Anda di halaman 1dari 3

Nama : Indian Mikoyan Gurevich Bilal Dreeskandar

Nim : 010002000100
Matkul : Hukum Keluarga
Dosen : Dr. Aline Gratika Nugrahani, S.H., M.H.

_____________________________________________________________________________________

1. Definisi perkawinan menurut UURI Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 1 :


“Perkawinan ialah ikatan lahir batin anatar seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang Bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.”

2. A. Unsur2 perkawinan Menurut UU No.1 Tahun 1974


• Unsur ikatan lahir dan batin = niat yang sungguh2 hidup Bersama
• Unsur seorang priang dengan seorang wanita = asa Monogami
• Unsur tujuan membentuk keluarga kekas dan Bahagia = asas perkawinan harus berlangsung
seumur hidup
• Unsur ketuhanan yang maha Esa
• Agama dan kepercayaan diberi peran menentukan sah tidak sahnya perkawinan
• Unusr2 ini dijadikan landasan perkawinan

Perkawinan Boby dan Lili menyalahi unsur Ketuhanan Yang Maha Esa, karena dalam agama
muslim dilarang seseorang menikah dengan yang menganut kepercayaan lain

B.
Calon pengantin bisa datang langsung ke KUA Kecamatan untuk mendaftarkan Pernikahannya,
dengan membawa syarat nikah sebagai berikut:
• Surat keterangan untuk nikah (model N1) Surat keterangan asal-usul (model N2)
• Surat persetujuan mempelai (model N3) Surat keterangan tentang orang tua (model N4)
• Surat pemberitahuan kehendak nikah (model N7) apabila calon pengantin berhalangan,
pemberitahuan nikah dapat dilakukan oleh wali atau wakilnya.
• Bukti imunisasi TT1 calon pengantin wanita, Kartu imunisasi, dan Imunisasi TT II dari
Puskesmas setempat.
• Membayar biaya pencatatan nikah sebesar Rp30.000
• Surat izin pengadilan apabila tidak ada izin dari orangtua/wali
• Pas foto ukuran 3 x 2 sebanyak 3 lembar
• Dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum berumur 19 tahun dan bagi calon istri
yang belum berumur 16 tahun
• Bagi anggota TNI/POLRI membawa surat izin dari atasan masing-masing
• Surat izin Pengadilan bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang
• Akta cerai atau kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai bagi mereka yang
perceraiannya terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989
• Surat keterangan tentang kematian suami/istri yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah atau
pejabat berwenang yang menjadi dasar pengisian model N6 bagi janda/duda yang akan menikah.

Syarat nikah yang dilanggar Boby dan Lili adalah tidak adanya Surat izin Pengadilan bagi suami yang
hendak beristri lebih dari seorang, ini diakrenakan Boby tidak secara terang2an kepada Lia untuk
menikahi Lili sebagai istri kedua.

3. A. Perkawinan antara Boby dan Lili tidak sah karena tidak memenuhi syarat sahnya, yaitu :
Sah menurut perundang-undangan yaitu pasal 2 ayat (1) UU No. 1 1974 :
„perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaan itu“

B. Perkawinan Boby dan Lily dapat dicatatkan di Indonesia, caranya :


Menurut UU No.23 Tahun 2006 tentang Adminstrasi Kependudukan
1) Perkawinan WNI di luar negri wajib dicatatkan pada instansi yang berwewenang di negara
setempat dan dilaporkan pada Perwakilan RI.
2) Jika di negara tersebut tidak dikenal pencatatan perkawinan bagi orang asing, maka pencatatan
dilakukan Perwakilan RI.
3) Oleh Perwakilan RI, perkawinan itu dicatatkan dalam Register Akta Perkawinan, lalu
terbitlah Kutipan Akta Perkawinan.
4) Setelah pasangan mereka sudah kembali ke Indonesia, mereka harus melapor ke instansi
pelaksana di tempat tinggalnya di Indonesia paling lambat 30 hari setelah tiba di Indonesia.

C. Pencatatan yang dimaksud Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan dilakukan agar pasangan dapat
memiliki bukti otentik yang berguna untuk melingdungi hak-hak yang timbul dari suatu perkawinan

D. asas-asas yang dilanggar oleh perkawinan Boby dan Lili Asas Monogami.

• Asas Monogami dalam Pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 :


Pasa asany, seorang pria hanya boleh memiliki satu istri dan seorang Wanita hanya boleh
memiliki satu suami, namum ada perkecualian (pasal 3 ayat (2) UU No.1 Tahun 1974) dan
syarat-syarat yang diatur dalam pasal 4-5 yaitu :
- Pengecualian pada Pasal 3 Ayat (2) UU No.1 Tahun 1974 :
“Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang
apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.”
- Syarat-syaratnya pada Pasal 4-5 UU No.1 Tahun 1974 :
➢ Pasal 4 :
1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut
dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan
permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
2) Pengadilan dimaksud data ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin kepada
seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang
1. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;
2. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
3. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
➢ Pasal 5
1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;
2. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka;
3. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan
anak-anak mereka.
2) adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;
3) adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka;
4) adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.
• Asas Monogami dalam KUH Perdata Pasal 27 :
“ada waktu yang sama, seorang lelaki hanya boleh terikat perkawinan dengan
satu orang perempuan saja; dan seorang perempuan hanya dengan satu orang
lelaki saja.”

Asas ini bersifat absolut, tidak dapat dilanggar

Anda mungkin juga menyukai