Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Transkultural
Di dalam buku yang berjudul “Fundamentals of Nursing Concept and Procedures”
yang ditulis oleh Kazier Barabara (1983) mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah
merupakan suatu bagian dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi
pengetahuan. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia
yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social –
spiritual. Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang
komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus – menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola
pikir, pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing approach).
1. Definisi Keperawatan Transkultural
Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari
kata trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang, melintas, menembus,
melalui. Culture berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti;
kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan. kepercayaan, nilai – nilai dan pola
perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi
berikutnya, sedangkan cultural berarti; sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.
Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi
transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya
yang satu mempengaruhi budaya yang lain atau juga pertemuan kedua nilai – nilai
budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
Transkultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai– nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien
/ pasien) menurut Leininger (1991).
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Perilaku caring adalah bagian dari keperawatan yang membedakan, mendominasi
serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring adalah tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku ini
seharusnya sudah tertanam di dalam diri manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai individu tersebut meninggal. Hal ini tetap ikut
berkembang dengan seturut jalannya perkembangan manusia tersebut
2. Tujuan Penggunaan Keperawatan Transkultural
Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah dalam
pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek keperawatan
pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan
nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku
Osing, Tengger dan Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan
dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan
seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan. Dengan adanya
keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatannya
Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang
sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti
akan, maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain.
Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang
budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut
B. Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan
1. Keperawatan Transkultural Dan Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat yang dilakukan
oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional melalui asuhan keperawatan.
Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus
pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan
keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan
praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan
perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada semua orang
(Leininger, 1978). Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka budaya kerja untuk
memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok dengan latar budaya
beraneka ragam

Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada 6 fenomena kultural yang


dipertimbangkan, yaitu :
a. Komunikasi : Verbal, non verbal bahasa utama
b. Ruang pribadi : Tindakan lebih menonjol dari kata-kata
c.Organisasi sosial : Prilaku didapat ciri khas budaya, nilai-nilai berorientasi
internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan keputusan dalam keluarga
d. Waktu : Cara mengkaji waktu, konsep waktu
e. Lingkungan : Mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol
f. Variasi biologis : Struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik psikologis
Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti diversivitas bukan
realitas masa depan tetapi tantangan masa kini dan kesempatan untuk berkembang
(Hagivary,1192). Ada 3 pendekatan profesi keperawatan untuk menyiapkan praktisi untuk
masa depan (Andrews,1992)
a. Lingkungan Praktis klinis
Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna menyadarkan perawat akan
nilai, kepercayaan dan praktek yang berlandaskan kepada budaya mereka sendiri,
meningkatkan dasar pengetahuan tentang kesehatan berkaitan dengan budaya tertentu
serta praktek orang lain yang akan di jumpai
b. Lingkungan Akademis
Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan menandakan konsep
budaya dalam kurikulum keperawatan, pengajaran harus difokuskan pada pengkajian
kulturologi, variasi biokultural dalam kesehatan dan penyakit, perbedaan kultural dalam
komunikasi,
kepercayaan beragama, nutrisi, aspek perawatan dan sebagainya, memadukan konsep
budaya dalam kurikulum mencakup permainan simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok
pertemuan untuk membangkitkan kesadaran dan pengalaman

c. Bidang Penelitian

Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan penelitian terapan,
lembaga penyandang dana dan yayasan harus di dorong untuk mendukung studi
lingkungan budaya yang menekankan metode penelitian kualitatif penggabungan
metode kuantitatif dan kualitatif menghasilkan data yang bermanfaat untuk mencapai
hasil optimal
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa
arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan,
hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan
masyarakat. (koentjoroningrat,1986).
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
1) Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2) Kompleks aktivitas atau tindakan
3) Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat
dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari
keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam
masyarakat. Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami
oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural
adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya
Tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti
dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori
caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya

2. Konsep Dalam Keperawatan Transkultural

Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam transkultural nursing ;
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang
menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan
terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali
lagi (Leininger, 1985 )
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia
g. Etnografi
Ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang- orang, dan saling memberikan timbal balik diantara
keduanya

h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
j. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan
pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,dan mendukung atau memberi
kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai
kematian dengan damai
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide
yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain
3. Prinsip Dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

a. Culture care preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi


atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan
tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan
b. Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi
atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu dan klien
c. Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau
mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien
kearah yang lebih baik

Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada


asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and
well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan
pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara- cara yang bermakna guna
mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat

4. Paradigma Keperawatan Transkultural

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara


pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu manusia, sehat, lingkungan dan
keperawatan
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995)
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam
aktivitas sehari- hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew
and Boyle, 1995)
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai
suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik
adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang
hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan
sosialisi individu, keluarga atau kelompok kedalam masyarakat yang lebih luas.
Didalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang
berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan
simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, riwayat hidup, bahas dan atribut yang digunakan
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien

Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Leininger, 1991)


adalah :
1) Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya. Mempertahankan budaya
dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan
dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya,misalnya budaya berolah raga setiap pagi
2) Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti denga
sumber protein hewani

3) Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang
lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut
5. Contoh Kasus Keperawatan Transkultural Kasus I
(Unit Perspektif Transkultural)
Seorang pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah
rumah sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga
mengalami perdarahan abdomen dan telah dilakukan tindakan laparatomy
eksplorasi. Pasien dalam status NPO (nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien
adalah seorang keturunan India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa
Inggris Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak boleh
minum. Pasien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di ruang
perawatan tersebut tidak ada perawat yang lancar berbahasa Inggris

a. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Menunjukan


peranan Independent dari perawat dengan :
1) Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan)

2) Mengenal etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa)

b. Apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasie? Perawat


memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang di miliki klien dan
latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya. Dengan cara :
1) Perawat harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien sesuai
dengan perbedaan budayanya
2) Memanggil dengan nama belakang klien / nama lengkap

3) Ciptakan hubungan saling percaya

4) Dengan menggunakan bahasa yang sederhana, verbal & non verbal (isyarat
& tulisan)
5) Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti bahasa
Indonesia
6) Mencarikan penerjemah, bila pasien masih tidak dapat mengerti & bila tidak
ada keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb :
a) Jenis kelamin yang sama

b) Umurnya lebih dewasa


c) Mempunyai status social yang sama dengan klien

d) Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India

e) Mengerti tentang kesehatan


Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan
masalah klien. Tindakan keperawatan yang diberikan klien ada 3 :

a. Culture care preservation : Prinsip membantu, memfasilitasi, atau


memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat
kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. Contohnya memberitahukan bahwa
Ia tidak boleh minum dengan bahasa verbal maupun non verbal (Gambar/tulisan
dan isyarat)

b. Culture care accomodation : Prinsip membantu, memfasilitasi atau


memperhatikan fenomena yang ada, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,
bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup
individu atau klien Contohnya: meletakan peralatan yang dibutuhkan klien (tisu,
pulpen, kertas dll)
c. Culture care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk
membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang
lebih baik. Contohnya Klien diharuskan bedrest total dikarenakan ada traksi dan
post operasi laparatomy eksplorasi

C. Diversity Dalam Masyarakat


Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa indonesia
artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragi, laras. Sehingga
kergaman berarti perihal beraga-ragam berjenis- jenis;perihal ragam hal jeniskergaman
yang di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-
perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,
ideologi, adat kesoponan serta situasi ekonomi
1. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia
a. Suku Bangsa dan Ras

Suku bangsa yang menempati wilayah indonesia dari sabang sampai


merauke sangat beragam.sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokkan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriyah yamg
sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala dan lain
sebagainya
Di indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah termasuk
ras mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang termasuk mongoloid
melayu tua sebelah timur indonesia termasuk ras austroloid, termasuk bagian
NTT. Sedangkan kelompokterbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah
golongan chinayang termasuk atratic mongooid
a. Agama dan Keyakinan

Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi


manusia. Ikatan yang di maksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia sebagai kekuatan gaibyang tak dapat di tangkap dengan panca indra.
Namun mempunyai pengaruh besar yang besar sekali terhadap kehidupan
manusia sehari-hari (Haru nasution: 10)

Agama sebagai keyakinan memang sulit di ukur secara tepat dan rinci.Hal
ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang
tepat tentang agama. Namun apapun bentuknya kepercayaan yang dianggap
sebagai agama, tampaknya memang memiliki ciri umum yang hampit sama,
baik dalam agama pitif maupun agama monoteisme. Menurut Robert H.
Thouless, fakta menunjukan bahwa agama berpusat pada tuhan atau dea-dewa
sebagai ukuram yang menentukan yang tak boleh diabaikan ( Psikologi Agama :
14 )
Masalah agama tidak akan mungkin dipisahkan dari kehidupan
masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain
adalah :
1) Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan
melarang
2) Berfungsi penyelamat
3) Berfungsi sebagai perdamaian
4) Berfungsi sebagai sosial kontrol
5) Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
6) Berfungsi tranformatif
7) Berfungsi kreatif
8) Berfungsi sublimatif
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupkan unsur penting dalam
keragaman bangsa indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang di
akui di indonesia
b. Tata Krama
Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat
sopan santun, basa basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, prilaku, adat
istiadat, tegur sapa,ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata
krama di bentuk dan di kembangkan oleh masyarakat yang terdiri dari aturan-
aturan yang kalo di patuhi di harapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib
dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki
keragaman suku bangsa dimanadi setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri
meskipun kerena adanya sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun
dan berkisenambungan dari generasi ke generasi menyebabkan suatu
masyarakat yang ada dalam suatuisuku bangsa yang sama akan memiliki adat
dan kesopanan yang relatif sama

c. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu perhatian
yang harus di tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan
tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu
adanya kesenjangan yang tak dapat di hindari lagi
d. Kesenjangan Sosial
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemmuk dengan
bermacam tingkat pangkat, dan seterata sosial yang hierarkis.hal ini, dapat
terlihat dan di rasakan dengan jelas dengan adanya penggologan orang
berdasarkan kasta.Hal ini yang dapat menimbulkan kesenjangan sosialyang
tidak saja dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan
masyarakat.Tak hanya itu bahkan menjadi sebuah pemicu perang antara etnis
atau suku

2. Pengaruh Keragaman dam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara, dan


Kehidupan Global
Berdirinya negara indonesia di latar belakangi oleh masyarakat yang demikian
majemuk baik secara eknis, biogarfis.kultural, maupun religius. Kita tidak dapat
mengingkari prulalistik bangsa kita.sehingga kita perlu memberi tempat bagi
berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan beragama yang di anut
oleh warga indonesia.masalah suku bangsa dan, kesatuan nasional di indonesia telah
menunjukkan kepada kita bahwa suatu negara yang multi etnik memerlukan suatu
kebudayaan nasional untuk menistasikan peranan identitas nasional dan solidaritas
nasional di antara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional yang
menyangkut kesadaran dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat bangsa kita
belum merdeka
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai
harmoni.Perbedaan yang mewujud baik secara fisik ataupun mental, sebenarnya
merupakan kehendak tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi untuk
menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi. Dikehidupan
Sehari-Hari,Kebudayaan Suku Bangsa dan kebudayaan agama,bersama-sama dengan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan
kita.berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi. Bahkan mampu saling
menyesuaikan dalamkehidupan sehari-hari tetapi sering kali yang terjadi malah
sebaliknya.Perbedaa-perbedaan tersebut menciptkan ketegangan hubungan antara
anggota masyarakat. Hal ini di sebabkan oleh sifat dasar yang selalu di miliki oleh
masyarakat majemuk sebagai mana di jelaskan oleh Van de Berghe:
a. Terjadinya sikmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat non komplenter
c. Kurang mengembangkan konsensuf di antar anggota masyarakat tentang nilai-
nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif sering kali terjadi konflikdi antara kelompokyang satu dengan yang
lainnya.
e. Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelomok terhadap kelompok yang lain

Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa karena
dengannya, kemajemukkan yang adad dapat di pertumpul. Jika keterbukaan dan
kedewasaan sikap dikesampingkan, besarkemungkinan tercipta masalah-masalah
menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti:
a. Disharmonisasi
Tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia
lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus paparoks yang ada dalam
globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan
tawarannya akan keseragman global untuk maju bersama dan komunikasi gaya
hidup ,manusia yang bebas dan harmonis dalam tatanan dunia, dengan
menyampingkan keunikan dan keberagaman indonesia sebagai pelaku utama
b. Perilaku diskriminatif.
Terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan muncul masalah
yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja yang tidak
mengentungkan bagi hidup berbangsa dan bernegara
c. Eksklusivme, realisis, bersumber dari superioritas
Alasannya dapat bermacam-macam antara lain; keyakinan bahwa secara
koadrati ras/sukunya ke kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain
Adanya beberapa hal yang dapat dilakukan memperkecil masalah yang di
akibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:
a. Semangat religius
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Semangat humanisme
e. Dialog antar umat beragama
Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran globalyang bersifat inklusif,
kesadaran kebesamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modalyang
menentukan bagi terujudnya sebuah bangsa yang di bhineka tunggal ika.menyatu
dalamkeragaman, dan beragam dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan
didekatkan, segala keanekaragaman dipandang sebagai kekayaan bangsa milik
bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pikir masyarakat untuk
menuju indonesia raya merdeka
3. Problem Diskriminasi
Diskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan terhadap
seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras,agama,suku, etnis, kelompok,
golongan, status, dan kelas soaial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh,
usia,orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik. serta batas negara, dan
kebangsaan seseorang
Tuntutan atas kesamaan hak bagi setiap manusia di dasarkan pada prinsi-
prinsip hak asasi manusia.Sifat dari HAM adalah universal dan tanpa pengecuali tidak
dapat di pisahkan dan saling tenrgantung. Berngkat dari pemahaman tersebut
seyogianyasikap-sikap yang didasarkan pada ethnosentrisme, resisme, religius
fanatisme,dan diskrimination harus dipandang sebagai dipandang sebagaiti8ndakan
yang menghambat pengembangan kesedarajatan dan demokrasi, penegakan hukum
dalam kerangka pemajuan dan pemenuhan HAM pasal 218 Ayat (2) UUD NKRI 1945
telah menegaskan bahwa : “ setiap orang berhak bebas dari perlakuan bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu “. Sementara itu pasal 3 UU No 1999 tentang
HAM telah menegaskan bahwa “ setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan
martabat yang sama dan sederajat sedrajat “ ketentuan tersebut merupakan
landasan hukum yang mendasari prinsip non diskriminasi di indonesia
Pencantuman prinsip ini pada awal pasal berbagai instrumen hukum yang
mengatur HAM pada dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah menjadi
realitas yang promblematik sehingga:
a. Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi di
berbagai belahan dunia
b. Prinsip non-diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat
hidup dalamkebebasan keadilan dan perdamaian
Dalam demokrasi diskriminasi seharusnya telah di tiadakan dengan adanya
kesetaraan dalam bidang hukum, kesedarajatan dalam perlakuan adalah salah satu
wujud ideal dalam kehidupan negara yang demokratis. Akan tetapi berbagai
penelitian dan pengkajian menunjukkan bahwa kondisi di indonesia saat ini belum
mencerminkan penerapan asas persamaan di muka hukum secara utuh
Promblematika lainnya timbul dan harus di waspadai adalah disentegrasi bangsa
dari kajian yang di lakukan terhadap berbagai kasus dissntegrasi bangsa dan
bubarnya sebuah negara dapat di simpulkan adanya enam faktor utama secara
gradualbisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu:
a. Kegagalan kepemimpinan
b. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
c. Krisis politik
d. Krisis sosial
e. Demoralisasi tentara dan polisi
f. Intervensi asing
4. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural
Kemampuan untuk menampung berbagai perbedaan dan keanekaragaman
kebudayaan dalam sebuah kesatuan yang di landasi suatu ikatan kebersamaan. Salah
satu pengembangan konsep toleransi terhadap keberagaman budaya adalah
mewujudkan masyarakat indonesia yang multikultural dengan bentuk pengakuan dan
toleransi, terhadap perbedaan dalam kesetaraan individual maupun secara
kebudayaan. Dalam masyarakat multikultural, masyarakat antar suku bangsa dapat
hidup berdampingan, bertoleransi, dan saling menghargai. Selain itu, alternatif
penyelesaian keberagaman budaya yang ada di indonesia di lakukan melalui interaksi
lintas budaya dengan mengembangkan media sosial, seperti pengembangan
lambang-lambang komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang di sepakati
dan di terima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai sebagai kerangka acuan
bersama
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan yaitu Transkultural Nursing


merupakan suatu area yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai
budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien). Perspektif keperawatan
transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan dengan keperawatan lintas
budaya yang merupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus pada analisis
komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan keperawatan
kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik yang
bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan perawatan sesuai
budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada semua orang
Keragaman adalah perihal beragam-ragam suatu kondisi dalam masyarakat
dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat keseponan serta situasi ekonomi. Dalam
masyarakat multikultural, masyarakat antar suku bangsa dapat hidup berdampingan,
bertoleransi, dan saling menghargai. Selain itu, alternatif penyelesaian keberagaman
budaya yang ada di indonesia di lakukan melalui interaksi lintas budaya dengan
mengembangkan media sosial, seperti pengembangan lambang-lambang komunikasi
lisan maupun tertulis, norma-norma yang di sepakati dan di terima sebagai pedoman
bersama, dan perangkat nilai sebagai kerangka acuan bersama

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi dapat memberikan tambahan literatur tentang mengenai
konsep transkultural dan perspektif transkultural dalam keperawatan serta diversity
dalam masyarakat. Sehingga dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan update
ilmu pengetahuan
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penatalaksanaan transkultural nursing, mengetahui perspektif transkultural
dalam keperawatan serta diversity dalam masyarakat dengan. Pendekatan ilmu
pengetahuan hendaknya mencakup pelayanan kepada klien sehingga
profesionalitas keperawatan tetap terjaga
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui transkultural nursing, mengetahui
perspektif transkultural dalam keperawatan serta diversity dalam masyarakat
sehingga dapat menerapkannya pada praktik klinik keperawatan di kemudian hari
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2010). Agama, Kesehatan dan Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Andrew . M & Boyle. J.S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company.
Arum, Pratiwi. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit
Gosyen Pulishing.
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Ginger, J. N. dan Davidhizar (1995). Transcultural Nursing: Assessment and Intervention.


St. Louis: Mosby, hal 1-157.

Firanika, Rayuni. (2010). Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Bubulak Kota Bogor Tahun 2010. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Foster, Anderson. (1986). Antropologi Kesehatan, Jakarta, Grafiti.Kozier, B., Erb, G.,
Berman A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,

M. Si, Dr. Elly M. Setiadi, et al. 2006. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar edisi kedua catatan
ke-5. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Process, and Practice . 7th Ed. New
Jersey: Pearson Education, Inc. Hal. 205-221.

Pratiwi, Arum. (2011) Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces, and
Practice. 6th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby. Hal. 118-136.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Ed. (Terj. dr.

Adrina Ferderika). Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Sarwono,
Sarlito W., & Meinarno, Eko A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.

Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. (2005). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Sutria, Eny. (2013) Keperawatan Transkultural. Makassar: Alauddin University Press,
2013.
Wahyu Ratna. 2010. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Perspektif Ilmu
Keperawatan Edisi I. Pustaka Rihama: Yogyakarta.
Yusuf, Ah., Nihayati, HE., Iswari, MF & Okviasanti, Fanni. (2016). Kebutuhan Spiritual;
Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai