirannya akan mempengaruhi pola manajemen likuiditas bank.
Imam Prayogo Surohadibroto dan Djoko Prakoso mengemukakan bahwa jika dilihat dari segi
internitas pemakaian maka Biilyet giro menduduki peringkat pertama sebagai alat bayar giral

28
disamping wesel dab cek ,Biilyet giro lebih sering dipergunakan oleh masyarakat jika
dibandingkan dengan alat bayar giral lainnya ,beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat
lebih menyukai billyet Giro sebagai alat bayar giral adalah sebagai berikut :
a. Bebas Materai ,billyet giro merupakan surat berharga berjangka pendek karena
peredarannya kurang dari3 bulan ,namun billyet giro tidak dapat dibayar dengan
uang tunai melainkan hanya sebagai alat pemindahan dana dari rekening giro penarik
ke rekening giro pemegang,maka bilyet giro dibebaskan dari Bea Materai.
b. Lebih aman penggunaan nya ,Billyet giro tidak dapat dipndah tangankan secara
endosment ataupun penyerahan nyata dari tangan kecuali penyerahan penarik
kepada tangan pertama ,disamping itu billyet giro juga hanya dapat dibayar dengan
cara pemindahan dana berarti pemegang haruslah nasabah bank dan tidak akan dapat
digunakan ,oleh orang lain selain pemegangngnya.
c. Ada tenggang tentang kewajiban penyediaan dana dan penarikan billyet giro.
d. Sampai pada tujuannya ,billyet giro yang setelah diisi lengkap oleh penariknya
tidak tidak dapat beredar lagi dan penarik dapat mengetahui segera bahwa dananya
sudah dipindah bukukan kedalam rekening orang yang ditujunya
e. Dapat dibatalkan ,menurut ketentuan BI ,Billyet giro yang belum dilaksanakan
pemindahbukuaanya dapat dibatalkan oleh penariknya kebetulan berhubungan
dengan pihak yang tidak jujur, beritikad buruk ,maupun wanprestasi.
f. Anjuran bank Indonesia demi pengaruihnya terhadap peredaran uang kartal ,BI
menganjurkan kepada nasabah bank atau pemilikrekening giro di bank agar
selain menggunakan cek juga mengguakan billyet giro sebagai alat bayar dengan
cara pemindahbukuan.
2. Simpanan Deposito
Deposito adalah simpanan yang penarikannya dapat dilkukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyipanan dengan bank ,dengan demikian deposito
merupakan dana yang dpercayakan oleh masyarakat kepada bank yang ciri-cirinya adalah
sebagai berikut ;
a. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank berdasarkan atas nama sehinnga tidak dapat
diperjual belikan
b. Jangka waktu penarikannya telah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan
yang diperjanjikan.
c. Bunga dibayar setiap bulan pada hari bayarnya atau sekaligus pada saat jatu tempo
d. Dapat dijadikan jaminan kredit
e. Penyerahan hak cukup dengan kata cessie
Disisi bank sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana mahal
dibandingkan sumber dana lainnya ,Namun keuntungan nya bagi bank adalah penyediaan
likuidasi untuk kebutuhan penarik dana ini dapat diprediksi secara akurat ,jenis simpananan
dalam ntuk deposito berjangka lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena
menawarkan tingkat bunga yang relative lebih tinngi dibsndingksn Giro atau simpanan
lainnya.
3. Simpanan Sertifikat Deposito

29
Sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bentuk simpanan
nya dapat dipindahtangankan, jelaslah bahwa sertifikat deposito adalah surat berharga yang
diterbitksn atas tunjuk tanpa nama pembelinya dalam rupiah yang merupakan suatu
pengakuan utang dari bank yang diperjual belikan dalam pasar uang. Bunga sertifikat
deposito diberikan secara diskonto yakni dibayar dimuka sekaligus pada saat pembelian
Simpanan sertifikat deposito ini dalam msyarakat Indonesia belum begitu popular ,tidak
seperti depsito berjangka dan tabungan oleh karena itu dana perbankan yang bersumber dari
jenis simpanan ini relative lebih kecil disbanding sumberdana lainnya
Sertifikat deposito sebagai sarana usaha oengerahan dana masyarakat dan piranti pasar uang
Bersama-sama dengan sertifikat BI dan surat berharga pasar uang dapat diterbitkan oleh bank
atau kembaga keuangan lain tanpa meminta persetujuan BI.
Ciri-ciri sertifikat deposito adalah sebagagai berikut;
a. Surat berharga yang diterbitkan atas tunjuk /bahwa sehinnga dapat diperjualbelikan.
b. Merupakan instrument pasar uang
c. Bunga dapat dibayar dimuka (diskonto) atau dapat pula dibayarkan dibelakang pada
saat jatuh tempo.
d. Jangka waktu dapat dipilih sesuai kebutuhan
e. Dapat dijadikan jaminan kredit bank
f. Jangka waktunya minimal 30 hari dan maksimal 24 bulan.
g. Nilai nominal 1.0000.000,00
4. Simpanan Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang pemarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu ysng telah disepakati ,tetapi tidak dapat ditarik dengan cek ,bilyet giro ataupun yang
dipersamakan dengan itu ,kepada nasabahnya diberikan atau menerima buku tabungan
sebagai bukti telah menyimpan dananya dalam bentuk tabungan . ketentuan yang mengatur
hubungan hukum antar bank dan nasabah penabung ini biasanya tercantum pada halaman
terakhir buku tabungan.
Penyelenggaraan tabungan adalah dimulai pada tahun 1969 dengan program tabungan
berhadiah ,kemduan pada tahun 1972 melalui kebijakan savings drive diselenggarakan
Tabanas (Tabungan pembangunan nasional) dab Taska (Tabungan asuransi berjangka )
berdasarkan SK Direksi BI Nomor 4/8/KEP/DIR tanggal 15 Juni 1971.
Bank penyelemggara Taska /Tabanas ini adalah bank umum swasta nasional yang telah
memenhi syarat yang ditentukan oleh BI ,selanjutnya dalam rangka meningkatkan
penghimpunan dana oleh masyarakat melalui perbankan dan pelayanan perbankan bagi para
penabung kecil maka sejak Oktober 1988 semua bank di Indonesia termasuk bank asing dan
bank prnyelenggara Tabanas /Taska diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai
jenis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kebijakan pengerahan dana masyarakat melalui tabungan tersebut lebih lanjut dituangkan
dalam SEBI Nomor.21/28/UPG tanggal 27 Oktober kemudian disempurnakan melalui SK
Direksi BI Nomor.22/63/KEP/DIR Tanggal 1 Desember 1989 yang menyatakan ketentuan
masing-masing bank dan BI tidak mengatur lagi ketentuan mengenai jaminan terhadap
Tabanas /Taska.

30
31
Bab 5 Kegiatan Usaha Bank

A. USAHA BANK UMUM

Kegiatan-kegiatan usaha bank umum yang memicu dari Undang-Undang No. tahun 1992, dimana usaha-
usaha tersebut berjumlah 13 usaha, yakni meliputi;

1. Penghipunan dana dari masyarakat yang berbentuk simpanan berupa giro, deposito dan tabungan;
2. Pemberian kredit;
3. Penerbitan surat pengakuan utang, yang berjangka pendek (promes ataupun wesel),
maupun berjangka panjang (obligasi atau sekuritas kredit);
4. Kegiatan selanjutnya yakni mencangkup kegiatan, jual beli atau menjamin surat-surat berharga
(wesel, surat pengakuan utang, kertas perbenderharaan Negara, sertifikat Bank Indonesia,
obligasi, surat dagang berjangka, dan instrument surat berharga lain);
5. Melakukan pemindahan uang baik atas kepentingan bank itu sendiri atau nasabah bank tersebut.
6. Melakukan penempatan dana, seperti peminjaman dari bank lain menggunakan surat, sarana
telekomunikasi dan ijin tertulis lainnya;
7. Menerima pembayaran atas tagihan dari surat berharga;
8. Menyediakan tempat penyimpanan barang dan surat berharga;
9. Melakukan kegiatan penitipan dari kepentingan pihak lain atas kontrak yang telah disepakati, dengan
membedakan administrasinya dari kekayaan bank itu sendiri;
10. Menjadi penghubung antara nasabah satu dengan nasabah yang lain dengan melakukan penempatan
dana dari nasabah satu denga nasabah lainnya yang tercatat dalam bursa efek;
11. Melakukan anjak piutang dimana hal ini merupakan kegiatan pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek. melakukan usaha kartu kredit yakni, pembayaran dalam bentuk kartu kredit;
12. Menyediakan pembiyaan secara syariah yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia;
13. Dapat melakuakn hal lain sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan
undang-undang lain yang berlaku;

Namun, Bank Umum dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kehendak bank itu
sendiri dengan keahlian dan bidang usaha yang diinginkannya. Dengan ini kebutuhan masyarakt dalam
dunia perbankan akan terpunuhi tanpa menghiraukan prinsip dan efisiensi nya. Selain itu ada usaha lain
yang dapat dilakukan atau di gerakkan oleh Bank Umum, sebagaimana diatur dalam pasal 7, yakni;

1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan ketentuan yang ditetapkan oelh Bank Indonesia (BI);
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal dalam Bank dalam perusahaan di bidang keuangan;
3. Melakukan kegiatan sementara akibat kegagalan kredit;
4. Melakukan pengurusan dana pensiun sesuai dengan pengaturan undang-undang yang mengatur
tentang dana pensiun;

B. USAHA KEGIATAN PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Dalam usaha BPR ini ruang lingkupnya akan lebih sempit dari kegiatan usaha Bank Umum, dimana dalam
pasal 13 kegiatan-kegiatan tersebut meliputi;

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk deposito, tabungan atau bentuk yang
dipersamakan lainnya, yang tidak berupa giro atau simpanan lainnya yang dapat ditarik oleh cek;
2. Memberikan kredit;
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah;
4. Penempatan dana dalam bentk sertifikat Bank Indonesia, sertifikat deposito, atau tabungan pada bank
lain;
Dalam BPR juga ada beberapa peraturan yang dilarang untuk dilakukan, yakni;
a. Menerima simpanan giro;
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, namun tidak dengan tukar menukar valuta
asing;
c. Melakukan penyertaan modal;
d. Melakukan usaha pengasuransian, dan usaha lain diluar pasal 13.
C. KEGIATAN BANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

Produk-produk bank syariah dengan bank konvensional sangatlah jauh berbeda, mengapa demikian? Karna
produk dari bank syariah harus di sesuaikan dengan ajaran agama islam yang melarang adanya riba, antara
bank dan nasabah juga dilarang adanya suatu bunga yang akan menciptakan riba, namun ada hasil yang
harus di bagi dua antara nasabah dan bank sesuai dengan persetujuan nasabah bank itu. Dan dalam pasal
19 undang-undang perbankan syariah, bank umum juga harus menerapkan prinsip-prinsip syariah dan juga
usahanya yang meliputi;

1. Simpanan berdasarkan akad wadi’ah;


2. Investasi berdasarkan akad mudharabah;
3. Penyaluran biaya berdasarkan akad mudharabah dan musyarakah;
4. Penyaluran biaya berdasarkan akad murabahah, salam dan istisna’;
5. Penyaluran pembiayaan berdasarkan akad qardh;
6. Penyaluran biaya sewa barang sesuai akad ijarah atau ijarah bittamlik;
7. Pengambilalihan utang sesuai akad hawalah;
8. Melakukan usaha kartu kredit berdasarkan prinsip syariah;
9. Melakukan jual beli dan jaminan atas resiko surat berharga dari pihak ketiga sesuai dengan
akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10. Membeli surat berharga sesuai prinsip syariah;
11. Menerima pembayaran dari tagihan surar berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga;
12. Melakukan penitipan sesuai prinsip syariah;
13. Menyediakan tempat untuk penyimpanan barang berharga ;
14. Melakukan pemindahan uang untuk kepentingan bak itu sendiri atau nasabah;
15. Melakukan fungsi wali sesuai akad wakalah;
16. Memberikan fasilitas letter of credit;
17. Melakukan hal lain sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan undang-
undang yang berlaku.
Bab 6 Perkreditan Bank

A. PENGERTIAN KREDIT
Kredit yang berasal dari bahasa latin yakni Credere yang memiliki arti kepercayaan, kredit adalah
suatu penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan atau setara dengan pinjam meminjam
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya sesuai
tanggal kesepakatan dengan pemberian bunga, dan dalam pandangan syariah pengertian sama namun
bukan pemberian bunga yang menjadi upah bagi pemberi pinjaman tapi setara dengan imbalan atau
pembagian hasil yang telah di sepakati bersama. Adapun unsur-unsur yang ada dalam kredit yakni;
a. Kepercayaan
b. Waktu
c. Prestasi
d. Resiko
B. PENGGOLONGAN KREDIT
a. Penggolongan bedasarkan jangka waktu;
b. Penggolongan bedasarkan dokumentasi;
c. Penggolongan bedasarkanbidang ekonomi;
d. Penggolongan kredit bedasarkan tujuan penggunaan;
e. Penggolongan kredit bedasarkan objek yang ditransfer;
f. Penggolongan kredit bedasarkan waktu pencairan;
g. Penggolongan kredit bedasarkan cara penarikan;
h. Penggolongan kredit bedasarkan pihak krediturnya;
i. Penggolongan kredit bedasarkan Negara asal kreditur;
j. Penggolongan kredit bedasarkan jumlah kreditur;
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT
Berbagai macam Prinsip dalam pemberian kredit ini, dan yang dapat kita ketahui disini
adalah prinsip 5C, prinsip 5P dan prinsip 3R ;
Prinsip 5C meliputi;
1) Penilaian watak / Character
hal ini dilakukan untuk mengetahui kejujuran atau itikad baik calon anggota dan agar terjalin
hubungan baik antar bank dengan calon anggota debitur.
2) Penilaian kemampuan / Capacity
Hal ini dilakukan agar bank dapat mengetahui kemampuan bidang usaha debitur dan yakin
bahwa yang telah didanai adlah orang tepat dan mampu mengelola usaha dalam jangka waktu
yang panjang.
3) Penilaian terhadap modal / Capital
Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui kemapuan permodalan calon debitur dalam
menunjunang usaha yang bersangkutan.
4) Penilaian terhadap agunan / Collecteral
Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga jika suatu wakut calon debitur mengalami kemacetan dalam
pembayaran kredit maka jaminan agunan yang di berikan harus berkualitas tinggi atau setara
dengan minimal jumlah kredit dan juga harus mudah dicairkan.
5) Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur / Condition of Economy
Hal ini dilakukan agar bank dapat mengetahui pemasaran yang akan terjadi di masa sekarang dan
masa yang akan datang
Prinsip 5P meliputi;
1) Para Pihak / Party
Merupakan titik sentral yang akan diberi pinjaman kredit
2) Tujuan / Purpose
Hal ini harus dilakukan agar pinjaman kredit itu digunakan untuk hal-hal yang positif dan dapat
menaikkan income perusahaan
3) Pembayaran / Payment
Hal ini harus dilakukan agar pinjaman dapat dipastikan terbayarkan kembali oleh debitur
4) Perolehan lab / profitability
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah laba yang didapat bisa menutupi pembayaran
kredit, cash flow dan sebagainya
5) Perlindungan / Protection
Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko terjadinya hal yamg tak di inginkan terjadi.
Prinsip 3R meliputi;
1) Hasil yang di peroleh / Returns
Dari hasil yang telah diporeleh ini diupayakan agar dapat untuk membayar kredit, bunga
beserta ongkos-ongkos perusahaan.
2) Pembayaran kembali / Repayment
Hal ini menjadi penentuan apakah calon debitur dapat membayar kembali apa yang telah di
pinjamnya sesuai dengan waktu yang telah disepakati
3) Kemampuan menanggung rersiko / Risk bearing ability
Dalam hal ini bank harus menjamin dengan aman apakah jaminan dan asuransi cukup untuk
menutupi jika terjadi kredit macet.
D. PEMBATASAN PEMBERIAN KREDIT
1. Batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
Dalam pasal 11 Undang-undang perbankan batas maksimum ini di bedakan menjadi dua
yakni, yang pertama batas maksimum 30%, dimana batas maksimum ini ditujukan untuk
kelompok usaha atau biasa disebut dengan badan usaha, dan yang kedua batas maksimum
10% dimana batas maksimum ini ditujukan untuk peminjam yang memiliki kedudukan
tinggi seprti, penanam saham, anggota dewan komisaris, anggota direksi,pejabat bank
lainnya, dan yang bersangkutan dengan pemegangan saham pada bank tersebut.
2. Larangan pemberian kredit
a. Bank dilarang untuk membiayai pembelian saham dengan cara kredit
b. Memiliki saham yang tidak di maksudkan sebagai penyrtaan
3. Kredir bermasalah
a. Kredit Lancar
b. Kredit kurang lancar
c. Kredit di ragukan
d. Kredit macet
4. Penyelamatan Kredit
a. Perubahan dalam jadwal dan syarat kredit yang ha nya menyangkut pembayaran
dan jangka waktunya
b. Penyertaan kembali
c. Penataan kembali
d. Penambahan dana atau bank
e. Konversi sebagian atau seluruh tunggakan bunga
f. Konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi penyertaan
E. PENJAMINAN KREDIT MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN
1. Penjamin bagi UMKM
Penjaminan ini sudah tertuliskan dalam UU UMKM mulai dari pasal
2. Dasar hukum penjaminan oleh lembaga penjaminan
Sebagaimana yan telah diatur dalam pasal 1820-1850 bw yang menjelaskan mengenai
perkembangan dari perjanjian penanggungan (borgtocht), dan produk penjaminan yakni
berupa sertifikar penjaminan yaitu bukti jaminan dari penjamin kepada penerima jaminan
atas kewajiban finansial terjamin.
3. Pihak-pihak dalam kegiatan penjaminan
a. Penerima Jaminan
b. Terjamin
c. Pihak Penjamin
4. Mekanisme penjaminan
a. Penjaminan langsung
b. Penjaminan tidak langsung
5. Klaim Pembayaran
6. Praktik penjaminan yang sudah berjalan.
Bab 7 Hubungan Hukum antara Bank dengan Nasabah

A. Kedudukan nasabah dalam


Menurut simons pengaturan fungsi lembaga bank yang paling tradisional ialah menerima uang dalam
bentuk tabungan atau giro dan pinjaman atau investasi uang, berdasarkan hak tersebut hubungan
antara hukum dan nasabah dapat di diskuakifikasikan dalam dua bentuk;
a. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan
Hubungan ini tercipta antara bank dengan nasabah yang tertuang dalam suatu bentuk
peraturan bank yang berisikan ketentuan dan persyaratan umum yang harus di setujui oleh
nasabah.
b. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur
Dalam hal ini, hubungan antara bank tercipta karna adanya suatu tanggungan kredit yang
harus di tuntaskan oleh debitur dalam jangka waktu yang telah di sepakati bersama
B. Perjanjian simpanan dan perjanjian kredit dalam bentuk baku
Jika di lihat dalam sudut pandang tradisional perjanjian ini di prinsipkan menjadi sebuah kebebasan
untuk berkontrak antara dua pihak yang mempunyai kedudukan seimbang untuk mencapai suatu
kesepakatan melalui proses negosiasi.
C. Klausul eksemsi dan perjanjian baku
Kumar mendefinisikan hal ini menjadi, suatu klausul kontrak di maksudkan untuk melindungi
preferensi mutlak atau untuk membatasi suatu kewajiban atas pelanggaran kontrak, kerusakan atau
mengkesampingkan tanggung jawab jika tindakan dilakukan dalam waktu yang di tetapkan. Berikut
merupakan klausul eksemsi yang dapat memberatkan nasabah;
a. Besarnya suku bunga kredit
b. Bank tidak wajib melakukan pengiriman tagihan
c. Ketentuan denda tunggakan
d. Hak bank menentukan jumlah tunggakan
e. Pelanggaran privasi data simpanan nasabah
Bab 8 Perlindungan Konsumen Bank dalam UU No. 21 Th 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

A. DASAR PEMIKIRAN LAHIRNYA OJK

Darmin Nasution mengatakan, pembentukan OJK ialah suatu upaya untuk mereformasi dan
mengintegrasikan system pengaturan dan pengawasan bagi semua sector jasa keuangan secara
keseluruhan agar lebih kredibel dalam rangka mewujudkan pertumbuhan sector keuangan yang kuat
dan sehat sehingga mmapu mengantisipasi setiap perkembangan sector keuangan baik secara
domestic maupun global. Dalam hal ini telah diatur beberapa tugas OJK yang telah diamanatkan
dalam pasal 6 UU OJK;

a. Kegiatan jasa keuangan di sector perbankan


b. Kegiatan jasa keuangan di sector pasar modal
c. Kegiatan jasa keuangan di sector perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.
B. PERLINDUNGAN KONSUMEN OLEH OJK
Selain melindungi sector keuangan yang ada OJK juga memiliki wewenang untuk
melindungi konsumen, adapun 2 cara yang di miliki oleh OJK untuk melindungi konsumeh
yakni;
a. Pencegahan kerugian konsumen
Pencegahan ini telah tertuai dalam pasal 3-12 dalam peraturan OJK no.1/POJK.07/2013,
dalam hal ini dijelaskan hak0hak yang di peroleh oleh nasabah, dan menjadikan keputusan
yang tepat yang akan di berikan kepada konsumen, dalam POJK pemberian informasi kepada
nasabah dan juga masyarakat merupakan sebuah kewajiban dari pihak bank yang harus di
laksanakan.
b. Pelayanan pengaduan konsumen
Meyiapkan perangkat dan mekanisme pengaduan di lembaga jasa keuangan serta
memfasilitasi penyelesaian pengaduan
C. TINDKAN PEMBELAAN HUKUM
Untuk melindungi konsumen dan juga masyrakat OJK memiliki wewenang untuk melakukan tindan
tertentu kepada lembaga jasa keuangan yang telah merugikan, mengajukan gugatan, memperoleh
kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan, dan memperoleh atau menuntut ganti rugi dari
pihak yang menyebabkan kerugian tersebut.
BAB 9 RAHASIA BANK
Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya. Prinsip kerahasiaan bank
bermula timbul dari tujuan untuk melindungi kepentingan nasabah bank agar
terlindungi kerahasiaan yang menyangkut keadaan keuangannya dan data pribadi
nasabah.

Ruang Lingkup
1. Keterangan mengenani nasabah penyimpan dan simpanannya. Ini tidak
termasuk keterangan mengenai nasabah debitor dan pinjamannya;
2. Kewajiban pihak bank dan pihak terafiliasi untuk merahasiakan
keterangan tersebut, kecuali hal itu tidak dilarang oleh undang-undang;
3. Situasi tertentu dalam mana informasi mengenai nasabah penyimpan
dan simpanan boleh saja dibeberkan oleh pihak yang terkena larangan jika
informasi tersebut tergolong pada informasi yangdikecualikan atau informasi
nasabah penyimpan dan simpanan yang tidak termasuk dalam kualifikasi rahasia.

Pengecualian terhadap Ketentuan Rahasia Bank


Pasal 40 ayat (1), UU 10/1998 telah mengatur bahwa Bank wajib
merahasiakan keterangan mengenai Nasabah dan simpanannya, kecuali dalam hal:

1. Untuk kepentingan perpajakan berdasarkan permintaan


Menteri Keuangan;
2. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan
kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Panitia Urusan Piutang
Negara;
3. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana;
4. Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya;
5. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank;
6. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah
penyimpanan yang dibuat secara tertulis.
Sanksi Pelanggaran
Apabila ada pelanggaran kerahasiaan Bank, maka Pasal 47 ayat (1) dan ayat
(2) UU 10/1998, menyatakan:

1. Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari


Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal
41A, dan Pasal 42, dengan sengaja memaksa Bank atau pihak terafiliasi
untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
200.000.000.000 (dua ratus miliar rupiah).
2. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau
pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan
yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat)
tahun serta denda sekurang kurangnya Rp 4.000.000.000 (empat miliar
rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000 (delapan miliar rupiah).

BAB 10 PRINSIP-PRINSIP BASEL

Bank For International Settelments (BIS)


Bank For International Settlement (BIS) adalah Bank for International
Settlement/BIS yaitu organisasi Intemaslonal yang didirikan pada tahun 1930 di
Basel, Swiss, bertujuan menjalin hubungan kerja sama antara bank sentral di
seluruh dunia dalam mengembangkan aktivitas keuangan pemerintah, melayani
transaksi pembayaran, dan bertindak sebagal penjamin IMF yang memberikan
pinjaman kepada negara berkembang

Prinsip Basel sebagai Standar Perbankan Internasional

 Persyaratan bagi pengawasan perbankan yang efektif –


(prinsip ke-1)
 Perizinan dan Struktur – (prinsip ke-2 hingga ke-5)
 Peraturan Prinsip kehati-hatian – (prinsip ke-6 hingga ke-15)
 Metode Pengawasan Perbankan Terus-menerus – (prinsip
ke-16 hingga ke-20)
 Informasi – (prinsip ke-21)
 Wewenang Formal Pengawasan – (prinsip ke-22)
 Perbankan Lintas Negara – (prinsip ke-23 hingga ke-25)

Pengertian Basel Core Principles


Basel Core Principles adalah prinsip-prinsip dasar sistem supervisi
perbankan, di dalam the Basel Core principles memuat dua puluh lima prinsip
dasar yang dapat dijadikan rujukan bagi pengawasan perbankan.

Konsep Tiga Pilar Basel II


1. Pilar pertama berkaitan dengan pemeliharaan persyaratan modal
(regulatory capital) yang dianggarkan untuk tiga komponen utama risiko yang
dihadapi bank: risiko kredit, risiko pasar, serta risiko operasional. Jenis risiko lain
tidak dianggap layak dianggarkan pada tahap ini.
2. Pilar kedua menangani tanggapan pengawasan terhadap pilar pertama
yang memberikan perkakas lanjut untuk pengawas. Pilar ini juga memberikan
suatu kerangka kerja untuk menangani semua risiko lain yang mungkin dihadapi
bank, seperti risiko sistemik, risiko pensiun, risiko konsentrasi, risiko strategik,
risiko reputasi, risiko likuiditas, serta risiko hukum, yang digabungkan diproduksi
menjadi risiko residu.
3. Pilar ketiga memperbesar pengungkapan yang harus diterapkan bank.
Ini dirancang untuk memberikan gambaran yang semakin patut untuk pasar
tentang posisi risiko menyeluruh bank dan untuk memberikan kesempatan untuk
pihak terkait dari bank untuk memberikan harga dan menangani risiko tersebut
dengan sepantasnya.

Pencegahan Praktik Pencucian Uang Internasional


Global Fight Against Money laundering
Program PBB ini bernama Global Programme against Money laundering
(GPML) yang dikoordinir oleh Office of Drugs and Crime (ODC). GPML adalam
proyek riset dan bantuan teknis dengan tujuan meningkatkan efektifitas upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dengan
menawarkan bantuan teknis, pelatihan dan nasehat kepada negara yang
membutuhkan.

Peranan FATF
Upaya internasional lainnya yang cukup monumental dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang terja pada tahun 1989 yaitu pada saat
negara-negara yang tergab dalam G-7 countries menyepakati dibentuknya The
Financ Action Task Force on Money laundering (FATF),, sebagai suatu gugus
tugas dengan tugas menyusun rekomendasi internasional untuk memerangi money
laundering. FATF merupakan intergovernmental body sekaligus suatu policy-
making body yang berisikan para pakar di bidang hukum, keuangan dan
penegakan hukum yang membantu yurisdiksi negara dalam penyusunan peraturan
perundang- undangan.

BAB 11 PENGAWASAN BANK


Sebelum Berlakunya UU No.21 Th 2011 tentang OJK
Sebelum adanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fungsi regulator industri
keuangan dijalankan oleh beberapa institusi. Pengawasan dan pengaturan
perbankan dijalankan oleh Bank Indonesia(BI), sementara pasar modal dan
industri keuangan non bank menjadi tanggung jawab Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang sekarang melebur menjadi
OJK. Dalam Naskah Akademik Rancangan Udang-Undang OJK, pemerintah
menilai hal tersebut perlu diubah. Ini karena globalisasi menyebabkan kemajuan
dan inovasi yang berujung pada sistem keuangan yang kompleks serta saling
terkait.

Setelah Berlakunya UU No.21 Th 2011 tentang OJK

Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank


Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai berikut:

 Kewenangan untuk menetapkan tata cara


perizinan (right to license) dan pendirian suatu bank, meliputi pemberian
izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan,
penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas
kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

 Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to


regulate) yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam
rangka menciptakan perbankan sehat guna memenuhi jasa perbankan yang
diinginkan masyarakat.

 Kewenangan untuk mengawasi meliputi:

1. pengawasan bank secara langsung (on-site


supervision) terdiri dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan
keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank
terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui apakah
terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan
kelangsungan usaha bank; dan
2. pengawasan tidak langsung (off-site supervision)
yaitu pengawasan melalui pemantauan seperti laporan berkala
yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan, dan informasi
lainnya.

 Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose


sanction), yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang
atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur
pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
 Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to
investigate), yaitu kewenangan untuk melakukan penyidikan di Sektor Jasa
Keuangan (SJK), termasuk perbankan. Penyidikan dilakukan oleh
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (RI) dan pejabat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan OJK. Hasil penyidikan disampaikan kepada
Jaksa untuk dilakukan penuntutan.
 Kewenangan untuk melakukan perlindungan
konsumen (right to protect), yaitu kewenangan untuk melakukan
perlindungan konsumen dalam bentuk pencegahan kerugian Konsumen
dan masyarakat, pelayanan pengaduan konsumen, dan pembelaan hukum.
LIKUIDASI BANK
A. Pengertian Likuidasi
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan. Dalam Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), pembubaran badan hukum
perseroan terjadi :
1. Berdasarkan keputusan RUPS;
2. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam AD telah berakhir;
3. Berdasarkan penetapan pengadilan;
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
memunyai kekuatan hukum tetap;
5. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi;
6. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan paturan perundang-undangan.

BI dapat melakukan tindakan sebagai mana diatur dalam undang-undang tentang


perbankan, sebagaimana diataur dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia yakni :
1. Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya, BI dapat melakukan tindakan agar :
a. Pemegang saham menambah modal;
b. Pemegang saham mengganti Dewan Komisaris dan atau Direksi bank;
c. Bank menghapus bukuan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya;
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban;
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada
pihak lain;
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada
bank atau pihak lain.
2. Apabila tindakan diatas belum cukup untuk mengatasi dan/atau menurut penilaian
Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem Perbankan,
Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan
Direksi bank untuk segera menyelenggarakan RUPS guna membubarkan badan
hukum bank dan membentuk tim likuidasi.
3. Apabila tindakan tersebut belum berhasil, Pimpinan Bank Indonesia meminta
kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan
hukum bank, penunjukan tim likuidasi, dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Likuidasi Bank Menurut PP No. 25 Tahun 1999


Berdasarkan PP No 25 Th 1999, pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh
pimpinan BI apabila:
a. Tindakan penyelamatan belum mencukupi untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi bank dan/atau menurut penilaian keadaan suatu bank dapat
membahayakan sistem perbankan (Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1);
b. Atas rekomendasi dari badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka
penyehatan perbankan berdasarkan Pasal 37A UU Perbankan (Pasal 25).
c. Atas keinginan sendiri para pemegang saham atau para pemiliknya untuk
membubarkan badan hukum bank (pasal 26)
Pelaksanaan likuidasi bank yang dilakukan oleh Tim Likuidasi, dengan wajib
diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 5 tahun terhitung sejak tanggal
dibentuknya Tim Likuidasi jika penyelesaiannya mengalami tingkat kesulitan yang
tinggi. Dalam hal likuidasi tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu 5 tahun,
penjualan harta bank dalam likuidasi dilakukan secara lelang oleh kantor lelang negara
atau lembaga lain atas permohonan Tim Likuidasi menggunakan metode harga
penawaran tertinggi yang wajib diselesaikan selambat-lambatnya dalam rangka 180 hari
sejak berakhinya jangka waktu pelaksanaan likuidasi bank yang diwajibkan.
Pelaksanaan likuidasi bank dilakukan dengan cara mencairkan harta dan/atau menagih
piutang debitur diikuti dengan pembayaran kewajiban dalam likuidasi kepada kreditur
dari hasil pencairan dana atau penagihan tersebut, atau mengalihkan seluruh harta dan
kewajiban bank dalam likuidasi sebagai satu kesatuan kepada pihak lain dengan
persetujuan BI setelah mempertimbangkan kemampuan pihak lain untuk menyelesaikan
bank dalam likuidasi terhadap kreditur. Selama proses likuidasi menurut cara yang
pertama berlangsung, Tim Likuidasi dapat mengubah cara likuidasi yang digunakan
dengan terlebih dahulu memperoleh persetujuan BI.
Setelah pelaksanaan tahap pembayaran terakhir masih terdapat kelebihan harta Tim
Likuidasi membagikan sisa harta dimaksud kepada para pemegang saham secara pro-rata
sesuai dengan kepemi likan jumlah saham. Tagihan yang timbul setelah proses likuidasi
dapat diajukan terhadap sisa hasil likuidasi yang menjadi hak peme gang saham.
Setelah pelaksanaan likuidasi bank terakhir, Tim Likuidasi wajib menyusun Neraca
Akhir Likuidasi guna dilaporkan kepada BI dan dipertanggungjawabkan kepada
pemegang saham melalui RUPS apabila Tim Likuidasi dibentuk melalui RUPS; atau
dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada BI apabila Tim Likuidasi dibentuk
melalui penetapan pengadilan.

C. Likuidasi Bank Menurut UU No. 24 Tahun 2004 Tentang LPS


1. Dasar Filosofi Pembentukan LPS
a. kepercayaan masyarakat terhadap perbankan perlu diberikan kepastian hukum
b. Menghindari adanya penjaminan berskala luas yang membebani anggaran negara
dan menimbulkan moral hazard pada pihak pengelola bank dan nasabah bank;
dan
c. Penjaminan simpanan yang selama ini hanya didasarkan pada keputusan presiden
belum memberikan kekuatan hukum sehingga menimbulkan permasalahan dalam
pelaksanaan jaminan.
2. Fungsi, Tugas, dan Wewenang LPS Fungsi LPS
a. Menjamin simpanan nasabah penyimpan
b. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesi dengan
kewenangannya

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam proses likuidasi dalam pasal 6 ayat (2) UU
LPS meliputi:
a. mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham,
termasuk hak dan wewenang RUPS;
b. menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang diselamatkan;
c. meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, darvatau mengubah selamatkan setiap
kontrak yang mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang
merugikan bank; dan
d. menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau
kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.
Dalam rangka melakukan likuidasi bank gagal yang dicabut usahanya, LPS
melakukan tindakan sebagai berikut :
a. melakukan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2);
b. memberikan talangan untuk pembayaran gaji pegawai yang terutang dan talangan
pesangon pegawai sebesar jumlah minimum pesangon sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang undangan;
c. melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pengamanan aset bank
sebelum proses likuidasi dimulai; dan
d. memutuskan pembubaran badan hukum bank, membentuk tim likuidasi, dan
menyatakan status bank sebagai bank dalam likuidasi, berdasarkan kewenangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERMASALAHAN BANK DALAM KRISIS
SISTEM KEUANGAN MENURUT UU NO. 9 TAHUN 2016
A. Tugas dan Wewenang Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
KSSK bertugas :
1) Melakukan koordinasi dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem
keuangan;
2) Melakukan penanganan krisis keuangan; dan
3) Melakukan penanganan permasalahan Bank Sistemik, baik dalam kondisi stabilitas
sistem keuangan normal maupun kondisi krisis sistem keuangan.
KSSK berwenang :
1) Menetapkan keputusan mengenai tata kelola KSSK dan sekretariatan KSSK;
2) Membentuk gigus tugas atau kelompok kerja untuk membantu pelaksanaan tugas
KSSK;
3) Menetapkan kriteria dan indikator untuk penilaian kondisi stabilitas sistem keuangan
4) Melakukan penilaian terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan berdasarkan
masukan dari setiap anggota KSSK beserta data dan informasi pendukungnya;
5) Menetapkan langkah koordinasi untuk mencegah krisis sistem keuangan dengan
mempertimbangkan rekomendasi dari setiap anggota KSKK;
6) Merekomendasikan kepada Presiden untuk memutuskan perubahan status stabilitas
sistem keuangan, dari kondisi normal menjadi kondisi krisis sistem keuangan atau
sebaliknya;
7) Merekomendasikan ke Presiden untuk memutuskan langkah penanganan krisis
keuangan;
8) Menyerahkan penanganan permasalahan solvabilitas bank sistemik kepada LPS;
9) Menetapkan langkah yang harus dilakukan oleh anggota KSSK untuk mendukung
pelaksanaan penanganan permasalahan bank sistemik oleh LP;
10) Menetapkan keputusan pembelian oleh BI atas surat berharga Negara yang dimiliki
LPS untuk penanganan bank; dan
11) Merekomendasikan kepada Presiden untuk memutuskan penye lenggaraan
dan pengakhiran Program Restrukturisasi Perbankan.

B. Anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)


Meliputi :
1) Menteri Keuangan sebagai koordinator merangkap anggota dengan hak suara;
2) Gubernur Bank Indonesia (BI) sebagai anggota dengan hak suara;
3) Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai aggota dengan hak
suara; dan
4) Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai anggota tanpa
suara.

C. Peran Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)


Meliputi :
1) Koordinasi pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan;
2) Penanganan krisis sistem keuangan; dan
3) Penanganan permasalahan bank sistemik, baik dalam kondisi stabilitas sistem
keuangan normal maupun kondisi krisis sistem keuangan.

D. Bank Sistemik
Bank sistemik adalah bank yang karena ukuran aset, modal, dan kewajiban; luas
jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan serta keterkaitan dengan sektor
keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank lain atau
sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial, jika bank tersebut
mengalami gangguan atau gagal.

E. Penanganan Permasalahan Bank


1) Diutaman dengan menggunakan sumber daya bank itu sendiri dengan pendekatan
bisnis tampa menggunakan anggaran negara;
2) Jika upaya penanganan ini belum dapat mengatasi permasalahan penanganan
permasalahan bank dilakukan dengan dukungan Bank Indonesia untuk penanganan
masalah likuiditas dan LPS untuk penanganan masalah solvabilitas;
3) Dalam kondisi krisis sistem keuangan, jika terjadi permasalahan sektor perbankan
yang membahayakan perekonomian nasional, Presiden berdasarkan rekomendasi
KSSK dapat memutuskan diselenggarakannya program restrukturisasi perbaikan oleh
LPS.

F. Penanganan Permasalahan Likuiditas Bank Sistemik


Bank sistemik yang mengalami kesulitan likuiditas dapat mengajukan permohonan
kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan pinjaman likuiditas jangka pendek atau
pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah. Dalam pemberian
pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek
berdasarkan prinsip syariah, OJK melakukan penilaian mengenal pemenuhan persyaratan
solvabilitas dan tingkat kesehatan bank sistemik.

G. Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik


OJK berdasarkan wewenangnya melakukan penanganan permasalahan solvabilitas,
termasuk memastikan pelaksanaan rencana aksi bank sistemik. Kemudian OJK
memberitahukan kepada LPS untuk melakukan persiapan penanganan permasalahan
solvabilitas bank sistemik. Dalam hal bank sistemik kondisinya memburuk dan
ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan khusus, OJK meminta LPS meningkatkan
intensitas persiapan penanganan bank sistemik Dalam meningkatkan intensitas persiapan
penanganan bank sistemik OJK berdasarkan koordinasi dengan LPS.

H. Penanganan Permasalahan Bank selain Bank Sistemik


LPS juga dapat melakukan penanganan permasalahan solvabilitas bank selain bank
sistemik yang diserahkan OJK kepada LPS sebagaimana diatur di dalam UULPS.

I. Penaganan Perbankan dalam Krisis Sistem Keuangan


Ketentuan mengenai penanganan permasalahan likuiditas dan solvabilitas bank
sistemik, serta mengenai penjualan Surat Berharga Negara yang dimiliki LPS kepada BI
berlaku juga untuk penanganan permasalahan bank sistemik dalam kondisi krisis sistem
keuangan.

J. Restrukturisasi Perbankan dalam Krisis Sistem Keuangan


KSSK merekomendasikan kepada Presiden untuk memutuskan penyelenggaraan
Program Restrukturisasi Perbankan. Rekomendasi penyelenggaraan Program
Restrukturisasi perbankan merupakan bagian dari rekomendasi yang disampaikan oleh
KSSK kepada Presiden (sebagaimana ketentuan Pasal 32 ayat (8) yaitu harus disertai
dengan langkah penanganan kondisi krisis sistem keuangan yang mencakup fiskal,
moneter, makro prudensial dan mikro prudensial jasa keuangan, pasar keuangan,
infrastruktur keuangan termasuk sistem pembayaran dan penjaminan simpanan, dan
resolusi bank). Program restrukturisasi perbankan diselenggarakan oleh LPS.

Anda mungkin juga menyukai