Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank Sentral adalah lembaga keuangan sentral yang memiliki peran strategis dalam
pengelolaan perekonomian suatu Negara. Pentingnya peranan Bank Sentral tersebut dapat
dilihat dari tiga fungsi utama, yaitu (i) fungsi yang terkait sebagai otoritas sistem
pembayaran, (ii) fungsi sebagai otoritas moneter untuk menjaga stabilitas makroekonomi, dan
(iii) fungsi yang terkait sebagai otoritas perbankan dalam menjaga kesehatan bank dan
stabilitas sistem keuangan.

Pada awal evolusi, Bank Sentral hanya berfungsi sebagai bank sirkulasi. Selanjutnya,
selain bank sirkulasi, bank sentral juga diberikan hak monopoli untuk mencetak uang, yang
merupakan hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah sehingga Bank Sentral mempunyai
fungsi dan tugas yang lebih luas dan juga kasir pemerintah untuk melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan perbankan. Pada beberapa Negara, Bank Sentral bahkan melakukan
pencetakan uang besar-besaran untuk membiayai pengeluaran pemerintah akibat defisit
fiskal.

Sejalan dengan fungsinya, tujuan Bank Sentral di dunia juga berevolusi dari
mempunyai tujuan jamak (multiple objective) menjadi mengarah ke Bank Sentral yang
mempunyai tujuan tunggal (single objective). Berdasarkan Chandavarkar (1996), beberapa
tujuan kebijakan Bank Sentral meliputi menjaga kestabilan harga dan nilai tukar, menjaga
kesinambungan neraca pembayaran, mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembanguna,
serta menciptakan kesempatan kerja dan kesejahteraan umum.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dan Fungsi Kebanksentralan?


2. Apa Tujuan dan Tugas Kebanksentralan?
3. Bagaimana Perkembangan Kelembagaan Bank Sentral?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Fungsi Kebanksentralan.


2. Untuk Mengetahui Tujuan dan Tugas Kebanksentralan.
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Kelembagaan Bank Sentral

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi dan fungsi kebanksentralan

Secara umum hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi bank sentral.
Namun, sebagai rujukan terdapat beberapa pendapat yang mengemukakan mengenai definisi
bank sentral, baik dalam arti sempit maupun dalam artis luas berdasarkan fungsi yang
dijalankan oleh bank sentral. Menurut Goodhart (1985) bank sentral merupakan institusi yang
berevolusi secara alami dari bank swasta yang berperan khusus sebagai bank pemerintah
kemudian berkembang menjadi institusi independen yang memiliki peran sentral menjaga
kestabilan ekonomi terutama yang bersumber dari ketidakmampuan bank-bank dalam
menghadapi guncangan. Goodhart (1991) menyatakan bahwa fungsi bank sentral
berkembang secara alami akibat hubungannya dengan pemerintah dan bank-bank. Hal ini
dikarenakan posisi bank sentral dalam sistem berada di tengah-tengah/sentral, bank sentral
memiliki kekuatan politik sebagai bank pemerintahan, kekuasaan yang dimiliki biasanya
sangat besar, dan yang terpenting adalah kemampuan bank sentral untuk menyediakan uang
dalam jumlah besar menjadikan bank sentral sebagai bankers bank, yaitu bank yang
menyediakan likuiditas ekstra pada saat bank umum mengalami kesulitan.

Selain Goodhart, John Singelton (2011) mengemukakan salah satu definisi bank sentral
dalam arti sempit dimana bank sentral merupakan sebuah bank tempat bank-bank lain
menaruh dana (rekening) dan mempergunakan dana tersebut untuk penyelesaian akhir
(settlement) dari transaksi antarbank.

The narrowest definition of a central bank is a bank at which other banks hold deposits and
use them for the settlement of interbank payments.

Jika dilihat dari sisi kelembagaan bank sentral, Hawke (1973) menjelaskan bahwa bank
sentral adalah sebuah organisasi yang berada di antara pemerintah dan perbankan.

A central bank as an organization that stands between goverments and banks.

Lebih lanjut, Kisch dan Elkin (1932) menyimpulkan bahwa bank sentral adalah suatu alat
dari kebijakan publik bukan alat dari kepentingan individu. Bank sentral adalah lembaga

3
yang melaksanakan kebijakan publik melalui sektor perbankan guna memengaruhi variabel
ekonomi.

A central bank was an organ of public policy and not an instrument of private advantage.
Central banks implement (and often help to formulate) public policy towards the banking
sector, and in relation to those economic variables that can be influenced through the
banking sector.

Menurut Capie et al. (1994), suatu bank dapat dikatakan bank sentral apabila melakukan
setidaknya tiga hal, yaitu (1) sebagai bankir pemerintah, (2) sebagai pemilik hak tunggal
untuk mengedarkan uang, dan (3) sebagai the lender of the last resort. Pernyataan ini sejalan
dengan peran bank yang dikategorikan sebagai bank sentral oleh M.H.D Kock. Menurut
M.H. D Kock (1960), bank sentral memiliki beberapa peran, yaitu sebagai (1) bank sirkulasi,
(2) bank, agen, dan penasihat pemerintah, (3) pemegang cadangan bank umum, (4) pemegang
cadangan emas dan devisa negara, (5) bank yang memberikan rediscount and lender of the
last resort, (6) pusat transfer, kliring, dan penyelesaian akhir (settlement), dan (7) pengendali
kredit.

The central banks various rules: (i) the bank of issue; (ii) the governments banker, agent,
and adviser; (iii) the custodian of the cash reserves of the commercial banks; (iv) the
custodian of the nations reserves of gold and international currency; (v) the bank of
rediscount and lender of the last resort; (vi) the bank of central clearance, settlement, and
transfer, and (vii) the controller of credit.

Untuk memahami pengertian bank sentral secara rinci, Singleton, et al. (2006),
menyatakan terdapat 10 fungsi bank sentral sebagai berikut:

1. Penerbit uang atau alat pembayaran yang sah guna memenuhi kebutuhan masyarakat;
2. Pelaksana dan perumus kebijakan moneter;
3. Penyedia jasa perbankan, agen kepada pemerintah, dan pengelola pinjaman
pemerintah;
4. Custodian dari cadangan bank umum dan menyelesaikan transaksi kliring antarbank;
5. Penjaga keutuhan sistem keuangan dan bertindak sebagai an emergency lender of the
last resort dan pengawas kehati-hatian perbankan;
6. Pelaksana dari kebijakan pemerintah di bidang nilai tukar dan sebagai kustodi dari
cadangan devisa negara dan membantu negara dalam mengelola cadangan devisa;

4
7. Pembuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Terutama di negara
berkembang, bank sentral sering diberi mandat lebih luas untuk memperkuat
pembagunan ekonomi;
8. Penasihat pemerintah terkait dengan kebijakan ekonomi. Bank sentral dipandang
memiliki keahlian mengenai hal-hal yang terkait dengan bidang ekonomi dan
keuangan;
9. Lembaga yang berpartisipasi dalam kerjasama pengaturan moneter internasional; dan
10. Lembaga yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah sehingga memungkinkan
bank sentral mendapat tugas lain, seperti memberi layanan perbankan kepada publik,
memberikan perlindungan nasabah atau sebagai operator registri saham.

Berdasarkan beberapa rujukan dan pengertian mengenai bank sentral tersebut di atas,
defisinisi bank sentral yang digunakan dalam buku ini adalah lembaga otoritas yang memiliki
peran sentral dan strategis dalam menjaga kestabilan ekonomi yang berkembang secara
dinamis sebagai respon dari semakin tingginya kompleksitas permasalahan ekonomi. Secara
kelembagaan, peran yang sangat strategis dalam perekonomian telah melekat erat pada bank
sentral. Sejak semula, berdiri, kelembagaan bank sentral terus berevolusi sebagai bentuk
upaya mencapai dan menjaga kestabilan ekonomi.

Saat ini, sejalan dengan semakin majunya perekonomian dunia hampir setiap Negara
memiliki bank sentral. Namun, bentuk kelembagaan, nama, dan peran yang dijalankan serta
bagaimana oprerasional dan organisasi bank sentral, belum banyak dipahami oleh banyak
pihak.

Dari aspek kelembagaan, bank sentral mengalami beberapa fase yang merefleksikan
dinamika yang terjadi di suatu negara. Kelembagaan bank sental mengalami beberapa fase
perubahan mengikuti perkembangan ekonomi, social, dan politik suatu Negara serta
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teori ekonomi. Dilihat dari sesi peran, bank sentral
di berbagai belahan dunia pada awalnya bermula dari bank sirkulasi dan kemudian berevolusi
hingga menjadi bank sentral modern dengan tujuan yang focus dan independen.

Bank sentral pada awalnya merupakan fenomena abad ke-20 yang muncul dalam
rangka mengatasi permasalahan bank actual maupun potensial dalam system perbankan.
Dilihat dari perkembangan bank sentral di dunia, awal berdirinya bank sental yang telah
menerapkan konsep dasar-dasar kebanksentralan dimulai saat berdirinya The Bank of
England pada tahun 1694. Dalam perkembangannya, sampai dengan tahun 1913 baru dapat

5
21 bank sental. Sampai dengan saat ini telah terdapat 186 bank sentral di dunia.
Perkembangan terpesat terjadi setelah perang Dunia II terutama akibat dekolonisasi,
dan setelah runtuhnya Uni Soviet yang mengakibatkan munculnya Negara-negara baru di
bekas wilayah Uni Soviet. Terakhir perkembangan jumlah bank sentral ditandai dengan
Eropa Central Bank (ECB) di Frankfurt pada tahun 1998 bentuknya 17 negara Eropa yang
bersatu dan menggunakan mata uang tunggal yaitu Euro. Bank sentral tersebut oleh 17 negara
Europa yang besatu menggunakan mata uang tunggal yaitu Euro.

Pada awal pendiriannya bank sentral merupakan salah satu bank komersial yang
akhirnya medapat mandate khusus, yaitu menerbitkan uang kartal dan sebagai lender of the
last resort. Hubungan itu terus terbawa hingga lembaga tersebut meninggalkan peran sebagai
bank komersial menjadi murni bank sentral. Pada umumnya bank komersial yang
berkembang, menjadi bank sentral adalah bank komersial yang memiliki reputasi baik yang
kemudian diberi hak khusus atau mandat oleh pemerintah untuk menerbitkan dan
mengedarkan uang dan bertindak sebagai banker pemerintah sehingga perkembangan
menjadi bank sirkulasi dan tetap menjalankan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi.
Sehingga pada fase awal terbentuk, peran kelembagaan bank sentral masih terbatas pada
tugas mengedarkan uang, memberikan jasa perbankan, yang kemudian berkembang sebagai
lender of the last resort bagi bank yang kesulitan likuiditas. Pada fase sebagai bank sirkulasi,
peran di bidang moneter masih terbatas dikarenakan permasalahan di bidang moneter belum
begitu kompleks.

Seiring dengan perkembangan ekonomi, social politik serta teori ekonomi, peran dan
tugas bank sentral tersebut mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
perekonomian. Peran bank sentral dalam hal kebijakan moneter, perbankan dan system
pembayaran semakin meningkat meskipun terkadang masih berperan sebagai bank komersial
bagian dari pemerintah termasuk memberi fasilitas pembiayaan fiscal bagi program
pemerintah. Seiring kesadaran dampak negative kecenderungan kebijakan fiskal yang
ekspansif terhadap stabilitas harga, perkembangan perekonomiandan system keuangan,
fungsi perencanaan dan penerbitan uang dialihkan dari pemerintah kepada bank sentral.
Dengan kata lain fungsi pengedaran uang mencakup perencanaan, penerbitan dan
distribusi/sirkulasi sepenuhnya menjadi tugas bank sentral. Fungsi ini masih melekat pada
bank sentral saat ini.

6
Di samping itu ,seiring perkembangan pasar keuangan defines uang pun menjadi
semakin luas yang semula mencakup uang kartal (narrow money) menjadi termasuk pula
uang kuasi (quacy money) yang menjadi bagian pengertian broad money. Oleh karna itu,
fungsi bank sentral mencakup pula pengaturan penyelanggaraan system pembayaraan
nasional negara yang bersangkutan; di samping menetapkan dan melakukan kebijakan
moneter dalam rangka memelihara likuiditas di pasar keuangan.

Saat ini peran bank sentral semakin meluas terutama dalam system keuangan.
Perekonomian yang semakin dinamis dan meningkatnya hubungan dengan asing dari sisi
perdagangan internasional menyebabkan peran bank sentral sebagai penyedia likuiditas di
pasar uang semakin meningkat. Hal tersebut menimbulkan potensi masalah terkait nilai tukar
dan upaya menjaga kestabilan nilai mata uang sehingga menumbuhkan tuntutan agar bank
sentral focus bertugas untuk memelihara kestabilan nilai mata uang dan melepaskan diri dari
peran sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Latar belakang ini menyebabkan bank
sentral mulai melepaskan diri dari investasi pemerintah dan menjadi lembaga independen
dengan tujuan tunggal mencapai stabilitas nilai mata uang baik dari sisi harga domestic
maupun nilai tukar terhadap mata uang asing demi mendukung pertumbuhan ekonomi.

2.2 Tujuan dan Tugas Bank Sentral

Berdasarkan penjelasan UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan Bank
Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah perlu ditopang dengan tiga
pilar utama yaitu kebijakan moneter dengan prinsip kehati-hatian, system pembayaran yang
cepat dan tepat serta system perbankan dan keuangan yang sehat.

Sebagian bank sentral memilih lebih dari satu tujuan seperti pertumbuhan
ekonomi,kesempatan kerja,dan kestabilan harga.sedangkan sebagian bank sentral lainnya
hanya fokus kepada kesetabilan harga.menurut Chandavarkar(1996) kebijakan bank sentral
pada dasarnya bertujuan untuk menjaga kesetabilan harga dan nilai tukar ,menjaga
kesinambungan neraca pembayaran,mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
serta menciptakan kesempatan kerja,dan kesejahteraan umum.Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada awal perkembangannya bank sentral memiliki tujuan yang beragam(multiple
objectives). Saat inipun tujuan tujuan bank sentral menunjukkan keberagaman anatara lain
memelihara stabilitas moneter yang tercemin dari stabilitas harga dan nilai tukar (dalam
kapasitas sebagai otoritas moneter /Monetary authority) memelihara stabilitas

7
keuangan(dalam kapasitas sebagai otoritas jasa keuangan financial supervisory authority dan
atau lender of last resort), serta menunjang pembangunan ekonomi(dalam kapasitas sebagai
agent of development) serta sebagai kasir/bankir pemerintah atau menunjang kebijakan
pemerintah.

Berkaitan dengan tugas dan peran bank sentral,praktik bank sentral di dunia juga
menunjukkan keragaman,namun pada dasarnya bidang tugas dan peran bank sentral secara
umum mencakup bidang stabilitas moneter ,sistem perbankan,dan stabilitas sistem
pembayaran .tugas dan peran bank sentral tersebut ,saat ini semakin berkembang seiring
pemikiran bank sentral jugaharus berperan dalam menjaga kestabilan sistem
keuangan.Dengan demikian bank sentral tidak hanya menjaga stabilitas perbankan tetapi juga
menjaga stabilitas lembaga keuangan non bank terutama pada lembaga-lembaga yang
berdampak sistemik bagi perekonomian.Baik tujuan pemeliharaan stabilitas moneter dan dan
atau stabilitas keuangan pada hakikatnya dapat dikatakan menunjang pertumbuhan ekonomi
berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan pemeliharaan stabilitas keuangan dalam konteks industri adalah stabilitas


sistem keuangan dikaitkan dengan tujuan utama yakni memelihara stabilitas
moneter.mengingat stabilitas sistem keuangan yang dicerminkan pada tingkat kesehatan
lembaga dan sistem keuangan diyakini merupakan syarat untuk pelaksanaan kebijakan
moneter yang efektif dan efisien.sebagai financial authority,tugas bank sentral
mencakupotoritas pengaturan/Regulatory authority,otoritas pengawasan/Suporvisory
authority mupun penyedian fasilitas pendanaan/pembiayaan jangka pendek melalui
pelaksanaan fungsi lender of last resort bagi lembaga keuangan. Adapun dalam kaitan
pemeliharaan stabilitas sistem keuangan dengan sistem pembayaran,fungsi bank sentral
menjadi lebih berfokus pada pemeliharaan stabilitas sistem pembayaran antar lembaga
keuangan dan fungsi lender of last resort dalam rangka menjaga transmisi untuk pelaksanaan
kebijakan moneter yang efektif dan efisien.

Selain bertugas menjaga stabilitas moneter,bank sentral juga bertindak sebagai agent
of development dengan stement tujuan adalah mendorog pertumbuhan ekonomi,mendorong
pembangunan,meningkatkan kesejahteraan rakyat,dan atau menjaga tingkat pengangguran
pada tingkat rendah.fungsi menstimulasi pertumbuhan ekonomi antara lain dilakukan melalui
kewenangan pengaturan perkreditan dan atau penyaluran kredit.Namun dewasa ini tujuan
bank sentral sebagai agent of development mulai di tinggalkan.Tujuan bank sentral secara

8
umum mengalami pergeseran dari yang bertujuan lebih dari satu(multiple objective)menjadi
hanya memiliki satu tujuan utama(single objective).hal ini dikarenakan dalam hal tujuan lebih
dari satu,pelakanaan kebijakan dalam rangka mencapai tujuan tujuan yang dimandatkan
sangat mungkin untuk saling bertentangan .contohnya mandat menstimulasi pertumbuhan
ekonomi yang dilakukan melalui penerapan kebijakan penurunan suku bunga,justru potensi
mengakibatkan tekanan inflasi seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar.demikian
pula mandat menunjang kebijakan pemeritahterlebih jika mandat ini didefinisikan sebagai
kewajiban membiayai defisit fiskal.Upaya bank sentral untuk meningkatkan kapasitas output
perekonomiaan dan memperluas kesempatan kerja pada akhirnya berlawanan dengan upaya
bank sentral untuk menjaga kestabilan nilai mata uang.Oleh karena itu banyak negara yang
akhirnya menyesuaikan tujuan bank sentral dari multiple objectives menjadi single objectives
menjadi single objective yaitu mencapai dan memelihara kestabilan harga.

Bank indonesia,dewasa ini,misalnya merupakan contoh bank sentral yang memiliki


tujuan tunggal yakni memelihara tabilitas moneter.Adapun Federal Reserve Bank dan
Reserve Bank of Australia memiliki mandat sebagai agen pembangunan di samping otoritas
moneter.Pada contoh yang lain ,Bank of Japan dan Bank of India merupakan bank sentral
yang memiliki mandat pengendaliaan moneter dan pengendalian sistem pembayaran.

Berdasarkan pemaparan evolusi bank sentral di atas,terlihat bahwa tujuan dan tugas
bank sentral serta faktor kondisi lingkungan seperti kondisi sosio-politik ,perekonomiaan dan
keuangan mempengaruhi perkembangan tata kelola bank sentral modern.Oleh sebab itu, demi
meminimalisasiconflict of interest serta demi tercapainya sinkronisasi strategi dalam
mencapai tujuannya,bank sentral modern saat ini menerapkan perinsip good corporate
governance yang tercemin pada tingkat independensi ,transparansi dan akuntabilitas dari dari
bank sentral

2.3 Perkembangan Kelembagaan Bank Sentral

Bank sentral merupakan lembaga keuangan sentral yang memiliki peran


sangat strategis bagi perekonomian suatu negara. Secara garis besar, peran strategis bank
sentral dapat terlihat dari enam peran dan fungsi bank sentral, yaitu sebagai bank sirkulasi,
kasir pemerintah, bankers bank, otoritas moneter, otoritas sistem keuangan dan otoritas
sistem pembayaran.

9
Pertama, sebagai bank sirkulasi, bank sentral diberi mandate untuk
menerbitkan dan mengaturalat/instrument pembayaran yang sah (legal tender) di suatu
negara atau wilayah (beberapa negara). Dengan adanya kewenangan untuk menerbitkan
dan mencetak uang, bank sentral memiliki kemampuan yang besar untuk memengaruhi
likuiditas perekonomian, baik menambah maupun mengurangi likuiditas.

Kedua, sebagai kasir pemerintah, bank sentral diberikan mandate untuk


melakukan berbagai layanan perbankan bagi pemerintah. Dalam halini bank sentral
bertugas untuk memelihara rekening pemerintah, mengelola transaksi pemerintah dengan
mata uang domestic dan mata uang asing, mengelola utang pemerintah serta memfasilitasi
pemerintah dalam membiayai pengeluaran pembangunan. Dengan bertindak sebagai kasir
pemerintah, bank sentral memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menilai kondisi
keuangan umum pemerintah sehingga dapat memberikan saran yang tepat kepada
pemerintah dan dapat mengambil langkah perbaikan yang diperlukan meskipun secara
alami bank sentral menjadi pilihan pemerintah dalam membiayai pengeluarannya.

Ketiga, sebagai bankers bank, bank sentral bertindak sebagai banker bagi bank
komersial. Dalam hal ini bank sentral berperan sebagailender of the last resort bagi bank
komersial yang menghadapi permasalahan kekurangan likuiditas dalam jangka pendek.
Peran sebagailender of the last resort inilah yang pada akhirnya mendorong bank sentral
memasuki area pengawasan dan pengaturan perbankan untuk memastikan bahwa pinjaman
yang diberikannya dapat dikembalikan oleh bank peminjam. Dengan adanya kewenangan
untuk mengatasi permasalahan likuiditas di perbankan, kemampuan bank sentral dalam
memengaruhi likuiditas perekonomian menjadi semakin kuat.

Keempat, sebagai otoritas moneter, bank sentral diberi mandate untuk


memelihara stabilitas moneter melalui pengendalian besaran moneter, membuat dan
melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur, mengawasi dan mengendalikan sistem
moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam
praktik, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut adalah stabilitas
ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas inflasi (nilai uang terhadap
harga barang dan jasa), stabilitas nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan relative
terhadap mata uang negara lain, serta mendukung perkembangan output rill (pertumbuhan
ekonomi).

10
Kelima, sebagai otoritas sistem keuangan, bank sentral diberi mandate penting
untuk mencapai dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Peran tersebut berkembang
akibat besarnya kemampuan bank sentral dalam mengendalikan likuiditas perekonomian,
serta semakin besarnya pengaruh lembaga keuangan bank dan nonbank dalam
perekonomian. Tugas dan peran bank sentral sebagai penjaga stabilitas keuangan meliputi
upaya untuk mendorong sistem keuangan yang aman dan efisien. Sebagai bank sentral,
tugas menjaga stabilitas sistem keuangan menjadi syarat penting untuk dapat memelihara
stabilitas moneter. Ibarat dua sisi mata uang, stabilitas moneter hanya dapat tercapai
apabila stabilitas sistem keuangan dapat terjaga begitu pula sebaliknya.

Keenam, sebagai otoritas sistem pembayaran, bank sentral diberi mandate


untuk menjaga kelancaran dan keamanan sistem pembayaran. Bank sentral berperan
mengatur dan melaksanakan sistem pembayaran mencakup sekumpulan kesepakatan,
aturan, standard dan prosedur yang digunakan dalam mengatur peredaran uang antar pihak
dalam melakukan kegiatan ekonomi dan keuangan dengan menggunakan instrument
pembayaran yang sah. Sebagai otoritas sistem pembayaran, bank sentral bertugas
menciptakan sistem pembayaran yang aman dan efisien sebagai salah satu bentuk upaya
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap alat pembayaran.

Keseluruhan fungsi tersebut mengalami evolusi dari masa ke masa sesuai


dengan perkembangan ekonomi, social politik serta teori ekonomi. Secara umum, pada
awal evolusinya bank sentral yang ada merupakan lembaga bentukan pemerintah yang
ditugaskan untuk membantu pemerintah menjalankan fungsi manajemen ekonomi.
Perkembangan kelembagaan bank sentral dimulai pada pertengahan abad ke-17, tepatnya
pada tahun 1668 saat Sveriges Risk Bank di Swedia didirikan. Kurang lebih dua dekade
berikutnya, the Bank of England terbentuk yang diyakini merupakan cikal bakal dari bank
sentral modern. Lembaga ini menjadi pusat dari operasi perbankan di Inggris.

The Bank of England is described as the centre of banking operations in the


United Kingdom, and the provider of important services to the government, especially in
times of war and difficulty and to commerce in general. (Palgrave 1894: 92 at Singleton
Jhon 2011)

Kedua lembaga tersebut merupakan bank komersial milik bersama antara


pihak swasta dan pemerintah (a joint stock bank), yang kemudian berkembang menjadi
bank sentral di negara tersebut. Pada awal terbentuknya bank sentral bertindak sebagai

11
bank sirkulasi yang diberi mandate untuk menerbitkan dan mengedarkan uang sebagai alat
pembayaran, kemudian berevolusi sebagai kasir pemeritah untuk mendukung
pembangunan pemerintah hingga bertindak sebagai bankers bank guna menjaga
kecukupan kebutuhan likuiditas bank komersial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat dan tidak mengenal batas negara membuat
peran bank sentral yang hanya berfokus pada upaya mendorong perekonomian dirasa tidak
cukup hingga bank sentral berevolusi menjadi bank sentral modern yang memiliki
kewenangan sebagai otoritas moneter, sistem keuangan dan sistem pembayaran.

Secara lebih rinci bank sentral modern saat ini berperan penting dalam
menjaga stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan dan pengatur sistem pembayaran.
Berkembangnya tugas sebagai otoritas sistem keuangan merupakan respon dari tingginya
frekuensi peristiwa krisis ekonomi yang terkait dengan kondisi lembaga keuangan bank
dan nonbank pada beberapa dasa warsa terakhir. Peristiwa kritis terssebut memberi
dampak buruk terhadap stabilitas moneter sehingga membuat bank sentral merasa penting
untuk mewujudkan kestabilan sistem keuangan sebagai salah satu prasyarat yang
diperlukan dan menjaga kestabilan moneter.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jika dilihat dari sisi kelembagaan bank sentral, Hawke (1973) menjelaskan bahwa
bank sentral adalah sebuah organisasi yang berada di antara pemerintah dan perbankan. Saat
ini peran bank sentral semakin meluas terutama dalam system keuangan. Perekonomian yang
semakin dinamis dan meningkatnya hubungan dengan asing dari sisi perdagangan
internasional menyebabkan peran bank sentral sebagai penyedia likuiditas di pasar uang
semakin meningkat.

Tujuan bank sentral menunjukkan keberagaman anatara lain memelihara stabilitas


moneter yang tercemin dari stabilitas harga dan nilai tukar (dalam kapasitas sebagai otoritas
moneter /Monetary authority) memelihara stabilitas keuangan(dalam kapasitas sebagai
otoritas jasa keuangan financial supervisory authority dan atau lender of last resort), serta
menunjang pembangunan ekonomi (dalam kapasitas sebagai agent of development) serta
sebagai kasir/bankir pemerintah atau menunjang kebijakan pemerintah.

Secara garis besar, peran strategis bank sentral dapat terlihat dari enam peran dan
fungsi bank sentral, yaitu sebagai bank sirkulasi, kasir pemerintah, bankers bank, otoritas
moneter, otoritas sistem keuangan dan otoritas sistem pembayaran. Secara lebih rinci bank
sentral modern saat ini berperan penting dalam menjaga stabilitas moneter, stabilitas sistem
keuangan dan pengatur sistem pembayaran. Berkembangnya tugas sebagai otoritas sistem
keuangan merupakan respon dari tingginya frekuensi peristiwa krisis ekonomi yang terkait
dengan kondisi lembaga keuangan bank dan nonbank pada beberapa dasa warsa terakhir.

13
DAFTAR PUSTAKA

Simorankir, Iskandar. 2014. Pengantar Kebanksentralan Teori da Praktik di Indonesia.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Diane, Zulfi. Hubungan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dengan OJK Pasca
Pengalihan Fungsi Perbankan. Lampung: Jurnal Universitas Bandar Lampung Program
Magister

14

Anda mungkin juga menyukai