GASTROENTERITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing: NS. Halimatussadiah, MAN
Disusun Oleh:
Asri Febriyanti E.0105.20.006
Baharudin Ependi E.0105.20.009
Bayu Latipatul Alimah E.0105.20.010
Deliyanti Herliani E.0105.20.011
Eko Budi Santoso E.0105.20.015
Riyansah E.0105.20.037
Siti Stuwaibah Aslamiyyah E.0105.20.043
Kelompok 6
Diploma 3 Keperawatan
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Gastroenteritis atau enteritis adalah inflamasi pada lambung dan usus
halus. Enteritis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau toksin.
Manifestasi pada gastroentestinal atas antara lain anoreksia, mual, muntah, diare
dan kadang disertai dengan nyeri abdomen. Jika tidak ditangani dengan segera
dapat mengakibatkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan gangguan keseimbangan
dektrolit sehingga dapat menyebabkan kematian terutamanya pada anak. Diare
dengan intensitas yang beragam dan ketidaknyamanan abdomen merupakan
gambaran gastroenteritis yang sudah sangat umum.(Suriadi, 2010)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Arif Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis virus adalah penyakit dapat berlangsung self-limited
berupa diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala nausea,
muntah, anoreksia, malaise, demam, hingga dehidrasi berat bahkan dapat
berakibat fatal (Widagdo, 2012).
2. ETIOLOGI
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan
makanan yang penyebab utama diare pada anak, infeksi internal,
meliputi:
b. Infeksi bakteri merupakan Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis,
adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.d. Infeksi parasit Cacing,
protozoa, dan jamur.
2. Faktor Malabsorbsi
3. Malabsorbsi Karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
4. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
5. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum mengkonsumsi makanan.
6. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
3. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sodikin (2011)
1. Sering buang air besar dengan konsistensi feses makin cair, mungkin
mengandung darah dan atau lender, dan warna feses berubah menjadi
kehijau - hijauan karena bercampur cairan empedu.
2. Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.
3. Anus dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Dapat disertai muntah sebelum dan sesudah diare.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, berat badan turun, tonus otot dan turgor
kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.
4. PATOFISIOLOGI
Menurut Muttaqin (2011)
Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus (rotavirus, adenovirus, enteris,
virs norwalk), bakteri atau toksin (compylobacter, salmonella, escherihia coli,
yersinia dan lainnya), parasit, (biardia lambia, cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding
pada gastroenteritis.
Penularan gastroenteritis bia melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya Beberapa kasus ditemui penyebaran patoen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Gastroenteritis yang terjadi merupakan proses
dari transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam
usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya
sekresi cairan elektrolit Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan
absorpsi cairan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbal karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yangselanjtunya
akan menimbulkan diare.
5. PATHWAY
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010)
6. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GASTOENTERITIS
Menurut Sodikin (2011) Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian
diare yaitu :
1. Tidak memadainya penyediaan air bersih,
2. Air tercemar oleh tinja,
3. Kekurangan sarana kebersihan,
4. Pembuangan tinja yang tidak hygienis,
5. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang kurang baik,
6. Serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
7. KLASIFIKASI
Menurut Nanda (2012) Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik: diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare:
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%
sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5
sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer (2010)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari tiga 3 hari
tanpa pemberian antbiotik. Pemberian antibiotik diindikasikan pada
pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
bardarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong dan immunocompromised. Contoh antibiotik untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2X sehari, 3-5 hari), tetrasiklin 500 mg (oral
4X sehari, 3 hari), doksisklin 300 mg (oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500 mg, metronidazole 250 500 mg (4X sehari, 7-14 hari,
7-14 hari oral atau IV).
b. Obat Antidiare
Loperamid HCI serta komumasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Pengunaan kodein adalah 15-60 mg 3X sehari, loperamid 2-4 mg/3-4X
sehari an lomotil 5mg 3-4X sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bils diare aku dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah cairan: Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
Jumlah cairan yang telah hilang melalui dare dan muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses). Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung CWL (Concomitant Water losses)
2. Ada dua jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO): Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/1,
Karbohidrat 20 g/l, Kalori 85 cal.. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,
NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
2. Cairan Rehidrasi Oral yang tidak mengandung komponen-
komponen diatas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-
cairan yang tersedia dirumah dan lain-lain disebut CRO tidak
lengkap.
b. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagi
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
1. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
2. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Wicaksana, 2011).
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Arief Mansjoer (2010)
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratoris (pemeriksaan darah) Peningkatan LED (pada penyakit Chron
dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula
hipokalsemia dan avitaminosis D. peningkatan serum albumin, fosfatase
alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. penurunan
jumlah serum albumin pada klien penyakit chron
2. Pemeriksaan tinja :
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare
kronik
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
7. Kolonoskopi Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita
peradangan kolon.
8. Foto polos abdomen, pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi
pankreas, walaupun diduga terjadi insufiensi pankreas, sebaiknya diperiksa
dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) atau CT
pancreas.
10. KOMPLIKASI
Menurut Yuliani, Rita (2010)
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik.
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meterorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia
perubahan pada elektrokardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktose karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipotonik.
7. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
3. ANALISA DATA
Menurut PPNI, T. P. (2017)
Nyeri Akut
Agen pirogenic
Suhu tubuh
meningkat
Hipertermia
Frekuensi defekasi
Diare
membran mukosa
pucat, Diare Anoreksia
Defisit Nutrisi
Gangguan Integritas
Kulit
DO : Gastroenteritis Akut
Dehidrasi
Hipovolemia
Gastroenteritis Akut
(Diare)
Dehidrasi
Hipovolemia
Resiko Syok
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) d.d Mengeluh Nyeri,
Tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, diaforesis
2. Hipertemia b.d Dehidrasi d.d Suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah,
kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat
3. Diare b.d Proses infeksi d.d Nyeri/Kram abdomen, Defekasi lebih dari tiga
kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair, frekuensi peristaltik meningkat,
bising usus hiperaktif
4. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d Cepat
kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, Berat
badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, bising usus hiperaktif,
otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, Diare
5. Gangguan Integritas Kulit b.d Kekurangan atau kelebihan volume cairan
d.d Kerusakan jaringan dan/ atau lapisan kulit, Nyeri, Perdarahan,
Kemerahan
6. Hipovolemia b.d Kekurangan intake cairan d.d Merasa lemah, mengeluh
haus, Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, suhu tubuh meningkat
7. Resiko Syok d.d Kekurangan volume cairan
5. INTERVENSI KEPERAWAT
Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Hitung Edukasi
perubahan berat 1. Untuk
badan menjelaskan tujuan
dan prosedur
Edukasi
pemantaun
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantaun
3. Anjurkan 3. Untuk
meningkatkan menganjurkan
asupan nutrisi meningkatkan
asupan nutrisi
B. Intervensi
Pendukung B. Intervensi
Pendukung
a. Edukasi
Perawatan Kulit a. Edukasi Perawatan
Kulit
Observas
i Observasi
1. Identifikasi 1. Untuk
kesiapan dan mengidentifikasi
kemampuan kesiapan dan
menerima kemampuan
informasi menerima informasi
Terapeuti Terapeutik
k 1. Untuk
1. Sediakan menyediakan materi
materi dan dan media
media pendidikan kesehatan
pendidikan
Edukasi
kesehatan
1. Untik
Edukasi menganjurkan
1. Anjurkan minum cukup cairan
minum cukup
2. Untuk
cairan
menganjurkan
2. Anjurkan menggunakan
menggunakan pelembab
pelembab
3. Untuk
3. Anjurkan menganjurkan
membersihkan membersihkan
dengan air dengan air hangat
hangat bagian bagian perianal
perianal selama selama periode diare
periode diare
a. Manajemen Terapeutik
Syok 1. Untuk
memberikan posisi
Observas
syok (modified
i
trendelenberg)
1. Monitor
status cairan Kolaborasi
1. Untuk
Terapeuti
mengkolaborasi
k
pemberian infus
1. Berikan posisi
cairan kristaloid 1-2
syok (modified
L pada dewasa
trendelenberg)
Kolabora
si
1. Kolaborasi
pemberian infus
cairan kristaloid
1-2 L pada
dewasa
Tingkat Syok i
Terapeutik
Menurun, 1. Monitor
1. Untuk melakukan
dengan Kriteria status cairan skin test untuk
hasil: Terapeuti mencegah reaksi
1. Kekuatan nadi k
meningkat 1. Lakukan skin alergi
test untuk
2. Tingkat Edukasi
mencegah reaksi
kesadaran 1. Untuk
alergi
meningkat menjelaskan
Edukasi penyebab atau faktor
3. Akral dingin
1. Jelaskan risiko syok
menurun
penyebab atau
4. Pucat faktor Kolaborasi
risiko
menurun 1. Untuk
syok
mengkolaborasi
5. Haus menurun
Kolabora pemberian IV
si
B. Intervensi
1. Kolaborasi
Pendukung
pemberian IV
a. Edukasi Terapi
B. Intervensi
Cairan
Pendukung
Observasi
a. Edukasi
1. Untuk
Terapi Cairan
mengidentifikasi
Observas kesiapan dan
i kemampuan
1. Identifikasi menerima informasi
kesiapan dan
Terapeutik
kemampuan
1. Untuk
menerima
menyediakan materi
informasi
dan media
Terapeuti pendidikan kesehatan
k
Edukasi
1. Sediakan
1. Untuk
materi dan
menjelaskan
media
pentingnya cairan
pendidikan
kesehatan bagi tubuh
Edukasi 2. Untuk
1. Jelaskan mengajarkan
pentingnya mengatasi masalah
cairan bagi kekurangan atau
tubuh kelebihan cairan
secara mandiri
2. Ajarkan
mengatasi
masalah
kekurangan atau
kelebihan cairan
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer (2010) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010) Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta: EGC.
NANDA Internasional.2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2013-
2017, Jakarta:EGC