Anda di halaman 1dari 31

TUGAS

ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI


MANAJEMEN LAKTASI

NAMA : OKTA PRAMUNING TIYAS

NIM : 201604

TINGKAT / SEMESTER : 2 / 4

AKADEMI KEBIDANAN MARDI RAHAYU


Jl. KISARINO MANGUN PRANOTO NO 9 UNGARAN
KABUPATEN SEMARANG
MANAJEMEN LAKTASI

A. ANATOMI PAYUDARA
Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih
dahulu memahami anatomi payudara dan fisiologi laktasi.
Dibedakan menurut struktur internal dan struktur external :
Struktur internal payudara terdiri dari :
kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus.
Korpus terdiri dari : parenkim atau jaringan kelenjar dan
stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur
yang terdiri dari :
1. Saluran kelenjar
duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu duktus yang melebar tempat ASI
mengumpul (reservoir ASI), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25
sinus laktiferus.
2. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.
Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus yang
semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobus sedangkan duktus dan
alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang
dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel
kelenjar untuk diproses sintesis menjadi ASI.
Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah syaraf dan lymfa.
Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar puting
pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang mengeluarkan cairan untuk membuat
puting lunak dan lentur (Depkes RI, 2005)

B. FISIOLOGI LAKTASI
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah
basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena
pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen
dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada
kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang
disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski
selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah
persalinan, dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan
prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada
saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya
prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI( Depkes, 2005).

C. KOMPOSISI ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu dan ibu lainya
berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu
dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi.

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MANAJEMEN LAKTASI MENURUT


DEPKES RI (2005) :
1. Masa Kehamilan (Antenatal).
a. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan
ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan
management laktasi.
b. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu, perlu
pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
d. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah
kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan
trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada
saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian keluarga
terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia.
2. Saat segera setelah bayi lahir.
a. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai
kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini
bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari
payudara ibu secara naluriah.
b. Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman
dan kehangatan.
3. Masa Neonetus
a. Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.
b. Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.
c. Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
d. Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan benar.
e. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap mendapat
ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI tetap
lancar.
f. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang dari
30 hari setelah melahirkan.
4. Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).
a. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.
b. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu
menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum
minimal 10 gelas sehari.
c. Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran dan
menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
e. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau menyusu,
puting lecet, dll ).
f. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur 6
bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya
secara bertahap
A. LAKTASI
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi
secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan
neonatus (Nugroho, 2011)
Komponen yang terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan
perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukan air susu merupakan suatu
proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan payudara yang telah dimulai saat
fetus sampai pada paska persalinan. ASI yang dihasilkan memiliki komponen yang tidak
sama,dengan terjadinya kehamilan pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan
payudara dan proses pembentukan air susu (Laktasi). Laktasi adalah keseluruhan proses
menyusui,mulai dari ASI diproduksi sampai bayi manghisap dan menelan (Prasetyono,
2009)
Laktasi adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali tanpa diperlukan alat-alat khusus
dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang
menyusui dan dukungan dari berbagai pihak khususnya suami (Roesli, 2005)
Menyusui terbaik untuk bayi karena ASI mudah di cerna dan memberikan gizi dalam
jumlah yang cukup untuk kebutuhan bayi,Menyusui lebih nyaman dan lebih murah dari
pada susu formula, dan ASI selalu siap pada suhu yang stabil dengan temperatur tubuh
(Proverawati,2010).
B. MANAJEMEN LAKTASI
1. PENGERTIAN
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu
dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan
sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai
anak berumur 2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga
untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009). Dan ruang lingkup
manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa
menyusui bayi.
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak
paham
masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja. Masalah
dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode
antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering
benar mengeluhkan bayinya sering menangis, ayau “menolak” menyusu, yang sering
diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASI nya tidak enak, tidak baik atau apapun
pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan
menyusui.
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi
sering
menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh
ibu
dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.

2. MASALAH MENYUSU ANTENATAL


Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah : kurang/salah informasi
putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar.
Kurang / salah informasi Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama
baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila
merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak
memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi.
Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa :
a. Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga
dikatakan bayi menderta diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh
menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum
memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
b. ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan
minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai
persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman
selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar
akan memperlambat peng Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang
menghasilkan ASI padahal
c. Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal
ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang
karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan
kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi
ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik
dan benar. Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain
meliputi :
1. Fisiologi laktasi
2. Keuntungan pemberian Asi
3. Keuntungan rawat gabung
4. Cara menyusui yang baik dan benar
5. Kerugian pemberian susu formula
6. Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.
Putting susu datar atau terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama
antenatal umumnya kurang berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman,
menarik-nerik puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling
efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Maka
sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera setelah
pasca lahir lakukan :
1. Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin
2. Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba
berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang
putting biar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”nya.
3. Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa
putting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit
yang dipakai terbalik.
4. Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit
penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika
memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.
5. Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2
minggu.

3. MASALAH MENYUSUI PADA MASA PASCA PERSALINAN DINI


Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : putting susu datar, atau terbenam,
putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau abses.
a. Putting susu lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya
sakit. Yang perlu dilakukan adalah :
- Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi
- Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat).
Kulit merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering
bersisik (flaky)Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau
luka, maka dapat dilakukan dengan cara-cara seperti ini :
- Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
- Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan
obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
- Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih
1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
- Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya SAI tetap dikeluarkan dengan
tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
- Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun.
b. Payudara Bengkak
Dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI, dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh; rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar,
dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting kencang,
kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar.
Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI
meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering
ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah
maka diperlukan (1) menyusui dini (2) perlekatan yang baik (3) menyusui “on
demand”/ Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat
menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Dan untuk merangsang reflex Oxytocin maka dilakukan :
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d. Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kea rah tengah)
e. Stimulasi payudara dan putting
Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi udem. Pakailah BH
yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.
c. Masitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada
masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa
nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang
berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak
efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau akrena
tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar,
terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.Ada dua jenis Mastitis ;
yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis. dan yang telah
terinfeksi bakteri : iInfective Mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga
dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan :
1. Kompres hangat/panas dan pemijatan
2. Rangsang Oxtocin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi
putting,
3. pijat leher-punggung, dan lain-lain.
4. Pemberian antibiotik; Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10 hari.
5. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
6. Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan
7. karena mungkin memerlukan tindakan bedah.

4. MASALAH MENYUSUI PADA MASA PASCA PERSALINAN LANJUT


Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang, ibu
bekerja.
1. Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin saja”
ASI benar kurang antara lain :
a. Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu, menyusu dengan waktu
yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka
produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
b. Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu
c. Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau
d. Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak
“dating”, pasca lahir. Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah
tanda-tanda tersebut dapat dipercaya.
Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :
1. BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
2. BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali Ngompol rata-rata kurang dari 6
kali dalam 24 jam : cairan urin pekat, bau dan warna kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4 kelompok
factor penyebab :
1. Faktor tehnik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, masalah frekuensi,
perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
2. Faktor psikologis, juga sering terjadi.
3. Faktor fisik ibu (jarang); a.I. KB, kontrasepsi, diuretic, hami , merokok, kurang gizi,
dll.
4. Sangat jarng, adalah factor kondisi bayi, missal : penyakit, abnormalitas dan lain-lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus
memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI
memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi, maka bila
perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik
atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada putting untuk diisap bayi dan ujung
lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.

2. Ibu yang bekerja


Seringkali alas an pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada
beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :
a. Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
b. ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerja .
c. Pangosongan payudara di tempay kerja, setiap 3-4 jam.
d. ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu
bekerja dengan cangkir.
e. Pada saat ibu dirumah, sesering mungkin bayi disusui, dang anti jadwal
menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari.
f. Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah
mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
g. Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama
menyusui bayinya.
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping ke cangkir atau tempat/teko yang
bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih
walaupun setelah bayi selesai menyusui. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml)
sudah bisa untuk pemberian 2 kali A 100 ml.
Penyimpanan ASI :
1. 6-8 jam di temperature ruangan (19° C -25° C ), bila masih kolostrum (susu awal 1-7
hari) bisa sampai 12 jam.
2. 1-2 hari di lemari es (4 ° C )
3. Bertahun dalam “deep freezer” (-18° C )
ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 oC. ASI kemudian tidak boleh
dimasak, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat.

5. MASALAH MENYUSUI PADA KEADAAN KHUSUS


a. Ibu melahirkan dengan bedah Caesar
Segera rawat gabung,jika kondisi ibu dan bayi membaik,dan menyusui segera.
b. Ibu sakit
Ibu yang menderita Hepatitis dan AIDS, tidak diperkenankan untuk menyusui, namun
pada masyarakat yang tidak dapat membeli PASI, ASI tetap dianjurkan.
c. Ibu hamil
Tidak ada bahaya bagi ibu maupun janin, perlu diperhatikan untuk makan lebih
banyak. Jelaskan perubahan yang dapat terjadi : ASI berkurang, kontraksi uterus.
Masalah pada bayi :
a. Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama,
puaskan menyusu.
Sebab bayi menangis :
• Bayi merasa tidak aman
• Bayi merasa sakit
• Bayi Basah
• Bayi kurang gizi
Tindakan ibu : ibu tidak perlu cemas, karena akan mengganggu proses laktasi,
perbaiki posisi menyusui, periksa pakaian bayi: apakah basah, jangan biarkan bayi
menangis terlalu lama.
b. Bayi bingung putting
Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula
dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme
menyusu pada puting berbeda dengan botol.
Tanda-tanda : mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap terbutus-putus
dan sebentar, bayi menolak menyusu.
Tindakan : jangan mudah memberi PASI,jika terpaksa berikan dengan sendok atau
pipet.
c. Bayi premature
Susui dengan sering,walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit
bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan pipa
nasogastrik, tangan, dan sendok. Uraian sesuai dengan umur bayi :
• Bayi umur kehamilan < 30 mgg : BBL < 1250 gr. Biasanya diberi cairan infus
selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipa nasogastric.
• Usia 30-32 mgg : BBL 1250 – 1500 gram.
Dapat menerima ASI dari sendok, 2 kali sehari, namun masih menerima
makanan lewat pipa, namun lama kelamaan makanan pipa makin berkurang dan
ASI ditingkatkan.
• Usia 32-34 mgg : BBL 1500-1800 gram.
Bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu sabar.
• Usia > 34 mgg: BBL > 1800 gram.
Mendapatkan semua kebutuhan dari payudara.
d. Bayi kuning
Pencegahan : segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi atau susui
sesering mungkin.
Berikan bayi kolustrum, kolustrum mengandung purgatif ringan, yang membantu
bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin dikeluarkan melalui feses, jadi
kolustrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning.
e. Bayi kembar
Ibu optimis ASI nya cukup, susui dengan football position, susui pada payudara
dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap mungkin
berbeda.
f. Bayi sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi tertentu seperti
diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi. Yakinkan ibu bahwa
alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu semua ibu sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.
g. Bayi sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan berikan posisi yang
sesuai, untuk sumbing pallatum molle ( langit-langit lunak ), dan pallatum durum (
langit-langit keras). Manfaat menyusui bagi bayi sumbing : melatih kekuatan otot
rahang dan lidah, memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko
terjadinya otitis media.
Untuk bayi dengan palatoskisis ( celah pada langit-langit ) : Menyusui dengan
posisi
duduk, putting dan areola pegang saat menyusui, ibu jari ibu digunakan sebagai
penyumbat lubang, kalau mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan
sendok,
pipet, dot panjang
h. Bayi dengan lidah pendek (Lingual Frenulum)
Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung
lidah
dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga membatasi gerak lidah, dan bayi
tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting.
Cara menyusui : Ibu membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah
bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar.
i. Bayi memerlukan perawatan
Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan. Seandainya tidak
memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan
didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar kerumah sakit.

Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut ditampung, sehingga dapat diberikan
sesuai jam nya.

6. PERAWATAN PAYUDARA
Pada masa kehamilan, payudara akan mengalami perubahan seperti pembesaran payudara,
terasa lebih kencang dan padat, sering kali bunda merasa sakit atau nyeri.
Daerah aerola tampak menojol dan berwarna lebih gelap. Pemilihan bra juga penting agar
dapat menopang perkembangan payudara , lebih baik hindari bra berkawat dan pilih bra
menyusui. Hal penting lain dalam perawatan payudara adalah breast care. Menjaga
kebersihan sehari – hari terutama membersihkan daerah puting dan aerola dengan baby oil
sehingga bebas dari kotoran yang menyumbat. Hindari membersihkan daerah puting
menggunakan sabun, karena akan membuat payudara kering dan kaku akibat hilangnya
'pelumas' yang dihasilkan kelenjar Montgomery.

7. PROSES MENYUSUI
Masa laktasi adalah periode sesudah bayi lahir saat ASI terbentuk dan dikeluarkan. Lama
masa laktasi tergantung motivasi dan kemampuan penerapan manajemen laktasi. Disadari
atau tidak, motivasi bunda untuk menyusui menentukan keberhasilan proses menyusui
seperti positive thinking bahwa bunda dapat memberikan ASI kepada bayi. Apabila bayi
sehat dan ASI belum keluar selama 2-3 hari, bunda tidak perlu kuatir karena bayi cukup
menghisap kolostrum yang dihasilkan payudara.
Dianjurkan hanya memberikan ASI saja pada bayi hingga umur 6 bulan (ASI Ekslusif).
Setelah 6 bulan, secara bertahap bunda dapat memberikan makanan pendamping ASI
(MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun.

8. PERIODE MANAJEMEN LAKTASI


a. Masa kehamilan (Antenatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum kelahiran adalah :
1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi, serta dampak negative pemberian susu formula.
2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting
payudara,dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.
3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu
siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan
ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.
4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1/3 kali dari
makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009).
b. Masa Persalinan (Perinatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat
kelahiran adalah :
1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.
3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan (Prasetyono,2009).
c. Masa Menyusui (Posnatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah :
1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui
bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi
hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan.
2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi
tumbuh sehat.
3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran
serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk posyandu atau
puskesmas). Bila ada masalah dalam proses menyusui.
5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan
(Prasetyono, 2009).
d. Manfaat Menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu(ASI) kepada bayinya, hal ini dapat
menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu,antara lain :
a. Manfaat ASI bagi bayi :
1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sampai usia 6 bulan.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti
kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.
3) Melindungi anak dari serangan alergi.
4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga
bayi lebih pandai.
5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.
6) Membantu pembentukan rahang yang bagus.
7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat
bias berjalan(Roesli, 2005).
b. Manfaat ASI bagi ibu :
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
2) Mengurangi terjadinya anemia
3) Menjarangkan kehamilan
4) Mengecilkan rahim
5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan
6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker14
7) Lebih ekonomis dan murah
8) Tidak merepotkan dan hemat waktu
9) Lebih praktis dan portable
10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri (Roesli, 200).
c. Manfaat ASI bagi Lingkungan :
1) Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia
2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang
mengeluarkan asap.
d. Manfaat ASI bagi Negara:
1) Penghemat devisa untuk membeli susu formula dan perlengkapan menyusui
2) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntahmuntah,mencret dan sakit
saluran nafas
3) Penghematan obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan.
4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk
membangun Negara.
e. Manfaat ASI bagi keluarga
1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang sakit sehingga
dapat mengurangi biaya berobat
2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan hubungan bayi
dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan dimana saja dan
kapan saja dan tidak merepotkan orang lain.

9. PEMBERIAN ASI BERGANTUNG PADA EMPAT MACAM PROSES :


1. Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara
2. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan
3. Proses untuk mempertahankan produksi ASI
4. Proses sekresi ASI (refleks let down)
Perkembangan jaringan penghasil ASI Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya
rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon estrogen,
progesteron dan hormon laktogenik plasenta (Farrer, 2001). Memicu produksi ASI setelah
melahirkanSetelah plasenta dilahirkan, penurunan produksi hormon dari organ tersebut
terjadi dengan cepat. Hormon hipofise anterior, yaitu prolaktin, yang tadinya dihambat
oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi di dalam darah, kini dilepaskan.
Prolaktin akan mengaktifkan sel- sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam
waktu 3-4 hari setelah bayi dilahirkan, produksi ASI sudah dimulai dan susu yang matur
disekresikan pada akhir minggu pertama (Farrer, 2001).
Mempertahankan produksi ASI dan refleks “let-down” pada eksresi ASI. Proses ini
bergantung pada hormon lain, yaitu oksitosin, yang dilepas dari kelenjar hipofise posterior
sebagai reaksi terhadap pengisapan puting. Oksitosin mempengaruhi sel-sel mio-epitelial
yang mengelilingi alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan
mengeluarkan air susu yang sudah diskresikan oleh kelenjar mammae. Refleks let-down
ini tidak terjadi karena tekanan negatif oleh pengisapan dan juga bukan karena payudara
yang penuh, namun disebabkan oleh refleks neurogenik yang menstimulasi pelepasan
oksitosin. Ibu menyusui akan mengalami refleks let-down sekitar 30-60 menit setelah
bayi mulai menyusu. Refleks let-down dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang
murni kejiwaan, seperti mendengar tangisan bayi, berpikir tentang bayinya atau bahkan
berpikir tentang bayinya atau bahkan berpikir tentang pemberian ASI sendiri.
Sebaliknya, refleks tersebut dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak
aman atau ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat menigkatkan kadar epinefrin
dan neroinefrin dan selanjutnya akan mengambat transportasi oksitosin ke dalam
payudara. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus alveolaris
mammae yang teratur akan mempertahankan produksi tersebut (Farrer, 2001).
Mempersiapkan Pemberian ASI Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI
adalah keadaan kejiwaan ibu yang sedapat mungkin tenang dan tidak mengahadapi
banyak permasalahan. Higiene perorangan dan kesejahteraan yang normal sangat penting,
kebersihan tangan dan kuku jari tangan ibu atau orang lain yang akan merawat bayi juga
ditekankan. Putting susu tidak boleh disentuh dengan tangan yang belum dicuci bersih
dan saputangan tidak boleh digunakan sebagai ganjal di balik BH untuk menghentikan
perembasan ASI.
Bantalan disposabel kini sudah tersedia untuk keperluan ini dan dapat dikenakan dalam
waktu yang relatif singkat jika perembasan ASI menimbulkan masalah. Ibu harus
mengenakan pakaian yang tidak menghalangi pemberian ASI, jika gaun yang dikenakan
harus dinaikkan dahulu ke atas untuk mengeluarkan payudara, maka cara ini tentunya
tidak mengenakkan pada bagian bawah pakaian semacam ini bisa terdapat lokia. BH
khusus untuk laktasi yang bersih dan dapat juga menyangga payudara harus dikenakan
sepanjang siang serta malam harinya untuk memberikan kenyamanan dan mencegah statis
air susu pada daerah-daerah payudara yang tergantung. Jika ibu tidak memiliki BH khusus
semacam ini, ia dapat mengggunakan alat penguat (binder) untuk mengatasi untuk
mengatasi masalah ini. BH untuk laktasi harus dapat dibuka dari depan dan talinya bisa
diturunkan sebelum ibu menyusui bayinya. Tali tersebut dapat dipasang kembali setelah
ibu selesai menyusui.
Prosedur membersihkan puting berbeda antara rumah sakit yang satu dan rumah sakit
lainnya.
Namun, selama puting berada dalam keadaan bersih, apakah dibersihkan dengan cara
mengusapnya memakai air yang steril ataukah dibersihkan secara khusus dengan larutan
pembersih, caranya tidak menjadi masalah. Setiap kerak atau air susu yang mengering dan
setiap bekas krim/ salep yang dioleskan sebelumnya harus dibersihkan dengan hati-hati.
Larutan alkohol tidak boleh dipakai untuk membersihkan puting karena dapat membuat
puting menjadi kering dan mudah pecah-pecah. Bayi harus berada dalam keadaan bersih,
tangan, mata, hidung, pakaian, popok dan selimut harus diperiksa dahulu sebelum bayi
disusui. Perhatian terhadap semua detail ini akan membantu mengurangi kemungkinan
infeksi pada payudara dan menghidari komplikasi lainnya (Farrer, 2001).

10. PRODUKSI ASI


ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita
melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi
ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan
kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari
ke hari selama periode laktasi.
Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi
sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas.
Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena
pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat
pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang
berperan dalam produksi ASI
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI
dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi
pengisapan ( suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon
adanya suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan ( ejection)
ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya
ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi
melaluiputingsusu.
Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu kolostrum,
ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. ASI transisi adalah
ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih
tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume
bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi.
Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400
ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata volume ASI
pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari.
Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari,
bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan
adalah 350 – 500 gr/hari.
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar
payudara terutama pada minggu pertama laktasi.
Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum
dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan
cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat
dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis
dalam sel secretory payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel
lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara langsung dari plasma ke ASI (Butte,
1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan
transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma
ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma
dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh
hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah inti pangan aktual,
cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang
mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang
disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI
tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan
ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi
berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan,
waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi
meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).

11. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI


a. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan
optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah
melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Studi
lain yang dilakukan pad ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi
penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan
dengan produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan
paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan
ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
b. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini
berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding
bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat
berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar
dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan
positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama
setelah lahir.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah
dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang
lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi
berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin
dalam memproduksi ASI.
c. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang
lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu
mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir
tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan
berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
d. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang
diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985) dalam ACC/SCN (1991)
menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi
berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan
lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi
dibanding ibu yang melahirkan pertama kali, meskipun oleh Butte et al (1984) dan Dewey
et al (1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat hubungan nyata antara
paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
e. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi
ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada
ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak
dari berbagai tipe stres ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi
ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi
dapat mempengaruhi produksi ASI.
f. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan
oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana
adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983), Matheson, (1989)
menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume
ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa
prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih
sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi
dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982)
mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai
prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan
dibanding dengan yang tidak merokok.
g. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih
rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator
produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan
kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi
rahim 32% dari normal (Matheson, 1989).
h. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam
ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada
dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam
ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu
menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

12. REFLEKS REFLEKS MENYUSUI PADA IBU DAN BAYI


Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang penting
pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui.
Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap
putting susu diantaranya:
a. Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin),
hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin banyak pula
ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak
adalh menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu
pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
b. Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin),
hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan
saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu.
ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu
kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi
tersedak. Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu.
biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-
kadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin
misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui
atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya
menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh.
manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu
dan menghentikan perdarahan persalinan. Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya :
1. Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah
sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan
berusaha mencari putting untuk menyusu.
2. Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang
merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu menyentuh langit-
langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap
daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus
(tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut
bayi.
3. Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.

13. TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR


1. Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
2. Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan,
payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-
kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya
kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak.
Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak,
dan aerola mamae makin menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang
lepastidak menumpuk.
b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan
isapan bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan
operasi.
3. Posisi Dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar :

2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar


3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi
sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui
bayi kembar dilakukan dengan cara sepertimemegang bola bila disusui bersamaan,
dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan
posisi ini bayi tidak tersedak.
4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah


7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh
8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

14. LANGKAH – LANGKAH MENYUSUI YANG BENAR


1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar
putting, duduk dan berbaring dengan santai.
Cara Meletakan Bayi Cara Memegang Payudara
2. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan
hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada
ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke
badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi
terbuka lebar.

Cara Merangsang Mulut Bayi


3. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak
di bawah puting susu.Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel
pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Perlekatan Benar Perlekatan Salah


15. CARA / TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau
bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.

16. LAMA DAN FREKUENSI MENYUSUI


Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi
dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu
setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal,
sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada
malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali
menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui
sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak
terlalu ketat.

Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui

17. KESIMPULAN
a. Manajemen laktasi adalah suatu upaya agar proses laktasi atau menyusui dapat berjalan
dengan lancar dan baik. Manajemen laktasi meliputi perawatan payudara, praktek
menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah laktasi dan cara mengatasinya.
b. Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009;

pukul 10:55 WIB

Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)

Roesli,U.2005.Petunjuk Praktis Menyusui. Jakarta : Trubus Agriwidya

Roesli,U.2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)

Anda mungkin juga menyukai