Anda di halaman 1dari 31

SEJARAH BERDIRINYA, PERAN, FUNGSI DAN WEWENANG BANK

SENTRAL

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter

Dosen Pengampu: Helisia Krisdayanti, ME

Disusun Oleh:

Kelompok 4

M. Maulana 2120603084

Khezia Audy 2120603101

Adelia Fitria Ningrum 2120603116

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2023
A. Sejarah Berdirinya Bank Sentral

Bank sentral, dalam pengertian umum adalah sebuah lembaga yang diserahi

tugas untuk mengontrol sistem keuangan dan perbankan. Guna menjalankan

peranannya itu, bank sentral umumnya diberi monopoli untuk mengeluarkan uang

dan wewenang prerogatif untuk mengatur jumlah uang beredar. Di samping itu,

bank sentral juga diberi fungsi dan wewenang untuk membina dan mengawasi

kegiatan perbankan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary).

Dalam menjalankan fungsinya itu, bank sentral mempunyai peranan khusus dalam

sistem moneter sebagai sumber peminjaman bagi bank-bank (the bankers' bank)

dan sumber terakhir bagi bank-bank untuk mendapatkan pinjaman ketika bank

yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan likuiditas (lender of the last

resort). Dalam fungsinya ini, bank sentral sekaligus juga berperan dalam

mengembangkan sistem perkreditan yang sehat.

Di banyak negara suatu bank secara gradual menduduki posisi sentral di antara

lembaga keuangan yang ada dan akhimya menjadi bank sentral, karena diberi

tugas khusus dan utama dalam menerbitkan uang kertas bank dan benindak

sebagai agen dan bankir pemerintah. Pada mulanya bank-bank itu tidak disebut

sebagai "bank sentral," melainkan sebagai "bank sirkulasi" (bank of issue) atau

"bank nasional." Hal ini menyangkut penunjukan negara terhadap sesuatu bank

untuk bertindak sebagai bank sirkulasi, yang harus mempertahankan konversi

uang kertas yang dikeluarkannya terhadap emas atau perak atau keduanya.
Dalam perkembangan selanjutnya bank sirkulasi itu menjalankan fungsi-

fungsi lain serta diberi kewajiban atau kekuasaan tertentu sehingga akhirnya

bertindak dan disebut sebagai "bank sentral" dalam pengertian yang kurang lebih

telah menjadi baku. Dilihat dari segi tahun kelahirannya maka Riksbank dari

Swedia adalah bank tertua yang berkembang menjadi bank sirkulasi. Tapi Bank of

England adalah bank sirkulasi pertama yang berkembang menjadi bank sentral

dalam pengertian yang kita pahami sekarang yaitu yang memuat dasar-dasar "seni

perbanksentralan" (the art of central banking), sebagai konsep yang diakui resmi

dalam buku-buku teks. 1

Bank Sentral tertua adalah Bank of England. Bank ini berdiri sejak tahun 1694

sebagai bank swasta biasa tetapi baru berkembang dan secara formal bertindak

sebagai bank sirkulasi (bank of issue) dan the bankers' bank pada tahun 1773 atau

79 tahun kemudian setelah mengalami reorganisasi. Pada awalnya, Bank of

England ditunjuk untuk menjalankan fungsi memberikan uang muka kepada

pemerintah dengan imbalan hak menerbitkan uang kertas bank melalui undang-

undang. Selanjutnya Bank of England bertindak menyelenggarakan kliring di

bank-bank pada tahun 1854.

Dalam perkembangannya kemudian, Bank of England dalam prakick

bertindak sebagai lender of the last resort, ketika berhasil mengatasi berbagai

krisis keuangan pada tahun 1847, 1857 dan 1866 dengan pem berian kredit kepada

bank-bank lainnya melalui penerbitan uang kertas bank dan surat-surat berharga

yang dijamin dengan cadangan emas Sukses yang telah dicapai oleh Bank of

1
DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 1 dan 2
England tersebut tidak hanya memberikan prestise dan status sebagai Bank

Sentral Inggris, tetapi juga mendorong perkembangan perbanksentralan (central

banking) dibagian- bagian lain di dunia. 2Hingga tahun 1946, ketika nasionalisasi,

Bank of England masih berbentuk perseroan terbatas dan masih menjalan- kan

kegiatan komersial sebelum sepenuhnya berperan sebagai Bank Sentral. 3

Proses serupa juga terjadi pada Riksbank dari Swedia yang didirikan pada

tahun 1656 sebagai bank swasta. Tapi hanya 12 tahun kemudian Riksbank

mengalami reorganisasi menjadi bank negara pada tahun 1668 dan lebih dari

seratus tahun kemudian, bank tersebut mengikuti Bank of England berkembang

menjadi bank sentral. Melalui undang-undang Riksbank diberi hak monopoli oleh

pemerintah untuk menerbitkan uang kertas bank pada tahun 1809. Monopoli itu

hilang atau berkurang ketika bank-bank lain diberi juga kekuasaan untuk

menerbitkan uang kertas bank sejak tahun 1830 dan baru pada tahun 1897 hak

tunggal untuk menerbitkan uang kertas bank dipulihkan kepada Riksbank.

Di negeri Belanda, fungsi bank sentral diberikan kepada De Nederlandsche

Bank. Bank ini didirikan pada tanggal 25 Maret 1814 dengan Surat Keputusan

Raja No. 5 Tahun 1814 menggantikan Bank of Amsterdam yang karena satu dan

lain sebab, kehilangan kepercayaan dari masyarakat Kebutuhan akan adanya suatu

jenis bank baru tersebut dirasakan ketika melihat perkembangan di Swedia,

Inggris dan Perancis (Bank of France didirikan pada tahun 1800).

2
DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 4
3
Hawtrey, R.G., "Modern Banking in United Kingdom", dalam Seligman, Edwin R.A. (eds.),
Encyclopaedia of the Social Sciences, vol. 1-2, The Macmillan Company, N.Y. 1968, hal. 433-
435.
De Nederlandsche Bank diberi hak monopoli untuk menerbitkan uang kertas bank

dan bertindak sebagai bankir pemerintah. Meskipun begitu, De Nederlandsche

Bank adalah sebuah bank swasta, tetapi Presiden dan Sekretaris Bank ditunjuk

oleh pemerintah, sedangkan para Direktumya dipilih oleh pemegang saham. Bank

inilah yang kemudian diserahi tugas sebagai bank sentral untuk Hindia Belanda

atas nama pemerintah Belanda. Tetapi fungsi Bank Sirkulasi untuk Hindia

Belanda diserahkan kepada De Javasche Bank pada tahun 1828.

National Bank of Austria didirikan pada tahun 1817 guna me- mulihkan

situasi moneter yang menjadi kacau akibat merosotnya nilai uang pemerintah

yang telah diterbitkan terlalu besar. Guna mengatasi depresiasi mata uang

tersebut, National Bank of Austria diberi privilise untuk menerbitkan uang

kertasnya sendiri menggantikan uang kertas pemerintah. Proses penggantian uang

kertas ini berlangsung hingga ta hun 1847, namun dengan pecahnya perang dan

gejolak sosial di negeri itu, pemerintah kembali mengeluarkan uang kertas dan

National Bank of Austria dipaksa memberikan berbagai utang kepada pemerintah

dari tahun 1847-1878. Guna mengatasi proses depresiasi yang telah menjadi

gawat itu, dibentuklah Bank of Austria-Hungary pada tahun 1878 guna menarik

uang kertas pemerintah dan menggantikannya dengan uang kertas bank atas dasar

sistem moneter yang sehat.

Pengalaman yang sama terjadi pula di Denmark. National Bank of

Kopenhagen yang kini dikenal sebagai National Bank of Denmark adalah sebuah

bank dengan modal swasta yang didirikan pada tahun 1817, menggantikan

Riksbank, sebuah bank pemerintah yang didirikan pada tahun 1813. National
Bank of Denmark juga diberi tugas menggantikan uang kertas pemerintah yang

mengalami kemerosotan nilai akibat terlalu banyak diterbitkan. Atas dasar itu

maka National Bank of Denmark diberi hak monopoli untuk menerbitkan uang

kertas bank agar mampu men- ciptakan dan memelihara stabilitas moneter.

Pengalaman yang serupa dengan alasan yang sedikit berbeda terjadi di Jepang.

Bank of Japan yang didirikan pada tahun 1882 diberi tugas untuk memulihkan

kekacauan yang disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah uang kertas yang

diterbitkan oleh berbagai bank di negeri itu. Guna mengatasi hal itu Bank of Japan

diberi hak monopoli dalam pe nerbitan uang kertas bank menggantikan yang lama

dalam jangka waktu tertentu. Bank of Japan adalah sebuah joint-stock company

(bentuk perusahaan yang modalnya dibagi menjadi unit-unit guna memberi

peluang kepada beberapa investor untuk menyumbangkan modalnya dalam

jumlah yang berbeda-beda). Manajemen Bank of Japan terdiri dan Gubernur,

Deputi Gubernur dan beberapa Direktur yang kesemuanya ditunjuk oleh

pemerintah.4

Berbeda dengan bank sentral di negara-negara lain, Federal Reserve System

(lebih sering disebut dengan singkatan Fed), bank sentral di Amerika Serikat baru

dibentuk pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1913. Sebenarnya sebelum Federal

Reserve System, telah ada lembaga yang dalam beberapa hal menyerupai bank

sentral, yaitu First Bank of the United States (1792-1812) dan Second Bank of the

United States (1816-1830). Karena kegagalan dalam mengusahakan pembaruan

4
DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 4-7
pia- gam terhadap Second Bank, perkembangan perbanksentralan di Amerika

Serikat (AS) terputus selama hampir 80 tahun.

Latar belakang lahimya Federal Reserve System adalah kepanikan keuangan

yang terjadi menjelang dan di awal abad ke-20 ketika para penyimpan atau

depositor secara besar-besaran menarik dana simpanan mereka dan bank-bank.

Pada tahun 1907 terjadi agitasi maupun diskusi yang akhimya menghasilkan

kesepakatan dan konsep tentang perlunya sebuah bank sentral. Federal Reserve

System yang lahir dari situasi itu adalah sebuah sistem yang cukup rumit, terdiri

dari jaringan 12 bank regional plus badan koordinasi sentral yang berdomisili di

Washington DC Struktur regional itu pada mulanya dimaksudkan untuk

mengurangi kecenderungan sentralisasi. Dalam kenyataannya kantor pusat

Federal Reserve System memiliki kekuasaan yang sangat besar Kekuasaan itu

dijalankan oleh Dewan Gubernur dan rapat pleno yang dilakukan secara bulanan

yang dihadiri oleh 12 Presiden Federal Reserve System-regional dan diketuai oleh

Presiden Federal Reserve System guna membahas kebijaksanaan moneter.

Dewan Gubernur Federal Reserve System terdiri dari 7 orang anggota yang

diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat dan dikukuhkan oleh Senat untuk

mengabdi selama 14 tahun. Dewan ini bertanggung jawab kepada Presiden

Amerika Serikat. Hal ini menimbulkan kesan bahwa Presiden Amerika Serikat

sangat berkuasa atas Dewan Gubemur. Namun, mengingat bahwa 7 anggota

tersebut dipilih untuk masa 14 tahun sedangkan Presiden Amerika Serikat hanya 4

tahun, maka Dewan Gubernur memiliki kebebasan relatif. Lagi pula Federal

Reserve System dibentuk oleh Kongres dan bukannya Presiden Amerika Serikat,
sehingga Federal Reserve System memiliki kedudukan yang cukup kuat. Selain

itu, sebagai sistem yang pada mulanya dibentuk berdasarkan aspirasi bank-bank

komersial, maka Federal Reserve System sebenamya harus juga bertang gung

jawab kepada sekitar 5.000 hingga 6.000 bank-bank komersial yang menjadi

anggotanya dan memilih 12 Presiden Federal Reserve System- regional5

Dari kilasan sejarah itu dapat ditarik kesimpulan bahwa secara komparatif,

pengertian perbanksentralan itu relatif baru dan konsep tersebut belum digunakan

secara luas dalam pengertian pra abad ke-20. Istilah "sentral" di sini menunjuk

pada pengertian bahwa bank tersebut mengemban misi khusus yang bersifat

memenuhi kepentingan umum (public purpose), yaitu, dalam menjalankan

fungsinya, bank sentral tidak melakukan transaksi terutama untuk mencari

keuntungan, melainkan mengandung maksud untuk mempengaruhi pasar uang

dan memberi efek terhadap struktur perbankan pada umumnya. Salah satu cirinya

adalah bertindak sebagai bankir bagi bank-bank (the bankers" bank) yang

nasabahnya praktis hanyalah pemerintah dan bank-bank.6

Memang, para ahli berbeda pendapat mengenai ciri khusus yang memberikan

predikat suatu bank sebagai bank sentral. Dalam masa di antara dua perang dunia,

para ekonom berbeda pendapat mengenai hal ini. Bagi R.G. Hawtrey (The Art of

Central Banking, 1932), ciri khas sebuah bank sentral adalah peranannya sebagai

sumber pinjaman terakhir bagi bank-bank (lender of the last resort). Hak untuk

5
Ritter, Lawrence S. & Silber, William L., Principle of Money, Banking and Financial Market,
Fourth, Revised Edision, Basic Books, Inc., N.Y., 1983. Hlm 174-175
6
Willis, H. Parker, "Central Banking", dalam Seligman, Edwin, R.A. (eds.), Encyclopaedia of the
Social Sciences, vol. 3-4, The Macmillan Company, N.Y., 1968. Hlm 302
menerbitkan uang kertas bahwa ciri bank sudah tentu bermanfaat dan mendukung

fungsinya sebagai sumber pinjaman terakhir bagi bank-bank itu. Berbeda dengan

pandangan di atas, Vera Smith (Rationale of Central Banking, 1936), menganggap

khusus itu terletak pada peranan suatu bank sebagai pencetak dan pengedar uang

kertas dengan hak monopoli dari pemerintah (the bank of Issue) Dari sinilah

berkembang fungsi-fungsi sekunder bank sentral dan seterusnya yang berkaitan

dengan fungsi utamanya itu sebagai bank sirkulasi.

Ahli lain, A.W. Shaw (Theory and Principle of Central Banking, 1930)

menilai bahwa fungsi sejati bank sentral adalah mengontrol perkembangan kredit.

Fungsi utama bank komersial adalah memberikan kredit kepada masyarakat

dengan modal sendiri atau orang lain. Dengan hak mencetak uang kertas bank,

maka bank sentral memperoleh kedudukan istimewa terhadap sumber perkreditan,

dan karenanya mampu mengontrol perkembangan perkreditan. Sementara itu,

L.C. Jauncey (Australia's Government Bank, 1933) berpendapat bahwa operasi

utama yang dija- lankan oleh bank sentral sebenarnya adalah menyelenggarakan

kliring antarbank. Di sinilah bank sentral memiliki posisi sentral antara bank

peserta kliring, pengatur lalu lintas alat-alat pembayaran.

Mengambil kesimpulan dari semua pandangan itu Kisch dan Elkin menarik

pengertian yang lebih esensial bahwa fungsi hakiki dari bank sentral adalah

"memelihara stabilitas moneter yang baku" yang "menyangkut kontrol terhadap

peredaran moneter". Akhirnya Statuta Bank for International Settlements (BIS)

merumuskan bahwa bank sentral adalah "bank di suatu negeri yang diberi

kepercayaan untuk mengemban kewajiban mengatur jumlah uang dan kredit di


negeri tersebut".7. Bank-bank sentral di berbagai negeri yang telah lebih dahulu

berkembang ekonominya dan telah memiliki tradisi perbankan yang cukup lama

pada akhimya memiliki hak dan peranan sebagai bank yang mendapat monopoli

penuh atau parsial untuk menerbitkan uang kertas bank, menjadi agen fiskal bagi

pemerintah, menjaga cadangan bank-bank reserve), melakukan diskonto terhadap

surat-surat berharga, dan bertindak sebagai sumber terakhir pinjaman bagi bank-

bank di wilayah negara masing-masing8.

Atas dasar kebutuhan dan alasan dibentuknya bank sentral seperti diuraikan di

atas maka selama abad ke-19, di berbagai negent, negara memberikan hak kepada

salah satu bank yang ada dan telah membuk nkan dirinya sebagai bank yang sehat

dan kuat untuk menerbitkan dang kertas bank atau membentuk bank baru dengan

kekuasaan khumas dan privilise yang diperlukan bagi beroperasinys sebuah bank

sirkulasi, disertai kontrol dan pengawasan pada tingkat yang berbeda-beda oleh

negara Pada umumnya, sebelum abad ke-20, bank semacam ini belum dikenal di

luar Eropa, termasuk di negara tua semacam India atau China.

Pada tahun 1920, Konferensi Keuangan Internasional (International Financial

Conference) yang diadakan di Brussels, Belgia, mengeluarkan suatu resolusi agar

setiap negara yang belum memiliki bank sentral, membentuk bank semacam ini,

tidak hanya atas dasar keperluan negeri yang bersangkutan untuk memulihkan dan

menjaga kondisi moneter, melainkan juga demi kepentingan dunia yang

memerlukan kerja sama antamegara di bidang moneter dan perbankan. Negara

7
DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 15-16
8
DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 8
yang pertama menjalankan anjuran konferensi di atas adalah Afrika Selatan

dengan berdirinya South African Reserve Bank pada tahun 1921 Dari tahun ke

tahun sejak konferensi hingga berakhimya Perang Dunia II, telah berdin bank-

bank sentral di Afrika, Eropa Timur dan Amerika Selatan Pada tahun 1928,

berdiri di Asia, Central Bank of China dan National Bank of Iran. Reserve Bank

of India dibentuk pada tahun 1935 dan pada tahun 1942, Bank of Thailand.

Sesudah Perang Dunia II, telah berdiri di Asia, State Bank of Pakistan (1948),

National Bank of Iraq (1949) dan Bank of Korea (1950).

B. Sejarah Berdirinya Bank Sentral Di Indonesia

Di Indonesia, baru berdiri Bank Indonesia pada pertengahan tahun 1953. Tapi

perlu dicatat bahwa berdasar Surat Kuasa Pemerintah tanggal 16 September 1945

yang ditandatangani oleh Soekamo-Hatta kepada anggota Dewan Pertimbangan

Agung, R.M. Margono Djojohadikusumo, telah dibentuk Jajasan Poesat Bank

Indonesia pada tanggal 14 Oktober 1945 sebagai langkah pertama untuk

membentuk bank sirkulasi bagi Indonesia. Karena untuk mendirikan bank tersebut

diperlukan sebuah undang-undang yang memakan tempo lama, maka pemerintah

Re- publik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 2 Prp. Tahun 1946

tanggal 5 Juli 1946 yang membentuk dan menetapkan Bank Negara Indonesia

sebagai bank sirkulasi dan bank sentral milik negara, tetapi baru dibentuk

kemudian pada tanggal 17 Agustus 1946 di Yogyakarta sebagai penjelmaan dari

Jajasan Poesat Bank Indonesia.


Tapi Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949 menetap- kan De

Javasche Bank, sebuah bank swasta milik Belanda, sebagai bank sentral bagi

Indonesia dan memberi tugas kepada Bank Negara Indones sebagai bank

pembangunan Adanya dua bank tersebut menarik pes hatian, karena De Javasche

Bank yang pada zaman Hindia Belanda berfungsi sebagai bank sirkulasi telah

ditetapkan sebagai bank sentral Sedangkan Bank Negara Indonesia yang semula

dimaksudkan sebag bank sirkulasi dan bank sentral, atas keputusan KMB

ditugaskan sebaga bank pembangunan. Hal ini mencerminkan kebutuhan negara

yang ban merdeka pada waktu itu, yaitu di satu pihak sebuah bank sirkulasi dan

bank sentral yang bertugas menjaga dan memelihara stabilitas moneter dan di lain

pihak bank yang ditugaskan untuk membiaya pembangunan sebagai bank milik

Negara. 9

Bank Indonesia yang dibentuk pada tahun 1953 adalah hasil nasionalisasi

yang meneruskan dan mengembangkan lebih lanjut fungs dan peranan De

Javasche Bank yang telah dijalankannya sejak tahun 1828 Dengan demikian, di

Indonesia telah dikenal sebuah bank sirkulasi sejak belahan pertama abad ke-19.

Sebagai bank sirkulasi, De Javasche Bank adalah bank yang tertua di negara-

negara sedang berkembang, bahkan termasuk di antara bank sirkulasi tertua di

dunia, mengingat bahwa bank bank sirkulasi di Eropa Barat, selain Riksbank dari

Swedia dan Bank of England, baru dibentuk dan mendapat tugas sebagai bank

sirkulasi pada awal abad ke-19. Sebagai telah disinggung di muka, De Javasche

Bank dibentuk sebagai bank swasta yang diberi tugas sebagai bank sirkulasi bagi

9
Sadhily, Hassan, Ensiklopedi Indonesia, Penerbit Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, tak
Bertahun, hlm 394-395
Hindia Belanda mengikuti pembentukan dan peranan De Nederlandsche Bank

yang didirikan pada tahun 1814 sebagai bank sirkulasi dan kemudian bank sentral

untuk kerajaan Belanda. Guna memahami lebih baik peranan Bank Indonesia

dalam perkembangan ekonomi sesudah Proklamasi Kemerdekaan, terutama sejak

Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia tahun 1949, perlu kiranya dipelajari

asal usul dan perkembangan De Javasche Bank, karena Bank Indonesia sudah

tentu harus mengambil pengalaman yang kaya dari bank yang tertua di Asia dan

neara-negara sedang berkembang itu. Memang, sebagaimana dikatakan oleh Ali

Wardhana, bank-bank sentral di negara- negara yang baru merdeka, termasuk di

Indonesia jika mengambil contoh pendirian Bank Negara Indonesia-dibentuk

hampir semalam (overnight. Sedangkan bank sentral di negara industri maju

adalah hasil evolusi jangka panjang yang berkembang secara gradual dan

mewarisi tradisi perbankan yang telah terbentuk cukup lama sehingga membentuk

"seni perbanksentralan" tersendiri. 10

Dalam kasus Indonesia, apa yang dikatakan oleh Ali Wardhana itu tidak

sepenuhnya berlaku. Hal itu akan nampak nanti apabila kita mengamati bahwa

corak kegiatan yang dijalankan oleh Bank Indonesia dalam menjalankan peranan

yang secara kongkret dilakukan itu di sana pihak kurang sesuai dengan yang

menjadi dasar formal pendirian dan operasinya yang memuat konsep bank sentral

modern, yaitu Undang Undang No. 11 Tahun 1953, khususnya pasal 7, dan di lain

pihak masih terus melanjutkan fungsi dan peranan kongkret De Javasche Bank De

Javasche Bank yang berdasarkan De Javasche Bankwet 1922 maupun Bank

10
Wardhana, Ali, Monetary Problems of an Under-developed Economy; With Special Reference
to Indonesia, Ph.D Thesis, University of California, Berkeley, 1964, hlm 3
Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 1953 memang

mengemban tugas utama dalam menjaga dan memelihara stabilitas moneter. Tapi

temyata Bank Indonesia memang harus mengalami "proses evolusi dan harus

mengalami penyesuaian diri secara periodik" menuju kepada pelaksanaan the art

of central banking atau the science of central banking. Penyesuaian diri itu

dilakukan guna memenuhi kebutuhan, berkaitan dengan perubahan-perubahan

mendasar dalam perkembangan ekonomi dan kecenderungan dalam pemikiran


11
dan tindakan politik yang terjadi dari waktu ke waktu. Karena itu guna

memahami peranan kongkret Bank Indonesia, perlu dipelajari terlebih dahulu De

Javasche Bank dalam sejarahnya dari tahun 1828 hingga 1953 selama tak kurang

dari 125 tahun.

C. Tugas dan Tujuan Bank Indonesia

1. Tujuan Bank Indonesia

Tujuan Bank Indonesia seperti tertuang dalam Undang-Undang RI nomor 23

tahun 1999 Bab III Pasal 7 adalah untuk mencapai dan meme- lihara kestabilan

Rupiah. Mata uang Rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang

ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil sangatlah luas seperti salah

satunya adalah terjadinya inflasi yang sangat memberatkan masyarakat luas. Oleh

karena itu tugas Bank Indo nesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan

sangatlah penting Adapun maksud dari kestabilan rupiah yang diinginkan oleh

Ban Indonesia adalah:

11
DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 13-14
1. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukir dengan

atau tercermin dari perkembangan laju inflasi.

2. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini dapat

diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nila tukar Rupiah

terhadap mata uang negara lain.

Dengan stabilnya nilai mata uang Rupiah, maka akan sangat manfaat yang

akan diperoleh terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Agar kestabilan nilai Rupiah dapat tercapai dan terpelihara, maka Bank

Indonesia memiliki tugas antara lain:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Dalam pelaksanaan tugas di atas pihak lain dilarang melakukan segala bentuk

campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.12

2. Tugas Bank Indonesia

Secara garis besar ada tiga tugas Bank Indonesia dalam rangka men- capai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah seperti yang telah diung kapkan di atas.

Berikut ini akan diuraikan garis-garis besar dari masing- masing tugas Bank

Indonesia seperti yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999.

12
Kasmir, SE., MM. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada). hlm 170
1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank

Indonesia berwenang:

a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju

inflasi yang ditetapkannya.

b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara- cara yang

termasuk, tetapi tidak terbatas pada: Operasi pasar terbuka di pasar uang,

baik mata uang Rupiah maupun Valas Penetapan tingkat diskonto

Penetapan cadangan wajib minimum Pengaturan kredit atau pembiayaan.

c. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, paling

lama 90 (sembilan puluh) hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan

pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan.

d. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang

telah ditetapkan.

e. Mengelola cadangan devisa f Menyelenggarakan survei secara berkala

atau sewaktu-waktu diperlukan yang dapat bersifat makro dan mikro.

2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran n Dalam tugas

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pemba- yaran Bank Indonesia

berwenang:

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaran

jasa sistem pembayaran.

b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan

laporan kegiatannya.
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran

d. Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang Rupiah maupun

Asing

e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank

f. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang

digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang

sah.

g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan

memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian

dengan nilai yang sama.

3. Mengatur dan Mengawasi Bank

Dalam hal mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia berwenang:

a. Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip-prinsip

kehati-hatian.

b. Memberikan dan mencabut izin usaha bank.

c. Memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank.

d. Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank.

e. Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu.

f. Mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan dan

penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan Bank Indonesia.

g. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala mau- pun

setiap waktu apabila diperlukan.


h. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau

seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank

Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindakan

pidana di bidang perbankan.

i. Mengatur dan mengembangkan informasi antar bank .

j. Mengambil tindakan terhadap suatu bank sebagaimana diatur dalam

undang-undang tentang perbankan yang berlaku apabila menurut penilaian

Bank Indonesia dapat kelang- sungan usaha bank yang bersangkutan dan

atau membahayakan perekonomian nasional.

k. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor

jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan Undang-undang

3. Hubungan Dengan Pemerintah

Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah seperti yang dituangkan

dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 adalah sebagai 3 tahun 1999

adala berikut:

a. Bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah.

b. Untuk dan atas nama Pemerintah Bank Indonesia dapat menerima

pinjaman luar negeri, menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan

kewajiban keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri.

c. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia dan atau

mengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas


masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas

Bank Indonesia atau kewenangan Bank Indonesia.

d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain

yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.

e. Dalam hal Pemerintah menerbitkan surat-surat hutang negara Pemerintah

wajib terlebih dulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia dan Pemerintah

juga wajib terlebih dulu berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

f. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat hutang negara

yang diterbitkan Pemerintah.

g. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.

4. Hubungan Dengan Dunia Internasional

1. Dalam hal hubungan Bank Indonesia dengan Dunia Internasional, maka

Bank Indonesia:

a. Dapat melakukan kerja sama dengan Bank Sentral negara lain

b. Organisasi dan Lembaga Internasional

2. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota Internasional dan atau lembaga

Multilateral adalah negara maka Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan

atas nama negara Republik Indonesia sebagai anggota.13

D. Fungsi dan Peran Bank Indonesia

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

13
Kasmir, SE., MM. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada). hlm 171-174
Fungsi pertama dari bank sentral adalah menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter, wewenang Bank Sentral yang berkaitan dengan tugas

dengan menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter diantaranya:

a. Menetapkan tingkat diskonto, cadangan minimum bank umum, serta

mengatur kredit atau pembiayaan.

b. Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi.

c. Melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada operasi pasar

terbuka di pasar uang, baik dalam bentuk mata uang Rupiah maupun

valuta asing.

d. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia (BI) menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah.

14
Dalam rangka melaksanakan fungsinya di bidang moneter yaitu

menjaga kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia merumuskan dan melaksanakan

kebijakan moneter, nilai tukar, serta memelihara dan mengelola dvisa nasional.

Kestabilan nilai suatu mata uang selalu dikaitkan dengan harga barang

dan jasa serta dengan nilai mata uang lain.Dalam rangka pelaksanaan

pengendalian moneter yang dilakukan Bank Indonesia ditetapkan

pokok-pokok ketentuan antara lain:

 Tata cara operasi pasar terbuka di pasar uang rupiah.

14
GatotSupramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis,PT Rineka
Cipta, Jakarta, 2009, hal 20.
 Tata cara pelaksanaan intervensi valuta asing dalam rangka stabilitas

rupiah.

 Instrumen yang digunakan dalam operasi pasar terbuka.

 Tata cara penetapan tingkat diskonto.

 Penetapan jenis dan besarnya cadangan wajib minimum bagi bank,

baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing.

 Menetapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran cadangan wajib

minimum.

 Pembatasan kredit atau pembiayaan termasuk juga segala bentuk

fasilitas pinjaman dana melalui pasar rupiah dan valuta asing.

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

Fungsi bank sentral adalah mempunyai wewenang yang berkaitan dengan

tugas mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, yang meliputi:

a. Menetapkan penggunaan alat atau instrumen pembayaran.

b. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan

jasa sistem pembayaran.

c. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan

laporan kegiatannya.

d. Wewenang Bank Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang

berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta

mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.


Upaya Bank Indonesia untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran adalah sebagai berikut:

 Bank Indonesia menyelenggarakan system pembayaran dengan

memperluas, memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral

serta menyelenggarakan kliring antar bank.

 Program pengembangan sistem pembayaran nasional seperti sistem

kliring elektronik Jakarta (SKEJ), penetapan jadwal kliring T+0, layanan

informasi dan transaksi antarbank secara elektronis (BILINE), sistem real

time gross settlement (RTGS), dan sistem transfer dana dalam USD

di Indonesia.

 Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan efisiensi sistem pembayaran

nasional dan memperkuat sistem pengawasan (oversight) sistem

pengawasan dengan mewujudkan perlindungan konsumen sistem

pembayaran di Indonesia.

 Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, dan menarik

uang tersebut dari peredaran.15

3. Mengatur Dan Mengawasi Bank

Fungsi bank sentral yang terakhir adalah memiliki wewenang bank sentral

yang berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank non sentral yang

meliputi:

15
Thamrin Abdula dan Francis tantri, Ibid, hal 92
a. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

b. Menetapkan peraturan.

c. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha

tertentu dari bank.

d. Mengawasi bank, baik secara individual maupun sebagai sistem

perbankan.

e. Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan

ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-

hatian. Fungsi bank sentral terkati pengawasan ini bertujuan untuk

mencapai stabilitas sistem keuangan.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengelola keuangan, Bank Indonesia

mencetak uang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bank Indonesia selalu

memastikan kebutuhan uang tunai masyarakat dengan jumlah yang cukup dan

layak edar. Sebagai bagian dari siklus keuangan Bank Indonesia secara rutin

menarik uang yang sudah tidak layak edar dari masyarakat dan menggantikannya

dengan uang baru yang layak edar, sehingga uang yang beredar di masyarakat

tetap terjaga sesuai dengan kebutuhan16

16
Juhro Solikin M. (2020). Pengantar Kebanksentralan Teori dan Kebijakan. (Depok:Rajawali
Pers). hlm 211
E. Wewenang Bank Sentral

Wewenang bank sentral adalah berbagai tugas dan tanggung jawab yang

dimiliki oleh bank sentral suatu negara. Berikut adalah beberapa wewenang umum

yang dimiliki oleh bank sentral:

1. Kebijakan Moneter: Bank sentral memiliki wewenang untuk

mengendalikan pasokan uang dan suku bunga dalam perekonomian.

Mereka menggunakan instrumen kebijakan moneter, seperti suku bunga

acuan, untuk mencapai tujuan seperti mengendalikan inflasi atau

mendukung pertumbuhan ekonomi.

2. Pencetakan Uang: Bank sentral memiliki hak eksklusif untuk mencetak

mata uang negara. Mereka bertanggung jawab untuk mengatur jumlah

uang beredar dan menjaga integritas mata uang.

3. Pengawasan Sistem Keuangan: Bank sentral biasanya memiliki peran

pengawasan dalam sistem keuangan. Mereka mengawasi bank-bank

komersial dan lembaga-lembaga keuangan lainnya untuk memastikan

stabilitas sektor keuangan.

4. Penetapan Kebijakan Devisa: Bank sentral dapat memiliki wewenang

untuk mengatur nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang asing.

Ini bisa dalam bentuk sistem nilai tukar tetap atau sistem nilai tukar yang

mengambang.

5. Operasi Pembayaran: Bank sentral bertanggung jawab untuk memastikan

sistem pembayaran dalam negeri berjalan lancar. Mereka dapat mengelola


sistem kliring dan penyelesaian, serta mendorong inovasi dalam

pembayaran elektronik.

6. Cadangan Devisa: Bank sentral seringkali mengelola cadangan devisa

negara. Cadangan ini dapat digunakan untuk mempertahankan stabilitas

nilai tukar dan melunakkan dampak krisis ekonomi.

7. Penanganan Krisis Keuangan: Bank sentral sering berperan dalam

menangani krisis keuangan, seperti krisis perbankan atau krisis pasar

keuangan. Mereka dapat memberikan likuiditas kepada lembaga-lembaga

keuangan yang berada dalam kesulitan.

8. Penelitian Ekonomi: Bank sentral sering melakukan penelitian ekonomi

untuk mendukung pengambilan kebijakan. Mereka mengumpulkan data

ekonomi dan menganalisis tren untuk memahami kondisi perekonomian.17

Wewenang bank sentral dapat bervariasi antara negara-negara, tergantung

pada hukum dan peraturan setempat serta mandat bank sentral. Bank sentral

biasanya didirikan dengan tujuan utama untuk mencapai stabilitas ekonomi dan

keuangan dalam negeri.

17
Patimbano, N. C. A. (2016). Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Di Indonesia Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009. Lex
Administratum, 4(4).
F. Studi Kasus

Peran Bank Indonesia dalam Mengendalikan Inflasi

 Latar Belakang:

Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia yang

bertanggung jawab atas pengendalian moneter dan menjaga stabilitas nilai rupiah.

Salah satu tugas utama BI adalah menjaga tingkat inflasi tetap dalam batas yang

dapat diterima. Studi kasus ini akan membahas peran BI dalam mengendalikan

inflasi.

 Deskripsi Studi Kasus:

Pada tahun 2020, Indonesia, seperti banyak negara lain, mengalami tekanan

inflasi akibat pandemi COVID-19. Untuk menjaga stabilitas ekonomi, BI

mengambil langkah-langkah berikut:

 Kebijakan Suku Bunga:

BI menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pinjaman dan investasi.

Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dalam upaya untuk

meredam deflasi.

 Pengawasan Pasar Keuangan:

BI secara aktif memantau pasar keuangan untuk mendeteksi potensi tekanan

inflasi. Mereka bekerja sama dengan lembaga keuangan dan otoritas lainnya untuk

mengambil langkah-langkah yang diperlukan.


 Intervensi Valuta Asing:

BI memiliki cadangan devisa yang signifikan untuk mengintervensi pasar

valuta asing. Ini dapat digunakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan

mengendalikan inflasi yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang asing.

 Kebijakan Makroprudensial:

BI juga menerapkan kebijakan makroprudensial untuk mengendalikan risiko

yang mungkin timbul dari sektor keuangan yang tidak stabil, yang dapat

mempengaruhi stabilitas harga.

Hasil Studi Kasus:

Melalui tindakan-tindakan tersebut, Bank Indonesia berhasil menjaga

inflasi dalam batas yang dapat diterima dan mengendalikan tekanan inflasi akibat

pandemi. Ini membantu menjaga stabilitas ekonomi negara, yang merupakan salah

satu tujuan utama dari bank sentral.18

18
Tinjauan Kebijakan Moneter September 2020 Bank Indonesia.
KESIMPULAN

Sejarah berdirinya bank sentral di berbagai negara memiliki ciri khasnya

sendiri, tetapi umumnya berkaitan dengan evolusi peran bank tersebut dalam

mengeluarkan uang, mengatur jumlah uang beredar, dan memelihara stabilitas

moneter. Bank Sentral tertua adalah Bank of England yang berkembang menjadi

bank sentral Inggris. Bank Sentral berperan sebagai bankir pemerintah,

menjalankan fungsi lender of the last resort, dan mengatur sistem perkreditan

yang sehat.

Di Indonesia, Bank Indonesia didirikan pada pertengahan tahun 1953 setelah

sejumlah perubahan dan perkembangan dalam sistem perbankan. Sebelumnya, De

Javasche Bank dan Bank Negara Indonesia berperan dalam sistem perbankan

Hindia Belanda dan Indonesia pasca-kemerdekaan. Bank Indonesia bertugas

menjaga kestabilan nilai rupiah, mengatur sistem pembayaran, dan mengawasi

bank-bank di Indonesia.

Fungsi dan peran bank sentral di berbagai negara, termasuk Indonesia,

mencakup pengaturan moneter, pemeliharaan stabilitas mata uang, serta

pengawasan dan regulasi terhadap sistem keuangan dan perbankan. Bank sentral

juga memiliki tugas penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional dan

kesejahteraan masyarakat.

Adapun hasil studi kasus terhadap peran Bank Indonesia dalam

mengendalikan inflasi dilakukan melalui beberapa tindakan yang membuat BI

berhasil menjaga inflasi dalam batas yang dapat diterima dan mengendalikan
tekanan inflansi akibat pandemic. Ini membantu menjaga stabilitas ekonomi

Negara, yang merupakan salah satu tujuan utama dari bank sentral.
DAFTAR PUSTAKA

DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 1

dan 2

DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 4

Hawtrey, R.G., "Modern Banking in United Kingdom", dalam Seligman, Edwin


R.A. (eds.), Encyclopaedia of the Social Sciences, vol. 1-2, The Macmillan
Company, N.Y. 1968, hal. 433-435.

DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 4-7

Ritter, Lawrence S. & Silber, William L., Principle of Money, Banking and
Financial Market, Fourth, Revised Edision, Basic Books, Inc., N.Y., 1983.
Hlm 174-175

Willis, H. Parker, "Central Banking", dalam Seligman, Edwin, R.A. (eds.),


Encyclopaedia of the Social Sciences, vol. 3-4, The Macmillan Company,
N.Y., 1968. Hlm 302

DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 15-
16

DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 8

Sadhily, Hassan, Ensiklopedi Indonesia, Penerbit Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta,
tak
Bertahun, hlm 394-395

Wardhana, Ali, Monetary Problems of an Under-developed Economy; With


Special Reference to Indonesia, Ph.D Thesis, University of California,
Berkeley, 1964, hlm 3

DeKock, M.H., Central Banking, Stapless Press Limited, London, 1954. Hlm 13-
14

Kasmir, SE., MM. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada). hlm 170

Kasmir, SE., MM. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada). hlm 171-174
GatotSupramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang
Yuridis,PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal 20.

Thamrin Abdula dan Francis tantri, Ibid, hal 92

Juhro Solikin M. (2020). Pengantar Kebanksentralan Teori dan Kebijakan.


(Depok:Rajawali Pers). hlm 211

Patimbano, N. C. A. (2016). Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Di


Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Juncto
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009. Lex Administratum, 4(4).

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2020 Bank Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai