Anda di halaman 1dari 26

Makalah

Sejarah Kepemimpinan Zaman Yunani Kuno, Cina Kuno, Babylonia, Mesir


Kuno, India Kuno, Dan Sufi Di Persia

Mata kuliah : LEADERSHIP

Dosen Pengampuh : Dr. Jalaluddin Rum SE. M.Si

DI SUSUN OLEH :

HERLIS SAFITRI (19050101103)

WISNA (19050101110)

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat, rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini yang membahas tentang
“Sejarah Kepemimpinan Zaman Yunani Kuno, Cina Kuno, Babylonia, Mesir
Kuno, India Kuno, Dan Sufi Di Persia”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita


Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat dan para pengikutnya.

Tentunya dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh


karena itu sangat di harapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing yang Bersifat
membangun dari bidang studi mata kuliah ini. Semoga dengan adanya kritik dan
saran tersebut dapat bermanfaat dan menjadi pedoman bagi saya dalam penyusunan
makalah ini pada khususnya dan para pembaca, segala kelebihan hanya milik Allah
SWT semata dan segala kesalahan dan kekurangan milik hambanya.

Kendari 25 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 PENGERTIAN SEJARAH KEPEMIMPINAN MENURUT...............3
A. Zaman Yunani Kuno.........................................................………….3
B. Zaman Cina Kuno..............................................................………….6
C. Zaman Babylonia...............................................................………….8
D. Zaman Mesir Kuno............................................................…………9
E. Zaman India Kuno.............................................................…………11
F. Zaman Sufi di persia..........................................................…………..13

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………….21

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah
muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada
tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka
untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi
alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar
manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai
pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani,
sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang
pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai,
mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus
memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak
kelompok.

Kepemimpinan merupakan masalah yang penting bagi suatu kelompok atau


organisasi kelembagaan. Hal ini dikarenakan pemimpin merupakan salah satu faktor
yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan suatu organisasi atau lembaga tersebut
mencapai tujuan. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Kepemimpinan bisa juga diartikan sebagai kekuatan atau kemampuan untuk


menggerakkan orang dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan dalam pendidikan
adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personal di lingkungan
pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja sama dan mau
bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Pemimpin dalam dunia pendidikan terutama di perguruan

1
tinggi disebut rektor. Ia memiliki peranan penting karena mampu mempengaruhi,
mengkoordinasi, membimbing dan mengarahkan serta mengawasi semua personalia
dalam hal yang ada kaitannya dengan kegiatan yang dilaksanakan sehingga dapat
tercapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.

1.2 RumusanMasalah
A. PENGERTIAN SEJARAH KEPEMIMPINAN MENURUT:
1. Zaman Yunani Kuno
2. Zaman Cina Kuno
3. Zaman Babylonia
4. Zaman Mesir Kuno
5. Zaman India Kuno
6. Zaman Sufi di persia

2
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 PENGERTIAN SEJARAH KEPEMIMPINAN


a. Yunani kuno

Sistem pemerintahan Yunani Pada zaman kuno bangsa Yunani masih


terpecah dalam beberapa polis. Kota-kota di Yunani dikelilingi oleh tembok
pertahanan. Hal ini merupakan tata pemerintahan gaya Sparta dan Athena.
Tata pemerintahan di Sparta digariskan oleh Lycurgus (sekitar 900 SM) dan
bersifat aristokratis militer. Kaum bangsawan memegang peranan dalam
pemerintahan. Sejak berumur tujuh tahun, anak-anak sudah dijadikan anak
negara dan memproleh pendidikan militer. Mereka memiliki dewan penasihat
yang anggotanya terdiri atas orang-orang tua (ephorus). Dewan rakyat tidak
memiliki peranan dalam tata pemerintah di Sparta. Sementara itu, tata
pemerintahan Athena digariskan oleh Solon (sekitar 600 SM) dan sifatnya
oligarkis demokratis. Pemerintahan berada di tangan orang baik-baik, tetapi
kekuasaan berada di tangan rakyat. Solon mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan rakyat, misalnya meiarang perbudakan. Rakyat kecil diberi
wakil dalam Dewan Rakyat. Yunani memilki seorang negarawan lain yang
bernama Pericles (460-429 SM). Untuk menjamin keamanan negerinya dari
gangguan bangsa asing, ia mengadakan perjanjian dengan Sparta (446 SM).
Untuk memakmurkan rakyatnya perdagangan di atur dengan baik sehingga
Athena menjadi pusat kegiatan perdagangan di Laut Tengah. Kemakmuran
tersebut menyebabkan kebudayaan Yunani berkembang pesat. Yunani tidak
memiliki sistem pemerintahan sentralisasi tetapi desentralisasi karena tiap-tiap
polis mengembangkan sistem pemerintahan masing-masing. Sistem
pemerintahan dari dua polis terkemuka di Yunani, yaitu Sparta dan Athena
dengan konstitusi yang berbeda sebagai berikut.

3
1) Polis Sparta
Konstitusi Sparta membagi masyarakat rnenjadi tiga golongan yaitu
Citizens, Helot, dan Peiroikoi. Citizens adalah orang-orang Sparta yang
jumlahnya antara 5-10% dari seluruh penduduk. Mereka terdiri atas para
penguasa dan Itentara. Kaum Helot merupakan sebagian besar dari penduduk
yang bekerja sebagai petani, buruh tani dan pelayan dari orang-orang Sparta.
Adapun Peiroikoi adalah orang-orang yang tinggal di pinggiran kota, hidup
sebagai petani, pedagang, dan bekerja di pertambangan. Mereka menyukai
kebebasan pribadi. Citizens atau orang-orang Sparta merupakan keturunan
dari para penakluk (suku bangsa Doria) yang datang dari arah utara menuju
Peloponesos. Mereka menduduki Dataran Rendah Laconia yang paling subur
serta mendesak penduduk aslinya menjadi kaum flelot dan Perioikoi. Untuk
menjaga kemungkinan timbulnya pemberontakan baik dari dalam maupun
dari luar, penguasa pemerintahan Sparta selalu siaga dan meningkatkan
ketangguhan militernya terutama pada masa pemerintahan Lycurgus sekitar
625 SM. Sistem pemerintahan Sparta yang militeristis tersebut mengutamakan
latihan kemiliteran dan disiplin yang keras bagi masyarakat. Anak yang baru
lahir menjalani pemeriksaan fisik di depan Ephor.
2) Polis Athena
Warga Athena jauh berbeda dengan Sparta. Athena
memberikan jaminan kepada warganya dan menghapuskan
perbudakan. Warga difokuskan untuk kemajuan seni, teknologi,
dan filsafat. Athena merupakan polis yang menerapkan sistem
demokrasi. Sistem itu diperkenalkan oleh Solon (638 SM-559
SM). Dengan sistem itu, kekuasaan berada di tangan dewan
rakyat. Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh sembilan orang
archon yang setiap tahun diganti. Para archon diawasi oleh
Aeropagus (Mahkamah Agung) yang para anggotanya berasal dari
mantan anggota archon. Athena menghasilkan banyak filsuf yang

4
pemikirannya sangat berpengaruh pada kehidupan manusia hingga
dewasa ini. Para filsuf itu antara lain sebagai berikut.
 Thales, terkenal sebagai ahli matematika dan astronomi.
Thales dikenal dengan perhitungannya tentang gerhana,
menghitung ketinggian piramida dan menghitung
bayangannya. Selain itu, Thales berpendapat bahwa bumi ini
berasal dari air.
 Anaximander, berpendapat bahwa segala apa yang ada di
dunia ini berasal dari bahan tunggal yang bukan air. Selain itu,
Anaximander berpendapat bahwa bumi itu seperti silinder
yang mempunyai ukuran lebih kecil darip ada matahari.
 Anoximenes, berpendapat bahwa bahan pembentuk alam
adalah udara.
 Pytagoras, terkenal sebagai ahli maternatika, dia percaya
bahwa segala sesuatu itu pada aturannya menurut bilangan
tertentu. Sehubungan dengan hal itu, Pytagoras berpendapat
bahwa melalui pengetahuan tentang b ilangan, kita akan
memahami tentang kenyataan.
 Heraclitus, seorang filsuf yang mengembangkan pemikiran
tentang logika.
 Parmenindes, mengemukakan pentingnya logika dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
 Hippocartus, seorang filsuf yang ah li dalam bidang
kedokteran.
 Sokrates. Ajarannya tentang filsafat etika atau kesusilaan
dengan logika sebagai dasar untuk membahasnya. Sokrates
mengajarkan agar manusia dapat mernbedakan hal-hal yang
baik atau buruk, benar atau salah, dan adil atau tidak adil.

5
 Plato. Ajaran filsafatnya disebut filsafat idea. la menulis
banyak buku, salah satunya berjudul Republica. Dalam buku
tersebut diuraikan tentang kebahagiaan hidup yang dapat
dicapai bila manusia bekerja dengan wataknya dan wanita
diangkat derajatnya. Plato juga mendirikan pusat pendidikar
bernama Academus.
 Aristoteles adalah murid Plato, merupakan ahli di bidang
biologi dan ketatanegaraan. Karyanya yang terkenal antara lain
Klasifikasi Flora don Fauna di Kepulauan Aegea. Di bidang
ketatanegaraan, ia berpendapat bahwa sistem
pemerintahanyang baik adalah republik. Pemerintahan yang
baik mengutamakan kebahagiaan sebesar-besarnya untuk
seluruh rakyat. Aristoteles adalah pendiri pusat pendidikan)
bernama Peripatetis. Salah seorang muridnya ialah Alexander
Agung, Raja Makedonia.
b. Cina Kuno
Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Tanah di peradaban Lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho
amat subur. Oleh karena itu, seperti yang diungkapkan Yi-Fu Tuan
dalam A Historical Geography of China (2008), kehidupan ekonomi
peradaban Cina Kuno bertumpu kepada sektor pertanian atau agraris.
Masyarakat Cina Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho kala itu
menanam berbagai jenis tumbuhan pangan, seperti gandum, padi, teh,
jagung, hingga kedelai. Kegiatan ekonomi dalam peradaban Lembah
Sungai Kuning terus berkembang. Ada yang kemudian berburu dan
meramu, seperti menangkap hewan buruan atau ikan, kemudian mulai
mengembangkan metode peternakan.

6
Pada zaman pemerintahan Dinasti Chou (1066 SM-221 SM)
masyarakat Cina Kuno yang hidup di Lembah Sungai Hoang Ho sudah
mulai berdagang, bahkan ada yang menjadi penenun, pengrajin,
penebang kayu, buruh, dan lainnya. Kehidupan sosial masyarakat Cina
Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho ini pada akhirnya diatur oleh
sistem pemerintahan feodalisme.

Sistem Pemerintahan.
Terdapat 2 sistem pemerintahan dalam peradaban Lembah
Sungai Kuning, yakni feodalisme dan unitaris. Pada sistem
pemerintahan feodalisme, kedudukan Kaisar dianggap sakral sebagai
utusan/anak Dewa Langit. Kedudukan kaisar pada masa pemerintahan
feodalisme hanya bertindak sebagai simbol dan tidak ikut campur
dalam urusan politik dan pemerintahan. Sebaliknya, sistem unitaris
menempatkan kaisar sebagai titik pusat yang mengatur masalah politik
dan negara. Oleh karena itu, kaisar punya hak dan kewajiban untuk
menjalankan politik praktis serta menangani segala urusan kenegaraan.
Dalam catatan Susiati di buku Sejarah (2020:13), setidaknya ada enam
dinasti yang memerintah peradaban masyarakat Cina masa Lembah
Sungai Hoang Ho, di antaranya adalah Dinasti Shang, Chou,
Chin,Han, Tang, dan Shung.
Filsafat dan Kepercayaan
Ilmu filsafat dalam peradaban Lembah Sungai Kuning yang
masih bersinggungan dengan kepercayaan muncul sejak pemerintahan
Dinasti Chou sejak 1066 SM hingga 221 SM. Pada masa ini, ada tiga
ilmu filsafat atau kepercayaan, yakni Lao Tse, Kong Fu Tse, dan
Meng Tse.
Berdasarkan ajaran Lao Tse, masyarakat Cina Kuno percaya
bahwa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang sifatnya kekal

7
dan abadi. Ajaran tersebut kemudian dikenal sebagai Tao atau
Taoisme.
Filsafat peradaban Lembah Sungai Kuning kemudian
berkembang dengan munculnya ajaran Kong Fu Tse atau Kong Hu
Cu. Ajaran ini masih berlandaskan Tao dan mengajarkan kepercayaan
bahwa ada kekuatan yang mengatur semua hal di alam semesta demi
tercapainya keselarasan.
Ajaran Kong Fu Tse berkembang lagi menjadi Meng Tse.
Ajaran tersebut dirintis oleh Meng Tse (Mensius), murid dari Kong Fu
Tse. Mensius mengajarkan tentang watak sejati manusia.

c. Babylonia

Kekaisaran Babilonia Baru atau Kekaisaran Khaldea adalah


periode dalam sejarah Mesopotamia yang dimulai pada tahun 626 SM dan
berakhir pada tahun 539 SM.[1] Selama tiga abad sebelumnya, Babilonia
dikuasai oleh bangsa sesama penutur bahasa Akkad sekaligus tetangga
mereka di utara, yaitu Assyria. Selama periode tersebut, Babilonia
menikmati status yang penting. Assyria berhasil menjaga kesetian
Babilonia selama periode Assyria Baru, entah melalui pemberian hak
istimewa yang terus-menerus bertambah, atau melalui tindakan militer.
Akan tetapi, semuanya berubah pada tahun 627 SM dengan matinya
pemimpin kuat Assyria terakhir, Assurbanipal.

Para raja Babilonia Baru amat menyadari antikuitas warisan mereka,


dan berupaya menerapkan kebijakan tradisionalis, membangkitkan kembali
kebudayaan Sumer-Akkad kuno mereka. Meskipun bahasa Aram telah
menjadi bahasa sehari-hari, namun bahasa Akkad kembali ditetapkan sebagai
bahasa administrasi dan kebudayaan. Ungkapan-ungkapan arkaik dari 1500
tahun sebelumnya dimasukkan kembali ke dalam prasasti-prasasti Akkad,

8
bersama dengan bahasa Sumer yang sudah lama tak digunakan. naskah
kuneform Babilonia Baru juga diubah untuk menyerupai naskah Akkad, yang
sudah amat lama.

Nebukhadnezzae II, salah satu raja Babilonia

Karya seni dari masa kejayaan Babilonia amat dihargai dan dirawat.
Contohnya, ketika sebuah patung Sargon Agung (Sargon dari Akkad)
ditemukan dalam suatu pekerjaan konstruksi, diperintahkan untuk dibangun
sebuah kuil untuk patung tersebut. Diceritakan pula bahwa Nebukhadnezzar,
dalam upayanya membangun ulang kuil di Sippar, harus melakukan
penggalian berulang hingga ia menemukan fondasi Naram-Suen, suatu
penemuan yang memungkinkannya membangun kembali kuil tersebut secara
layak. Babilonia Baru juga membangkitkan kembali praktik penunjukkan
putri kerajaan sebagai pendeta dewi bulan, Sin, suatu kebiasaan yang dulu
dilakukan pada masa Sargon, Pada periode Babilonia baru, banyak tanah yang
dibuka untuk diolah

d. Mesir kuno

Sejarah politik di mesir berawal dari terbentuknya komunitas di desa-


desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa yang dikenal
nomen. Setelah itu desa-desa tersebut berkembang menjadi kota dan akhirnya
terjadi persatuan antara kerajaan mesir Hilir dan kerajaan mesir Hulu.
Selanjutnya kerajaan mesir menjadi besar dan membangun peradaban tinggi
disekitar sungai nil yang dikenal hingga keseluruh penjuru dunia. Raja-raja
mesir kuno mempunyai gelar firaun hingga ribuan tahun dengan
pemerintahan bersifat autokrasi.

Sistem pemerintahan yang dijalankan firaun melibatkan banyak para


pejabat tinggi guna mendukung keberhasilan diranah politik. Pejabat dari

9
kalangan bansawan yang di angkat oleh firaun diantaranya ialah pejabat
gubernur yang memerintah profinsi, panglima ketentaraan, hakim pengadilan,
dan pendeta untuk melaksanakan upacara keagaamaan. Jabatan penting
diduduki oleh putra mahkota kerajaan dimana selanjutnya akan menjadi
seorang raja yang disebut wazir atau perdana mentri.

Menurut Arnold Toynbee ( sejarawan asal inggris) prestasi yang


dicapai oleh bangsa mesir kuno pada masa 3000-2181 SN. Saat diperintah
oleh firaun disebabkan oleh organisasi pemerintahan yang sentralistrik.
Kehendak dan peraturan yang dijalankan terpusat dari raja. Segala macam
kebijakan yang diambil dan diterapkan diseluruh wilayah mesir harus
berdasarkan atas persetujuan raja. Gubernur, panglima ketentaraan dan pejabat
daerah lainnya harus tunduk dan patuh serta menyelenggarakan perintah dari
pusat. Firaun sebagai raja sekaligus penguasa mesir dianggap sebagai
penjelmaan dewa dan sangat dihormati dan ditakuti oleh rakyatnya. Unifikasi
politik dan administrasi di mesir merupakan syarat politik yang
memungkinkan pemeliharaan irigasi dan agrikultur dengan beberapa
gangguan temporer singkat yang menyebabkan perpecahan politik di sela-sela
zaman firaun.

Secara politik pemimpin firaun dimesir banyak mengalami serangan


dari bangsa lain. Daerah mesir yang terkenal sesubur dan memiliki peradaban
maju membuat banyak bangsa-bangsa lain ingin menaklukkan mesir menjadi
bagian dari imperiumnya. Mesir selalu menjadi incaran berbagai bangsa,
sehingga secara kronologis dapat dilihat bangsa-bangsa yang pernah
menyerbu mesir yaitu :

a. Bangsa nubia ( tinggal disebelah selatan mesir).

10
b. Bangsa-bangsa eropa menguasai mesir selama hampir 230 tahun
( 1750-1580 SM )

c. Bangsa assiria berhasil merebut Memphis dan thebi pada tahun 670
SM

b. d.Bangsa yunani, dimulai Alexander agung 332-323 SM, setelah


kematiannya mesir dipimpin oleh ptolemeus yang mendirikan dinasti
besar.

a. Kekaisaran romawi menguasai mesir.

Sejak 3400 SM, mesir telah diperintah oleh 30 dinasti berbeda yang
terdiri atas tiga zaman, yaitu kerajaan mesir tua. Yang berpusat di Memphis,
kerajaan mesir tengah yang berpusat di awaris, dan kerajaan mesir baru yang
berpusat di thebi. Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah
kerajaan mesir tua:

a. Firaun menes

b. Firaun chufu, chephren, mycerinus

c. Pepi I

d. Pepi II

e. India kuno

India Kuno merupakan salah satu peradaban awal dalam sejarah


peradaban dunia. Peradaban India Kuno merupakan peradaban yang terletak
di sepanjang sungai Indus dan Gangga. Secara etimologi, kata India berasal
dari nama sungai Sindhu atau Sungai Indus yang telah digunakan dalam
bahasa Yunani sejak Herodotus (abad ke-4 SM). Bisa dibilang, nama India
berasal dari bahasa Yunani. Istilah tersebut muncul dalam bahasa Inggris

11
Kuno pada awal abad ke-9 dan muncul kembali dalam bahasa Inggris Modern
pada abad ke-17. Jadi, ceritanya gini. Dulu ada pemimpin Yunani bernama
Aleksander Agung. Setelah menaklukan wilayah kekuasaannya, ia kemudian
melancarkan rencana militer untuk ekspansi yang sebelumnya dijalankan oleh
ayahnya. Karena berusaha mencapai “ujung dunia”, Aleksander pun
menginvasi India pada tahun 326 SM. Sayangnya, ia terpaksa mundur karena
pasukannya nyaris menjadi pemberontak. Hingga akhirnya, ia berhasil
menaklukan wilayah dari Semenanjung Yunani hingga Sungai Indus. Dengan
begitu, lokasi peradaban India Kuno yang akan kita bicarakan di sini adalah
lembah di antara sungai Indus dan Gangga. Bisa dikatakan juga sebagai
peradaban lembah Sungai Indus atau peradaban Harappa. Pusat peradaban ini
ada di kota Mohenjodaro dan Harappa.

Sosial dan Kebudayaan India Kuno

Pada peninggalan peradaban India Kuno ditemukan pernak-pernik ala


perundagian. Hayo … masih ingat nggak perundagian itu apa? Yap, masa
perundagian adalah zaman logam. Nah, pada peninggalannya ditemukan
barang-barang seperti kalung dan patung. Dari situ bisa kita nilai bahwa udah
ada nilai estetika pada saat itu. Selain pernak-pernik ala perundagian,
ditemukan juga aksara di Dholavira.

Sistem Pemerintahan India Kuno

Agak sulit untuk mengurai kehidupan pada peradaban India kuno,


karena nggak ada bukti arkeologis dan historisnya. Tapi, kita bisa melihatnya
dari peninggalan reruntuhan bangunan di Kota Mohenjodaro dan Harappa.
sistem pemerintahan peradaban india kuno zeniu Peninggalan peradaban India
Kuno di kota Mohenjodaro. (dok. The Better India) Peninggalan peradaban
India Kuno tersebut menggambarkan suatu tatanan kota yang modern dan
memiliki sistem pemerintahan yang teratur, maju, dan makmur. Itulah

12
mengapa kota Mohenjodaro dan Harappa dipercaya sebagai pusat
pemerintahan.

Nah, untuk bidang ekonomi, peradaban India kuno nggak jauh-jauh


dari agraris dan perdagangan. Masyarakatnya pada masa itu bertani gandum
dan jelai/barley (sejenis sereal anggota padi-padian). Selain bertani, mereka
juga beternak sapi Zebu. Kemudian, untuk perdagangannya mereka berdagang
dengan orang Mesopotamia.

f. Sufi di persia

Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1501-1722 M.


Dinasti ini merupakan salah satu kerajaan Islam yang cukup besar di Persia.
Awal mulanya Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berada di
Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Nama Safawiyah dinisbahkan kepada
nama salah seorang guru Sufi di Ardabil bernama Syekh Ishak Safiuddin.
Menurut riwayat, ia adalah keturunan dari Musa al-Khadim, imam ketujuh
Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.

Tarekat ini berdiri bersamaan dengan berdirinya Dinasti Utsmani.[1]


Gerakan tarekat ini memiliki banyak pengikut yang sangat teguh memegang
ajaran agama. Gerakan ini mengubah model gerakannya dari gerakan
keagamaan menuju gerakan politik. Ketika sudah menjadi kekuatan yang
besar, Dinasti Safawiyah beberapa kali berhadapan dengan Dinasti Utsmani.
Dinasti Safawiyah menyatakan Syi’ah sebagai madzhab negara, maka Dinasti
Safawiyah dikenal sebagai peletak dasar terbentuknya negara Iran. Dinasti
Safawiyah mencapai puncak kejayaan pada masa Abbas I. Namun, kejayaan
itu tidak mampu dipertahankann oleh para penerusnya. Hal ini dikarenakan
sultan-sultan yang berkuasa lemah. Sehingga memicu terjadinya
pemberontakan dan permasalahan yang berkepanjangan.

13
Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah

Cikal bakal berdirinya Dinasti Safawiyah berawal dari gerakan tarekat


yang diberi nama Safawiyah. Gerakan ini muncul di Persia, tepatnya di
Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Wilayah ini banyak ditinggali oleh suku
Kurdi dan Armen. Nama Safawiyah dinisbahkan kepada nama salah seorang
guru Sufi di Ardabil bernama Syekh Ishak Safiuddin atau Shafi Ad-Din.
Menurut riwayat, ia adalah keturunan dari Musa al-Khadim, imam ketujuh
Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.Shafi Ad-Din berasal dari keturunan orang yang
berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Gurunya bernama Syaikh
Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid
Al-Gilani. Dikarenakan prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf,
Shafi Ad-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Shafi Ad-Din
mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus
mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangatlah
teguh memegang ajaran agama.

Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi


orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “Ahli
Bid’ah”. Tarekat yang dipimpin Shafi Ad-Din ini semakin penting terutama
setelah mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang
bersifat lokal menjadi gerakan kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia,
Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabi, Shafi Ad-Din
menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya. Wakil
tersebut diberi gelar khalifah dan nantinya akan menjadi komandan
perang.Kemudian murid-murid tarekat mendukung tarekat Safawiyah untuk
menghimpun kekuatan dengan menjadi tentara dan sangat fanatik kepada
keyakinannya. Bahkan, mereka juga menentang orang-orang yang tidak
sepaham dengan mereka. Tarekat Safawiyah banyak diterima oleh masyarakat
sehingga tarekat ini mengubah model gerakan spiritual keagamaan menjadi

14
gerakan politik. Hal ini mulai tampak ketika gerakan tarekat dipimpin oleh
Junaid 1447-1460 M. Junaid memperluas kegiatan politik pada kegiatan
keagamaan. Perluasan kegiatan ini mendapatkan hambatan-hambatan. Salah
satunya dari penguasa Qara Qayunlu dan Aq- Qayunlu yang merupakan dua
suku terkuat Turki. Sehingga terjadi konflik antara Junaid dengan penguasa
Turki.

Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Safawiyah.

Pada saat Ismail I berkuasa selama kurang lebih 23 tahun (1501-1524


M) ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, ia juga dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Aq-qayunlu di Hamadan 1503 M,
menguasai provinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd pada tahun 1504
M, Diyar Bakr 1505-1507, Baghdad dan daerah barat daya persia pada tahun
1508 M, Sirwan 1509 M dan Khurasan pada tahun 1510 M. Ismail I hanya
memerlukan waktu selama sepuluh tahun untuk menguasai seluruh Persia.

Ambisi politik mendorong Ismail I adalah untuk memperluas daerah


kekuasaannya ke Turki Utsmani, namun karena Turki Utsmani merupakan
dinasti yang sangat kuat pada masa itu akhirnya Ismail I mengalami
kekalahan. Kekalahan itu meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri
Ismail. Akibatnya, kehidupannya menjadi berubah. Ismail I lebih suka
berfoya-foya dan keadaan tersebut menimbulkan dampak negatif bagi Dinasti
Safawiyah, yaitu timbulnya perebutan kekuasaan diantara pimpinan-pimpinan
suku-suku Turki, pejabat-pejabat Persia, dan Qizilbash.

Sepeninggal Ismail I, kekuasaan Dinasti Safawiyah dilanjutkan oleh


Tahmasp I (1524-1576 M), lalu setelah itu dilanjutkan oleh Ismail II (1576-
1577 M) dan Muhammad Khubanda (1577-1587 M). Namun, pada
pemerintahan ketiga sultan tersebut Dinasti Safawiyah mengalami
kemunduran. Kemunduran tersebut terus berlangsung sampai pada akhirnya

15
Abbas I naik tahta. Pada masa Abbas I, Dinasti Safawiyah perlahan-lahan
mengalami kemajuan. Langkah-langkah yang ditempuh Abbas I dalam
memajukan dinasti Safawiyah diantaranya adalah.

 Berusaha menghilangkan dominasi Qizilbash atas Dinasti Safawiyah dengan


cara membentuk pasukan-pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-
budak yang berasal dari tawanan-tawanan bangsa Georgia, Armania, dan
Sircassia yang ada sejak pemerintahan Tahmasp I.
 Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani. Di samping itu, Abbas I
berjanji untuk tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam yaitu
Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan dalam khutbah-khutbah
Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat tersebut, Abbas I menyerahkan
saudara sepupunya yaitu Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.

Setelah Dinasti Safawiyah menjadi kuat kembali, Abbas I mulai


melakukan ekspansi dan merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang
telah hilang. Abbas I juga melakukan penyerangan kepada Turki Utsmani. Pada
saat itu Turki Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad II, Abbas I
menyerang Turki Utsmani dan berhasil menaklukan wilayah Tabriz, Sirwan, dan
Baghdad. Seterlah itu Abbas I juga berhasil menguasai kota Nakhchivan Erivan,
Ganja dan Tiflish pada tahun 1605-1606 M. Pada tahun 1622 M, Abbas I berhasil
merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi
pelabuhan Abbas.

Pada pemerintahan Abbas I merupakan puncak kejayaan Dinasti


Safawiyah. Secara politik Abbas I dapat mengatasi berbagai kemelut di dalam
negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-
wilayah yang dulu pernah direbut dinasti lain pada pemerintahan sultan-sultan
sebelumnya. Kemajuan lain yang dicapai Dinasti Safawiyah antara lain:

16
Bidang Ekonomi

Setelah Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah


pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Abbas, maka jalur dagang yang biasa
diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis sepenuhnya berhasil dikuasai
oleh dinasti ini.

Bidang Pendidikan

Pada Dinasti Safawiyah muncul banyak sekali ilmuwan-ilmuwan


terkenal diantaranya Baha’ al-Dîn al-‘Amili (generalis ilmu pengetahuan),
Sadr al-Dîn al-Syîrâzî (filsuf) dan Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad
(filsuf, ahli sejarah, teolog, yang pernah mengadakan observasi atas
kehidupan lebah).

Bidang Pembangunan Fisik Tata Kota dan Seni

Para penguasa dinasti ini mengubah Isfahan, yang merupakan ibu kota
dinasti ini menjadi kota yang sangat indah. Isfahan merupakan kota yang
sangat penting bagi tujuan politik dan ekonomi. Di kota tersebut berdiri
bangunan-bangunan megah seperti masjid, rumah sakit, sekolah-sekolah,
jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Satun. Kota Isfahan
semakin indah dengan dibuatnya taman-taman wisata. Ketika Abbas I wafat,
di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273
pemandian umum.

Pada bidang seni, terlihat dari arsitektur bangunan-bangunannya yaitu


seperti yang terlihat pada masjid Shah dan masjid Syaikh Lutf Allah. Unsur
seni lainnya juga terlihat pada hasil kerajinan tangan, keramik, permadani,
karpet, pakaian, tembikar dan lain-lain. Seni lukis juga sudah mulai muncul
pada masa ini tepatnya pada saat sultan Tahmaps I berkuasa.

17
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Syafawiyah

Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran pasca pemerintahan


Abbas I. Enam sultan setelahnya tidak mampu untuk mempertahankan
kemajuan yang sudah diraih oleh pendahulunya. Para Sultan juga lemah
dalam me mimpin dan memiliki sifat buruk yang juga mempengaruhi
jalannya pemerintahan. Sehingga kerajaan Safawiyah banyak mengalami
kemunduran dan tidak mengalami perkembangan.

Sepeninggal Abbas I, pemerintahan diambil alih oleh Safi Mirza


(1628-1642), ia merupakan cucu dari Abbas I. Pada masa pemerintahannya, ia
dikenal sebagai sultan yang lemah dan kejam terhadap para pembesar-
pembesar kerajaan.Ia juga tidak mampu mempertahankan kemajuan-kemajuan
yang berhasil dilakukan Abbas I. Selain itu, kota Kandahar berhasil dikuasai
oleh Dinasti Mughal dipimpin oleh Sultan Syah Jihan. Begitu pula dengan
Baghdad yang berhasil direbut oleh Turki Utsmani.

Setelah Safi Mirza, pemerintahan dipegang oleh Abbas II (1642-


1667). Ia adalah sultan yang suka minum-minuman keras, suka menaruh
curiga terhadap para pembesar dan memperlakukannya dengan
kejam.Rakyatpun tidak begitu peduli dengan pemerintahan Abbas II. Abbas II
meninggal dikarenakan sakit. Selanjutnya dipimpin oleh Sulaiman (1667-
1694), ia memiliki kebiasaan buruk seperti Abbas II yang juga seorang
pemabuk. Banyak terjadi penindasan dan pemerasan. Terutama terhadap para
ulama dan penganut paham Sunni serta cenderung memaksakan paham Syiah.
Sehingga tidak ada perkembangan yang berarti pada masa pemerintahannya.

Keadaan semakin bertambah buruk pada masa pemerintahan Husein


(1694-1722). Ia memberikan kebebasan kepada para ulama Syiah untuk
memaksakan paham Syiah dan pendapatnya terhadap penganut Sunni. Hal ini
memicu kemarahan dari golongan Sunni di Afghanistan, sehingga mereka

18
melakukan pemberontakan. Bangsa Afghan melakukan pemberontakkan
pertama kali pada tahun 1709 dipimpin Mir Vays dan berhasil merebut
wilayah Qandahar. Disisi lain pemberontakan terjadi di Herat yang dilakukan
oleh suku Ardabil Afghanistan dan berhasil menduduki Marsyad.[18] Mir
Vays diganti oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dan
pasukan Ardabil. Sehingga ia mampu merebut kembali wilayah-wilayah
Afghan dari kekuasaan Safawiyah.

Syah Husein merasa terdesak karena ancaman-ancaman dari Mir


Mahmud. Akhirnya, Syah Husein mengakui kekuasaan dan mengangkat Mir
Mahmud menjadi Gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan
(budak Husein).[19] Kekuasaan ini dimanfaatkan oleh Mir Mahmud untuk
memperluas wilayah. Ia berhasil merebut Kirman dan Isfahan serta kembali
memaksa Syah Husein untuk menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober
1722 M, Syah Husein menyerah dan pada 25 Oktober Mir Mahmud
memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan. Kemudian Mir Mahmud
digantikan oleh Asyraf untuk menguasai Isfahan.

Pemerintahan selanjutnya dilanjutkan oleh salah seorang putera


Husein bernama Tahmasp II (1722-1732), ia mendapat dukungan penuh dari
suku Qazar dari Rusia. Dengan demikian, ia memproklamasikan dirinya
sebagai penguasa yang sah dengan pusat pemerintahan di kota Astarabad.
Tahmasp II melakukan kerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk
menaklukan bangsa Afghan yang berada di Isfahan pada tahun 1726 M.
Pasukan Nadir Khan berhasil merebut Isfahan pada tahun 1729 M. Asyraf
terbunuh dalam peperangan itu. Dinasti Syafawiyah kembali berkuasa.

Namun, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh


Abbas III (1733-1736) yang merupakan anak dari Nadir Khan. Anaknya

19
masih sangat kecil, sehingga pada 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat
dirinya sendiri sebagai sultan.

BAB III

PENUTUP

20
A. KESIMPULAN

Seorang pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan


sosial agar  menjadi seorang pemimpin yang baik dan bertanggung
jawab serta seorang  pemimpin  pemimpin harus benar – benar dapat
melaksanakan melaksanakan tanggung tanggung jawabnya, jawabnya,
melakukan kontrol dan pengendalian agar tujuan didalam organisasi
tersebut dapat tercapai.

Di dunia ini banyak terdapat berbagai peradaban yang


mewarnai kehidupan manusia. Baik langsung maupun tak langsung,
hal itu telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan umat
manusia dari zaman dahulu hingga masyarakat modern sekarang ini.
Ada beberapa contoh peradaban besar seperti Peradaban Persia,
Yunani Kuno, India, dan Cina. Mesir kuno.

Yunani Kuno adalah periode dalam sejarah Yunani yang


berlangsung kurang lebih seribu tahun dan berakhir dengan munculnya
agama Kristen. Oleh sebagian besar sejarawan, peradaban ini dianggap
sebagai peletak dasar bagi Peradaban Barat. Budaya Yunani
merupakan pengaruh kuat bagi Kekaisaran Romawi, yang selanjutnya
meneruskan versinya ke bagian lain di daratan Eropa. Persia adalah
salah satu suku yang termasuk dalam Bangsa Iran, menggunakan
bahasa Persia dan juga mempunyai persamaan dalam kebudayaan
dengan bangsa Iran yang lainnya.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dalam


menambah pengetahuan mengenai sejarah kepemimpinan zaman

21
Yunani kuno, cina kuno, babylonia, India kuno, Mesir kuno, dan sufi
di persia. Adapun kritik dan saran dari para pembaca untuk makalah
ini sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.unigal.ac.id

22
https://internasional.kompas.coM

https://id.m.wikibooks.org/wiki/Sejarah_Kekaisaran/Babilonia

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=6MX1DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=info:GNaL4
2zccs0J:scholar.google.com/
&ots=LwYB7Pk1EQ&sig=fOW9fJKXqG2Svimi2LVqcmOTWtk&redi
r_esc=y#v=onepage&q&f=false

https://www.zenius.net/blog/peradaban-india-kuno

https://wawasansejarah.com/dinasti-safawiyah-di-persia/

23

Anda mungkin juga menyukai