NIM : 201604
TINGKAT / SEMESTER : 2 / 4
A. ANATOMI PAYUDARA
Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih
dahulu memahami anatomi payudara dan fisiologi laktasi.
Dibedakan menurut struktur internal dan struktur external :
Struktur internal payudara terdiri dari :
kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus.
Korpus terdiri dari : parenkim atau jaringan kelenjar dan
stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur
yang terdiri dari :
1. Saluran kelenjar
duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu duktus yang melebar tempat ASI
mengumpul (reservoir ASI), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25
sinus laktiferus.
2. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.
Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus yang
semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobus sedangkan duktus dan
alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang
dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel
kelenjar untuk diproses sintesis menjadi ASI.
Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah syaraf dan lymfa.
Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar puting
pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang mengeluarkan cairan untuk membuat
puting lunak dan lentur (Depkes RI, 2005)
B. FISIOLOGI LAKTASI
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah
basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena
pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen
dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada
kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang
disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski
selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah
persalinan, dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan
prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada
saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya
prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI( Depkes, 2005).
C. KOMPOSISI ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu dan ibu lainya
berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu
dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi.
Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut ditampung, sehingga dapat diberikan
sesuai jam nya.
6. PERAWATAN PAYUDARA
Pada masa kehamilan, payudara akan mengalami perubahan seperti pembesaran payudara,
terasa lebih kencang dan padat, sering kali bunda merasa sakit atau nyeri.
Daerah aerola tampak menojol dan berwarna lebih gelap. Pemilihan bra juga penting agar
dapat menopang perkembangan payudara , lebih baik hindari bra berkawat dan pilih bra
menyusui. Hal penting lain dalam perawatan payudara adalah breast care. Menjaga
kebersihan sehari – hari terutama membersihkan daerah puting dan aerola dengan baby oil
sehingga bebas dari kotoran yang menyumbat. Hindari membersihkan daerah puting
menggunakan sabun, karena akan membuat payudara kering dan kaku akibat hilangnya
'pelumas' yang dihasilkan kelenjar Montgomery.
7. PROSES MENYUSUI
Masa laktasi adalah periode sesudah bayi lahir saat ASI terbentuk dan dikeluarkan. Lama
masa laktasi tergantung motivasi dan kemampuan penerapan manajemen laktasi. Disadari
atau tidak, motivasi bunda untuk menyusui menentukan keberhasilan proses menyusui
seperti positive thinking bahwa bunda dapat memberikan ASI kepada bayi. Apabila bayi
sehat dan ASI belum keluar selama 2-3 hari, bunda tidak perlu kuatir karena bayi cukup
menghisap kolostrum yang dihasilkan payudara.
Dianjurkan hanya memberikan ASI saja pada bayi hingga umur 6 bulan (ASI Ekslusif).
Setelah 6 bulan, secara bertahap bunda dapat memberikan makanan pendamping ASI
(MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi
sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui
bayi kembar dilakukan dengan cara sepertimemegang bola bila disusui bersamaan,
dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan
posisi ini bayi tidak tersedak.
4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal
17. KESIMPULAN
a. Manajemen laktasi adalah suatu upaya agar proses laktasi atau menyusui dapat berjalan
dengan lancar dan baik. Manajemen laktasi meliputi perawatan payudara, praktek
menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah laktasi dan cara mengatasinya.
b. Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009;
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)