Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KODE ETIK PASAR MODAL DAN KEUANGAN

“ETIKA BISNIS & PROFESI DAN TEKNOLOGI INFORMASI”

Disusun Oleh:

Andhika Bagus Pradana (4.43.18.0.03 /Absensi 03)

Nur Indriana Yasmine (4.43.18.0.18/Absensi 16)

D4 ANALIS KEUANGAN

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang mengglobal telah terpengaruh dalam segala aspek


kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan dunia
pendidikan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam
kehidupan ini. Kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi
kehidupan manusia. Inovasi memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara
baru dalam melakukan aktivitas manusia. Dalam bidang teknologi informasi
sudah banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang dihasilkan dalam
pendidikan. Namun demikian, pada awalnya teknologi ini diciptakan untuk
menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk
hal-hal negatif.

Peradaban digital dalam kesemua aspek bidang kehidupan pada Era Revolusi
Industri 4.0 memerlukan koridor yang memastikan terpenuhinya hak dan
kewajiban masyarakat secara luas serta terjaganya kepentingan umum.
Harmonisasi hukum dan teknologi sangat dibutuhkan dalam rangka terus
berupaya mengantisipasi dampak dari Revolusi Industri 4.0 terutama dengan telah
lahirnya peradaban digital ekonomi yang serba otomatisasi dan pengaruhnya pada
aspek ketenagakerjaan tentu membutuhkan pendekatan legislasi, regulasi, dan
yang seimbang sebagai proteksi pengaruh yang di timbulkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip etika dalam teknologi Informasi ?


2. Bagaimana masalah etika dalam teknologi informasi?
3. Bagaimana contoh kasus etika bisnis & profesi dan teknologi informasi beserta
penyelesaian kasus.
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip etika dalam teknologi Informasi.


2. Untuk mengetahui masalahetika dalam teknologi informasi.
3. Untuk mengetahui contoh kasus etika bisnis & profesi dan teknologi informasi
beserta penyelesaian kasus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Etika Dalam Teknologi Informasi

a. Prinsip Proposional
Prinsip ini mengandung makna bahwa manfaat yang diberikan oleh teknologi
atau teknologi informasi harus lebih besar dibandingkan kerugian atau
biayanya. Sebagai contoh adalah kapas transgenik yang dihasilkan dari teknik-
teknik rekayasa genetika atau modifikasi bahan genetik tanaman. Di satu sisi
penanaman kapas transgenik ini berpotensi meningkatkan kuantitas hasil
pertanian, tetapi di sisi lain menimbulkan perdebatan tentang dampak tanaman
tersebut terhadap predator alami yang juga menjadi predator bagi makhluk-
mahkhluklain.

Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi informasi dilakukan dalam batasan


batasan tertentu guna menghindari atau meminimalkan dampak buruk bagi
para penggunanya

b. Prinsip Mampu Dipahami


Pengguna TI perlu sadar bahwa siapa pun yang bekerja atau terlibat dalam
penggunaan teknologi dan TI harus siap menerima segala risiko yang
berkaitan dengan teknologi tersebut. Para pengguna juga perlu melakukan
upaya untuk melindungi dirinya dari potensi kerugian akibat penyalahgunaan
teknologi tersebut oleh pihaklain.

c. Prinsip Memenuhi Rasa Keadilan


Prinsip ini bermakna bahwa setiap penggunaan teknologi harus memiliki
keseimbangan antara manfaat dengan beban atau potensi kerugian yang dapat
ditimbulkan dari pemakaiannya. Siapa pun seharusnya berhak untuk
melibatkan atau memanfaatkan teknologi informasi untuk tujuan pembelajaran
atau pengembangan diri maupun organisasi tanpa memandang latar belakang
budaya, agama, pendidikan, dan lain sebagainya.
d. Prinsip Meminimalkan Risiko
Prinsip ini mengandaikan bahwa untuk setiap tindakan atau penggunaan alat
maupun teknologi tertentu selalu terdapat peluang terjadinya risiko sehingga
segala bentuk teknologi yang diciptakan harus mengakomodasi risiko di
dalamnya sehingga risiko yang mungkin terjadi dapat diminimalkan. Standar
etika yang spesifik juga perlu diterapkan agar pemanfaatan teknologi informasi
dilakukan secara etis.

2.2 Masalah Etika Dalam Teknologi Informasi

1. Kerahasian dan Keamaan Data


Salah satu topik yang selalu mengemuka dalam perbincangan tentang
teknologi informasi adalah topik keamanan data. Topik tentang keamanan data
ini sangat relevan dengan pesatnya pertumbuhan perdagangan daring atau
elektronik (e-commerce) yang membutuhkan dukungan kepercayaan (trust)
antarpihak dalam bentuk transaksi yang aman. Keamanan data ini mencakup:
a. Kerahasiaan (confidentiality)
Seluruh pesan yang dikirimkan hanya akan dibaca atau diterima oleh
pihak-pihak yang sah atau yang berkepentingan dengan pesan-pesan
tersebut;

b. Keutuhan (integrity)
Seluruh pesan yang telah dikirimkan tiba di tangan penerima dalam
keadaan utuh atau tidak berubah;

c. Keabsahan (authenticity)
Adanya keyakinan pembeli bahwa setiap pihak yang terlibat dalam
perdagangan, terutama penjual, tidak bermaksud menipu atau berbuat
kejahatan yang lain; serta

d. Keaslian Pesan Untuk Barang Bukti (originality)


Pembeli hanya membayar untuk barang-barang yang dipesannya, bukan
barang barang yang dibeli oleh orang lain.
2. Hak Privasi (Privacy Right)
Hak privasi adalah hak yang dimiliki individu atau perusahaan untuk
mengabaikan atau membatasi kegiatan pengumpulan dan penggunaan
informasi yang terkait dengan individu atau perusahaan bersangkutan. Di masa
lalu, hak privasi lebih mudah dijaga karena tempat penyimpanan data-data
penting terpisah dan tertutup oleh akses bagi pihak luar, seperti data rekam
medis disimpan di rumah sakit, data kependudukan disimpan di instansi
pemerintah, dan sebagainya. Namun, di era internet hal tersebut sangat sulit
dilakukan.

Data dalam jumlah besar (big data) pada umumnya disimpan secara daring
(online). Banyak data ini bersifat sangat personal dan rahasia sehingga
seharusnya hanya dapat dibuka oleh pihak-pihak berwenang yang diijinkan
untuk melakukan (authorized users).

Tabel 1. Contoh Kebijakan Perusahaan untuk Melindungi Hak Privasi


Aspek Data Hal – hal yang perlu dilakukan untuk melindungi hak
privasi

1. Pengumpulan Data • Data sebaiknya dikumpulkan pada individu hanya


untuk keperluan menghasilkan objektif bisnis yang
legitimasi.
• Data sebaiknya cukup, relevan dan tidak berlebihan
sesuai dengan objektif bisnis.
• Individu harus memberikan persetujuannya sebelum
data mereka dikumpulkan bersamaan Persetujuan
semacam itu diterapkan pada beberapa jenis usaha,
misalnya permohonan kredit, asuransi, atau
kepegawaian.
2. Ketepatan Data • Data yang sensitif yang dikumpulkan dari individu
sebaiknya diverifikasi sebelum dimasukkan ke
database.
• Data sebaiknya akurat di berbagai tempat dan waktu.
• File data harus dapat dimanfaatkan supaya individu
dapat menjamin bahwa data tersebut adalah benar.
• Jika terdapat ketidaksetujuan terhadap keakuratan
data, versl individu sebaiknya diperhatikan dan
dimasukkan dengan beberapa perubahan pada
filetersebut.

3. Kerahasiaan Data • Prosedur keamanan komputer harus


diimplementasikan untuk memberikan jaminant yang
dapat dipertanggungjawabkan terhadap data yang
tidak diotorisasi. Keamanan komputer meliputi
kemanan fisik, teknis, dan administrasi.
• Pihak ketiga sebaiknya tidak diberikan akses
terhadap data tanpa sepengetahuan atau ijin individu,
kecuali diperlukan oleh hukum.
• Perubahan data sebaiknya diperhatikan dan
diperbarui selama data tersebut disimpan.
• Data sebaiknya tidak diubah dengan alasan tidak
sesuai dengan objektif bisnis pada saat data tersebut
dikumpulkan
Sumber : Mason, R. 1986. “Four Ethical Issues of Information Age.” MIS Quaterly,
Vol. 10(5): 5-11

3. Pengalihan Tenaga Kerja ke Teknologi


4. Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime)
5. Pembajakan Karya Cipta Intelektual
2.3 Kasus Etika Bisnis & Profesi Dan Teknologi Informasi

Bocornya Data Peserta BPJS Kesehataan

Bocornya data peserta BPJS Kesehatan yang dibobol oleh hacker menjadikan
catatan tersendiri dalam perlindungan data peserta BPJS Kesehatan dalam
keikutsertaan para anggotanya. Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kominfo) membenarkan bahwa data peserta BPJS Kesehatan dibobol oleh
hacker. Data yang seharusnya rahasia itu dijual di forum internet Raid
Forum oleh akun bernama Kotz. Akun Kotz menawarkan 279 juta data
penduduk Indonesia dengan tanggal posting 12 Mei 2021. Kotz juga
mengklaim akan menyediakan 1 juta data yang bisa diunduh gratis sebagai
sampel. Dari link yang diunduh Jawa Pos, data yang disimpan dalam format
Microsoft Excel itu memuat informasi seperti nama, nomor kepesertaan,
nomor telepon dan sebagainya. Kabar itu sebenarnya telah mencuat pada tanggal
20 Mei 2021. Kominfo juga melakukan investigasi dan mengonfirmasi bahwa data
peserta BPJS Kesehatan benar-benar bocor dan dimiliki oleh Kotz.

Peretasan atau hacking terhadap data-data pelanggan BPJS Kesehatan dan


juga data Covid 19 adalah sifatnya transaksional karena sudah ada
penawaran transaksi yang dijual di forum internet Raid Forum yang
dilakukan oleh akun bernama Kotz. Peretasan yang dideteksi hacker Kotz juga
adalah pelakunya dan ternyata melibatkan warga negara lain yakni terdeteksi
warga Afghanistan. Ini tentunya merupakan kejahatan lintas negara bukan
lintas dalam negeri saja. Tentunya hal yang demikian merupakan globalisasi
kejahatan ekonomi yang sangat berdampak luas bagi antar negara.

Solusi Kasus
Harus ada perlindungan hukum yang nyata dan utuh bagi kerahasiaan data
tersebut agar tidak bocor dan disalah gunakan oleh pihak lain dalam segala
hal transaksi yang dampaknya nantinya adalah adanya kerugian bagi negara
dan kerugian bagi para peserta BPJS Kesehatan.
Harus ada sinergi kesinambungan antar pihak agar perlindungan data BPJS
Kesehatan utuh dan tidak terhack oleh pihak lain yang ujung-ujungnya adalah
ditransaksikan. Menteri kesehatan harus proaktif melakukan pemantauan data-
data yang bocor tersebut juga Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Cybercrime Mabes
Polri, Pusat Pertahanan Siber Kementerian Pertahanan, Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam),
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko PMK) serta pihak-pihak lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prinsip Mampu Dipahami Pengguna TI perlu sadar bahwa siapa pun yang bekerja
atau terlibat dalam penggunaan teknologi dan TI harus siap menerima segala
risiko yang berkaitan dengan teknologi tersebut.

Prinsip Meminimalkan Risiko Prinsip ini mengandaikan bahwa untuk setiap


tindakan atau penggunaan alat maupun teknologi tertentu selalu terdapat peluang
terjadinya risiko sehingga segala bentuk teknologi yang diciptakan harus
mengakomodasi risiko di dalamnya sehingga risiko yang mungkin terjadi dapat
diminimalkan.

Hak Privasi (Privacy Right) Hak privasi adalah hak yang dimiliki individu atau
perusahaan untuk mengabaikan atau membatasi kegiatan pengumpulan dan
penggunaan informasi yang terkait dengan individu atau perusahaan
bersangkutan. Data sebaiknya dikumpulkan pada individu hanya untuk keperluan
menghasilkan objektif bisnis yang legitimasi. Data yang sensitif yang
dikumpulkan dari individu sebaiknya diverifikasi sebelum dimasukkan ke
database. Data sebaiknya tidak diubah dengan alasan tidak sesuai dengan objektif
bisnis pada saat data tersebut dikumpulkan

3.2 Saran
Kemajuan teknologi yang mengglobal telah terpengaruh dalam segala aspek
kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan dunia
pendidikan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam
kehidupan. Namun teknologi menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga
memungkinkan digunakan untuk hal-hal negatif. Oleh karena itu agar selalu
berhati-hati dalam menggunakan teknologi karena setiap orang yang
memanfaatkan teknologi informasi berbeda-beda ada yang menggunkan dalam
hal yang positif dan tidak menutup kemungkinan juga yang menggunkan
teknologi informasi ke dalam hal yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, N., H., S. (2019). Etika Bisnis: Panduan Bisnis Berwawasan Lingkungan Bagi
Profesional Indonesia. Penerbit Andi. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai