Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN RASA

AMAN DAN NYAMAN (NYERI)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh :

Firman Satya Pradipta

20101440120041

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Nyaman adalah keadaan individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan
dalam menanggapi terhadap sesuatu rangsangan yang berbahaya. Nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif.
Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala atau tingkahnya, dan hanya
orang tersebutlah yang menjelaskan atau mencapai rasa nyari yang dialami. (Tetty,
2015). Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yng
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (International Asosiasi fol itu Belajar dari Rasa Sakit). Sebuah
witan yang tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dpat diantisipasi atau diprediksi dandengan durasi kurang dari 3 bulan. Nyeri kronis
adalah pengalamn ensorik dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai suatu
kerusakan (International Asosiasi fol itu Belajar dari Raa Sakit), awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau secara berulang
tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari 3 bulan.

The international Association for the study of pain (IASP) adalah nyeri
sebagai berikut nyeri merupakan pengalamn sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan.
Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen
objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional
dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh stimulasi noxious akibat
trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau visceral yang tergnaggu.
Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress neuroendrokrin yang sebanding dengan
intensitasnya. Nyeri akut akan disertai hiperaktif saraf otonom dan umumnya mereda
dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan (NI Putu Wanrdani, 2014)
2. Etiologi
a. Penyebab nyeri dapat diklasifikasi ke dalam dan golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya,
penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun
elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah secara psikis,
penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologi.
b. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikis berkaitan dengan terganggunya serabut
saraf reseptor nyeri. Serabut saraf resptor nyeri ini terletak dan tersebar pada
lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.
Edangkan nyeri yang disebabkan factor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis
dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2008).
3. Anatomi Fisiologi
a. Serabut perifer : serabut yang mengirimkan implus nyeri ke medulla spinalis.
b. Medulla sepinalis : saraf yang menyalurkan implus nyeri dari serabut araf lainnya.
c. Masa abu-abu : tempat terakhir stimulus nyeri disalurkan.
d. Sel saraf inhibitor : sel syaraf yang mencegah stimulus nyeri sehingga tidak
mencapai cerebral.
e. Cerebral : saraf pusat yang memiliki fungsi mengintervensikan.
Gufron dan Hall (2008).

4. Klasifikasi
a. Nyeri akut
Selang waktunya lebih singkat dengan tanda-tanda klinis antara lain berkeringat
banyak, tekanan darah naik, nadi naik, pucat dan dengan respon psien, umumnya
menangis, teriak atau mengusap daerah yang nyeri.
b. Nyeri kronik
Mempunyai selang waktu yang lebih lama dan dapat berlangsung lebih dari enam
bulan.
c. Nyeri intensitanya
- Nyeri berat (7 – 10)
- Nyeri sedang ( 3- 6)
- Nyeri ringan (0 -3)
d. Nyeri berdaarkan tempatnya
- Phriperal pain, yakni nyeri yang terasa pada permukaan tubuh, misalnya pada
kulit, mukosa
- Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pada organ-organ tubuh visceral.
- Refered pain, yakni nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri
- Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf
pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
e. Nyeri berdasarka sifatnya
- Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
- Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
lama.
- Proximal pain, yaitu nyeri yang diraakan berintensitasi tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul
lagi.

5. Patofisiologi
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui erabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis.
Terdapat kesan nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan
kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks cerebral, maka otak
mengiterprestasikan kualitas nyeri dan serta asosoaso kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri. Semua kerusakan seluler disebabkan oleh stimulus termal,
mekanik, kimiawi atau stimulus listrik menyebabkna pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri.
6. Manifestasi Klinik
Nyeri akut :
a. Melaporkan nyeri secara linsan dan non linsan
b. Menunjukan kerusakan
c. Gangguan tidur
d. Muka dengan ekpreksi nyeri
e. Tingkah laku eskspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
f. Posisi untuk mengurangi nyeri
g. Penurunan tanda-tanda vital

Nyeri kronis :

a. Perubahan berat badan


b. Melaporkan secara lisan dan non lisan
c. Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada dari sendiri
d. Kelelahan
e. Perubahn pola tidur
f. Takut cedera
g. Interaksi dengan orang lain menurun

7. Pathway
Faktor Presipitasi
(agen cedera, ageb cedera biologis, agen cedera kimiawi, agen pencedera, dilatasi
serviks, eksblusi janin)

Reseptor Nyeri

Persepsi Nyeri
Nyeri

Menekan saraf Mobilitasi fisik terganggu

Nyeri di persepsikan Gangguan mobilitas fisik

Berhubungan dengan factor mengatasi

Nyeri akut

RAS teraktivasi

REM menurun

8. Komplikasi
a. Kejang
b. Masalah mobilisasi
c. Hipertensi
d. Hipertemia
e. Gangguan pola istirahat dan tidur
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji adanya infeksi atau radang nyeri
- Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi ‘
- Kompres hangat
b. Penatalaksanaan medis
- Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanda di orang peraaan secara total. Seseorang yang
mengkomsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
- Pemberian obat ANS (anti inflamasi non steroid)
Aspirin pada daerah ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung
saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat penegah inflamasi
yang dihasilkan luka.

10. Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan dengan skala nyeri
b. Pemeriksaan USG untuk data penunjang singgah ada nyeri tekan di perut
c. Rontgen untuk selamat tukang dalam yang abnormal
d. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya
e. CT-Scan selama adanya pembuluh darah yang kacang diotak
f. EKG
g. MRI

11. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus
A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, warna mempengaruhi rasa serang pria dan nyaman. Lingkungan
pasien mencakup semua factor fisik dan psikososial yng mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan atau jangka hidup pasien. Keamanan yang ada
dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden pelaksanaan penyakit dan
cedera yang akan mempengaruhi rasa seorang pria dan nyaman pasien.
2. Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan pelaksanaan keruakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
resptor sehingga menggangu rasa nyaman pasien.
3. Riwayar penyakit keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa seorang pria dan nyaman,
karena dengan adanya riwayat penyakit makan klien akan beresiko terkena
penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.
a. Perilaku non verbal : beberapa perilaku non verbal yang dapt kita amati antara
lain ekspresi wajah, gemeretk gigi, mengigit bibir bawah, dll.
b. Kualitas : deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c. Factor presipitasi : beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara
lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
d. Intensitas : nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau
dapat menggunakan skala dari 0-10.
e. Waktu dan lama : perwat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai,
berapa lama, nagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan
nyeriterakhir timbl.

f. Karateristik nyeri (PQRST)


P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri :
- Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bia ditahan, aktivitas tak terganggu)
- Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
- Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri)
B. Pemerikaan fisik
Ekspresi wajah
1. Menutupi wajah
2. Membuka mata lebar-lebar
3. Mengigit bibir bawah
Verbal

1. Menangis
2. Berterik

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah
2. Nadi ‘
3. Pernafasan

Ekstrenitas

Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang tidak
nyaman.

C. Diagnose keperawatan
a. Nyeri kronis b.d agen cedera biologis, fisik, kimiawi
b. Nyrei b.d inflamasi
c. Intoleransi aktivitas b.d nyeri
d. Gangguan pola tidur tidur b.d nyeri
D. Intervensi dan Rasional Keperawatan
a. Nyeri akut
Tujuan yang diharapkan :
1. Adanya penurunan intensitannya nyeri
2. Ketidaknyaman akibat nyeri berkurang
3. Tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut

Rencana Tindakan :

Intervensi Rasional
Kaji nyeri Mengetahui daerah nyeri, kualitas,
kapan nyeri dirasakan, factor
pencetus, dan berat ringannya nyeri
yang dirasakan
Ajarkan teknik relaksasi kepada Untuk mengajarkan pasien apabila
pasien nyeri timbul
Berikan analgetik sesuai program Untuk mengurangi rasa nyeri
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum
pasien

b. Nyeri kronis
Tujuan yang diharapkan :
1. Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
2. Tidak ada posisi tubuh yang melindungi
3. Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
4. Tidak kehilangan nafsu makan
5. Frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau
ringan

Rencana tindakan :

Intervensi Rasional
Kaji keadaan umum, karateristik Untuk mengetahui keadaan umum
nyeri, tanda-tanda vital serta efek pasien, mengetahui daerah nyeri,
penggunaan obat jangka panjang kualitas, kapan nyeri dirasakan,
factor pencetus, berat ringannya
nyeri yang dirasakan serta
mengetahui efek penggunaan obat
secara jangka panjang.
Bantu pasien mengidentifikasi Untuk mengetahui tingkat nyeri
tingkat nyeri pasien
Ajarkan pola istirahat tidur yang Untuk mengurangi rasa nyeri
adekuat secara adekuat
Kolaborasi pemberian obat Untuk mengurangu rasa nyeri
analgesik
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman

Nuratif A.H dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktik, Jakarta :


Medication

Tetty, S. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta : EGC

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :


Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai