Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

GASTROENTERITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing: NS. Halimatussadiah, MAN

Disusun Oleh:
Asri Febriyanti E.0105.20.006
Baharudin Ependi E.0105.20.009
Bayu Latipatul Alimah E.0105.20.010
Deliyanti Herliani E.0105.20.011
Eko Budi Santoso E.0105.20.015
Riyansah E.0105.20.037
Siti Stuwaibah Aslamiyyah E.0105.20.043

Kelompok 6

Diploma 3 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi

Tahun Akademik 2020-2021

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS

A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI
Gastroenteritis atau enteritis adalah inflamasi pada lambung dan usus
halus. Enteritis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau toksin.
Manifestasi pada gastroentestinal atas antara lain anoreksia, mual, muntah, diare
dan kadang disertai dengan nyeri abdomen. Jika tidak ditangani dengan segera
dapat mengakibatkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan gangguan keseimbangan
dektrolit sehingga dapat menyebabkan kematian terutamanya pada anak. Diare
dengan intensitas yang beragam dan ketidaknyamanan abdomen merupakan
gambaran gastroenteritis yang sudah sangat umum.(Suriadi, 2010)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Arif Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis virus adalah penyakit dapat berlangsung self-limited
berupa diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala nausea,
muntah, anoreksia, malaise, demam, hingga dehidrasi berat bahkan dapat
berakibat fatal (Widagdo, 2012).

2. ETIOLOGI
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan
makanan yang penyebab utama diare pada anak, infeksi internal,
meliputi:
b. Infeksi bakteri merupakan Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis,
adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.d. Infeksi parasit Cacing,
protozoa, dan jamur.
2. Faktor Malabsorbsi
3. Malabsorbsi Karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
4. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
5. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum mengkonsumsi makanan.
6. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
3. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sodikin (2011)
1. Sering buang air besar dengan konsistensi feses makin cair, mungkin
mengandung darah dan atau lender, dan warna feses berubah menjadi
kehijau - hijauan karena bercampur cairan empedu.
2. Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.
3. Anus dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Dapat disertai muntah sebelum dan sesudah diare.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, berat badan turun, tonus otot dan turgor
kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.
4. PATOFISIOLOGI
Menurut Muttaqin (2011)
Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus (rotavirus, adenovirus, enteris,
virs norwalk), bakteri atau toksin (compylobacter, salmonella, escherihia coli,
yersinia dan lainnya), parasit, (biardia lambia, cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding
pada gastroenteritis.
Penularan gastroenteritis bia melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya Beberapa kasus ditemui penyebaran patoen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Gastroenteritis yang terjadi merupakan proses
dari transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam
usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya
sekresi cairan elektrolit Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan
absorpsi cairan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbal karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yangselanjtunya
akan menimbulkan diare.

5. PATHWAY
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010)
6. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GASTOENTERITIS
Menurut Sodikin (2011) Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian
diare yaitu :
1. Tidak memadainya penyediaan air bersih,
2. Air tercemar oleh tinja,
3. Kekurangan sarana kebersihan,
4. Pembuangan tinja yang tidak hygienis,
5. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang kurang baik,
6. Serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
7. KLASIFIKASI
Menurut Nanda (2012) Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik: diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare:
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%
sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5
sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer (2010)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari tiga 3 hari
tanpa pemberian antbiotik. Pemberian antibiotik diindikasikan pada
pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
bardarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong dan immunocompromised. Contoh antibiotik untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2X sehari, 3-5 hari), tetrasiklin 500 mg (oral
4X sehari, 3 hari), doksisklin 300 mg (oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500 mg, metronidazole 250 500 mg (4X sehari, 7-14 hari,
7-14 hari oral atau IV).
b. Obat Antidiare
Loperamid HCI serta komumasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Pengunaan kodein adalah 15-60 mg 3X sehari, loperamid 2-4 mg/3-4X
sehari an lomotil 5mg 3-4X sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bils diare aku dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah cairan: Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
Jumlah cairan yang telah hilang melalui dare dan muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses). Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung CWL (Concomitant Water losses)
2. Ada dua jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO): Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/1,
Karbohidrat 20 g/l, Kalori 85 cal.. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,
NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
2. Cairan Rehidrasi Oral yang tidak mengandung komponen-
komponen diatas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-
cairan yang tersedia dirumah dan lain-lain disebut CRO tidak
lengkap.
b. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagi
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
1. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
2. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Wicaksana, 2011).

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Arief Mansjoer (2010)
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratoris (pemeriksaan darah) Peningkatan LED (pada penyakit Chron
dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula
hipokalsemia dan avitaminosis D. peningkatan serum albumin, fosfatase
alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. penurunan
jumlah serum albumin pada klien penyakit chron
2. Pemeriksaan tinja :
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare
kronik
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
7. Kolonoskopi Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita
peradangan kolon.
8. Foto polos abdomen, pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi
pankreas, walaupun diduga terjadi insufiensi pankreas, sebaiknya diperiksa
dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) atau CT
pancreas.

10. KOMPLIKASI
Menurut Yuliani, Rita (2010)
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik.
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meterorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia
perubahan pada elektrokardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktose karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipotonik.
7. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Menurut Arif Muttaqin (2011)
a. Identitas
1) Umur
Umur pasien yang mengalami penyakit gastroenteritis menyerang pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6 -
11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaska anurunan insidence penyakit pada
anak yang lebih besar.
2) Alamat
Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang
penting dan perlu ditanya pada pasien, Penyimpanan makanan pada suhu
kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
3) Jenis Kelamin
Kebanyakan banyak dijumpai oleh kalangan perempuan dikarenakan di
lihat dari asupan nutrisi yang kurang baik.
4) Pekerjaan
Jenis pekerjaan dilingkungan yang beresiko yaitu tempat dalam kebersihan
dan dalam penyimpanan makanan kurang baik.
b. Keluhan Utama
Pada klien dengan gastroenteritis akut, keluhan utama yang biasa muncul adalah
diare dengan frekuensi BAB >3 kali/hari.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit sekarang pada klien gastroenteritis akut biasanya BAB
lebih dari 3 kali/hari, bercampur lendir atau darah, konsistensi feses cair,
waktu pengeluaran 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (Perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit yang pernah
menderita pernyakit yang sama atau penyakit lain
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan
dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Menurut Nanda (2012) Pemeriksaan Fisik Persistem
1. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
2. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
3. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
4. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
5. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

3. ANALISA DATA
Menurut PPNI, T. P. (2017)

No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Infeksi, Malabsorbsi, Nyeri Akut


Makanan
Mengeluh Nyeri

DO :
Gastroenteritis Akut
Tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi (Diare)
meningkat, sulit tidur,

tekanan darah
meningkat, pola napas BAB sering dengan
berubah, nafsu makan konsistensi encer
berubah, diaforesis

Reflek spasme otot


dinding

Nyeri Akut

2. DS : Infeksi, Malabsorbsi, Hipertermia


Makanan
-

DO :
Gastroenteritis Akut
Suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit merah, (Diare)
kejang, takikardi,

takipnea, kulit terasa
hangat Inflamasi saluran
pencernaan

Agen pirogenic

Suhu tubuh
meningkat

Hipertermia

3. DS : Infeksi, Malabsorbsi, Diare


Makanan
Nyeri/Kram abdomen
DO : 

Defekasi lebih dari tiga Gastroenteritis Akut


kali dalam 24 jam, feses
(Diare)
lembek atau cair,
frekuensi peristaltik 
meningkat, bising usus BAB sering dengan
hiperaktif konsistensi encer

Frekuensi defekasi

BAB encer dengan


atau tanpa darah

Diare

4. DS : Infeksi, Malabsorbsi, Defisit Nutrisi


Makanan
Cepat kenyang setelah
makan, kram/nyeri 
abdomen, nafsu makan
Gastroenteritis Akut
menurun
(Diare)
DO :

Berat badan menurun
minimal 10% dibawah Inflamasi saluran
rentang ideal, bising pencernaan
usus hiperaktif, otot

pengunyah lemah, otot
menelan lemah, Mual dan muntah

membran mukosa 
pucat, Diare Anoreksia

Defisit Nutrisi

5. DS : Infeksi, Malabsorbsi, Gangguan Integritas


Makanan Kulit
-

DO :
Gastroenteritis Akut
Kerusakan jaringan
dan/ atau lapisan kulit, (Diare)
Nyeri, Perdarahan,

Kemerahan
BAB sering dengan
konsistensi encer

Kulit di sekitar anus


lecet dan Iritasi

Kemerahan dan gatal

Gangguan Integritas
Kulit

6. DS : Infeksi, Malabsorbsi, Hipovolemia


Makanan
Merasa lemah,
mengeluh haus 

DO : Gastroenteritis Akut

Frekuensi nadi (Diare)


meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah 
menurun, turgor kulit
BAB sering dengan
menurun, membran
konsistensi encer
mukosa kering, suhu
tubuh meningkat 

Cairan yang keluar


banyak

Dehidrasi

Hipovolemia

7. DS : - Infeksi, Malabsorbsi, Resiko Syok


Makanan
DO : -

Gastroenteritis Akut

(Diare)

BAB sering dengan


konsistensi encer

Cairan yang keluar


banyak

Dehidrasi


Hipovolemia

Resiko Syok

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut PPNI, T. P. (2017)

1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (Inflamasi) d.d Mengeluh Nyeri,
Tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, diaforesis
2. Hipertemia b.d Dehidrasi d.d Suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah,
kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat
3. Diare b.d Proses infeksi d.d Nyeri/Kram abdomen, Defekasi lebih dari tiga
kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair, frekuensi peristaltik meningkat,
bising usus hiperaktif
4. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d Cepat
kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, Berat
badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, bising usus hiperaktif,
otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, Diare
5. Gangguan Integritas Kulit b.d Kekurangan atau kelebihan volume cairan
d.d Kerusakan jaringan dan/ atau lapisan kulit, Nyeri, Perdarahan,
Kemerahan
6. Hipovolemia b.d Kekurangan intake cairan d.d Merasa lemah, mengeluh
haus, Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, suhu tubuh meningkat
7. Resiko Syok d.d Kekurangan volume cairan
5. INTERVENSI KEPERAWAT

Menurut PPNI, T. P. (2018)

No Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri Akut Setelah A. Intervensi A. Intervensi Utama


b.d Agen dilakukan Utama
a. Manajamen Nyeri
pencedera tindakan
a. Manajamen
fisiologis keperawatan  Observasi
Nyeri
(Inflamasi) d.d selama 1×24 jam 1. Untuk

diharapkan  Observas mengidentifikasi


DS :
Tingkat Nyeri i skala nyeri
Mengeluh
Menurun, 1. Identifikasi
Nyeri,  Terapeutik
dengan Kriteria skala nyeri 1. Untuk
DO : Tampak hasil:
 Terapeuti memberikan teknik
meringis,
1. Keluhan nyeri k nonfarmakologis
gelisah,
menurun 1. Berikan untuk mengurangi
frekuensi nadi
teknik rasa myeri
meningkat, 2. Meringis
nonfarmakologi
sulit tidur, menurun  Edukasi
s untuk
tekanan darah 1. Untuk
3. Gelisah mengurangi rasa
meningkat, menjelaskan strategi
menurun myeri
pola napas meredakan nyeri
berubah, nafsu 4. Kesulitan tidur  Edukasi
 Kolaborasi
makan menurun 1. Jelaskan
1. Untuk
berubah, 5. Diaforesis strategi
mengkolaborasi
diaforesis menurun meredakan nyeri
pemberian analgetik
6. Anoreksi  Kolabora
B. Intervensi
si
menurun 1. Kolaborasi Pendukung
pemberian
7. Mual menurun a. Pemantauan Nyeri
analgetik
8. Muntah  Observasi
B. Intervensi
menurun 1. Untuk
Pendukung
mengidentifikasi
9. Frekuensi nadi
a. Pemantauan faktor pencetus dan
membaik
Nyeri pereda nyeri
10. Pola napas
 Observas  Terapeutik
membaik
i 1. Untuk mengatur
1. Identifikasi interval waktu
faktor pencetus pemantauan sesuai
dan pereda nyeri dengan kondisi
pasien
 Terapeuti
k  Edukasi
1. Atur interval 1. Untuk
waktu menjelaskan tujuan
pemantauan dan prosedur
sesuai dengan pemantauan
kondisi pasien

 Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan

2. Hipertemia Setelah A. Intervensi A. Intervensi Utama


b.d Dehidrasi dilakukan Utama
a. Manajemen
d.d tindakan
a. Manajemen Hipertermia
keperawatan
DS : - Hipertermia
selama 1×24 jam  Observasi

diharapkan  Observas 1. Untuk


DO : Suhu Termoregulasi i mengidentifikasi
tubuh diatas Membaik, 1. Identifikasi penyebab
nilai normal, dengan Kriteria penyebab hipertermia
kulit merah, hasil: hipertermia
2. Untuk memonitor
kejang,
1. Kulit merah 2. Monitor suhu suhu tubuh
takikardi,
menurun tubuh
takipnea, kulit  Terapeutik

terasa hangat 2. Pucat  Terapeuti 1. Untuk


menurun k menyediakan
1. Sediakan lingkungan yang
3. Takikardi
lingkungan yang dingin
menurun
dingin
2. Untuk
4. Takipnea
2. Berikan memberikan cairan
menurun
cairan oral oral
5. Bradikardi
 Edukasi  Edukasi
menurun
1. Anjurkan 1. Untuk
6. Suhu tubuh
tirah baring menganjurkan tirah
membaik
baring
 Kolabora
7. Tekanan darah
si  Kolaborasi
membaik
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian mengkolaborasi
cairan dan pemberian cairan dan
elektrolit elektrolit intravena
intravena
B. Intervensi
B. Intervensi Pendukung
Pendukung
a. Edukasi Dehidrasi
a. Edukasi
 Observasi
Dehidrasi
1. Untuk
 Observas mengidentifikasi
i kemampuan pasien
1. Identifikasi dan keluarga
kemampuan menerima informasi
pasien dan
 Terapeutik
keluarga
1. Untuk
menerima
mempersiapkan
informasi
materi, media dan
 Terapeuti alat formulir balans
k cairan
1. Persiapkan
 Edukasi
materi, media
1. Untuk
dan alat formulir
menjelaskan tanda
balans cairan
dan gejala dehidrasi
 Edukasi
2. Untuk
1. Jelaskan
menganjurkan
tanda dan gejala
memperbanyak
dehidrasi
minum
2. Anjurkan
3. Untuk
memperbanyak
mengajarkan menilai
minum
status hidrasi
3. Ajarkan berdasarkan warna
menilai status urine
hidrasi
berdasarkan
warna urine

3. Diare b.d Setelah A. Intervensi A. Intervensi Utama


Proses infeksi dilakukan Utama
a. Manajamen Diare
d.d tindakan
a. Manajamen
keperawatan  Observasi
DS : Diare
selama 1×24 jam 1. Untuk
Nyeri/Kram
diharapkan  Observas mengidentifikasi
abdomen,
DO : Defekasi Eliminasi Fekal i penyebab diare
lebih dari tiga Membaik, 1. Identifikasi
2. Untuk memonitor
kali dalam 24 dengan Kriteria penyebab diare
warna, volume,
jam, feses hasil:
2. Monitor frekuensi, dan
lembek atau
1. Nyeri warna, volume, konsistensi tinja
cair, frekuensi
Abdomen frekuensi, dan
peristaltik 3. Untuk memonitor
menurun konsistensi tinja
meningkat, tanda dan gejala

bising usus 2. Konsistensi 3. Monitor tanda hypovolemia

hiperaktif feses membaik dan gejala


4. Untuk memonitor
hypovolemia
3. Frekuensi iritasi dan ulserasi
defekasi 4. Monitor kulit di daerah
membaik iritasi dan perianal
ulserasi kulit di
4. Peristaltik  Terapeutik
daerah perianal
usus membaik 1. Untuk
 Terapeuti memberikan asupan
k cairan oral
1. Berikan
2. Untuk
asupan cairan
memberikan cairan
oral
intravena
2. Berikan
3. Untuk mengambil
cairan intravena
sampel feses untuk
3. Ambil sampel kultur
feses untuk
 Edukasi
kultur
1. Untuk
 Edukasi menganjurkan
1. Anjurkan makanan porsi kecil
makanan porsi dan sering secara
kecil dan sering bertahap
secara bertahap
 Kolaborasi
 Kolabora 1. Untuk
si mengkolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
pemberian obat antimotilitas
antimotilitas
B. Intervensi
B. Intervensi Pendukung
Pendukung
a. Manajemen Cairan
a. Manajemen
 Observasi
Cairan
1. Untuk memonitor
 Observas status hidrasi
i
 Terapeutik
1. Monitor
1. Untuk mencatat
status hidrasi
intake-output dan
 Terapeuti hitung balans cairan
k 24 jam
1. Catat intake-
2. Untuk
output dan
memberikan asupan
hitung balans
cairan
cairan 24 jam
 Kolaborasi
2. Berikan
1. Untuk
asupan cairan
mengkolaborasi
 Kolabora pemberian diuretik
si
1. Kolaborasi
pemberian
diuretik

4. Defisit Nutrisi Setelah A. Intervensi A. Intervensi Utama


b.d dilakukan Utama
a. Manajemen
Ketidakmamp tindakan
a. Manajemen
uan keperawatan Nutrisi Nutrisi
mengabsorbsi selama 1×24 jam
 Observas  Observasi
nutrien d.d diharapkan
i 1. Untuk
Status Nutrisi
DS : - Cepat 1. Identifikasi mengidentifikasi
Membaik,
kenyang status nutrisi status nutrisi
dengan Kriteria
setelah makan,
hasil: 2. Monitor 2. Untuk memonitor
kram/nyeri
asupan makanan asupan makanan
abdomen, 1. Kekuatan otot
nafsu makan otot menelan  Terapeuti  Terapeutik
menurun, meningkat k 1. Untuk
DO : Berat 1. Berikan memberikan
2. Perasaan cepat
badan makanan tinggi makanan tinggi serat
kenyang
menurun serat untuk untuk mencegah
menurun
minimal 10% mencegah konstipasi
dibawah 3. Nyeri konstipasi
 Edukasi
rentang ideal, abdomen  Edukasi 1. Untuk
bising usus menurun
1. Ajarkan diet mengajarkan diet
hiperaktif, otot 4. Diare yang yang diprogramkan
pengunyah menurun diprogramkan
lemah, otot  Kolaborasi
5. Bising usus  Kolabora 1. Untuk
menelan
membaik si mengkolaborasi
lemah,
membran Membran 1.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi

mukosa pucat, mukosa dengan ahli gizi untuk menentukan

Diare membaik untuk jumlah kalori dan


menentukan jenis nutrien yang
jumlah kalori dibutuhkan
dan jenis nutrien
B. Intervensi
yang dibutuhkan
Pendukung
B. Intervensi
a. Pemantauan
Pendukung
Nutrisi
a. Pemantauan  Observasi
Nutrisi 1. Untik
mengidentifikasi
 Observas
faktor yang
i
mempengaruhi
1. Identifikasi
asupan gizi
faktor yang
mempengaruhi 2. Untuk
asupan gizi mengidentifikasi
kelainan eliminasi
2. Identifikasi
kelainan 3. Untuk memonitor
eliminasi mual dan muntah

3. Monitor mual  Terapeutik


dan muntah 1. Untuk menimbang
berat badan
 Terapeuti
k 2. Untuk menghitung
1. Timbang perubahan berat
berat badan badan

2. Hitung  Edukasi
perubahan berat 1. Untuk
badan menjelaskan tujuan
dan prosedur
 Edukasi
pemantaun
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantaun

5. Gangguan Setelah A. Intervensi A. Intervensi Utama


Integritas dilakukan Utama
a. Perawatan
Kulit b.d tindakan
a. Perawatan Integritas Kulit
Kekurangan keperawatan
Integritas Kulit
atau kelebihan selama 1×24 jam  Observas  Observasi
volume cairan diharapkan i 1. Untuk
d.d Integritas Kulit 1. Identifikasi mengidentifikasi
Dan Jaringan penyebab penyebab gangguan
DS : -
Meningkat, gangguan integritas kulit
DO : dengan Kriteria integritas kulit
Kerusakan  Terapeutik
hasil:
 Terapeuti 1. Untuk mengubah
jaringan dan/
1. Hidrasi k posisi tiap 2 jam jika
atau lapisan
meningkat 1. Ubah posisi tirah baring
kulit, Nyeri,
tiap 2 jam jika
Perdarahan, 2. Kerusakan 2. Untuk
tirah baring
Kemerahan lapisan kulit membersihkan
menurun 2. Bersihkan perineal dengan air
perineal dengan hangat, terutama
3. Nyeri
air hangat, selama periode diare
menurun
terutama selama
4. Perdarahan  Edukasi
periode diare
menurun 1. Untuk
 Edukasi menganjurkan
5. Kemerahan
1. Anjurkan menggunakan
menurun
menggunakan pelembab
6. Suhu kulit pelembab
2. Untuk
membaik
2. Anjurkan menganjurkan
minum air yang minum air yang
cukup cukup

3. Anjurkan 3. Untuk
meningkatkan menganjurkan
asupan nutrisi meningkatkan
asupan nutrisi
B. Intervensi
Pendukung B. Intervensi
Pendukung
a. Edukasi
Perawatan Kulit a. Edukasi Perawatan
Kulit
 Observas
i  Observasi
1. Identifikasi 1. Untuk
kesiapan dan mengidentifikasi
kemampuan kesiapan dan
menerima kemampuan
informasi menerima informasi

 Terapeuti  Terapeutik
k 1. Untuk
1. Sediakan menyediakan materi
materi dan dan media
media pendidikan kesehatan
pendidikan
 Edukasi
kesehatan
1. Untik
 Edukasi menganjurkan
1. Anjurkan minum cukup cairan
minum cukup
2. Untuk
cairan
menganjurkan
2. Anjurkan menggunakan
menggunakan pelembab
pelembab
3. Untuk
3. Anjurkan menganjurkan
membersihkan membersihkan
dengan air dengan air hangat
hangat bagian bagian perianal
perianal selama selama periode diare
periode diare

6. Hipovolemia Setelah A. Intervensi A. Intervensi Utama


b.d dilakukan
Kekurangan tindakan Utama a. Manajemen
intake cairan keperawatan Hipovolemia
a. Manajemen
d.d selama 1×24 jam
Hipovolemia  Observasi
diharapkan
DS : Merasa 1. Untuk meriksa
Status Cairan  Observas
lemah, tanda dan gejala
Membaik, i
mengeluh hipovolemia
dengan Kriteria 1. Periksa tanda
haus,
hasil: dan gejala 2. Untuk memonitor
DO : hipovolemia intake dan output
1. Turgor kulit
Frekuensi nadi cairan
meningkat 2. Monitor
meningkat,
intake dan  Terapeutik
nadi teraba 2. Perasaan
output cairan 1. Untuk
lemah, lemah menurun
memberikan asupan
tekanan darah  Terapeuti
3. Keluhan haus cairan oral
menurun, k
menurun
turgor kulit 1. Berikan  Edukasi
menurun, 4. Frekuensi nadi asupan cairan 1. Untuk
membran membaik oral menganjurkan
mukosa 5. Tekanan darah memperbanyak
 Edukasi
kering, suhu membaik asupan cairan oral
1. Anjurkan
tubuh
6. Membran memperbanyak  Kolaborasi
meningkat
mukosa asupan cairan 1. Untuk
membaik oral menngkolaborasi
pemberian cairan IV
7. Intake cairan  Kolabora
isotonis (NaCL, RL)
membaik si
1. Kolaborasi B. Intervensi
8. Suhu tubuh
pemberian Pendukung
membaik
cairan IV
a. Manajemen Syok
isotonis (NaCL,
RL)  Observasi
1. Untuk memonitor
B. Intervensi
Pendukung status cairan

a. Manajemen  Terapeutik
Syok 1. Untuk
memberikan posisi
 Observas
syok (modified
i
trendelenberg)
1. Monitor
status cairan  Kolaborasi
1. Untuk
 Terapeuti
mengkolaborasi
k
pemberian infus
1. Berikan posisi
cairan kristaloid 1-2
syok (modified
L pada dewasa
trendelenberg)

 Kolabora
si
1. Kolaborasi
pemberian infus
cairan kristaloid
1-2 L pada
dewasa

7. Resiko Syok Setelah A. Intervensi A. Intervensi Utama


d.d dilakukan Utama
a. Pencegahan Syok
Kekurangan tindakan
a. Pencegahan
volume cairan keperawatan  Observasi
Syok
selama 1×24 jam 1. Untuk memonitor

diharapkan  Observas status cairan

Tingkat Syok i
 Terapeutik
Menurun, 1. Monitor
1. Untuk melakukan
dengan Kriteria status cairan skin test untuk
hasil:  Terapeuti mencegah reaksi
1. Kekuatan nadi k
meningkat 1. Lakukan skin alergi
test untuk
2. Tingkat  Edukasi
mencegah reaksi
kesadaran 1. Untuk
alergi
meningkat menjelaskan
 Edukasi penyebab atau faktor
3. Akral dingin
1. Jelaskan risiko syok
menurun
penyebab atau
4. Pucat faktor  Kolaborasi
risiko
menurun 1. Untuk
syok
mengkolaborasi
5. Haus menurun
 Kolabora pemberian IV
si
B. Intervensi
1. Kolaborasi
Pendukung
pemberian IV
a. Edukasi Terapi
B. Intervensi
Cairan
Pendukung
 Observasi
a. Edukasi
1. Untuk
Terapi Cairan
mengidentifikasi
 Observas kesiapan dan
i kemampuan
1. Identifikasi menerima informasi
kesiapan dan
 Terapeutik
kemampuan
1. Untuk
menerima
menyediakan materi
informasi
dan media
 Terapeuti pendidikan kesehatan
k
 Edukasi
1. Sediakan
1. Untuk
materi dan
menjelaskan
media
pentingnya cairan
pendidikan
kesehatan bagi tubuh

 Edukasi 2. Untuk
1. Jelaskan mengajarkan
pentingnya mengatasi masalah
cairan bagi kekurangan atau
tubuh kelebihan cairan
secara mandiri
2. Ajarkan
mengatasi
masalah
kekurangan atau
kelebihan cairan
secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2010) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010) Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta: EGC.
NANDA Internasional.2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2013-
2017, Jakarta:EGC

PPNI ,T. P. (2016).Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Sodikin (2011)Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier Jakarta: Salemba
Medika

Widagdo, (2012) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta:EGC

Yuliani, Rita (2010) Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 10Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai