Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI PEMBELAJARAN PENJAS

DOSEN
Drs. Suryadi Damanik, M.Kes

DISUSUN OLEH :
Bagas Firmansyah

KELAS:
1V-C PJKR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN dan REKREASI
2020/2021
1.Simak dan analisis materi di bawah ini, selanjutnya dengan menelusuri sumber lainnya
rumuskan atau sintesakan defenisi konseptual dari: a) belajar b) Mengajar dan c) karakteristik
peserta didik berdasarkan paradigma pembelajaran abad 21.

Belajar merupakan sebuah usaha dari seseorang untuk mendapatkan sebuah penngalaman
ataupun ilmu, seseorang bisa disebut dengan belajar apabila ia melakukan suatu proses kegiatan
yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Terdapat dua aliran teori belajar, yakni aliran
teori belajar tingkah laku (behavioristic) dan teori belajar kognitif.
Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga
menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efisien. Dalam hal
membimbing siswa belajar, guru harus mengupayakan agar hasil belajar yang diperoleh efektif
dan efisien. Penguasaan azas-azas didaktik yang merupakan patokan umum dalam mengajar
merupakan suatu kewajiban bagi guru. Tapi keberhasilan belajar mengajar tidak hanya
ditentukan oleh itu saja, artinya azas-azas didaktik itu tidak selamanya menambah keberhasilan
suatu pengajaran tanpa didukung oleh faktor-faktor yang lainnya pribadi guru itu sendiri, pribadi
murid, dan lingkungan sekolah. Suatu proses belajar harus bersifat praktis dan langsung artinya
bila seseorang ingin mempelajari sesuatu maka ia harus berinteraksi dengan lingkungannya. Pada
dasarnya peristiwa belajar dan hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh individu itu sendiri,
bukan oleh orang lain. Semakin sering individu berinteraksi dengan lingkungannya belajar maka
semakin banyak pengalamannya dalam belajar. Selain individu yang berpengaruh dalam
keberhasilan belajar, juga tidak lepas dari faktor-faktor lainnya, di antaranya tempat belajar,
teman belajar, dan suasana tempat belajar. Suasana tempat belajar yang kurang baik
menyebabkan konsentrasi belajar menjadi buyar, sehingga hasil belajar tidak memuaskan.

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Kuhn , dan kemudian dipopulerkan oleh
Friedrichs . Paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of
thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang
spesifik . Definisi tersebut dipertegas oleh
Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Dengan demikian dapatlah dipahami
bahwa paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Paradigma dibagi menjadi tiga elemen yang meliputi; epistemologi, ontologi, dan metodologi .
Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu. Ontologi
berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfokuskan pada
bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan. Peserta didik akan lebih mudah untuk mengingat
materi jika mereka mencari tahu sendiri mengenai materi yang ingin dipelajari dibandingkan
dengan diberitahu oleh Guru.
Terkadang Guru lupa bahwa sebenarnya di zaman ini, semua materi yang ada di buku sekolah
sudah ada di internet, mereka tinggal mencari saja di internet maka semua informasi yang
mereka inginkan dapat segera mereka dapatkan. Contohnya, jika Guru ingin mengajarkan
tentang Phytagoras. Guru tidak perlu lagi menceramahi panjang lebar mengenai phytagoras
tetapi biarkan mereka mencari sendiri mengenai hal tersebut dan ketika di kelas mereka tinggal
berlatih saja dengan menggunakan kasus-kasus yang telah disiapkan oleh Guru sebelumnya
sekaligus diskusi mengenai informasi yang mereka belum pahami.
Komputasi. Pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
merumuskan masalah bukan hanya menyelesaikan atau menjawab masalah. Ketika mereka akan
terjun ke dalam masyarakat, maka anak-anak didik kita akan menghadapi ketidak pastian dan hal
ini juga sudah kita rasakan saat ini. Ketika banyak sekali bisnis retail menutup gerai mereka satu
persatu maka ada asumsi bahwa bisnis retail masanya sudah habis digantikan dengan bisnis
digital tetapi dalam kenyataannya perusahaan yang bergerak dalam bisnis digital juga melakukan
PHK besar-besaran sehingga menimbulkan banyak sekali spekulasi dalam masyarakat.
Komunikasi. Pembelajaran yang mampu mengembangkan siswa dalam hal berkomunikasi dan
berkolaborasi dalam berbagai permasalahan kontekstual yang dihadapinya. Komunikasi generasi
saat ini tentunya berbeda dengan generasi sebelumnya bahkan komunikasi generasi saat ini
cenderung lebih mengarah ke nonverbal melalui dunia maya yang sedang mereka gandrungi dan
terkadang lupa bahwa sebenarnya komunikasi yang paling hebat dan yang paling efektif adalah
komunikasi verbal.
Para pendidik dan lingkungan harus mengingatkan ini jika sebenarnya teknologi komunikasi
hanya merupakan alat bantu, bukan segala-galanya. Pendidik harus memiliki strategi untuk
membuat peserta didiknya mahir dalam berkomunikasi secara verbal karena terkadang seorang
peserta didik sangat gugup ketika melakukan komunikasi secara verbal tetapi sangat lancar
ketika berkomunikasi melalui dunia maya. Hal ini yang perlu kita waspadai, karena jika kita
perhatikan pengusaha-pengusaha yang bergerak dalam dunia bisnis digital saat ini.
Harus kita akui mereka memiliki kemampuan komunikasi verbal yang hebat dalam meyakinkan
para investor untuk menanamkan uang yang bernilai besar ke dalam bisnis mereka dan itu pasti
akan dibutuhkan oleh peserta didik kita dimasa mereka. Selain itu komunikasi juga penting untuk
melakukan kolaborasi dalam dunia digital karena hampir semua bisnis di masa depan
membutuhkan kolaborasi termasuk bisnis-bisnis digital yang ada saat ini.

Anda mungkin juga menyukai