Oleh :
YUNI INDRAWATI
NIM : 130803038
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan Asuhan Kebidanan ini mahasiswa mampu
mengembangkan keterampilan Asuhan Kebidanan pada bayi dengan CKD (Cronic Kidney
Disease)
2.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya ialah :
1. Mahasiswa mampu megidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada An. H umur
13 tahun dengan CKD (Cronic Kidney Disease)
2. Mahasiswa mampu merumuskan masalah kebidanan pada An. H umur 13 tahun
dengan CKD (Cronic Kidney Disease)
3. Mahasiswa mampu dan bisa membuat rencana asuhan kebidanan pada An. H umur
13 tahun dengan CKD (Cronic Kidney Disease)
4. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada An. H umur 13 tahun
dengan CKD (Cronic Kidney Disease)
5. Mahasiswa bisa melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada An. H umur 13 tahun dengan CKD (Cronic Kidney Disease)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron
ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
9. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
10. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital
pada leher kandung kemih dan uretra
2.1.3 KLASIFIKASI CKD
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease (CKD). Pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada
terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada
kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/ merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test)
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3
stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure
(CRF) dibagi 3 stadium :
1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
Kreatinin serum dan kadar BUN normal
Asimptomatik
Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II : Insufisiensi ginjal
Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
Kadar kreatinin serum meningkat
Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
a. Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b. Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian
CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89
mL/menit/1,73 m2)
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
5. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal
Kardiovaskular Hipertensi
Retinopati dan enselopati hipertensif
Beban sirkulasi berlebihan
Edema
Gagal jantung kongestif
Perikarditis (friction rub)
Disritmia
Pernafasan Pernafasan Kusmaul, dispnea
Edema paru
Pneumonitis
Hematologik Anemia menyebabkan kelelahan
Hemolisis
Kecenderungan perdarahan
Menurunnya resistensi terhadap infeksi (ISK,
pneumonia,septikemia)
2.1.5 PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendahdari
itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
sebenarnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat
dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea
darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling
sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN
tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam
diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium
dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan
kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai
kecenderungan untuk kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburuk status uremik.
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk
menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) .
penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan
sesak napas.
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme
kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan
menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum
fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal
ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon
dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga
metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di
ginjal menurun.
6. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan
keseimbangan parathormon
2.1.6 KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. neuropati perifer
10. hiperuremia
2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal : Ureum kreatinin, Asam urat serum.
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal: Analisis urin rutin, Mikrobiologi urin, Kimia
darah, Elektrolit, Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit : Progresifitas penurunan fungsi ginjal, Ureum
kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT). GFR / LFG dapat dihitung dengan
formula Cockcroft-Gault:
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
d. Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan, Elektrolit : Na+, K+,
HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+. Endokrin : PTH dan T3,T4
e. Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal,
misalnya: infark miokard.
2.1.8 DIAGNOSTIK
a. Etiologi CKD dan terminal: Foto polos abdomen, USG, Nefrotogram,
Pielografi retrograde, Pielografi antegrade, Mictuating Cysto Urography
(MCU).
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal: RetRogram, USG
ANATOMI GINJAL
2.1.9 PENATALAKSANAAN
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease
(CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.Tujuan terapi
konservatif :
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi.
b. Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.
d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
Prinsip terapi konservatif :
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal.
a) Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.
b) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan
hipotensi.
c) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.
d) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.
e) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.
f) Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis yang kuat.
g) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi medis
yang kuat.
b. Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
a) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.
b) Kendalikan terapi ISK.
c) Diet protein yang proporsional.
d) Kendalikan hiperfosfatemia.
e) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.
f) Terapi hIperfosfatemia.
g) Terapi keadaan asidosis metabolik.
h) Kendalikan keadaan hiperglikemia.
c. Terapi alleviative gejala asotemia
a) Pembatasan konsumsi protein hewani.
b) Terapi keluhan gatal-gatal.
c) Terapi keluhan gastrointestinal.
d) Terapi keluhan neuromuskuler.
e) Terapi keluhan tulang dan sendi.
f) Terapi anemia.
g) Terapi setiap infeksi.
2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum
K+ (hiperkalemia ) :
1. Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.
2. Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan 7,35
atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
b. Anemia
1. Anemia Normokrom normositer: Berhubungan dengan retensi toksin
polyamine dan defisiensi hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating
Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human
Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per kg BB.
2. Anemia hemolisis: Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang
dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau
peritoneal dialisis.
3. Anemia Defisiensi Besi: Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan
perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti
hemodialisis ). Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah merupakan
salah satu pilihan terapi alternatif ,murah dan efektif, namun harus diberikan
secara hati-hati.
Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :
a) HCT < atau sama dengan 20 %
b) Hb < atau sama dengan 7 mg5
c) Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum anemia dan high
output heart failure
Komplikasi tranfusi darah :
a) Hemosiderosis
b) Supresi sumsum tulang
c) Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia
d) Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV
e) Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah, penting untuk rencana
transplantasi ginjal.
c. Kelainan Kulit
1. Pruritus (uremic itching) : Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD
dan terminal, insiden meningkat pada klien yang mengalami HD. Keluhan :
Bersifat subyektif,Bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis, keratotic
papula dan lichen symply
Beberapa pilihan terapi :
a) Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme
b) Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin )
c) Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6 mg, terapi ini
bisa diulang apabila diperlukan
d) Pemberian obat : Diphenhidramine 25-50 P.O, Hidroxyzine 10 mg P.O
2. Easy Bruishing: Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa
berhubungan denga retensi toksin asotemia dan gangguan fungsi trombosit.
Terapi yang diperlukan adalah tindakan dialisis.
d. Kelainan Neuromuskular
Terapi pilihannya : HD reguler, Obat-obatan : Diasepam, sedatif, Operasi sub total
paratiroidektomi.
e. Hipertensi
Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa : volum dependen hipertensi, tipe
vasokonstriksi atau kombinasi keduanya. Program terapinya meliputi : Restriksi
garam dapur, Diuresis dan Ultrafiltrasi, Obat-obat antihipertensi.
3. Terapi pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada
LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis
peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
a. Dialisis yang meliputi :
1) Hemodialisa : Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah
gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh
terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk
faal ginjal (LFG). Secara khusus, indikasi HD adalah Pasien yang
memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara
sampai fungsi ginjalnya pulih, Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan
hemodialisa apabila terdapat indikasi:
a. Hiperkalemia > 17 mg/lt
b. Asidosis metabolik dengan pH darah < 7.2
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat pasien uremia, asidosis
metabolik berat, hiperkalemia, perikarditis, efusi, edema paru ringan atau
berat atau kreatinin tinggi dalam darah dengan nilai kreatinin > 100 mg
e. Kelebihan cairan
f. Mual dan muntah hebat
g. BUN > 100 mg/ dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )
h. preparat (gagal ginjal dengan kasus bedah )
i. Sindrom kelebihan air
j. Intoksidasi obat jenis barbiturat
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi
elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu
perikarditis, ensefalopati/ neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan
cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi berat, muntah
persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% atau > 40 mmol per
liter dan kreatinin > 10 mg% atau > 90 mmol perliter. Indikasi elektif, yaitu
LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia
berat (Sukandar, 2006).
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)
(2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang
dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala
uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala
dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya
indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru,
hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.
Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang
telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan
ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput
semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup
baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala
yang ada adalah biaya yang mahal (Rahardjo, 2006).
c. Peritoneal Dialisis
adalah Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput
yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Cairan dimasukkan melalui
sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut.
Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari
aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan
dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
Peritoneum merupakan suatu membran yang dapat melakukan dialisis, yaitu
suatu proses terjadinya bahan-bahan didalam suatu larutan dapt dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Prosedur dialisis peritoneum dilakukan dengan
memasukan cairan tertentu kedalam rongga peritoneum, sebagai usaha untuk
mempebaharui keseimbangan cairan dan elektrolit secara terus-menerus
sebagai pengobatan.
2.2 MANAJEMEN VARNEY
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Nama anak
R/ Untuk mengenal/memanggil pasien agar tidak keliru dengan pasien yang
lain.
b. Umur
R/ Untuk menenetukan dosis obat yang diberikan sesuai dengan umur pasien.
c. Tanggal dan jam lahir
R/ Tanggal dan jam lahir pasien dikaji untuk mengetahui umur pasien.
d. Pendidikan orang tua
R/ Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua pasien
e. Pekerjaan orang tua
R/ Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi pasien.
f. Penghasilan
R/ Untuk mengetahui status ekonomi pasien.
g. Alamat
R/ Untuk mengetahui pasien tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada
nama yang sama.
2. Alasan Datang
Untuk memeriksakan keadaan pasien.
3. Keluhan Utama
Urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kemungkinan pasien pernah mengalami kelemahan atau penghentian urine,
kesulitan untuk memulai dan mengakhiri proses berkemih, nyeri terbakar saat
berkemih, darah dalam urine, tidak mampu berkemih, dan disertai dengan keluhan
bengkak-bengkak/edema pada ekstremitas, dan perut kembung.
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Adanya penyakit gagal ginjal, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan
obat – obat nefrotoksik, riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya.
a. Prenatal: pada saat ibu hamil apakah ibu pernah mengalami infeksi saluran
kemih ,hipertensi, anemia serta kurang konsumsi air putih.
b. Natal : pernah mengalami trauma jalan lahir, saat persalinan sedang mengidap
ISK.
c. Post natal : Setelah lahir anak malas minum dan muntah serta pipis sangat sedikit.
5. Riwayat Imunisasi
Yang ditanyakan apakah imunisasi dasar pada anak sudah lengkap / belum, seperti
imunisasi hepatitis, BCG, polio, DPT, campak. .
6. Riwayat Psikososial Budaya
a. Psikologi : Bagaimana perasaan ibu dan keluarga terhadap penyakit pasien
b. Sosial : Siapa yang biasanya mengambil keputusan dlm
keluarganya.
c. Budaya : Budaya apa sajakah yang masih dianut ibu dan seberapa jauh
kepercayaan yang masih dianut.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Biasanya pada penderita gagal ginjal kronik nafsu makan menurun.
b. Eliminasi
BAK : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut),
abdomen kembung,. Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
oliguria.
BAB: Diare, atau konstipasi
c. Aktivitas dan Istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen),
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
.
B. Data Obyektif
Merupakan data yang diperoleh melalui fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi serta pemeriksaan lain yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Nadi : 60 – 100 x/menit
RR : > 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
2. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Muka : tampak pucat , tampak oedema
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik,konjuntiva merah muda
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : mukosa bibir kering
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan abnormal
Dada : tidak ada retraksi dingding dada
Abdomen : tidak ada pembesaran abdomen
Genetalia : bersih, terpasang Dower Kateter
Anus : Berlubang, tidak ada hemoroid
Ekstremitas: atas : tampak edema, kulit pucat, tampak gangguan kulit (gatal)
Bawah : tampak edema, terdapat gangguan kulit (gatal). Kulit pucat
2) Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : terdapat nyeri tekan
Punggung : terdapat nyeri tekan
Ekstremitas : akral hangat, oedema
3) Auskultasi
Dada : jantung : S1 S2 reguler tidak terdengar suara mur-mur
Paru-paru : terdapat suara tambahan ronchi+/+, Wheezing -/-.
4) Perkusi
Punggung : kaget dan kesakitan saat diketuk.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Lengkap
Blood ureum nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat,
magnesium meningkat, kalsium menurun, protein menurun. Ditujukkan
untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi gagal ginjal kronik.
b. EKG (Elektrokardiogram)
Adanya ketidakseimbangan elektrolit asam/basa Hiperkalemia,
Hipokalsemia
c. Fhotopolos abdomen
Terdapat obstruksi oleh karena batu atau massa tumor saluran kemih.
d. Foto Dada
Adanya bendungan paru akibat kelebihan air (Fluit Overload)
e. USG Ginjal
Tampak kedua ginjal mengecil dengan echodifferensiasi tidak jelas.
f. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
LFG < 15 mL/menit/1,73m2 menunjukkan kerusakan ginjal tahap 5
Data Subyektif :
Data Obyektif :
Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah Lengkap
Blood ureum nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat,
magnesium meningkat, kalsium menurun, protein menurun. Ditujukkan
untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi gagal ginjal kronik.
b. EKG (Elektrokardiogram)
Adanya ketidakseimbangan elektrolit asam/basa Hiperkalemia,
Hipokalsemia
c. Fhotopolos abdomen
Terdapat obstruksi oleh karena batu atau massa tumor saluran kemih.
d. Foto Dada
Adanya bendungan paru akibat kelebihan air (Fluit Overload)
e. USG Ginjal
Tampak kedua ginjal mengecil dengan echodifferensiasi tidak jelas.
f. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
LFG < 15 mL/menit/1,73m2 menunjukkan kerusakan ginjal tahap V.
III. Identifikasi Masalah Potensial
-
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
-
V. Intervensi
Diagnosa : An. … Umur … Dengan CKD Stage V
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x 24 jam di harapkan
KU dapat berangsur membaik.
Kriteria hasil :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV dalam batas normal
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
RR : 16-24 x/menit
d. Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
e. Muka tidak pucat
f. Berat badan naik
g. Tidak terjadi edema ekstrimitas, jantung dan paru
h. Nafsu makan meningkat
i. Tidak anemia
j. Tidak terjadi kejang
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik dengan pasien dan kelaurga.
Rasional : Terjalin hubungan yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien
dan keluarga.
2. Lakukan pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik pada pasien.
Rasional : Mendeteksi adanya kelainan pada tubuh.
3. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien dan orang tua.
Rasional : Pasien dan orang tua dapat mengetahui kondisi anaknya.
4. Beri Oksigen Nasal Canul 2 liter/menit.
Rasioanl : Pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen.
5. Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya dalam pemberian terapi.
Rasional : Terapi injeksi dan oral dapat membantu pemulihan keadaan pasien.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit nutrisi.
Rasional : Membantu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk hemodilialisa selanjutnya.
Rasional : Membuang produk metabolismr protein seperti urea, kreatinin
VI. Implementasi
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan pasien dan kelaurga.
2. Melakukan pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik pada pasien.
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien dan orang tua.
4. Memberi Oksigen Nasal Canul 2 liter/menit.
5. Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya dalam pemberian terapi..
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit nutrisi.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk hemodilialisa selanjutnya.
VII. Evaluasi
Evaluasi yaitu seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk mengukur
pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kritik, guna mengevaluasi kemampuan
dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga ada umpan balik untuk memperbaiki,
menyusun langkah baru, dalam asuhan kebidanan dan menunjang tanggung jawab
serta gangguan gugat.
Dalam evaluasi menggunakan format SOAP, yaitu :
S : Adalah data yang diperoleh dari anamnese dengn pasien dan keluarga.
O : Adalah data yang diperoleh melalui observasi dan pemeriksaan.
A : Adalah pernyataan yang diambil atas data subyektif dan obyektif.
P : Adalah perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. H No.RM : 1531556
Usia : 13 Tahun Tgl.MRS : 28/10/2015
Jenis Kelamin: perempuan Tgl Pengkajian : 02/11/2015
Alamat : Sukun Malang
Sumber Informasi : Keluarga dan Rekam Medis
B. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan Utama Saat MRS :
muntah tiap kali diberi makan, nyeri perut dan BAB hitam seperti petis 1 kali 1
hari.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Muntah setiap kali makan dan minum
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Anak menderita asma selama 9 tahun, dan ada kelainan pada ginjal.
C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang pernah dialami
Anak menderita Asma sejak usia 9 tahun.
2. Riwayat Kehamilan
* Prenatal
Selama hamil ibu klien rutin memeriksakan kandunganya ke bidan setiap
bulannya. Selama hamil ibu tidak pernah mengalami demam, minum obat/jamu,
pijat.
* Intra Natal
Bayi lahir usia kehamilan 9 bulan, lahir secara SCTP dengan Sungsang. Bayi lahir
dengan berat 2500 gram, lahir langsung menangis.
* Post Natal
An. H minum ASI dari lahir sampai dengan usia 6 bulan. Umur 6-10 bulan anak
makan pendamping bubur susu 3x/hari, kadang makan pisang dan pepaya.
3. Operasi (jenis dan Waktu) : Klien tidak pernah mengalami operasi sebelumnya.
4. Riwayat alergi : Klien memiliki alergi debu, dingin, dan kecapek,an maka
asmanya kambuh
5. Penyakit kronis/akut : tidak ada
6. Terakhir kali MRS : 27 Oktober 2015 di RSI
7. Imunisasi :
UMUR VAKSIN
0 bulan HB0
1 bulan BCG 1, Polio 1
2 bulan DPT 1, Polio 2
3 bulan DPT 2, Polio 3
4 bulan DPT 3, Polio 4
9 bulan Campak
Makan
Minum
F. POLA ELIMINASI
Deskripsi
Item
Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB
Frekuensi/pola 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna kekuningan, bau Warna kekuningan, bau khas
Warna/bau
khas feses feses
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
Terpasang kateter dengan
BAK Frekuensi/pola 4x/ hari produksi urin sebanyak 660 cc/
24 jam
Konsistensi Cair Cair
Warna/bau Kuning jernih Kuning jernih/khas urine
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
1. Kepala& Wajah:
Inspeksi : bentuk simetris, rambut hitam, lurus, distribusi merata, rambut tidak
mudah dicabut, lesi (-), tidak ada kelumpuhan otot-otot facialis.
Palpasi : masa (-), Oedem (-).
2. Mata:
Inspeksi dan palpasi : bentuk simetris, oedem palpebra (-/-), peradangan (-/-), luka
(-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) gangguan penglihatan (-/-).
3. Hidung:
Inspeksi dan palpasi : bentuk simetris, pembengkakan (-),oedem (-), polip (-),
perdarahan (-), pernafasan cuping hidung (-), terpasang O2 canul 2 lpm
4. Mulut dan Tenggorokan:
Inspeksi dan palpasi : mukosa bibir lembab, lesi (-), perdarahan gusi (-), gangguan
menelan (-),lidah klien nampak garis-garis, sianosis (-)
5. Telinga:
Inspeksi dan palpasi : bentuk simetris, lesi -/-, peradangan -/-, kotoran dalam
telinga -/-, perdarahan -/-,gangguan pendengaran (-).
6. Leher:
Inspeksi dan Palpasi : bentuk leher simetris, pembesaran kelenjar tiroid
(-),pembesaran vena jugularis (-), pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran tiroid
(-), kaku kuduk (-).
7. Dada
Ekspansi dinding dada simetris, penggunaan otot bantu nafas
Inspeksi (-), retraksi dinding dada(-) lesi (-), tampak perumbuhan pada
payudara.
Palpasi Nyeri tekan (-)
Perkusi Redup
Auskultasi Paru
Suara Nafas Vesikuler
Suara Ucapan Dapat dievaluasi Dapat
dievaluasi
Bronkoponi/Pectoryloquy/Egophoni (+) (-)
Suara Tambahan Rhonchi Wheezing
Rhonchi/Wheezing
+ + - -
+ + - -
+ + - -
8. Jantung
Pemeriksaaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi Prekordium
Area Aorta-Pulmonum Pulsasi: Ada
Area tricuspid- Pulsasi: Ada
Ventrikelkanan
Letak Ictus Cordis ICS 5 Midclavicula sinistra, teraba
Perkusi
Suara Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS VIII
Batas Kiri : ICS VII Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS V Mid Sternalis Dextra
Auskultasi
BunyiJantung I S1 Tunggal
BunyiJantung II S2 Tunggal
BunyiJantung III Murmur (-), gallop (-)
BunyiJantung IV (-)
Kelainan (-)
9. Punggung :
Inspeksi dan palpasi : bentuk tulang belakang normal, masa (-), oedem (-)
10. Mamae dan Axila:
Inspeksi dan palpasi : masa (-), mamae tampak membesar.
11. Abdomen
Inspeksi massa (-), scar (-), lesi (-) asites (-).
Auskultasi Bising usus (+)
Palpasi Nyeri tekan (-), distensi abdomen (-)
Perkusi Thympani
Lain-lain Tidak ada
12. Genetalia
Inspeksi:lesi (-), eritema (-), peradangan (-), terpasang kateter, tampak tumbuh
rambut diatas simpysis.
13. Anus
Inspeksi : perdarahan (-) benjolan (-)
14. Ekstremitas
Kiri
Lesi (-) Hematom (-) pruritus (+) Kontraktur (-)Edema (-)
Nyeri (-) Clubbing finger (+) Spasme otot (-) sianosis (+),
plug (+) , CRT 3 detik, terpasang infus pada tangan kiri.
Atas
Kanan
Lesi (-)Hematom (-) Kontraktur (-)pruritus (+) Edema (-)
Nyeri (-)Clubbing finger(+) spasme otot (-), mountoux
test, CRT 3 detik
Kiri :
Lesi (-)Hematom (-)Kontraktur (-) pruritus (+) spasme
otot (-)Edema (-) Nyeri (-) Clubbing finger (+) sianosis
(-), CRT 3 detik
Bawah
Kanan :
Lesi (-) Hematom (-) Kontraktur (-)pruritus (+) Spasme
otot (-)Edema (-) Nyeri (-)Clubbing finger (+) sianosis (-),
CRT 3 detik.
Kekuatan 5 5
Otot 5 5
15. Metabolisme/integumen
Kulit
Warna : Pucat (-), Sianotik (-), Abu-abu(-)
Ikterik : (-)
Suhu : 36,7 °C
Pitting edema : (-)
pruritus :(+)
CRT : > 2 detik
Memar : tidak ada
Kemerahan : ada
Peradangan : ada
16. Kuku
Inspeksi dan palpasi : kuku terlihat merah, bersih dan pendek.
17. Neurosensori
1. Pupil: Isokor
2. Reaktif terhadap cahaya: refleks cahaya pada mata kanan dan kiri baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium Tanggal 01 November 2015 pukul : 16: 29
Jenis Hasil Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 7,10 g/dL 11,4 – 15,1
Eritrosit (RBC) 2,62 106/µL 4,0 – 5,0
Leukosit (WBC) 5,28 103/µL 4,7 – 11,3
Hematokrit 21,30 % 38– 42
Trombosit (PLT) 141 103/µL 142 – 424
MCV 81,30 fL 80 – 93
MCH 27,10 pg 27 – 31
MCHC 33,30 g/dL 32 – 36
RDW 13,60 % 11,5 – 14,5
PDW 11,1 fL
MPV 10,8 fL 7,2 – 11,1
P – LCR 29,2 % 15,0 – 25,0
PCT 0,15 %
NRBC Absolute 0,00 103/µL
NRBC Percent 0,0 %
Hitungan Jenis
Eosinofil 10,3 % 0–4
Basofil 0,4 % 0–1
Neurofil 56,7 % 51 – 67
Limfosil 24,2 % 25 – 33
Monosit 8,7 % 2–5
Lain – lain
-
KIMIA KLINIK
Faal Hati
Albumin 3,90 g/dl 3,5- 5,5
Faal Ginjal
Ureum 107,50 mg/dl 16,6 - 48,5
kreatinin 6,47 mg/dl < 1,2
Elektrolit
Kalsium (Ca) 9,9 mg/dl 7,6 – 11,0
Phospor 4,2 mg/dl 2,7 – 4,5
Elektrolit Serum
Natrium (Na) 143 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 3,03 mmol/L 3,5 – 5,0
Klorida (Cl) 107 mmol/L 98 – 106
Penghitungan GFR:
(140-Umur) x Berat Badan
Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika wanita)(ml/menit)
72 x Kreatinin Serum
(140 – 13 ) x 24
Kreatinin = ------------------------------- x 0,85
1 6,47
Kreatinin = 5,56
GFR < 15< 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal = CKD Stadium V
Program Terapi
Pada tanggal : 02 November 2015
a. Oksigen nasal canul 1-2 lpm
b. Injeksi IV :
Metamizole 2x250 mg
Ampicillin 2x600 mg
Furosemid 0,2 mg/ kg / jam
c. Terapi per oral :
Vit A 1x5000iu
Vit BC 1x1tab
Vit C 1x50mg
Vit E 1x50iu
Zink 1x20 mg
d. Diit :
TKCPRG 3 X ½ - 1 porsi
Nefrisol 3x 200 cc
Keadaan umum :
Keadaaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6
TTV : Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5ᴼC
RR : 22x/menit
TD : 80/60 mmHg
Muka : pucat
Mata : sclera tidak ikterus, konjungtiva merah muda
Mulut : mukosa bibir lembab
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, ronchi (+), wheezing (-), ada
pembesaran pada payudara
Abdomen : tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : bersih, tampak adanya rambut pubis,terpasang Dower Cateter
Ektremitas : Atas : pruritus (+)
Bawah : pruritus (+)
1. Pemeriksaan laboratorium
Hasil laboratorium Tanggal 01 November 2015 pukul : 16: 29
Jenis Hasil Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 7,10 g/dL 11,4 – 15,1
Eritrosit (RBC) 2,62 106/µL 4,0 – 5,0
Leukosit (WBC) 5,28 103/µL 4,7 – 11,3
Hematokrit 21,30 % 38– 42
Trombosit (PLT) 141 103/µL 142 – 424
MCV 81,30 fL 80 – 93
MCH 27,10 pg 27 – 31
MCHC 33,30 g/dL 32 – 36
RDW 13,60 % 11,5 – 14,5
PDW 11,1 fL
MPV 10,8 fL 7,2 – 11,1
P – LCR 29,2 % 15,0 – 25,0
PCT 0,15 %
NRBC Absolute 0,00 103/µL
NRBC Percent 0,0 %
Hitungan Jenis
Eosinofil 10,3 % 0–4
Basofil 0,4 % 0–1
Neurofil 56,7 % 51 – 67
Limfosil 24,2 % 25 – 33
Monosit 8,7 % 2–5
Lain – lain
-
KIMIA KLINIK
Faal Hati
Albumin 3,90 g/dl 3,5- 5,5
Faal Ginjal
Ureum 107,50 mg/dl 16,6 - 48,5
kreatinin 6,47 mg/dl < 1,2
Elektrolit
Kalsium (Ca) 9,9 mg/dl 7,6 – 11,0
Phospor 4,2 mg/dl 2,7 – 4,5
Elektrolit Serum
Natrium (Na) 143 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 3,03 mmol/L 3,5 – 5,0
Klorida (Cl) 107 mmol/L 98 – 106
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
V. INTERVENSI
Pukul : 15.00 wib
Diagnosa : An “H” umur 13 Tahun dengan CKD Stage V
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x 24 jam di harapkan
KU membaik
Kriteria hasil :
k. Keadaan umum : Baik
l. Kesadaran : Composmentis
m. TTV dalam batas normal
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
RR : 16-24 x/menit
n. Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
o. Muka tidak pucat
p. Berat badan naik
q. Tidak terjadi edema
r. Nafsu makan meningkat
s. Tidak anemia
t. Tidak terjadi kejang
Intervensi :
8. Lakukan pendekatan terapeutik dengan klien dan keluarga
Rasional : Dengan pendekatan terapeutik maka akan terjalin hubungan yang
baik antara petugas dengan klien dan keluarga
9. Lakukan pemeriksaan TTV pada anak
Rasional : untuk mengetahui kondisi klien dalam keadaan baik atau tidak.
10. Lakukan pengukuran cairan intake dan output
Rasional : untuk mengetahui banyak cairan yang masuk dan keluar dan
mengentahui keseimbangannya
11. Berikan kebutuhan nutrisi sesuai advice dokter
Rasional : nutrisi yang adekuat dapat memperbaiki gizi anak
12. Anjurkan anak makan sedikit tapi sering bila mual
Rasional : dapat meminimalisir rasa mual
13. Berikan Oksigen Nasal Kanul 2 lpm
Rasioanl : pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen
14. lakukan transfusi PRC 2 labu/ hari
Rasional : dengan dilakukan transfusi PRC diharapkan kadar hemoglobin dalam
tubuh dapat kembali normal
15. Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya dalam pemberian terapi.
Rasional : untuk pemberian terapi oral dan injeksi.
I. IMPLEMENTASI
Tanggal : 02 November 2015 Jam : 15.20 WIB
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan klien dan keluarga
Hasil : keluarga merespon dengan baik
2. Melakukan pemeriksaan TTV pada anak
Hasil : didapatkan hasil
TTV : Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5 0C
RR : 22 x/menit
TD : 80/60 mmHg
3. Melakukan pengukuran cairan intake dan output
Hasil : Dalam 24 jam
Intake 24 jam
a. Infuse : 40,8cc / 24 jam
b. minum : 760 cc / 24 jam
c. Total : 800,8 cc
Output 24 jam
Urin : 500cc/24 jam
IWL : 300 cc
Total : 800 cc
Balance = Input - output
= 800,8cc - 800cc
= 0,8 cc
4. Memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai advice dokter
Hasil : Diit TKCPRG 3 X ½ - 1 porsi
Nefrisol 3x 200 cc
5. Memberikan pasien makanan sesuai kebutuhan
Hasi : anak makan sedikit demi sedikit namun sering
6. Memberikan Oksigen Nasal Kanul 2 lpm
Hasil : terpasang oksigen nasal canul 2 lpm
7. Memberikan transfusi PRC 2 labu/ hari
Hasil : pasien sudah dilakukan transfusi masuk PRC yang ke 1 pukul 15.00
wib
8. Berkolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya dalam pemberian terapi.
Hasil :
a. Oksigen nasal canul 1-2 lpm
b. Injeksi IV :
Metamizole 2x250 mg
Ampicillin 2x600 mg
Furosemid 0,2 mg/ kg / jam
c. Terapi per oral :
Vit A 1x5000iu
Vit BC 1x1tab
Vit C 1x50mg
Vit E 1x50iu
Zink 1x20 mg
d. Diit : TKCPRG 3 x ½ - 1 porsi, Nefrisol 3x 200 cc
A. EVALUASI
Tanggal : 02 November 2015 Jam : 16.00 WIB
S : mual dan muntah
O :
Keadaaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : Nadi : 98x/menit
Suhu : 36,5ᴼC
RR : 22x/menit
Muka : pucat
Mata : sclera tidak ikterus, konjungtiva merah muda,pupil isokor
Mulut : mukosa bibir lembab
Leher :tidak adapembesaran kelenjar tiroid dn bendungan vena jugularis
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, ronchi (+), wheezing (-)
Abdomen : tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : bersih, terpasang Dower Cateter
Ektremitas :
Atas : kulit kering, pruritus (+), tidak oedema, CRT 2 detik, akral hangat
Bawah : kulit kering,pruritus (+), tidak oedema, CRT 2 detik, akral hangat
CATATAN PERKEMBANGAN
Muka : pucat
Mata : sclera tidak ikterus, konjungtiva merah muda, pupil isokor
Mulut : mukosa bibir lembab
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, ronchi (+), wheezing (-)
Abdomen : tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : bersih, terpasang Dower Cateter
Ektremitas :
Atas : kulit kering, pruritus (+), tidak oedema, CRT 2 detik, akral hangat
Bawah : kulit kering,pruritus (+), tidak oedema, CRT 2 detik, akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium Tanggal 03 November 2015 pukul : 18.00 wib
Jenis Hasil Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 10,70 g/dL 11,4 – 15,1
Eritrosit (RBC) 3,88 106/µL 4,0 – 5,0
Leukosit (WBC) 5,92 103/µL 4,7 – 11,3
Hematokrit 30,70 % 38– 42
Trombosit (PLT) 145 103/µL 142 – 424
MCV 79,10 fL 80 – 93
MCH 27,60 pg 27 – 31
MCHC 34,90 g/dL 32 – 36
RDW 13,80 % 11,5 – 14,5
PDW 11,2 fL 9 – 13
MPV 10,5 fL 7,2 – 11,1
P – LCR 29,2 % 15,0 – 25,0
PCT 0,15 %
NRBC Absolute 0,01 103/µL
NRBC Percent 0,2 %
Hitungan Jenis
Eosinofil 12,3 % 0–4
Basofil 0,3 % 0–1
Neurofil 60,2 % 51 – 67
Limfosil 18,1 % 25 – 33
Monosit 8,6 % 2–5
Lain – lain
-
KIMIA KLINIK
Faal Ginjal
Ureum 201,30 mg/dl 16,6 - 48,5
Kreatinin 13,05 mg/dl < 1,2
Asam urat 9,4 2,4 – 5,7
Elektrolit
Kalsium (Ca) 4,6 mg/dl 7,6 – 11,0
Phospor 7,2 mg/dl 2,7 – 4,5
Elektrolit Serum
Natrium (Na) 133 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 3,73 mmol/L 3,5 – 5,0
Klorida (Cl) 109 mmol/L 98 – 106
A : AN “H” umur 13 Tahun dengan CKD Stage V
P :
1. Melakukan pemeriksaan TTV pada anak
Hasil : Nadi : 94 x/menit, Suhu : 36,1 0C, RR : 21 x/menit
2. Memberikan Oksigen Nasal Kanul 2 lpm
Hasil : terpasang oksigen nasal canul 2 lpm
3. Berkolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya dalam pemberian terapi.
Hasil :Injeksi IV :
Metamizole 2x250 mg
Ampicillin 2x600 mg
Furosemid 0,8 mg/ kg / jam
Terapi per oral : Zink 1x20 mg
Intake 24 jam
Infuse : 45,6 cc / 24 jam
minum : 605 cc / 24 jam
Total : 650,6 cc
Output 24 jam
Urin : 460cc/24 jam
IWL : 300 cc
Total : 760 cc
Balance = Input - output
= 650,6 cc - 760cc
= - 109,4 cc
5. Memberitahu pasien untuk makan sedikit tapi sering bila muntah
Hasil : pasien makan sedikit demi sedikit bila mual.
CATATAN PERKEMBANGAN
Muka : pucat
Mata : sclera tidak ikterus, konjungtiva merah muda, pupil isokor
Mulut : mukosa bibir lembab
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen : tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : bersih, terpasang Dower Cateter
Ektremitas :
Atas : kulit kering, pruritus (+), tidak oedema, CRT 2 detik, akral hangat
Bawah : kulit kering,pruritus (+), tidak oedema, CRT 2 detik, akral hangat
A : AN “H” umur 13 Tahun dengan CKD Stage V
P :
1. Melakukan pemeriksaan TTV pada anak
Hasil : Nadi : 100 x/menit, Suhu : 36,7 0C, RR : 22 x/menit
2. Memberikan Oksigen Nasal Kanul 2 lpm
Hasil : terpasang oksigen nasal canul 2 lpm
3. Berkolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya dalam pemberian terapi.
Hasil :Injeksi IV :
Metamizole 2x250 mg
Ampicillin 2x600 mg
Furosemid 0,6 mg/ kg / jam
Terapi per oral : Zink 1x20 mg
Intake 24 jam
Infuse : 227,4cc / 24 jam
minum : 600 cc / 24 jam
Total : 827,4 cc
Output 24 jam
Urin : 560cc/24 jam
IWL : 300 cc
Total : 860 cc
Balance = Input - output
= 827,4 - 860
= - 32,6 cc
6. Memberitahu pasien untuk makan sedikit tapi sering bila muntah
Hasil : pasien makan sedikit demi sedikit bila mual.
7. Tunggu hasil lab DL
BAB IV
PEMBAHASAN
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah
serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). (Nursalam,
2006)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner &
Suddart, 2002)
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Anak “H” usia 13 tahun dengan
gagal ginjal kronik stage v, pemberian terapi serta KIE yang diberikan dapat
dilaksanakan sehingga masalah dapat teratasi dengan baik. Pada Anak “H” telah
dilakukan analisa data maka tidak ada kesenjangan dengan teori dan praktik. Dengan
demikian penulis memberikan asuhan kebidanan memperhatikan gejala dan keluhan
yang terjadi sehingga diharapkan tidak terjadi masalah lain yang merugikan pasien.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x 24 jam kondisi pasien bisa berangsur
membaik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
5.2 Saran
5.2.1 Tenaga Kesehatan
Dalam memberikan asuhan pelayanan seorang petugas kesehatan harus memperhatikan
secara teliti keadaan fisik sehingga setelah diberikan tindakan tidak timbul komplikasi
5.2.2 Mahasiswa
Mengharapkan pada mahasiswa untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan tentang
kebidanan, khususnya ilmu tentang asuhan pada anak gagal ginjal kronis dan mampu
memberikan asuhan kebidanan pada anak gagal ginjal kronis sesuai teori dan praktek.
DAFTAR PUSTAKA