Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mual dan muntah ialah masalah yang biasa terjadi pada awal
kehamilan. Sekitar 50-75% ibu hamil mengalami mual dan muntah. Sekitar
25% hanya mengalami mual, dan 50% mengalami baik mual maupun
muntah. Gejala mual dan muntah biasanya memburuk saat pagi atau biasa
disebut morning sickness (Rorrong et al., 2021)
Data WHO (World Health Organization) mengenai peningkatan
kesehatan ibu yang merupakan salah satu tujuan Millenium Development
Goal’s (MDG’s) sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan
Angka Kematian Ibu sebesar ¾ dari Angka Kematian Ibu pada pada tahun
2017 menurut WHO adalah 165/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
mengalami penurunan pada tahun 2018 adalah 126/100.000 (Mustar &
Indriyani, 2020)
Data yang diperoleh dari profil Dinkes Sulawesi Selatan tahun
2016 jumlah ibu hamil diperkirakan sebesar 65/100.000 perempuan, dan
yang mengalami Hiperemesis Gravidarum sebesar (30,2%). Pada tahun
2017 jumlah ibu hamil diperkirakan sebesar 68/100.000 perempuan, dan
yang mengalami Hiperemesis Gravidarum sebesar (36,2%). Data yang
diperoleh dari profil Dinkes Sulawesi Selatan 2018 jumlah ibu hamil
diperkirakan sebesar 73/100.000 perempuan, dan yang mengalami
Hiperemesis Gravidarum sebesar (45,5%) (Mustar & Indriyani, 2020).
Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan
wanita hamil, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin
seperti abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi
pada bayi baru lahir. Faktor pemicu terjadinya Hiperemesis Gravidarum
pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan oleh karena
beberapa hal, seperti faktor hormonal, psikologis, paritas, nutrisi dan alergi,
genetik, usia, aktivitas, dan bakteri Helicobacter pylori (Rorrong et al.,
2021)
B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Konsep ANC
a. Definisi
b. Tujuan
c. Jadwal Kunjungan ANC
d. Standar Pelayanan ANC
e. Pemeriksaan Penunjang ANC
f. Perubahan-Perubahan Dan Adaptasi Fisiologis Pada Masa
Kehamilan
g. Tanda – Tanda Kehamilan
h. Pemeriksaan Kehamilan (Leopold I-IV)
i. Perhitungan Tafsiran Partus
j. Perhitungan Tafsiran Berat Janin
2. Untuk mengetahui Konsep Medis Hiperemesis Gravidarum
3. Untuk Mengetahui Konsep Keperawatan dari Hiperemesis Gravidarum

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP ANC (Antenatal Care)
1. Definisi ANC (Antenatal Care)
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) adalah Pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI
dan kembalinya kesehatan Reproduksi secara wajar (Mappaware et al.,
2020)
2. Tujuan
Pelayanan perawatan kehamilan (Antenatal Care) merupakan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang
sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal
antara lain:
a. Untuk memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental
dan sosial ibu. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan,
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
c. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
d. Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif (Suaryasa, 2020).
3. Jadwal Kunjungan ANC
Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah
segera setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau
bidan mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau
memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang memuaskan. Di negara
berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sebanyak 4 kali
sudah cukup sebagai kasus tercatat
a. Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui
terlambat haidnya satu bulan
b. Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan
delapan bulan.
c. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan
bulan sampai terjadinya persalinan
Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama
kehamilan yaitu trimester pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan
trimester ketiga 2 kali. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila
dirasakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.
Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama
kehamilan. Kunjungan pertama dilakukan kali hingga usia kehamilan
28 minggu, lalu 1 kali kur selama kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali
kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi bila
kehamilan dengan risiko tinggi atau dengan penyulit perhatian dan
jadwal kunjungan harus lebih sering
a. Dari kunjungan satu ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan
pencatatan:
1) Keluhan yang dirasakan ibu hamil
2) Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
b. Umum
1) Tekanan darah
2) Respirasi
3) Nadi
4) Temperatur tubuh (suhu)
c. Abdomen
1) Tinggi fundus uteri (TFU)
2) Letak janin (setelah 34 minggu)
3) Presentasi janin 4. Denyut jantung janin (DJ)
d. Pemeriksaan tambahan
1) Proteinuri
2) Glukosuria
3) Keton (Syaiful & Fatmawati, 2019).

Menurut WHO untuk wanita hamil yang tidak memiliki faktor


risiko dalam kehamilannya, minimal dapat melakukan ANC sebanyak 4
kali yaitu 1 kali saat TM I,1 kali saat TM II, dan 2 kali saat TM III.
a. Kunjungan Pertama sebaiknya sebelum kehamilan 12 minggu
1) Informasi umum pasien
2) Informasi tentang riwayat kesehatan pasien
3) Riwayat obstetri pasien sebelumnya
4) Pemeriksaan fisik mencakup tanda-tanda anemia, tekanan
darah, berat badan dan tinggi badan, dan pemeriksaan vagina
dengan speculum termasuk Pap smear
5) Pemeriksaan darah (sebaiknya pemeriksaan Hb hanya
dilakukan pada usia kehamilan 32 minggu atau kunjungan ke-
3, kecuali ada tanda-tanda anemia), urin, dan golongan darah
6) Pemberian suplemen besi. Memberikan edukasi dan informasi
kesehatan selama kehamilan
7) Pemberian suntikan TT

b. Kunjungan ke-2 dilakukan pada kehamilan mendekati 26 minggu.


1) Mengulang pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan penyakit
pasien
2) Catat kondisi pasien yang tidak ditemukan sewaktu kunjungan
pertama (kecelakaan, penyakit, perdarahan/keputihan dari
vagina, dll)
3) Catat setiap perubahan pada tubuh pasien
4) Tanya gerakan bayi
5) Periksa BJA
6) Tanya tentang kebiasaan ibu : merokok, alkohol, dl
7) Periksa tekanan darah
8) Pemeriksaan Leopold
9) Pemeriksaan vagina bila pada kunjungan pertama tidak
dilakukan. Bila terjadi perdarahan pemeriksaan vagina
dilarang.
10) Pemeriksaan Hb ulang jika pada pemeriksaan Hb pertama <7
gr%
11) Pemberian suplemen besi (Fe)
12) Pemberian nasehat dan edukasi tentang kehamilan
13) Memberi tahu jadwal kunjungan berikutnya yaitu pada
kehamilan mendekati usia 32 minggu
c. Kunjungan ke-3; dilakukan pada usia kehamilan mendekati 32
minggu.
1) Jika pasien tidak datang pada kunjungan ke-2 pemeriksaan
dilengkapkan pada kunjungan ke-3
2) Tanya keluhan pasien: nyeri punggung, perdarahan, keputihan,
dll
3) Pengukuran TD, pemeriksaan Leopold, urinalisis, timbang BB
dan pemeriksaan haemoglobin.
4) Tanya gerakan janin dan periksa BJA

d. Kunjungan ke-4; sebaiknya pada usia kehamilan antara 36-38


minggu.
1) Pemeriksaan presentasi bayi dan penurunan bagian terbawah
bayi
2) Menilai panggul sempit atau tidak
3) Memberikan semua informasi tentang tanda-tanda persalinan,
dan jika ada segera pergi ke RS atau klinik bersalin.
4) Jika tidak ada tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan 41
minggu segera pergi ke RS.
5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti kunjungan
sebelumnya (Syaiful & Fatmawati, 2019).
4. Standar Pelayanan ANC
Menurut Kemenkes RI (2010) ditingkat pelayanan dasar,
pemeriksaan antenatal hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu:
a. Aspek medik, meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan
secara dini, pemberian terapi sesuai dengan diagnosis.
b. Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain
mengenai: penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya, pengenalan
tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang dimilikinya, pencarian
pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
c. Rujukan, ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat
pelayanan yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.
Menurut Kemenkes RI (2010) terdapat enam standar dalam
pelayanan antenatal seperti berikut ini:
a. Identifikasi ibu hamil bidan melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberi
penyuluhan dan memotivasi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur.
b. Pemeriksaan dan pemantauan bidan memberikan sedikit 4 kali
pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan saksama untuk apakah
perkembangan berlangsung normal
c. Palpasi abdomen bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
saksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam
rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu.
d. Pengelolaan anemia pada kehamilan bidan melakukan tindakan
pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan bidan menemukan
secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Persiapan persalinan bidan memberikan saran yang tepat kepada
ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
mempersiapkan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman
serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik,
di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila
tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat (Mappaware et al., 2020).
5. Pemeriksaan Penunjang ANC
Pada saat asuhan ANC, petugas kesehatan khususnya bidan
menginformas kan kepada ibu hamil untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang
untuk ibu hamil meliputi pemeriksaan laboratorium (rutin maupun
sesuai indikasi) dan pemeriksaan.
a. Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin untuk semua ibu hamil
pada kunjungan pertama :
1) Kadar hemoglobin
2) Golongan darah ABO dan resus
3) Tes HIV: ditawarkan pada ibu hamil di daerah epidemi meluas
dan terkonsentrasi, sedangkan di daerah epidemi rendah tes
HIV ditawarkan pada bu hamil dengan IMS dan TB.
4) Rapid test atau hapusan darah tebal dan tipis untuk malaria:
untuk ibu yang tinggal di atau memiliki riwayat bepergian ke
daerah endemik malaria dalam 2 minggu terakhir.
b. Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
1) Urinals (terutama protein urine pada trimester kedua dan
ketiga) jika terdapat hipertensi.
2) Kadar hemoglobin pada trimester ketoga terutama jika
dicurigai anemia.
3) Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA): untuk ibu
dengan riwayat defisiensi imun, batuk > 2 minggu atau LILA
23,5 cm
4) Tes sifilis.
5) Gula darah puasa.
c. Lakukan pemerksaan (USG)
Pemeriksaan USG direkomendasikan:
1) Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia kenamaan 15
minggu) untuk menentukan usia gestasi, viabilitas janin letak
dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin yang berat.
2) Pada usia kehamian sekitar 20 minggu untuk deteksi anomaly
3) Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan janin.
4) Lakukan rujukan untuk pemeriksaan USG ja alat atau tenaga
kesehatan tidak tersedia (Rahyani et al., 2020).
6. Perubahan-Perubahan Dan Adaptasi Fisiologis Pada Masa
Kehamilan
Selama proses kehamilan, ibu akan mengalami proses adaptasi
pada perubahan fungsi tubuh. Perubahan tersebut sering disebut sebagai
adaptasi kehamilan. Perubahan yang terjadi antara lain:
a. Perubahan pada sistem reproduksi
Uterus berisi 5-10 liter, pada akhir kehamilan akan 500-
1000 kali lebih besar daripada keadaan tidak hamil. Berat
kehamilan aterm 1100 gram, tidak hamil 70 gram. Dinding lebih
tipis (dinding korpus uteri 1,5 cm atau kurang). Serviks akan
menjadi lebih lunak, perubahan warna kebiruan karena
peningkatan vaskularisasi dan edema pada seluruh serviks,
hipertrofi dan hiperplasi kelenjar serviks. Vagina dan lubang
kemaluan akan mengalami peningkatan vaskularisasi dan hiperemi
pada kulit dan otot perineum dan vulva, perlunakan jaringan ikat
yang sering disebut tanda cadwick. Ovarium tidak akan mengalami
ovulasi selama kehamilan terjadi, maturasi folikel tidak tertunda
dan payudara akan terasa nyeri karena hipertrofi alveoli mammae
serta hiperpigmentasi areola.
b. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Denyut nadi waktu istirahat meningkat sekitar 10-15 kali
per menit dan aspek jantung berpindah sedikit ke lateral, bising
sistolik pada saat inspirasi, Cardiac Output (COP) meningkat.
Cardiac Output (COP) meningkat sekitar 30-50% selama
kehamilan dan tetap tinggi sampai persalinan. COP dapat menurun
bila ibu berbaring terlentang pada akhir kehamilan karena
pembesaran uterus menekan vena cava interior, mengurangi
venous return ke jantung sehingga menurunkan COP. Ibu akan
mengalami sipne hypotension syndrome, yaitu pusing. mual, dan
seperti hendak pingsan.
c. Perubahan pada sistem pernafasan
Kecepatan pernapasan mungkin tidak berubah atau menjadi
sedikit lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang
meningkat selama kehamilan (15-20%). Tidal volume meningkat
30 hingga 40%. Pada kehamilan lanjut, ibu cenderung
menggunakan pernapasan dada daripada pernapasan perut atau
abdominal, walapun diafragma tetap memegang peran penting.
Saluran napas atas menjadi lebih vaskuler sebagai respons
terhadap peningkatan esterogen pembuluh kapiler membesar
edema dan hyperemiapadahidung, faring, laring, trakea,dan
bronkikongestihidung tersumbat, epistaksis, perubahan suara,
kecenderungan mengalami infeksi saluran napas atas ringan.
Peningkatan vaskulariasasi pada saluran napas atas juga dapat
menyebabkan edema membrane timpani dan tuba eustachius nyeri
telinga, gangguan pendengaran, rasa penu di dalam telinga. Tidal
volume meningkat pergerakan diafragma lebih besar dan
penurunan tekanan karbondioksida (PCO2) darah alkalosis
respiratorik
d. Perubahan pada sistem gastrointestinal
Tonus dan gerakan traktus gastrointestinal berkurang
karena perpanjangan waktu pengosongan lambung dan
memperlambat perjalanan dalam intestinum, terjadi hemoroid
karena konstipasi dan peningkatan tekanan vena sekunder terhadap
pembesaran uterus.
e. Perubahan sistem renal
Glomerulo Filtration Rate (GFR) dan aliran plasma ginjal
meningkat, konsentrasi kreatinin dan urea plasma menurun, dan
glukosuria sehingga GFR turun dapat menimbulkan infeksi.
f. Perubahan pada sistem endokrin
Setelah implantasi. villi chorionic memproduksi hCG untuk
mempertahankan produksi esterogen dan progesterone corpus
luteum hingga plasenta terbentuk sempurna. Plasenta yang
terbentuk sempurna dan berfungsi 16 minggu setelah konsepsi
mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi esterogen
dan progesterone supresi FSH dan LH tidak terjadi maturasi folikel
dan ovulasi. Prolaktin (dari pituitary) mulai diproduksi pada awal
kehamilan tetapi diblok ikatannya dengan jaringan mammae oleh
tingginya kadar esterogen dan progesterone sehingga tidak terjadi
laktasi. Oxytocin (dari pituitary posterior) dapat merangsang
kontraksi uterus namun dapat dicegah oleh tingginya kadar
progesterone selama kehamilan. Plasenta juga memproduksi
Human Chronic Somatommamotropin (HCS) atau Human
Placental Lactogen (HPL) perkembangan mammae untuk
persiapan laktasi.
g. Perubahan pada sistem integument
Perubahan sistem integument sangat bervariasi tergantung
ras. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh hormonal dan
peregangan mekanik. Secara umum, perubahan pada integument
meliputi peningkatan ketebalan kulit dan lemak subkutan,
hiperpigmentasi, pertumbuhan kuku dan rambut, peningkatan
aktivitas kelenjar keringat, dan peningkatan sirkulasi dan aktivitas
vasomotor.
h. Perubahan pada sistem metabolic
Basal Metabolism Rate umumnya meningkat 15-20%
terutama pada trimester III dan akan kembali ke kondisi sebelum
hamil pada 5-6 hari postpartum. Peningkatan BMR menunjukkan
peningkatan kebutuhan dan pemakaian oksigen. Vasodilatasi
perifer dan peningkatan aktivitas kelenjar keringat membantu
mengeluarkan kelebihan panas akibat peningkatan BMR selama
hamil. Ibu mungkin tidak dapat menoleransi suhu lingkungan yang
sedikit panas. Kelemahan dan kelelahan setelah aktivitas fisik
ringan, rasa mengantuk mungkin dialami oleh ibu sebagai akibat
peningkatan aktivitas metabolime.
i. Kenaikan pada berat badan ibu
Penambahan berat badan yang diharapkan selama
kehamilan bervariasi antara ibu yang satu dengan lainnya. Faktor
utama yang menjadi pertimbangan untuk rekomendasikan kenaikan
BB adalah kesesuaian BB sebelum hamil terhadap tinggi badan,
yaitu apakah ibu tergolong kurus, normal, atau gemuk.
7. Tanda – Tanda Kehamilan
a. Tanda-tanda Diduga Hamil
Tanda-tanda kehamilan antara lain:
1) Amenorea (haid tidak datang)
2) Payudara tegang
3) Mengidam (ingin makanan khusus)
4) Mual dan muntah di pagi hari (morning sickness)
5) Hipersalivasi
6) Konstipasi
7) Pigmentasi kulit
b. Tanda Kemungkinan Hamil
Berikut tanda-tanda kemungkinan hamil:
1) Pembesaran rahim dan perut
2) Tanda hegar
3) Tanda chadwik
4) Tanda discasek
5) Teraba ballottement
6) Reaksi pemeriksaan kehamilan positif
c. Tanda Pasti Hamil
Berikut tanda-tanda apabila kehamilan pasti terjadi:
1) Gerakan dan keberadaan janin dalam rahim terasa
2) Pemeriksaan USG
3) Terdengar denyut jantung janin (Wagiyo & Putrono, 2016)
8. Pemeriksaan Kehamilan (Leopold I-IV)
a. Melakukan pemeriksaan Leopold I untuk menentukan bagian janin
yang ada di fundus.
Jika kepala janin yang berada di fundus, maka palpasi akan
teraba bulat, keras dan dapat digerakkan (Ballotement). Jika
bokong yang terletak di fundus, maka pemeriksa akan meraba
suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar, dan lebih lunak dari
kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa penuh. Pada
letak lintang, palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.
Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap ke arah
kepala ibu.
2) Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak
fundus uteri. Rasakan bagian janin yang berada pada bagian
fundus (bokong, kepala, atau kosong).
Perkiraan tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan
menurut Leopold adalah sebagai berikut. 20 minggu: 20 cm, 24
minggu: +28 cm, 32 minggu: + 32 cm, 36 minggu: + 34-36
minggu.
b. Melakukan pemeriksaan Leopold II
Bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang
keras pada beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur,
sedangkan bila teraba adanya bagian bagian kecil yang teratur dan
mempunyai banyak tonjolan, serta dapat bergerak dan menendang,
maka bagian tersebut adalah kaki, lengan, dan lutut. Bila punggung
janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin berada
pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior). Cara
melakukannya adalah sebagai berikut:
1) Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan
lakukan tekanan yang lembut, tetapi cukup dalam untuk
meraba dari kedua sisi.
2) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap kepala ibu.
3) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah
sampai di samping kiri dan kanan umbilikus.
4) Secara berlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk
menentukan pada sisi mana terletak punggung, lengan, dan
kaki.
5) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi
auskultasi DJJ nantinya.
c. Melakukan pemeriksaan Leopold III untuk menentukan bagian
janin yang berada pada bagian terbawah.
Apabila bagian janin dapat digerakkan ke arah kranial ibu,
maka bagian terbawah dari janin belum melewati pintu atas
panggul. Bila kepala yang berada di bagian terbawah coba untuk
menggerakkan kepala bila kepala tidak digerakan lagi, maka kepala
sudah engaged dan bila tidak dapat diraba adanya kepala atau
bokong, maka letak janin adalah melintang. Cara melakukannya
adalah sebagai berikut:
1) Lutut ibu dalam keadaan fleksi.
2) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi ibu. Coba untuk
menilai bagian janin apa yang berada di sana.
3) Bagian terendah janin dicekap di antara ibu jari dan telunjuk
tangan kanan.
4) Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah
bagian tersebut sudah mengalami engagement atau belum.
d. Melakukan Leopold IV untuk menentukan presentasi dan
engagement (sampai berapa jauh derajat desensus janin dan
mengetahui seberapa bagian kepala janin masuk ke pintu atas
panggul).
Pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III,
menilai bagian janin terbawah yang berada di dalam panggul, dan
menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui pintu atas
panggul.Cara melakukannya sebagai berikut:
1) Pemeriksa menghadap ke kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada
posisi fleksi.
2) Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen
dan coba untuk menekan ke arah pintu atas panggul (Rahayu,
2016).
9. Perhitungan Tafsiran Partus
Ada tiga cara untuk mengetahui masa persalinan, yaitu:
a. Dengan menghitung TFU (Tinggi Fundus Uteri). Pemeriksaan
dilakukan oleh tenaga medis.
b. Dengan gerakan janin yang pertama kali dirasakan. Jika ini adalah
kehamilan pertama, maka Ibu akan merasakan gerakan janin pada
usia kehamilan 19-21 minggu. Namun, jika ini adalah kehamilan
kedua atau seterusnya, maka Ibu akan merasakan gerakan janin
lebih cepat, yaitu pada usia kehamilan 17-19 minggu.
c. Dengan menggunakan rumus Neagle. Dalam dunia kesehatan,
rumus ini digunakan untuk menentukan kapan Ibu akan
melahirkan. Rumus ini juga dapat digunakan untuk Ibu dengan
jadwal haid yang teratur (28 hari). Jangan khawatir dengan
perhitungan lainnya yang memiliki siklus haid teratur, namun lebih
pendek atau panjang. Digital
1) Siklus normal 28 hari
Dengan hari haid pertama, tambahkan tujuh. Untuk
bulannya, kurangkan tiga, lalu tahunnya ditambahkan satu.
Namun, jika Ibu Anda dalam kurun bulan Januari, Februai, dan
Maret, rumusnya dapat diganti. Rumusnya menjadi tambahkan
tujuh untuk harinya dan bulannya ditambah sembilan,
sedangkan tahunnya tetap.
2) Siklus pendek (14-26 hari)
Jika Ibu memiliki siklus haid yang pendek antara 14-26
hari, misalnya siklus 26 hari, maka tafsiran persalinan
dimundurkan dua hari. Ini dikarenakan rumus Neagle berlaku
untuk siklus 28 hari. Jadi, jika Ibu memiliki siklus lebih pendek
antara 14 26 hari, kurangi saja siklus normal dengan siklus
pendek.
3) Siklus panjang (31-40 hari)
Perhitungan dengan menggunakan masa haid dengan siklus
panjang tidak jauh berbeda de ngan perhitungan sebelumnya
(Pratiwi & Desy, 2016).
10. Perhitungan Tafsiran Berat Janin
Tafsiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan rumus Jolinson
Toshack. Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan
rencana persalinan secara spontan. Rumus tersebut adalah :

Taksiran Berat Janin (TBJ)= (Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) - N) x 155
Dengan interpretasi hasil
N : 11 bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika
N : 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
N : 13 bila kepala belum lewat PAP (Syaiful & Fatmawati, 2019).

B. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Arisdiani &
Hastuti, 2020)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual yang berlebihan, sehingga
menganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
kehamilan trisemester 1, kurang lebih 6 minggu (Ratnawati, 2019).
Hiperemesis Gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis,
pielititis, dan sebagainya (Nugroho, 2017)
2. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,
namun diduga dipengaruhi oleh berbagai factor:
a. Faktor predisposisi, seperti primigravida, mola hidatidosa, dan
kehamilan ganda.
b. Faktor organik, seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam
sirkulasi, perubahan metabolik, akibat kehamilan dan retensi ibu
yang menurun
c. Faktor psikologi (Ratnawati, 2019).
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia, namun diduga dipengaruhi oleh berbagai
factor yaitu faktor predisposisi misalnya primigravida, faktor organik
dan psikologis (Arisdiani & Hastuti, 2020).
Faktor pemicu terjadinya Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil
belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan oleh karena beberapa
hal, seperti faktor hormonal, psikologis, paritas, nutrisi dan alergi,
genetik, usia, aktivitas, dan bakteri Helicobacter pylori (Rorrong et al.,
2021)
3. Patofisiologi
Patofisiologi Ibu dengan hiperemesis gravidarum, Rasa mual
terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga
memengaruhi sistem pencernaan tetapi mual dan muntah yang terjadi
terus-menerus da mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia
serta penurunan klorida urine. Muntah yang terus-menerus selanjutnya
akan mengakibatkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah
ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian
cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan
merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek
(sindrom Mallory-Weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal
(Ratnawati, 2019).
4. Manifestasi Klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi
menjadi tiga tingkatan:
a. Tingkat 1
Muntah terus-menerus memengaruhi keadaan umum
menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan berat badan
turun, dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi ibu biasanya naik
menjadi 100 kali/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit
menurun, lidah kering, dan mata cekung
b. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan
cepat, suhu tubuh terkadang naik, serta mata sedikit ikretik. Berat
badan ibu turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria,
konstipasi, dan nafas bau aseton.
c. Tingkat III
Kesadaran ibu menurun dari sombolen hingga koma,
muntah berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta
tekanan darah semakin turun (Ratnawati, 2019).
5. Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan
dengan tahapan sebagai berikut
a. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan
pertukaran udara yang baik.
b. Kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5% dalam cairan
fisiologis sebanyak 2 - 3 liter sehari.
c. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
d. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan
minum sedikit demi sedikit.
e. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
f. Pada keadaan yang lebih berat, berikan antiemetik seperti
metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau klorpromazin
g. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya
bisa disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan
kehamilan dan konflik yang melatarbelakangi hyperemesis
(Ratnawati, 2019).

C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk
mengunpulkan data, mengelompokkan, dan menganalisis sehingga
didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama
pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus-menerus
mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkinkan perawat meren
canakan asuhan keperawatan (Ratnawati, 2019).
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data ibu dengan hiperemesis gravidarum terdiri dari :
1) Data riwayat kesehatan
Data riwayat kesehatan yang diperlukan, yaitu:
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang ter dapat keluhan
yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala
hyperemesis gravidarum:
(1) Mual dan muntah yang terus-menerus merasa lemah,
dan kelelahan.
(2) Ibu merasa harus dan terasa asam di mulut, kontipasi,
dan demam.
(3) Ibu mengalami penurunan berat badan.
(4) Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, taki kardia, mata cekung, dan
ikterus.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yang ditemukan, antara lain:
(1) Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis
gravidarum sebelumnya.
(2) Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang menye
babkan mual dan muntah.
2) Data fisik biologis
Data fisik bilogis yang dapat ditemukan pada ibu dengan
hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut:
a) Mamae yang membengkak dan hiperpigmentasi pada aerola
mamae
b) Terdapat kolasma gravidarum, mukosa membran, dan bibir
kering
c) Turgor kulit buruk, mata cekung, dan sedikit ikterik.
d) Ibu tampak pucat dan lemah, takikardi, hipotensi serta
pusing, dan kehilangan kesadaran
3) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang ditemukan pada ibu dengan
hiperemesis gravidarum, antara lain:
a) Kemungkinan menarche usia 12 14 tahun
b) Siklus 28-30 hari
c) Lamanya 5-7 hari
d) Banyaknya 2-3 kali ganti pembalut/hari
e) Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit
kepala, dan muntah.
4) Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan dan persalinan yang dite mukan pada
ibu dengan hiperemesis gravidarum, antara lain:
a) Hamil muda ibu pusing, mual, dan muntah serta tidak nafsu
makan
b) Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenal
kenaikan berat badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran
6) Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat
diketahui keadaan jiwa ibu sehubungan dengan perilaku
terhadap kehamilan. Data psikologi yang kemungkinan
ditemukan adalah
a) Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut
akan kegagalan persalinan mudah menangis, serta
kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah.
b) Pola pertahanan diri (koping) yang digu nakan ibu
bergantung pada pengalaman nnya terhadap kehamilan serta
dukungan dari keluarga dan perawat.
7) Data sosial ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan
ekonomi, namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi
mengengah ke bawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan yang dimiliki.
8) Data penunjang
Data penunjang yang didapat dari hasil laboratorium adalah
pemeriksaan darah dan urine.
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobin dan
hematokrit yang meningkat menun jukkan hemokonsentrasi
yang berkaitan dengan dehidrasi.
b) Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urinalis yaitu urine yang sedikit dan
konsetrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya
aseton di dalam urine (Ratnawati, 2019)
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di
alaminya, yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan Hiperemesis Gravidarum adalah:
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Hipovelemia
c. Defisit Nutrisi
d. Hipertermi
e. Nyeri Akut
f. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
g. Intoleransi Aktifitas
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan ( Kriteria Hasil ) ( Intervensi ) Rasional
(PPNI Pokja, 2016) (PPNI Pokja, 2019) (PPNI Pokja, 2018)
Pola Napas Tidak Setelah Dilakukan Manajemen Jalan Napas Observasi
Efektif Intervensi selama 3x24 Observasi 1. Mengetahui status
Jam, Maka pola napas 1. Monitor pola napas pernafasan pada pasien
membaik (frekuensi, kedalaman, 2. Mengetahui penyebab
Kriteria hasil : usaha napas) bunyi napas tambahan
1. Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi napas dalam penegakan masalah
meningkat tambahan (Mis. 3. Melihat dan mengakaji
2. Tekanan ekspirasi Gurgling,mengi) pengeluaran sputum yang
meningkat 3. Monitor sputum menghambat proses
3. Tekanan inspirasi (jumlah,warna,aroma) pernapasan
meningkat Terapeutik Terapeutik
4. Penggunaan otot bantu 1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Dapat mebuka jalan napas
napas menurun napas dengan head-tilt dan dan mempertahankan
5. Frekuensi Napas chin-it jaw-thrust jika curiga kepatenan jalan napas
Membaik trauma servikal) 2. Memeberikn posisi yang
6. Kedalaman Napas 2. Posisikan semi-Fowler atau nyaman
Membaik Fowler 3. Memepertahankan saturasi
3. Berikan oksigen, jika perlu oksigen
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 1. Memberikan cairan sesuai
2000 ml/hari, jika tidak kebutuhan
kontraindikasi 2. Mempertahankan
2. Ajarkan teknik batuk efektif kepetenan jalan napas
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Memepercepat proses
bronkodilator, ekspektoran, pengobatan
mukolitik, jika perlu.
Hipovelemia Setelah Dilakukan Manajemen Hipovolemia Observasi
Intervensi selama 3x24 Observasi 1. Untuk mengetahui Tanda
Jam, Maka status cairan 1. Periksa tanda dan gejala kekurangan cairan tubuh
membaik hipovolemia (mis. frekuensi 2. Untuk mengumpulkan dan
Kriteria hasil : nadi meningkat, nadi teraba menganalisis data pasien
1. Kekuatan nadi lemah, tekanan darah untuk mengatur
meningkat menurun, tekanan nadi keseimbangan cairan
2. Turgor kulit meningkat menyempit, turgor kulit Terapeutik
3. Output urine menurun, membran mukosa 1. Untuk megetahui keluaran
meningkat kering, volume urine dan masukan cairan
4. Pengisian vena menurun, hematocrit 2. Untuk memberikan posisi
meningkat meningkat, haus, lemah) yang nyaman
5. Ortopnea menurun 2. Monitor intake dan output 3. Untuk mempertahankan
6. Dispnea menurun cairan cairan
7. Paradoxymal Nocturnal Terapeutik Edukasi
Dyspnea (PND) 1. Hitung kebutuhan cairan 1. Memberikan pemahaman
menurun 2. Berikan posisi modified tentang pentingnya cairan
8. Edema anasarka Trendelenburg untuk tubuh
menurun 3. Berikan asupan cairan oral 2. Untuk memberikan
9. Edema perifer menurun Edukasi kenyamanan
1. Anjurkan memperbanyak Kolaborasi
asupan cairan oral 1. Untuk memberikan cairan
2. Anjurkan menghindari secara parenteral
perubahan posisi 2. Untuk memberikan cairan
mendadak secra parenteral.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Defisit Nutrisi Setelah Dilakukan Manajemen Nutrisi Observasi
Intervensi selama 3x24 Observasi 1. Untuk mengetahui status
Jam, Maka status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi nutrisi
membaik 2. Identifikasi alergi dan 2. Untuk mengetahui
Kriteria hasil : intoleransi makanan makanan yang dapat
1. Kekuatan otot 3. Identifikasi makanan yang membuat alergi dan
pengunyah meningkat disukai menimbulkan masalah
2. Kekuatan otot menelan 4. Identifikasi kebutuhan baru
meningkat kalori dan jenis nutrient 3. Mengetahui stsus nutrisi
3. Serum albumin 5. Monitor asupan makanan 4. Mengetahui jumlah
meningkat 6. Monitor berat badan makanan dan jenis
4. Verbalisasi keinginan Terapeutik makanan yang dikonsumsi
untk meningkatkan 1. Lakukan oral hygiene 5. Untuk memantau
nutrisi meningkat sebelum makan, jika perlu penurunan dan
5. Pengetahuan tentang 2. Berikan makanan tinggi pertambahan berat badan
pilihan makanan yang kalori dan tinggi protein Terapeutik
sehat meningkat 3. Berikan suplemen makanan, 1. Untuk menciptakan
6. Pengetahuan tentang jika perlu kebersihan sebelum
pilihan minuman yang Edukasi melakukan aktifitas makan
sehat meningkat 1. Anjurkan posisi duduk, jika 2. Untuk memenuhi
7. Pengetahuan tentang mampu kebutuhan kalori dan
standar asupan nutrisi Kolaborasi protein
yang tepat meningkat 1. Kolaborasi pemberian 3. Untuk memberikan
medikasi sebelum makan suplemen penambah nafsu
(mis. pereda nyeri, makan
antiemetik), jika perlu Edukasi
1. Memberikan posisi
nyaman
Kolaborasi
1. Untuk menunjang proses
pemasukan makanan
Hipertermi Setelah Dilakukan Manajemen Hipertermia Observasi
Intervensi selama 3x24 Observasi 1. Untuk mengetahui
Jam, Maka termoregulasi 1. Identifikasi penyebab penyebab terjadinya
membaik hipertermia (mis. dehidrasi, deman
Kriteria hasil : terpapar lingkungan panas, 2. Untuk mengetahui suhu
1. Menggigil menurun penggunaan incubator) tubuh dan merumuskan
2. Kulit merah menurun 2. Monitor suhu tubuh masalah
3. Piloereksi menurun 3. Monitor kadar elektrolit 3. Memantau kadar elektrolit
4. Vasokontriksi perifer 4. Monitor haluaran urine dlam tubuh
menurun 5. Monitor komplikasi akibat 4. Memantau proses
5. Pucat menurun hipertermia pengeluaran cairan
6. Takikardi menurun Terapeutik 5. Memantau jika terjadi
7. Takipnea menurun 1. Sediakan lingkungan yang komplikasi dari demam
8. Suhu tubuh membaik dingin Terapeutik
9. Suhu kulit membaik 2. Berikan cairan oral 1. Memberikan Lingkungan
3. Berikan oksigen, jika perlu yang nyaman
Edukasi 2. Untuk memenuhi
1. Anjurkan tirah baring kebutuhan cairan sehingga
Kolaborasi tidak terjadi dehidrasi
1. Kolaborasi pemberian 3. Mempertahankan saturasi
cairan dan elektrolit oksigen
intravena, jika perlu Edukasi
1. Memberikan kenyamanan
Kolaborasi
1. Untuk mempercepat
Proses penyembuhan.
Nyeri Akut Setelah Dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
Intervensi selama 3x24 Observasi 1. Mengetahui intensitas nyeri
Jam, Maka Tingkat Nyeri 1. Identifikasi lokasi, yang dirasakaan oleh klien
Menurun, dengan Kriteria karakteristik, durasi, 2. Mengetahui keadaan klien
Hasil: frekuensi, kualitas, 3. Mengetahui keadaan yang
Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri dirasakan
1. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri 4. Mlihat respon terhadap
2. Sikap protektif 3. Identifikasi faktor yang penggunaan obat
menurun memperberat dan Terapeutik
3. Gelisah menurun memperingan nyeri 1. Mengurangi rasa nyeri
4. Kesulitan tidur 4. Monitor efek samping tanpa obat
menurun peggunaan analgetik 2. Memberikan keamaann dan
5. Menarik diri menurun Terapeutik kenyamaanan pada klien
1. Berikan teknik Edukasi
nonfarmakologis untuk 1. Memberikan pemahaman
mengurangi rasa nyeri mengenai proses terjadinya
2. Kontrol lingkungan yang nyeri
memperberat rasa nyeri 2. Dapat mengetahui
Edukasi penanganan nyeri secara
1. Jelaskan penyebab, periode, mandiri
dan pemicu nyeri Kolaborasi
2. Anjurkan memonitor nyeri 1. Untuk menunjang proses
secara mandiri penyembuhan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Integritas Setelah Dilakukan Perawatan Integritas Kulit Observasi
Kulit/Jaringan Intervensi selama 3x24 Observasi 1. Mengetahui penyebab
Jam, Maka integritas kulit 1. Identifikasi penyebab terjadinya gangguan pada
dan jaringan meningkat gangguan integritas kulit kulit
Kriteria hasil : (mis. perubahan sirkulasi, Terapeutik
1. Elastisitas meningkat perubahan status nutrisi, 1. Memeberikan posisi yang
2. Hidrasi meningkat penurunan kelembaban, nyaman
3. Perfusi jaringan suhu lingkungan ekstrem, 2. Agar tidak terjadi masalah
meningkat penurunan mobilitas) tambahan
4. Kerusakan jaringan Terapeutik 3. Untuk memberikan
menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika kelembaban pada kulit
5. Kerusakan lapisan tirah baring Edukasi
kulit menurun 2. Lakukan pemijatan pada 1. Memepertahankan
6. Tekstur membaik area penonjolan tulang, jika kelembaban kulit
perlu 2. Asupan air yang cukup
3. Gunakan produk berbahan dapat melembabkan kulit
petrolium atau minyak pada
kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis lotion,
serum)
2. Anjurkan minum air yang
cukup
Intoleransi Aktifitas Setelah Dilakukan Manajemen Energi Observasi:
Intervensi selama 3x24 Observasi 1. Untuk menilai keadaan
Jam, Maka toleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi umum klien
Aktifitas Meningkat, tubuh yang mengakibatkan 2. Memberikan relaksasi
dengan Kriteria Hasil: kelelahan 3. Melihat dan mengetahui
1. Kemudahan dalam 2. Monitor pola dan jam tidur lokasi untuk menjaga
melakukan aktifitas 3. Monitor lokasi dan keamanan
sehari-hari ketidaknyamanan selama Terapeutik
2. Kekuatan tubuh bagian melakukan aktivitas 1. Lingkungan yang aman
atas Terapeutik dapat memberikan
3. Kekuatan tubuh bagian 1. Sediakan lingkungan keamaanan dalam proses
bawah nyaman dan rendah stimulus penyembuhan
1. (mis. cahaya, suara, 2. Latihan gerak dapat
kunjungan) memberikan proses
2. Lakukan latihan rentang penyembuhan
gerak pasif dan/atau aktif Edukasi
Edukasi 1. Memeberikan posisi yang
1. Anjurkan tirah baring aman dan nyaman
2. Anjurkan melakukan 2. Memberikan pemahaman
aktivitas secara bertahap kepada klien
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi Memberikan asupan makan
tentang cara meningkatkan dengan baik
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Arisdiani, T., & Hastuti, Y. D. (2020). Tingkat Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
Hamil Trimester I di Kabupaten Kendal. Jurnal Kebidanan Malakbi, 1(2),
50. https://doi.org/10.33490/b.v1i2.300
Mappaware, N. A., Muchlis, N., & Samsualam. (2020). Kesehatan Ibu dan Anak:
Dilengkapi dengan studi kasus dan alat ukur kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan anak (Pertama). Yogyakarta: DEEPUBLISH: CV.Budi Utama.
Mustar, & Indriyani. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Tingkat Ii Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Taretta
Kecamatan Amali. Jurnal Ilmiah Bidan, 5(1).
Nugroho, T. (2017). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI Pokja, T. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI Pokja, T. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI Pokja, T. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (II). Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Pratiwi, W. M., & Desy, E. (2016). Diary Pintar Bunda Hamil. Elex Media
Komputindo.
Rahayu, A. P. (2016). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas (Pertama).
DEEPUBLISH: CV.Budi Utama.
Rahyani, N. K. Y., Lindayani, I. K., Suarniti, N. W., Mahayati, N. M. D., Astiti,
N. K. E., & Dewi, I. N. (2020). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Patologi Bagi
Bidan (Pertama). Yogyakarta: ANDI.
Ratnawati, A. (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas (Pertama (I). PUSTAKA
BARU PRESS.
Rorrong, J. F., Wantania, J. J. E., & Lumentut, A. M. (2021). Hubungan
Psikologis Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum. 9(28),
218–223.
Suaryasa, K. (2020). Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia (Pertama). Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Jakarta:
CV.Jagad Publishing.
Wagiyo, & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal,Intranatal,Dan Bayi
Baru Lahir: Fisiologis dan Patologis (S. Wibowo (ed.); I). Yogyakarta: CV.
ANDI OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai