Anda di halaman 1dari 155

TUCAS : GRITIGAL

JOURNAL REVIEW
K^WJLI GF@CNELJFEL @ILAWLBL

JLCL CLALTFTRL ; EALFW^I L[CF I^GFT (8<1<<<<=<7)


O@TNJ]NJBLC]^ ; Or. Alriloi, T.]o., C.ens.
CLTL E^IFLA ; Gi`cneljiel @ilarlbl

]W@BWLC TT^OF ]NJOFOFELJ KLTCLJF, ENTNALTLJ olj WNEWNLTF


^JFXNWTFTLT JNBNWF CNOLJ CNOLJ
Guilj L]WFI 7=7=
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul “CRITICAL JOURNAL REVIEW”. Tujuannya makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomekanika Olahraga yang diberikan oleh
Bapak Dr. Hariadi, S.Pd., M.kes. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih
adanya kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersihat membangun dan mendidik dari para pembaca agar ke depannya
penulis dapat lebih baik. Harapan penulis makalah ini dapat bermanhaat bagi para pembaca
dan dapat menjadi sumber reherensi. Terima kasih

Medan, 19 April 2020

Penulis
JURNAL NATIONAL <

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan beladiri Taekwondo di Kabupaten Lombok Timur bisa
dikatakan masih belum terlalu berkembang pesat, dilihat dari jumlah Dojang di
Kabupaten Lombok Timur masih bisa dihitung dengan jari, diantaranya Dojang

Pancor, Dojang Keruak, dan Dojang Pringgabaya. Walaupun Taekwondo di Lombok


Timur belum berkembang dengan pesat, tetapi jumlah anggota disetiap Dojang
terhitung cukup banyak, dan sudah menorehkan prestasi, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya suatu kejuaraan sudah diikuti antar daerah maupun provinsi bahkan
kejuaran nasional, sehingga dari hasil kejuaraan tersebut menghasilkan atlet-atlet
muda berbakat. Teknik tendangan Taekwondo beragam jenisnya salah satunya
tendangan Ap Chagi (tendangan ke depan). Taekwondoin junior merupakan atlet yang
masih tergolong pemula dan belum sepenuhya menguasai atau memahami unsur-
unsur dari gerakan tendangan Ap Chagi.

Sehingga peneliti berkeinginan memperbaiki kesalahan gerakan yang sering


terjadi dan dilakukan secara terus menerus disaat berlatih sehingga tidak terbiasa
melakukan kesalahan pada saat bertanding, dengan menganalisis tahapan gerakan
tendangan Ap Chagi dan sudut segmen tubuh pada atlet Taekwondoin junior
Kabupaten Lombok Timur menggunakan analisis menggunakan program Darthish
. Dengan menganalisis tahapan gerakan tendangan Ap Chagi, dan sudut segmen tubuh
pada atlet Taekwondo, peneliti berharap khususnya kepada atlet Taekwondo Lombok
Timur dapat meningkatkan kualitas tendangan Ap Chagi dengan
memperhatikan unsur gerak secara mekanika.

B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gerakan pada tahapan gerakan
tendangan Ap Chagi pada Taekwondoin junior putra Kabupaten Lombok Timur
dan untuk mengkaji hasil analisis tahapan gerakan tendangan Ap Chagi pada
Taekwondoin junior putra Kabupaten Lombok Timur.

C. METODE
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptih kuantitatih,

apabila ditinjau dari jenis pendekatan termasuk Action Research yaitu upaya menguji
cobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau merubah sesuatu agar
memperoleh dampak nyata dari situasi, yang terdiri dari siklus (rehleksi, perencanaan,
aksi/tindakan dan observasi) dan pada penelitian ini menggunakan dua siklus yang
tersiri dari tiga kali rehleksi.

D. HASIL PENELITIAN
Dari 3 atlet yang menjadi subjek penelitian diperoleh satu atlet yang

mendapatkan hasil terbaik, pada tendangan Ap Chagi, hasil terbaik diperoleh pada
subjek penelitian AKB. Penelitian menyimpulkan perbaikan gerakan berupa
pendampingan dan arahan dari peneliti, pelatih dan Expert Judgement, berupa latihan
hisik dan latihan teknik dasar tendangan Ap Chagi. Dan hasil tendangan Ap Chagi
yang paling baik atau ehektih terdapat pada rehleksi III, dapat dilihat pada
Taekwondoin AKB dengan waktu 0,34 s, jarak tendangan dengan sasaran 1,60 m,
sehingga menghasilkan kecepatan 5,0 m/s. Berikutnya untuk sudut tangan 51.3°,
sudut kemiringan punggung 141,8°, sudut bukaan kaki sebesar 101,0°, sudut putaran
telapak kaki sebesar 50,0° dan tepat pada sasaran yang telah ditentukan.
JPEHS 3 (2)
(2016)

Journal of Physical Education, Health and Sport

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpehs

ANALISIS GERAKAN TENDANGAN L] DALBF PADA TAEKWONDOIN


JUNIOR PUTRA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Nopi Hariadi

Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia

Abstrak
Info Artikel

Sejarah Artikel:
Tendangan Ap Chagi ini merupakan teknik tendangan yang paling mendasar yang harus dikuasai
Taekwondoin dan dapat menghasilkan poin tiga. (WTF Competition Rules & Interpretation, 2012:
Diterima September 2016 22). Jenis penelitian yaitu jenis penelitian deskriptih kuantitatih dan bila ditinjau dari jenis
Disetujui Oktober 2016 pendekatannya termasuk Action Research (Penelitian tindakan). Instrumen penelitian dalam
Dipublikasikan November penelitian ini menggunakan Software Dartfish Handycam dan Laptop. Analisis data menggunakan
2016 Analyzer pada Software Dartfish serta penilaan dari Expert Judgement yang meliputi sudut tangan,
sudut kemiringan punggung, sudut bukaan kaki dan sudut putaran telapak kaki, serta kecepatan dan
ketepatan tendangan. Dari 3 atlet yang menjadi subjek penelitian diperoleh satu atlet yang
mendapatkan hasil terbaik, pada tendangan Ap Chagi, hasil terbaik diperoleh pada subjek penelitian
AKB. Penelitian menyimpulkan perbaikan gerakan berupa pendampingan dan arahan dari peneliti,
pelatih dan Expert Judgement, berupa latihan hisik dan latihan teknik dasar tendangan Ap Chagi. Dan
hasil tendangan Ap Chagi yang paling baik atau ehektih terdapat pada rehleksi III , dapat dilihat pada
Keywords:
Taekwondoin AKB dengan waktu 0,34 s, jarak tendangan dengan sasaran 1,60 m,
sehingga menghasilkan kecepatan 5,0 m/s. Berikutnya untuk sudut tangan 51.3°, sudut kemiringan
Analysis of Moνement; Techincal punggung 141,8°, sudut bukaan kaki sebesar 101,0°, sudut putaran telapak kaki sebesar 50,0° dan
Kick of Ap Chagi; Taekwondo; tepat pada sasaran yang telah ditentukan.

Junior Athlete

Abstract

The “Ap Chagi” kick is a basic kick technique that a Takwondoin must muster it and able to giνe
three point (WTF competition rules & interpretation, 20l2:22) This research is a descriptiνe
quantitatiνe research and an action research (if reνiewed from the approach of the research).
Instruments of the research was using Dartfish Handycam Software and Laptop. Data analysis was
using analyzer on Dartfish Software and assesment from the expert judgement consisting angle of
hand, angle of back, angle of opened leg and angle of rotation of foot sole and also speed of kick and
accuracy of target. From 3 athletes who become subjet of the research, l athlet obtained the best
result, on the “Ap Chagi” kick the best result was obtained on subject of the research AKB. Result of
the research concluded improνement of the form of assistance and referrals moνement of
researchers, trainers and expert judgment, in the form of physical exercise and practice basic
techniques Ap Chagi kick. And result that the ap chagi kick is most excellent or effectiνe in reflection
III. It was known that on the Taekwondoin AKB with time 0,34 s, distanca of kick and target l,60
m, so resultin νelocity 5,0 m/s. next, for angle of hand 5l,3°, angle of back l4l,8°, angle of opened
leg l0l,0°, angle of rotation of foot sole 50,0°, and right on the determined target.

© 2016 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2354-8231 (online)


E-mail: nopihariadi@yahoo.co.id
ISSN 2354-7901 (cetak)

73
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

dapat meningkatkan kualitas tendangan Ap


Chagi dengan memperhatikan unsur gerak
secara mekanika.

PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk


mengkaji gerakan pada tahapan gerakan
tendangan Ap Chagi pada Taekwondoin
Perkembangan beladiri Taekwondo di junior putra Kabupaten Lombok Timur
dan untuk

Kabupaten Lombok
masih belum Timur
terlalu bisa dikatakan
berkembang pesat, m en hAa CahnaaglisispadtaahaTpaanekwgoen
t ten da
g k aj i spil radkoain
n g an
dilihat dari jumlah Dojang di Kabupaten Chagi, dan sudut segmen tubuh pada atlet
Lombok Timur masih bisa dihitung dengan Taekwondo, peneliti berharap khususnya
jari, diantaranya Dojang Pancor, Dojang kepada atlet Taekwondo Lombok
Keruak, Timur

dan Dojang Pringgabaya. Walaupun


Taekwondo di Lombok Timur belum
berkembang dengan pesat, tetapi jumlah
anggota disetiap Dojang terhitung cukup
banyak, dan sudah menorehkan prestasi, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya suatu
kejuaraan sudah diikuti antar daerah maupun
provinsi bahkan kejuaran nasional, sehingga
dari hasil kejuaraan tersebut menghasilkan
atlet-atlet muda berbakat. Teknik tendangan
Taekwondo beragam jenisnya salah satunya
tendangan Ap Chagi (tendangan ke depan).
Taekwondoin junior merupakan atlet yang
masih tergolong pemula dan belum
sepenuhya menguasai atau

memahami unsur-unsur dari gerakan


tendangan Ap Chagi.

Sehingga peneliti berkeinginan


memperbaiki kesalahan gerakan yang sering
terjadi dan dilakukan secara terus menerus
disaat berlatih sehingga tidak terbiasa
melakukan kesalahan pada saat bertanding,

dengan menganalisis tahapan gerakan


tendangan Ap Chagi dan sudut segmen
tubuh pada atlet Taekwondoin junior
Kabupaten

Lombok Timur menggunakan analisis


menggunakan program Darthish . Dengan
menganalisis tahapan gerakan tendangan Ap
junior putra Kabupaten Lombok Timur.
Dartfish 4.5.2.0

Darthish 4.5.2.0 adalah Sohtware yang


Taekwondo
pada intinya diperlukan seseorang dalam
mengukur sesuatu yang tidak dapat dilihat
Taekwondo adalah warisan budaya oleh kejelian mata. Sohtware ini dilengkapi
Korea, dapat dikatakan Taekwondo sekarang dengan sebuah kamera. Darthish dapat
dikenal sebagai seni bela diri Korea yang dipakai untuk
d2i0m0i9n:a2ti).diTsealeukrwuhondduoniate(r
melambatkan sebuah gerakan dan
Kdiirmi dJaorointgigYa osuunkgu, kata yaitu menghentikan gerakan, pengukuran panjang,
Tae, Kwon dan Do. Tae berarti kaki atau sudut segmen tubuh, kecepatan dan
menghancurkan dengan kaki, Kwon yang percepatan gerak serta waktunya. Simulasi
ini bisa dilakukan tetapi tidak langsung.
berarti tangan atau menghantam dan Hasil rekaman gambar selanjutnya dapat
mempertahankan diri dengan tangan, serta Do ditransher ke dalam komputer, sehingga
sebagai seni atau cara untuk mendisiplinkan rekaman gambar videonya dapat dianalisis
diri. Maka jika diartikan secara sederhana, sesuai kehendak peneliti.
Tae Kwon Do berarti seni atau cara
mendisiplinkan diri atau seni bela diri yang Fasilitas program yang tersedia pada
menggunakan teknik kaki dan tangan
kosong. Sohtware ini adalah:

1. Library: Tampilan dari semua hasilitas


Teknik Dasar Tendangan yang ada pada Sohtware ini.

Adapun teknik-teknik dasar 2. DV Import: Mentransher clip dari


Taekwondo yang harus dikuasai oleh kamera digital maupun handycam ke
seorang Taekwondoin salah satunya yaitu komputer.
tekhnik dasar tendangan Ap Chagi 3. DV Export : Mentransher clip dari
merupakan tendangan ke arah depan komputer ke kamera.
menggunakan bantalan kaki (Ap Chuk) dan
telapak kaki.

74
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

abduksi adalah gerakan menjauhi garis


tengah tubuh, dan adduksi adalah gerakan
menuju garis tengah tubuh, pada kaki yang
digunakan pada tendangan Ap Chagi. Selain
4. Player: Memutar clip gambar atau internal dan external sekitar 45° terhadap
video, secara Slowmotion Frame By posisi anatomi. (Lynn. 2006: 349)
Frame maupun Full Screen. dimana
5. Analyzer : Menganalisis gerakan
lain ditinjau dari sudut segmen
tubuh, lintasan gerakan, kecepatan,
waktu maupun jaraknya.

Kinesiologi

Kinesiologi adalah ilmu yang


mempelajari gerak (The Science Human

Movement) yang diaplikasikan dan


menjelaskan tentang gerak tubuh manusia

tkermhaudaipanprini slmipu-prinsiip
mdaepkatnikddi aplalimkagseikrakn manusia
yang disebut biomekanika atau
biomekanik kinesiologi sedangkan
aplikasi anatomi dalam gerak manusia
disebut anatomi kinesiologi. Sehingga
secara sederhana kinesiologi adalah
mekanika pergerakan manusia. Tinjauan
secara kinesiologi, tendangan Ap Chagi
meliputi pergerakan pinggul dan sendi.
Pinggul adalah sendi pada ekstremitas
bawah bagian proximal. Hal ini sangat
berguna untuk menahan beban dan kegiatan
berjalan ataupun
saat menendang. Pinggul memiliki tiga
bentuk gerak yaitu hleksi, ekstensi, dan
hiperekstensi yang menjadi sendi triaksial
yang terjadi pada bidang sagital dengan hleksi
sekitar 120° dan hiperekstensi sebesar 15°.
Sedangkan ekstensi kembali dari hleksi.

Abduksi dan adduksi terjadi di bidang


hrontal dengan abduksi sekitar 45°. Adduksi
biasanya dianggap sebagai kembali ke posisi
anatomis, meskipun ada sekitar tambahan
sekitar 25° di luar posisi anatomis. Pada
bidang transhersal, rotasi medial dan
lateral kadang-kadang disebut sebagai rotasi
internal
dan eksternal. Pinggul dapat melakukan rotasi
itu peran sendi lutut sangat dominan
berperan pada tendangan Ap Chagi. Sendi
lutut adalah sendi terbesar
1. Keseimbangan
2. Pengungkit atau Tuas
3. Tekanan (Pressure)
dalam tubuh dan termasuk sebagai sendi 4. Daya Ledak (Power)
engsel Synovial.

Saat perkenaan tendangan Ap Chagi METODE


untuk ketepatan sasaran tendangan sendi lutut

ehkarstu eSnegdgaun gegrearkaaknanyahnlge Desain Penelitian

esnsim. ngakkaann ksmi enduajnu


pada tapak kaki (Up Chuk) dan punggung
kaki sebagai area perkenaan pada sasaran, Jenis penelitian yang digunakan yaitu
sendi dan pergelangan kaki tendangan Ap jenis penelitian deskriptih kuantitatih, apabila
Chagi menggunakan plantar hleksi dan dorsi ditinjau dari jenis pendekatan termasuk
hleksi. Action Research yaitu upaya menguji
cobakan ide-ide ke dalam praktek untuk
memperbaiki atau merubah sesuatu agar
B iomekanika memperoleh dampak nyata dari situasi, yang
terdiri dari siklus (rehleksi, perencanaan,
Biomekanika merupakan kombinasi aksi/tindakan dan
antara disiplin ilmu mekanika terapan dan
ilmu-ilmu biologi dan hisiologi, observasi) dan pada penelitian ini
sedangkan mekanika adalah salah satu menggunakan dua siklus yang tersiri dari
cabang ilmu dari bidang ilmu hisika yang tiga kali rehleksi.
mempelajari gerakan dan perubahan bentuk
suatu materi yang diakibatkan oleh
gangguan mekanik yang disebut gaya. Subjek Penelitian

Hukum-hukum biomekanika yang Subjek penelitian ini adalah


dapat diterapkan pada teknik Ap Chagi Taekwondoin Junior Putra Lombok Timur
dalam Taekwondo antara lain: sebanyak 3 orang, dengan kriteria subjek

75
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

Arena / Ruangan yang datar, rata dan


tidak licin

1. Handy Camera
penelitian yaitu menguasai bentuk 2. Camera Digital
tendangan Ap Chagi dengan baik dan benar.
3. Tripod
4. Meteran
Tempat dan Waktu Penelitian
5. Sandsack / Target Tendang
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 6. Darthish
Jl Proh,. Moh. Yamin, GOR Selaparang
Selong KONI Lombok Timur NTB, dan 7. Peluit
waktu penelitian pengambilan data pada
8. Kertas dan alat tulis menulis
rehleksi I dilakukan pada tanggal 21
Februari 2016, untuk pendampingan
dilakukan pada tanggal

29 Februari 2016-19 Maret 2016 berupa


latihan hisik dan latihan tekhnik dasar
tendangan Ap Chagi, pengambilan data pada

pr ehnledkasmi pIIinpgadna
tsaenlagngjaultn2y7aMpardeat
2t0a1n6g,gualntu2k8 Maret 2016-16 April
2016 berupa latihan tekhnik dasar
tendangan Ap Chagi . Pengambilan data
pada rehleksi III dilakukan pada tanggal 23
April 2016.

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen


Penelitian

Metode pengumpulan data sangat


diperlukan untuk memperoleh data yang

Ddiabluatmuhpkeanneliutinantuikni
mkeebteordheaysialnagn
dipgeunnealkitaiann.

untuk memperoleh data adalah metode


observasi, metode tes dan metode
dokumentasi

Pengambilan data dalam penelitian ini


dibutuhkan instrument atau alat yang tepat.
Sehingga alat tersebut mampu mengukur
apa yang hendak diukur. Dalam penelitian
ini digunbakan sohtware program Darthish,
maka
dibutuhkan alat pendukung untuk
mengumpulkan data tersebut. Alat yang
dibutuhkan antara lain adalah :
(Video Clip), kemudian gerakan-gerakan klip
tersebut dianalisis menggunakan Sohtware

Darthish dengan menggunakan hasilitas


Teknik Analisis Data Analyzer. Fungsi hasilitas Analyzer yaitu
untuk menganalisis gerakan-gerakan klip
Dalam penelitian ini teknik analisis dengan
datanya menggunakan Sohtware Darthish.
Namun sebelum diolah ke Darthish terlebih dukungan Slow Motions sehingga
mempermudah peroses analisis.
dobahjeukludigreekr akma.nTtaehnadpaanngpa
Dari ke 3 subjek penelitian akan
enlaAkspanCahaanggi esreatki anp tendangan
diberikan kesempatan menendang masing-
Ap Chagi direkam menggunakan 2 Camera
masing sebanyak 5 kali tendangan pada
Digital serta dilengkapi dengan Tripod
rehleksi I, 5 kali tendangan pada Rehleksi II
masing-masing kamera dengan posisi yang
dan 5 kali tendangan pada rehleksi III,
berbeda yaitu kamera pertama berada
sehingga keseluruhan tendangan yang akan
tegak lurus dengan arah lintasan gerak,
dilakukan oleh subjek penelitian sebanyak
namun berada disamping objek sedangkan
15 kali tendangan per rehleksi atau 45
kamera kedua berada tegak lurus dengan
tendangan . Dan hasil analisis yang sudah
arah yang berlawanan dengan lintasan gerak,
didapat akan menjadi acuan setiap individu
dan berada disamping objek.
Taekwondoin itu sendiri khususnya dan
sebagai pertimbangan juga
Sehingga akan terekam arah sudut
putaran telapak kaki yang digunakan atlet
untuk Taekwondoin lainnya dalam
untuk bertumpu. Hasil rekaman gerakan
memperhatikan kesalahan-kesalahan gerakan
tendangan Ap Chagi dimasukkan
yang sering dilakukan saat menendang oleh
kelaptop, hasil rekaman gerakan tendangan
Taekwondoin Lombok Timur.
sebelumnya diubah dalam bentuk gerakan-
gerakan klip

76
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

a. Tendangan Ap Chagi dilakukan ke


arah depan arah sasaran
b. Posisi tangan tetap berada di
depan dada posisi menangkis
HASIL DAN PEMB AHASAN
c. Kemiringan punggung tidak terlalu
tegak dan tidak terlalu condong
Nxpnrt Kuobncnjt ke belakang

Pada bagian ini ada beberapa kriteria d. Poros putaran kaki


tumpu menggunakan Ap
keputusan penilaian Expert Judgement Chuk jangan
terhadap hasil tendangan Ap Chagi subjek mengangkat tumit kaki terlalu lebar.
penelitian berdasarkan data rekaman
video. Dari tendangan yang dilakukan atlet e. Sentakan lutut kearah depan dengan
diambil tendangan terbaik yang menurut menggunakan bantalan telapak kaki
Expert Judgement memenuhi kriteria sebagai bagian depan (Ap Chuk) sebagai
tendangan perkenaan target sasaran.
h. Kecepatan saat melakukan
tendangan
Ap Chagi yang benar. Adapun prohil Expert
Judgement adalah sebagai berikut: harus optimal, artinya ketika
tendangan
1. Nama : Kusmayadi, S.Y
sudah dilakukan dengan benar dan
Kualihikasi : disertai dengan waktu yang cepat.
g. Tendangan tepat sasaran.
a. Sabuk Hitam DAN III Kukkiwon
b. Wasit Nasional Taekwondo

c. Bidang Perwasitan Pengprov TI


NTB
2. Nama : L. Moh. Tauhik Hidayat

Kualihikasi :
a. Sabuk Hitam DAN II Kukkiwon
b. Pelatih tingkat dasar TI NTB.

3. Nama : Zulhan

Luthi Kualihikasi :

a. Sabuk Hitam DAN II Kukkiwon


b. Pelatih tingkat dasar TI NTB

Kriteria Penilaian

Kriteria Penilaian Tendangan Ap Chagi :


Tabel Tendangan
2. Ap Chagi
Taekwondoin ARB

Analisis Data

1. Perencanaan
Hasil rekaman video tendangan Ap
Chagi dimasukkan ke dalam komputer dan
dinilai oleh Expert Judgement. Setelah itu
dilakukan pengukuran-pengukuran yang
berkaitan dengan tahapan gerakan tendangan
Ap Chagi, sudut segmen tubuh dan sudut
putaran telapak kaki dengan menggunakan
hasilitas Analyzer pada Software Dartfish.
Tabel 3. Tendangan Ap Chagi
Pada bagian ini, peneliti menyajikan 1
Taekwondoin ZNI
tendangan terbaik dari masing-masing atlet
dari jumlah 5 kali tendangan Ap Chagi yang
ditentukan oleh Expert Judgment yang paling
mendekati kriteria yang benar.

Adapun hasil analisi tendangan ApChag


i Taekwondoin sebagai

Tabel 1. Tendangan Ap Chagi Taekwondoin


AKB
2. Aksi/Tindakan
a. Aksi/Tindakan (Pendampingan) Pertama:

Pendampingandilaksanakanpada

tanggal 29 Februari 2016 sesuai jadwal


latihan Dojang setempat yaitu setiap hari
senin, rabu dan sabtu sampai rehleksi II.
Setelah

77
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

mengetahui kesalahan-kesalahan secara


individu.
b. Aksi/Tindakan (Pendampingan) Kedua:

mengetahui diskripsi hasil data dari


tendangan Ap Chagi pada rehleksi I peneliti Pendampingan dilaksanakan pada
melakukan pendampingan. Berdasarkan tanggal 28 Maret 2016 sesuai jadwal latihan
Dojang setempat yaitu setiap hari senin, rabu
diskripsi tersebut hal-hal yang kurang pada
dan sabtu sampai rehleksi III. Setelah
tendangan Ap Chagi meliputi : mengetahui diskripsi hasil data dari
tendangan Ap Chagi pada rehleksi II
1) Sudut tangan yang masih terlalu lebar.
peneliti melakukan pendampingan.
2) Sudut kemiringan tubuh yang Berdasarkan
kurang baik sehingga mempengaruhi diskripsi tersebut hal-hal yang kurang pada
jarak dan tendangan Ap Chagi meliputi :

keseimbangan saat melakukan


1) Kaki yang digunakan untuk
tendangan. menendang (kaki depan atau Ap Chuk)
kurang lurus
3) Kaki yang digunakan untuk
menendang (kaki depan atau Ap
Chuk) kurang lurus sehingga
jangkauan

tbenrdpaenganruh pkaudr angSuduot


pbtiumkalan kdakni yang kurang
baik saat melakukan tendangan.

4) Tahapan dalam melakukan tendangan


belum sesuai dengan tehnik dasar
yang
benar.

Berdasarkan dari kekurangan-


kekurangan tersebut di atas peneliti bersama
pelatih sekaligus sebagai Expert Judgement

melakukan pendampingan dengan cara


memberikan arahan secara langsung tentang
tahapan melakukan tendangan Ap Chagi yang
benar sesuai dengan teknik dasar dan
mengoreksi langsung gerakan yang kurang

benar dari satu persatu subjek penelitian


dengan cara memberikan perlakuan
berupa latihan hisik dan latihan teknik
dasar tendangan Ap Chagi , sehingga subjek
penelitian terbiasa melakukan gerakan yang
benar sesuai kriteria

yang telah ditentukan. Pendampingan


dilakukan persubjek agar subjek penelitian
yang benar sesuai kriteria yang telah
ditentukan. Pendampingan dilakukan
persubjek agar subjek penelitian mengetahui
kesalahan-kesalahan secara individu.
sehingga jangkauan tendangan kurang Pendampingan bertujuan agar pada rehleksi
optimal dan berpengaruh pada Sudut III subjek penelitian mampu menghasilkan
bukaan kaki yang kurang baik saat gerakan yang benar dan sesuai dengan
melakukan tendangan. teknik dasar.
3. Observasi

2) Tbealhuampasnesdualiadmenmgaenlatk a. Observasi Pertama:

eukknaikn dtaesnadraynagnagn benar. Pendampingan bertujuan agar ketika


Berdasarkan dari kekurangan-
kekurangan tersebut di atas peneliti bersama rehleksi II subjek penelitian mampu
pelatih sekaligus sebagai Expert Judgement menghasilkan gerakan yang benar dan
sesuai dengan teknik dasar. Subjek
melakukan pendampingan dengan cara penelitian AKB ketika melakukan gerakan
memberikan arahan secara langsung tentang tendangan Ap Chagi yang perlu diperbaiki
tahapan melakukan tendangan Ap Chagi yang sudut kemiringan tubuh yang masih tegak
benar sesuai dengan teknik dasar dan lurus mempengaruhi jarak tendangan
mengoreksi langsung gerakan yang kurang dengan target sasaran sehingga
kecepatan tendangan kurang
benar dari satu persatu subjek penelitian maksimal dan, putaran telapak kaki tumpu
dengan cara memberikan perlakuan berupa belum sempurna. Subjek penelitian ARB
latihan teknik dasar tendangan Ap Chagi yang ketika melakukan tendangan Ap Chagi yang
perlu diperbaiki sudut kemiringan tubuh
dilakukan secara berulang-ulang untuk yang masih tegak lurus sehingga
menghasilkan kesatuan gerak yang utuh mempengaruhi jarak tendangan dengan
khususnya tendangan Ap Chagi, sehingga target sasaran, kecepatan tendangan belum
subjek penelitian terbiasa melakukan maksimal dan putaran telapak kaki tumpu
gerakan belum sempurna. Subjek penelitian ZNI

78
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

berbeda dan penelitian yang dilakukan


oleh Timmi (2010) menggunakan atlet yang
sudah juara dunia.

ketika melakukan tendangan Ap Chagi yang


Hasil penelitian ini merupakan sebuah
perlu diperbaiki adalah sudut kemiringan
hasil analisis gerakan tendangan Ap Chagi
tubuh
yang dilakukan oleh atlet junior putra
Kabupaten Lombok Timur yang dikhususkan

yang masih tegak lurus sehingga antara 100,9° -


mempengaruhi jarak tendangan dengan target 115,2°, dan sudut adnaalalimsis r
sasaran, kecepatan tendangan belum putaran telapak
maksimal dan putaran telapak kaki tumpu kaki tumpu antara tanhgakpan ug
belum sempurna karena mengangkat tumit 12,9° - 51,3°. netruakanmte
terlalu atas dan tahapan kaki yang Perbedaan sudut-sudut
segmen tubuh ini enngdeatnagh
melakukan tendangan kurang mengangkat
sehingga tendangan tidak tepat pada dikarenakan bentuk auni dan
sasaran atau target. anthropometri subjek cara
penelitian yang
b. Observasi Kedua:

Subjek penelitian AKB ketika


melakukan gerakan tendangan Ap Chagi yang
perlu diperbaiki kaki yang digunakan
sebagai tumpuan terlalu lurus atau tegak
yang bisa
mempengaruhi keseimbangan saat
menendang. Sedangkan subjek penelitian
ARB ketika melakukan tendangan Ap
Chagi yang perlu diperbaiki sudut
kemiringan tubuh yang masih tegak lurus
sehingga mempengaruhi jarak tendangan
dengan target sasaran dan subjek penelitian
ZNI ketika melakukan tendangan Ap Chagi
yang perlu diperbaiki adalah gerakan
tahapan kaki yang

mseehliankgugkaanadatebnedbaenrgaapna

teknudranganmtiednagkantegpkaat pada
sasaran atau target.

PEMB AHASAN

Sesuai dengan analisis data dari rehleksi


I, rehleksi II dan rehleksi III, maka didapatkan
hasil dari sudut — sudut segmen tubuh
seperti sudut tangan antara 27,4° - 44,6°,
sudut kemiringan punggung 139,2° -
156,1°, sudut
bukaan kaki pada tendangan Ap Chagi
in ho r m a s i,
A p Ch a g i
ketika melakukan suatu tendangan harus
berada pada sudut yang sesuai karena
akan berdampak pada kecepatan dan
ketepatan sasaran tendangan”.
perbaikan gerakan, jika ada kesalahan
pada tahapan gerakan tendangan Ap Chagi Selaras dengan penelitian sebelumnya
yang meliputi tahapan gerakan gerakannya, yang dilakukan oleh Kim (2011), dalam
sudut- sudut segmen tubuh seperti sudut jurnal penelitiannya menunjukkan “hasil
tangan, sudut kemiringan punggung, sudut teknik tendangan yang baik dan tepat pada
bukaan sasaran akan ehisien pada atlet yang
mempunyai anthropometri yang sesuai,
ksearktai, kdeacnepsuadtaunt sehingga kesesuaian sudut-sudut segmen
dpauntakraenteptealtaapnatkeknadkaingtuamn. tubuh akan mempengaruhi kecepatan dan
puan, ketepatan tendangan”. Maka dalam penelitian
ini menyatakan bahwa tendangan Ap Chagi
Hasil penelitian ini diselaraskan yang baik dan benar yaitu adanya hubungan
dengan penelitian sebelumnya guna pada tahapan gerakan, sudut-sudut segmen
menunjukkan relevansi dari sebuah program tubuh dengan kecepatan, ketepatan dan
pelatihan yang diterapkan. Sesuai dengan bentuk tendangan serta anthropometri
hasil penelitian yang dilakukan oleh Jacek serta dari subjek penelitian tersebut.
Wasik (2011: Vol. 13, No.
Tahapan gerakan tendangan Ap Chagi
4) “This length can be treated as an optimum harus diawali dengan mengangkat paha
νalue in this particular technique allowing setinggi pinggul , karena secara
the maximum dynamics of the kick to be biomekanika tendangan Ap Chagi
menggunakan sendi
achieνed”, bahwa “.
pinggul dan angkatan paha serta gerakan
Maksudnya adalah dalam teknik menendang sendi lutut baik Flexi maupun Extensi yang
yang dilakukan oleh atlet panjang kaki dapat akan memunculkan gaya pegas atau pantul
dipertimbangkan scara optimal untuk agar tendangan tersebut mampu melaju
mencapai sasaran dinamika tendangan yang dengan kecepatan maksimal
maksimal. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Valco (2011), dalam jurnalnya telah
menunjukkan “jika sudut-sudut segmen
tubuh

79
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

dan tepat pada sasaran. Seperti yang di bawah ini:


dikemukakan oleh Borawski (2006) dalam
jurnalnya “bahwa gerak ektensor lutut
yang tergantung pada angkatan paha
sampai
mencapai sudut yang ehisien dalam
melakukan tendangan serta gerakan lanjutan
untuk memperoleh keseimbangan merupakan
haktor yang sangat berpengaruh untuk
menjaga gerak badan tetap stabil dan
memperoleh kecepatan tendangan yang
maksimal”.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari serangkaian pengolahan data dan


analisa yang dilakukan pada penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbaikan gerakan dilakukan dengan


cara pendampingan langsung bersama
pelatih dan Expert Judgement dengan
cara memberikan arahan secara
langsung tentang tahapan melakukan
tendangan Ap Chagi yang benar
sesuai dengan teknik dasar dan
mengoreksi langsung gerakan yang
kurang benar dari satu persatu
subjek penelitian dengan cara
memberikan arahan dan
pendampingan berupa perlakuan
selama 3 minggu berupa latihan hisik
sebelum rehleksi II dan selama 3
minggu latihan teknik dasar tendangan
Ap Chagi sebelum rehleksi III, sehingga
subjek penelitian terbiasa melakukan
gerakan yang benar sesuai kriteria
yang telah ditentukan.
2. Dari penelitian ini diketahui bahwa
tendangan Ap Chagi yang baik atau
ehektih dapat dilihat pada Taekwondoin
AKB di rehleksi I, rehleksi II dan
rehleksi III . Seperti terlihat pada table
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa tendangan Ap Chagi yang paling baik
Saran

Berdasarkan kesimpulan yang


atau ehektih adalah dapat dilihat pada diperoleh dari hasil penelitian yang
Taekwondoin AKB pada rehleksi III dengan dilakukan, peneliti memberikan beberapa
waktu 0,34 s, jarak tendangan dengan saran sebagai berikut :
sasaran 1,60 m, sehingga menghasilkan
kecepatan 5,0 m/s. Berikutnya untuk sudut 1. Bagi Atlet Taekwondoin junior putra
tangan 51.3°,
Kabupaten Lombok Timur disarankan
untuk meningkatkan latihan Drill,
bs teknik dasar tendangan Ap Chagi untuk
udkuatankekmakiri insgeabnesaprun1g0g1u,0n memperoleh bentuk tendangan dan
°g, s1u4d1u,8t °,pustuardaunt telapak kaki sudut-sudut segmen tubuh yang benar.
sebesar 50,0° dan tepat pada sasaran yang 2. Bagi Pelatih Taekwondo Lombok
telah ditentukan. Timur disarankan untuk lebih
memperhatikan gerakan tendangan Ap
Chagi secara biomekanika

3. Bagi Peneliti hasil penelitian ini bisa


digunakan untuk menyusun program

hl atki thoarn
yagnugnampemerpbaenikgaanruhpiadka
esahlaakhtaon- atlet saat latihan
maupun pertandingan

4. Bagi Mahasiswa olahraga diharapkan


dapat melanjutkan dan
mengembangkan penelitian ini menjadi
lebih luas lagi dengan indikator-
indikator yang lain guna
pengembangan ilmu pengetahuan
yang baru khususnya cabang
olahraga Taekwondo.

80
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)
Kim, Veloso (eds.). Biomechanics in Sports 29.
Portuguese Journal of Sport Sciences ll
(Suppl. 2).

Ha, Chul-Soo, dkk. (2009). “The Kinematical


DAFTAR PUSTAKA Analysis oh the Taekwondo Sparring Players’
Bandal Chagi in Kenematics”. Korea:

International Journal of Applied Sports


Arikunto, S. (2010). ”Prosedur Penelitian : Suatu Sciences, Vol. 2l No. l, ll5-l3l.

Pendekatan Praktik”.Jakarta: Rineka Cipta.


Hariadi, N. (2013). “Pengaruh Latihan Keseimbangan
Atmasubrata, G. (2012). “Serba Tahu Dunia
Terhadap Keterampilan Taegeuk III(Sam-
Jang)Pada Taekwondoin Tiger Club Ikip
Olahraga“. Surabaya. Daha Publishing

Bartlett, R. (2002). “Introduction To Sport


Mataram“. IKIP Mataram
Biomechanics.
Hidayat, C. d. (2008). “Taekwondo“.
Analysing Human Moνement Patterns”. Francis:
Tasikmalaya:
Spon Press. PJKR Universitas Siliwangi.

Bartlett, R. (2007). “Introduction To Sport http://behealthyhitnow.weebly.com/uploads/1/3/2/


Biomechanics. 9/13291697/9292001_orig.jpg (di unduh pada
Analysing Human Moνement Patterns”. Francis: tanggal 26 Oktober 2015).

Routledge. https://marklooptdemarathon.hiles.wordpress.com/2
014/01/arch-muscles.jpg. (di unduh pada
Bucher, C. and Wuest, D.A.
(2009).”Physical tanggal 26 Oktober 2015).

Educa tion, Exercise Science, and Sport”. New


York: Mc Graw Hill. http://medicina.ronnie.cz/img/data/clanky/normal

/2017_2.jpg. (di unduh pada tanggal 26 Oktober


Cook, Doug. (2001). “Taekwondo : Ancient Wisdom 2015).
For The Modern Warrior“. Boston, Mass.
USA: YMAA Publication Center. http://static1.squarespace.com/static/5160bb45e4b0

Cular. D. Munivrana. G and Katic. R. (2013). e13a258812c8/t/54h63d29e4b0a02eeb3e9e6e/


”Anthropological Analysis oh Taekwondo— New 1425423658459/.(di unduh pada tanggal 26
Methodological Approach”. University oh Split,
Faculty oh Kinesiology, Split, Croatia. Oktober 2015).

Suppl. 2: 9—l8 Original scientific paper. http://tianlong-acupuncture.com/images/gluteus-mm.gih


(di unduh pada tanggal 26 Oktober 2015).
Darthish 4.5.2.0 Copyright©2005

Domemann, V. (2013). “Taekwondo Kids — From White


Belt to Yellow/Green Belt“.Germany: Meyer &

Meyer Sport (UK) Ltd.,


Estevan, Isaac. dkk. (year). “Sagittal Coupling

Analysis In The Roundhouse Kick In

Taekwondo”. Spain: Dep. Of Applied Sciences


In Physical Actiνity And Managemen. pp. 393 —
396.

Falco, C. Estevan, I and Vieten, M.(2011). “Kinematical


Analysis Oh Five Dihherent

Kicks In Taekwondo”. Vilas-Boas, Machado,


Biomechanics: Intersegmental Joint
Coordination and Hopping Ehhect". Spring
Conference.

Kim, YK, and YH Kim, (2011). “Inter-Joint


http://www.sports-injury-inho.com/image-hiles/achilles- Coordination in Producing Kicking Velocity oh
tendon.jpg (di unduh pada tanggal 26 Oktober Taekwondo Kicks”. Journal of Sports Science
2015). and Medicine lO, 3l - 38

http://www.sportsinjuryclinic.net/media/Muscles/ti bialis- Kurniawan, F. (2011). “Buku Pintar Olahraga“.


anterior180.jpg.(diunduh pada tanggal
Jakarta: Lascar Aksara
78Oktober 2015).
http://www.mirallas.org/Taekwondo/APUNTS201 Landeo, R and McIntosh, A.S. (years). “Kinetic
1cat_103Taek.pdh (di unduh pada tanggal 26 and Kinematic Dihherences Between Target
Oktober 2015). and

http://www.wikidrills.com/Front+Kick (di unduh pada Free Kicking in Taekwondo”. Australia:


tanggal 26 Oktober 2015). Musculoskeletal Mechanics. School of Exercise
Science and School of Risk and Safety Sciences.
pp.l87-l9O
http://www.tkd.at/cms/images/gallery/dan/ap-chagi2.jpg
(di unduh pada tanggal 26 Oktober 2015).
Lee, C.H, Lee, Y.J, and Cheong, C.C.(2005).“A
Jung, Tsai, Y. dkk. (2005).“The Biomechanical
Kinematical Analysis Oh The Taekwondo
Analysis Oh The Taekwondo Front-Leg Axe-
Apchagi“. Beijing: Dep. of Sport, Dep.
Leisure Studies and Of Sport Science. pp. 595-
Kick”. National Taipei Teachers College and 597.
National Taiwan Normal Uniνersity. Beijing,
China. pp. 437- 44O.
Lynn, S. (2006). “Clinical Kinesiology and Anatomy“.
Jumesam. (2010).”Dasar-Dasar Ilmu Keolahragaan”. English: F.A Davis Company.
FPOK IKIP Mataram: Wineka Media. Kamus
Besar Bahsa Indonesia Departemen Maksum, Ali. (2012). “Metodologi Penelitian Dalam

Olahraga“. Surabaya: Unesa University Press.


Pendidikan Nasional. (2008).Jakarata: Pusat
Bahasa Nala, Ngurah. (2011).”Prinsip Latihan Fisik Olahraga”.
Denpasar: Udayana University Press.
Kemerly, T. and Snyder, S. (2009). “Taekwondo
Na, Jaekwon. (2009). “Teaching
GrapplingTechniques:HoneYour Taekwondo

Competitive Edge For Mixed Martial Art“. Through Mosston's Spectrum oh Styles”. Journal
of Physical Education, Recreation & Dance;
North Clarendon U.S.A. : Tuttle Publishing. Feb 2OO9; 8O, 2; ProQuest pg. 32

Kil, Yong. S. (2006).“Competitiνe Taekwondo“.


Nenggar, A.H. (2014). “Analisis
Gerakan Tendangan
Australia: Human Kinetics Mawashi-Geri Cabang Olahraga Karate Pada

Kim, YK, and YH Kim. (2011)."Taekwondo


Forki Kabupaten Jombang“. Universitas Negeri
Surabaya.

81
Nopi Hariadi / Journal oh Physical Education, Health and Sport 3 (2) (2016)

Pacanot, M.A.A. (2007). “Kinematic Comparison Oh Suryadi, V.Y. (2002). “Dasar-Dasar Dalam

Taekwondo”: UNS Perss.


The Ap Chagi And The Grand Battement En
Avant”. BSS.
Suryadi, V.Y. (2008). “Poomsae Taekwondo Untuk

Pieter, W.HBieprcSatdresn,gLth. (iyneaYrso)u. Kompetisi”. Jakarta: PT.Gramedia Pusaka


Utama.
n“IgsoTkaienkewticonKdnoee-Iann”d.

Susanto. (2011). “Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam


Czech Republic: Department of Gymnastics
and Combatiνes, Masaryk Uniνersity, Brno. pp. Dimensi Ontologi, Epistimologi dan
88- 89.

Aksiologi“. Jakarta: Bumi Aksara.


Prado. G. et al. (2011) “Tactical Moνes In Top-Leνel
Tirtawirya, D. (2007). “Jurnal Olahraga Prestasi“.
Competition Taekwondo”.Barcelona. Spain.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Yogyakarta: PENKEP. IKOR UNY Vol. 3 Hal.
86 — 99.
(2015). “Pedoman Penulisan Tesis dan
Disertasi”. Wasik, J. (2011). “Kinematic Analiysis Oh The Side
Surabaya.
Kick In Taekwon-Do“. Polandia: Acta Of
Bioengineering And Biomechanics Vol. l3, No.
Rahmani, M. (2014). “Buku Super Lengkap Olahraga“. 4.
Jakarta Selatan. Dunia Cerdas
Wasik, J. (2011). “Kinematics and Kinetics oh
Riyanto, Yatim. (2001).“Metodologi Penelitian
Pendidikan”. Surabaya: SIC.
Taekwon-do Side Kick--Wasik”. Journal of
Roesdiyanto dan Budiwanto, S. (2008). “Dasar-Dasar Human Kinetics νolume 3O. l3-2O DOI:
lO.2478/νlOO78-Oll-OO68-z.

Kepelatihan Olahraga”. Laboratorium Ilmu


Keolahragaan. Universitas Negeri Malang. Wojciechowska. M.B. et al. (2012).”Ehhects oh
Anaerobic Fatigue on Postural Control in
Setiawan, J.A. (2015). ”Analisis Gerak Tendangan
Dolyo Chagi dan Tendangan Idan Dolyo Chagi Taekwondo Practitioners”. Journal of Combat
Taekwondo Terhadap Efektiνitas Perolehan Sports and Martial Arts. Vol. 3, lO3-lO7
Poin Pada Atlet Senior Puslatcab Taekwondo
Yu, Daiheng. Dkk. (2012). “ Biomechanical
Kabupaten Lumajang”. Surabaya: PPs UNESA. Characteristics Oh The Axe Kick In Tae

Soetjipto. (2009). “ Penerapan Umpan Balik Pada Kwon-Do”. Canada: Archiνes Of Budo Science
Pelatihan Bulutangkis Untuk Optimalisasi Of Martial ArtsVol. 8. pp. 2l3-2l8.

Pukulan Serνe Pendek dan Netting”. Surabaya: Zetou. E. et al. (2014). “The Ehhect oh Selh-Talk on Tae-
kwon-do Skills’learning oh Novice
PPs UNESA.
Athletes and Perceived Use oh it”. University
Sugiyono. (2011). “Metode Penelitian Pendidikan
oh Alicante. Journal of Human Sport & Exercise.
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) .
Vol. 9 ISSUE l. pp l24 — l35.
Bandung: Alhabeta.

Sukmadinata, PNe.Sne. litia(n2010). Zuhri, Mulya, T. I., & Gunawan, S.


“Metode

Pendidikan”. Bandung: PT. Remaja


(2008). “Competition Rules and Interpretation
Rosdakarya. World Taekwondo Federation“.
RNXFNR KURJAI
KURJAI JASF@JAI <
Judul
AJAIFSFS BNRAKAJ TNJDAJBAJ L] DALBF
PADA TANKR@JD@FJ KUJF@R PUTRA
KAGUPATNJ I@CG@K TFCUR
Jurnal
K`urjli `h Paysidli Noudlti`j, Anlita ljo Sp`rt
(KPNAS=
Download
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpehs
Volume dan Halaman Volume 3 nomor 2 dan halaman 73-82
ISSN
2354-8231
Tahun 2016
Penulis Nopi Hariadi
Reviewer Khairul Azmi Lubis
Tanggal 19 April 2020

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gerakan pada


tahapan gerakan tendangan Ap Chagi pada Taekwondoin
junior putra Kabupaten Lombok Timur dan untuk
mengkaji hasil analisis tahapan gerakan tendangan Ap
Chagi pada Taekwondoin junior putra Kabupaten
Lombok Timur.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Taekwondoin Junior Putra
Lombok Timur sebanyak 3 orang, dengan kriteria subjek
penelitian yaitu menguasai bentuk tendangan Ap Chagi
dengan baik dan benar.
Assesment Data Peneliti akan diberikan kesempatan kepada subjek untuk
menendang masing-masing sebanyak 5 kali tendangan
pada rehleksi I, 5 kali tendangan pada Rehleksi II dan 5
kali tendangan pada rehleksi III, sehingga keseluruhan
tendangan yang akan dilakukan oleh subjek penelitian
sebanyak 15 kali tendangan per rehleksi atau 45
tendangan .
Metode penelitian Metode yang digunakan adalah metode observasi, metode
tes dan metode dokumentasi. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu jenis penelitian deskriptih kuantitatih,
apabila ditinjau dari jenis pendekatan termasuk Action
Research yaitu upaya menguji cobakan ide-ide ke dalam
praktek untuk memperbaiki atau merubah sesuatu
agar memperoleh dampak nyata dari situasi, yang terdiri
dari
siklus (rehleksi, perencanaan, aksi/tindakan dan observasi)
dan pada penelitian ini menggunakan dua siklus yang
tersiri dari tiga kali rehleksi.
Langkah Penelitian Dalam penelitian ini teknik analisis datanya
menggunakan Sohtware Darthish. Namun sebelum diolah
ke Darthish terlebih dahulu gerakan tendangan Ap Chagi
setiap objek direkam. Tahapan pelaksanaan gerakan
tendangan Ap Chagi direkam menggunakan 2 Camera
Digital serta dilengkapi dengan Tripod masing-masing
kamera dengan posisi yang berbeda yaitu kamera pertama
berada tegak lurus dengan arah lintasan gerak, namun
berada disamping objek sedangkan kamera kedua berada
tegak lurus dengan arah yang berlawanan dengan lintasan
gerak, dan berada disamping objek.
Sehingga akan terekam arah sudut putaran telapak kaki
yang digunakan atlet untuk bertumpu. Hasil
rekaman gerakan tendangan Ap Chagi dimasukkan
kelaptop, hasil rekaman gerakan tendangan sebelumnya
diubah dalam bentuk gerakan-gerakan klip (Video
Clip), kemudian gerakan-gerakan klip tersebut
dianalisis menggunakan Sohtware Darthish dengan
menggunakan hasilitas Analyzer.

Hasil Penelitian Dari 3 atlet yang menjadi subjek penelitian diperoleh satu
atlet yang mendapatkan hasil terbaik, pada tendangan Ap
Chagi, hasil terbaik diperoleh pada subjek penelitian
AKB. Penelitian menyimpulkan perbaikan gerakan
berupa pendampingan dan arahan dari peneliti, pelatih
dan Expert Judgement, berupa latihan hisik dan latihan
teknik dasar tendangan Ap Chagi. Dan hasil tendangan
Ap Chagi yang paling baik atau ehektih terdapat pada
rehleksi III, dapat dilihat pada Taekwondoin AKB dengan
waktu 0,34 s, jarak tendangan dengan sasaran 1,60 m,
sehingga menghasilkan kecepatan 5,0 m/s. Berikutnya
untuk sudut tangan 51.3°, sudut kemiringan punggung
141,8°, sudut bukaan kaki sebesar 101,0°, sudut putaran
telapak kaki sebesar 50,0° dan tepat pada sasaran yang
telah ditentukan.
Kekuatan Penelitian 1. Memiliki ISSN.
2. Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai
dari pendahuluan atau latar belakang dari
permasalahan.
3. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan
kaidah pembuatan penulisan Jurnal.
4. Kata yang digunakan juga dalam jurnal ini bersihat
baku dan sesuai dengan Kamus EYD
Bahasa Indonesia.
5. jSuertni apl p droasnes dmaelanmyeratnaaklaisna
tetalabheldibduata diduanltaumk
menjelaskan
6. Menyertakan Dahtar Pustaka.
Kelemahan Penelitian Saya tidak mendapat adanya kelemahan pada jurnal.
Kesimpulan 1. Perbaikan gerakan dilakukan dengan cara
pendampingan langsung bersama pelatih dan
Expert Judgement dengan cara memberikan
arahan secara langsung tentang tahapan
melakukan tendangan Ap Chagi yang benar sesuai
dengan teknik dasar dan mengoreksi langsung
gerakan yang kurang benar dari satu persatu
subjek penelitian dengan cara memberikan arahan
dan pendampingan berupa perlakuan selama 3
minggu berupa latihan hisik sebelum rehleksi II
dan selama 3 minggu latihan teknik dasar
tendangan Ap Chagi sebelum rehleksi III,
sehingga subjek penelitian terbiasa
melakukan gerakan yang benar sesuai kriteria
yang telah ditentukan.
2. Dari penelitian ini diketahui bahwa tendangan Ap
Chagi yang baik atau ehektih dapat dilihat pada
Taekwondoin AKB di rehleksi I, rehleksi II dan
rehleksi III . dapat dilihat pada Taekwondoin AKB
pada rehleksi III dengan waktu 0,34 s, jarak
tendangan dengan sasaran 1,60 m, sehingga
munetnugkhasuildkuatn
taknegceapnata5n1.35 kBeemriikriuntngayna
°, 0 sumd/ust.
punggung 141,8°, sudut bukaan kaki sebesar
101,0°, sudut putaran telapak kaki sebesar 50,0°
dan tepat pada sasaran yang telah ditentukan.
KURJAI JASF@JAI 7

A. LATAR BELAKANG
Dalam cabang olahraga atletik sangat mengutamakan kecepatan,
karena kemenangan dalam cabang-cabang ini adalah jika perlari berhasil mencetak
waktu yang lebih kecil dari lawan-lawannya, dengan kata lain seorang pelari harus
terlebih dahulu sampai ke garis finish daripada lawan-lawannya. Untuk
mendapatkan kecepatan tidaklah mudah, karena banyak haktor-haktor
pendukung untuk mendapatkan kecepatan maksimum dari lari seorang atlet.
Gerakan lari sprint dalam menggunakan ujung-ujung kaki untuk menapak,
sedangkan tumit tidak menyentuh tanah pada permulaan dari tolakan kaki sampai
masuk garis hinish, sebagaimana dijelaskan Munasihah dalam Ismail (2014 : 17) yang
harus diperhatikan juga adalah berat badan pelari harus selalu berada sedikit di depan
kaki pada waktu menapak, atau dalam posisi badan condong ke depan. Salah satu
haktor pendukung atlet untuk mendapatkan kecepatan maksimum adalah seorang atlet
harus memiliki teknik berlari yang baik. Pembentukan teknik berlari yang baik, bisa
didapat dengan menjalani latihan secara berkelanjutan, pengawasan dari stahh ahli,
serta dengan bantuan analisis biomekanik. Dengan kemajuan teknologi analisis
biomekanika bisa dilakukan dengan bantuan komputer.
Analisis biomekanika yang dilakukan menggunakan komputer biasanya
dilakukan dengan meneliti hasil rekaman sesi latihan atau pertandingan yang

kdeilcaekpuaktan aotleht, sautdleut.-sDudaurit sheansdili atlneatlipsaisdabsiaoamt


ebkearnlaikri,. Hd atsail aynaanlgisids itdearpseatbubt eyraunpga menentukan apakah
atlet sudah memiliki teknik berlari yang baik atau tidak. Namun seberapa besar
kontribusi dalam pencapaian tersebut belum dapat dipastikan. Apakah panjang langkah
seseorang mendominasi keberhasilan pencapaian waktu tersingkat dalam lari sprint.
Hal ini dikarenakan keadaan kaki adalah yang utama dalam pencapaian hasil
gerakan yang maksimal yang didukung oleh analisis biomekanika menggunakan
aplikasi berbasis sport science. Sesuai dengan judul, “Aplikasi Analisis Biomekanika
Untuk Mengembangkan Kemampuan Lari Jarak Pendek Mahasiswa PJKR UNSUR
(Kinovea Software)”.

B. TUJUAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan kecepatan lari 100
mete Penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetahui analisis kecepatan setiap per 10
meter. Lari 100 meter dengan sistem energi anaerobik laktit perlu pola strategi atau
pengaturan kecepatan untuk mendapatkan prestasi terbaik.

C. METODE
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptih evaluatih. Adapun alasan
menggunakan metode deskriptih evaluatih yaitu untuk memahami secara mendalam
teknik gerakan lari yang dilakukan oleh atlet agar pada saat pertandingan atlet betul-
betul dapat menggunakan teknik gerak tersebut secara baik dan benar.
Metode penelitian untuk membuat aplikasi analisis biomekanik ini dilakukan
dengan cara melakukan analisis terhadap permasalahan inti, dan kemudian dilanjutkan
dengan membuat perancangan untuk memecahkan masalah tersebut.

D. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelari dapat melakukan percepatan
(akselerasi) pada jarak 0-50 meter dengan nilai rata-rata percepatan (akselerasi) yang
dilakukakn pelari yaitu 1.23 m/s, dan pelari kembali melakukan percepatan pada jarak
80-90 meter dengan nilai rata-rata percepatan (akselerasi) yang dilakukan pelari yaitu
1.23 m/s.
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

APIFKASF AJAIFSFS GF@CNKAJFKA (KFJ@XNA TOFTWARE)

UJTUK CNJBNCGAJBKAJ KNCACPUAJ

IARF KARAK PNJDNK (<== C)


CAAASFSRA PKKR UJSUR

Aoi Rlaloilj

Ujivnrsitls Suryleljdljl

email : adira@unsur.ac.id

Agstrle

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan kecepatan lari 100 meter.
Penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetahui analisis kecepatan setiap per 10 meter.
Lari 100 meter dengan sistem energi anaerobik laktit perlu pola strategi atau pengaturan
kecepatan untuk mendapatkan prestasi terbaik. Penelitian ini adalah penelitian survey.
Populasi dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa Tingkat I PJKR FKIP UNSUR. Teknik
pengambilan data menggunakan purposive sampling, sampel yang didapatkan sejumlah
10 orang. Data yang diperoleh berupa video dan analisis data menggunakan kinovea
software. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelari dapat melakukan percepatan
(akselerasi) pada jarak 0-50 meter dengan nilai rata-rata percepatan (akselerasi) yang
dilakukakn pelari yaitu 1.23 m/s, dan pelari kembali melakukan percepatan pada jarak 80-
90 meter dengan nilai rata-rata percepatan (akselerasi) yang dilakukan pelari yaitu
1.23 m/s.

Kltl eujdi; analisis biomekanika, kemampuan lari, kinovea software

Abstract

This research was conducted to determine the ability of lOO meters running speed.
This study, is intended to determine the speed analysis per lO meters. Running lOO
meters with a lactite anaerobic energy system needs a strategy pattern or speed
regulation to get the best performance. This research is surνey research. The population
in this study were Leνel I PJKR Students FKIP UNSUR. The data collection
technique uses purposiνe sampling, the sample obtained is lO people. Data obtained in
the form of νideo and data analysis using kinoνea software. The results showed that
runners can accelerate at a distance of O-5O meters with acceleration νalues that are
runners namely l.23 m / s, and runners do acceleration at a distance of 8O-9O meters
with an aνerage νalue of the acceleration (acceleration) carried out by the runner is
l.23 m / s.

Keywords: biomechanical analysis, running ability, kinoνea software

1
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

posisi badan condong ke


depan.

F. PNJDAAUIUAJ

2
Olahraga adalah sebuah
kegiatan yang mengutamakan
pengolahan hisik. Olahraga juga
merupakan salah satu media untuk
membuat kondisi kesehatan manusia
menjadi lebih baik dan terjaga.
Cabang atletik adalah cabang
yang menjadi dasar dari semua
cabang olahraga lainnya. Karena
bagian- bagian dari atletik
dipergunakan dalam cabang
olahraga lain, seperti lari, lompatan,
dan lemparan. Dalam cabang
olahraga lari terdapat beberapa
cabang lagi, seperti lari
dengan
dan 400 jarakmeter.
100 meter, 200 meter,
Cabang-cabang
olahraga ini adalah cabang olahraga
yang sangat populer dan selalu
diperlombakan di ajang-ajang lomba
internasional.
Dalam cabang olahraga atletik
sangat mengutamakan kecepatan,
karena kemenangan dalam cabang-
cabang ini adalah jika perlari berhasil
mencetak waktu yang lebih kecil dari
lawan-lawannya, dengan kata lain
seorang pelari harus terlebih dahulu
sampai ke garis finish daripada
lawan-lawannya. Untuk
mendapatkan kecepatan tidaklah
mudah, karena banyak haktor-haktor
pendukung untuk mendapatkan
kecepatan maksimum dari lari
seorang atlet.
Gerakan lari sprint dalam
menggunakan ujung-ujung kaki
untuk menapak, sedangkan tumit
tidak menyentuh tanah pada
permulaan dari tolakan kaki sampai

dmijaesluakskangarM dsaelbamagaIismmaanial
isunhaisniihsahh,
(2014 : 17) yang harus diperhatikan
juga adalah berat badan pelari harus
selalu berada sedikit di depan kaki
pada waktu menapak, atau dalam
Salah satu haktor pendukung atlet untuk
mendapatkan kecepatan maksimum
adalah seorang atlet harus memiliki teknik
berlari yang baik. Pembentukan teknik
berlari yang baik, bisa didapat dengan
menjalani latihan secara berkelanjutan,
pengawasan dari stahh ahli, serta dengan
bantuan analisis biomekanik.

bDieonmgeaknanikakebmisaajuadnilakukteaknn
odleonggi an baannatluisains komputer.

Analisis biomekanika yang dilakukan


menggunakan komputer biasanya dilakukan
dengan meneliti hasil rekaman sesi latihan atau
pertandingan yang dilakukan oleh atlet. Dari
hasil analisis biomekanik, data yang didapat
berupa kecepatan atlet, sudut-sudut sendi atlet
pada saat berlari. Hasil analisis tersebut yang
menentukan apakah atlet sudah memiliki
teknik berlari yang baik atau tidak. Namun
seberapa besar kontribusi dalam pencapaian
tersebut belum dapat dipastikan. Apakah
panjang langkah seseorang
mendominasi keberhasilan pencapaian waktu
tersingkat dalam lari sprint. Hal ini
dikarenakan keadaan kaki adalah yang utama
dalam pencapaian hasil gerakan yang maksimal
yang didukung oleh analisis
biomekanika menggunakan aplikasi
berbasis sport science. Sesuai dengan judul,
“Aplikasi Analisis Biomekanika Untuk
Mengembangkan Kemampuan Lari Jarak
Pendek Mahasiswa PJKR UNSUR (Kinovea
Software)”.

II. BAHAN DAN


METODE/METODOLOGI

Pada abad modern ini kemajuan


teknologi dalam semua bidang cabang ilmu
sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Begitu juga kemajuan teknologi dalam bidang
olahraga yang sudah
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

tersebut sangat penting untuk


analisis kecepatan lari seorang
atlet.
sangat berkontribusi dalam
peningkatan pembelajaran dan
perhorma prestasi atlet. Pengunaan
teknologi sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan
prestasi dalam olahraga sudah
dilakukan di negara- negara maju di
Asia seperti Jepang, China dan
Australia.
Hal ini terbukti dengan
adanya berbagai laboratorium ilmu
keolahraga antara lain di Jepang
ada JISS (Japan Institute oh Sport
Science), di Australia ada AISS
(Australia Institute oh Sport Science),
di China ada BISS (Bejing Iinstitute
oh Sport Science) dan banyak di

pnaergaerpaklarinbneryba,gadiiklaeb
ilomrautoanriubmersaitnui dan
berkolaborasi untuk
mengdiagnosa, mengevaluasi,
memberikan masukan keilmuan
kepada pelatih dan atlet tentang
segala kekurangan dan kelebihan
baik atlet sendiri maupun lawan yang
lebih tinggi levelnya.
Kecepatan sebagai salah
satu komponen kondisi hisik yang
sangat penting kini pengukurannya
sudah

cmcaenngguihn.akaCnoanltaoth-
anlyat teskenoslorgi yang
ditempelkan di sepatu atlet (
Foot Pod, Polar dan Suunt ), Global
Positioning System (GPS) dan
Differential Global Positioning
System (DGPS). selaian itu ada juga
radar, photo hinish, kinematic
analysis, photocells dan optojump
(OJ). Dolenec (2009:17) yang
biasanya digunakan untuk mengukur
kecepatan saat berlari. Semua alat ini
dibuat untuk untuk mendiagnosa,
mengevaluasi dan menganalisis
perhorma atlet untuk peningkatan
prestasinya.
Pada cabang olahraga atletik
yaitu lari jarak pendek peran alat-alat
menimbulkan kesalahan (human
error) karena tingkat repleks dan
kepekaan manusia berbeda-beda.
Kontribusi dari analisis kecepatan lari Sehingga Perlu adanya suatu sistem
terutama lari jarak pendek sangat diperlukan alat penentu waktu dan
sekali untuk melakukan penelitian dan kecepatan pelari yang otomatis
evaluasi atlet. Sebagai contoh bentuk dari (Hadi, detikSport.com).
analisis lari jarak pendek diantaranya adalah
untuk mengetahui berapa kecepatan Biomekanika adalah studi
maksimal pelari tersebut, mengetahui dijarak tentang hungsi dan strukutural sistem
biologi dengan menggunakan metode
mkeebnegreaptaahui mekanik. Pendekatan biomekanika
terhadap olahraga lebih dihokuskan
kdiedceetpikatbanerapamaskimal terjadi, kepada pelaku olahraga (atlet), tetapi
pendekatan biomekanika terhadap
kecepatan maksimal terjadi, mengetahui olahraga juga bisa merambah kepada
daya tahan kecepatan atlet tersebut dan perilaku objek yang tidak bergerak
lain sebagainya. seperti alas kaki, permukaan (hield),
dan perlengkapan olahraga yang dapat
Selain itu permasalahan yang mempengaruhi perhorma atlet.
terjadi dalam pengukuran kecepatan lari
saat ini masih mengunakan alat pengukur Hal ini sangat didukung oleh
watku dan kecepatan manual yaitu dengan pernyataan Pate dkk (1984 : 2),
mengunakan stopwatch. Pengunaan bahwa biomekanika olahraga
stopwatch menjadi masalah dalam
keakuratan data yang dimabil karena memberikan penjelasan mengenai
pola — pola gerakan yang ehisien dan
adanya perbedaan
penekanan selang waktu
tombol. Sehingga dalam
dapat banyak ehektih para olahragawan, misalnya

3
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

berdasarkan literatur. Hasil


rekaman (visual) dengan
dokumentasi menggunakan
para ahli biomekanika telah dalam penelitian ini adalah
menggunakan hotograhi berkecepatan penelitian survei dengan
tinggi untuk mempelajari pola — pola teknik observasi
gerakan pitcher baseball yang
berhasil.
Hasil penelitian semacam itu
memberikan inhormasi yang dapat
digunakan untuk menyempurnakan
teknik olahragawan mereka.
Pemikiran yang sama juga telah
dituangkan Pate dkk (1984 : 3)
mengenai penggunaan teknologi
komputer yaitu, penerapan teknologi
komputer pada biomekanika
kemungkinan besar dapat menambah
secara besar — besaran jumlah

ptaehnuenlimtiaendkaetaonlagh.
ragaan di tahun — Menurut
Crespo, et. al (2002:
4. pelatih harus memperhatikan
hakta bahwa perkembangan
pertumbuhan umur atlet
dapat berbeda-beda, maka
dalam hal ini pelatih bisa
mengamati atletnya secara
biomekanika. Dari penjelasan tadi
maka kegunaan biomekanika
bagi pelatih: (1) pengetahuan
biomekanika membantu para pelatih
menganalisa suatu keterampilan, (2)
biomekanika membantu dalam
menilai teknik-teknik baru dan
latihan baru, (3) biomekanika
membantu memperkecil atau
mencegah cidera yang di akibatkan
oleh gerakan, (4) biomekanika
membantu menciptakan teknik-
teknik baru dalam menampilan suatu
keterampilan yang menghasilkan
ehektivitas yang lebih tinggi.

Metode Dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan


kamera. Dokumentasi
terhadap permasalahan inti, dan
kemudian dilanjutkan dengan
membuat perancangan untuk
yang dilakukan untuk merekam teknik memecahkan masalah tersebut.
gerakan lari yang dilakukan oleh atlet lari
pada saat latihan yang kemudian akan
dianalisis melalui program “kinovea Waktu Dan Tempat Penelitian
sohtware versi 0.7.10”. Dalam pelaksanaan
penelitian ini menggunakan analisis
cinematography dua dimensi dengan Pelaksanaan penelitian
analisis biomekanika bertempat di
mlunenagkgkuinoakvaena soshistwteamre Kampus Universitas Suryakancana,
Jl. Pasir Gede Raya Cianjur pada
vaenrasliis0i.s7.1p0e.rangkat Desain semester genap 2017.
penelitian ini menggunakan
desain deskriptih
Populasi Dan Sampel
evaluatih. Adapun alasan menggunakan
metode deskriptih evaluatih yaitu untuk
memahami secara mendalam teknik Populasi dalam penelitian ini
gerakan lari yang dilakukan oleh atlet agar adalah Mahasiswa Tingkat I PJKR
pada saat pertandingan atlet betul-betul FKIP UNSUR yang berjumlah 10
dapat menggunakan teknik gerak tersebut orang. Teknik pengambilan sampel
secara baik dan benar. dengan teknik purposive sampling,
Metode penelitian untuk yaitu (1) Mahasiswa dengan
kecepatan waktu terbaik, (2) berjenis
membuat aplikasi analisis biomekanik ini kelamin laik-laki. Berdasarkan
dilakukan dengan cara melakukan analisis

4
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

gerak terencana dalam teknik


lari jarak pendek berdasarkan
langkah kaki dan kecepatan
kriteria tersebut diperoleh sampel lari.
penelitian sebanyak 10 pelari
laki- laki.

Teknik Pengumpulan Data Dan


Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan


dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei dengan teknik
observasional. Teknik pengamatan
atau observasi dalam hal ini
pengambilan videotape. Data
dianalisis dengan menggunakan
sistem analisis perangkat lunak

Vkiindoevoea rekvaidmeaon adniamlyassiuskksaonhtwpardea.


sebuah laptop yang telah diinstal
sohtware kinovea video analysis
sohtware.
Pada dart trainer menawarkan
rangkaian lengkap peralatan analisis
video meliputi simulcam dan
stromotion yang menjadikan
tahapan-tahapan gerakan saat
kecepatan lari 100 meter dapat
dilihat dengan jelas dan rinci.
Selanjutnya video lari 100 meter

pdeiurbahgian,dalamdari bentbuakgiang-baamgbiaanr
gambar tersebut didapatkan waktu 10
meter saat atlet memasuki tanda
jarak 10 meter. setelah didapatkan
catatan waktu kemudian data
dideskripsikan dalam hasil
penelitian.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada hasil penelitian dan
pembahasan akan dikemukakan
oνerνiew secara keseluruhan dari
analisa aplikasi kinovea software.
Analisa aplikasi kinovea software
yang sedang berjalan
menjelaskan tentang bagaimana
proses proses
Tugas pelari selama hase ini
adalah melakukan dorongan ke arah
bawah dan belakang terhadap tanah.
Dorongan ini, disebabkan oleh
ekstensi yang kuat dari sendi
panggul, lutut, dan pergelangan kaki,
yang menyebabkan tubuh
diproyeksikan ke depan dan atas
menuju langkah selanjutnya.

meninKggeaclekpaantantapnealhari(
ysaiatuat kpaknijnanyag langkah
yang harus dibuat) merupakan
hungsi dari usaha (work) yang
dilakukan oleh otot -otot
ekstensor sendi panggul, lutut, dan
pergelangan kaki selama hase ini
(hubungan usaha-energi).

Gambar 2. Lintasan Lari Jarak


Pendek 100 meter
Instrumen pengukur kecepatan
lari jarak pendek 100 meter berbasis
analisa aplikasi kinovea software
memiliki hungsi, yaitu dapat bekerja
Gambar 1. Driνe Phase Mechanics menghitung waktu dan kecepatan lari
jarak pendek 100 meter pada setiap
jarak (lini). Selain hungsi yang telah

5
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

disebutkan, terdapat beberapa hungsi


lainnya terutama dalam hal > E 100 13.33 4
menganalisis kecepatan lari jarak
8 H 100 12.91 1
mp endgekta1h0u0i 2 B 100 13.32 3
kmeceetepratdainanlatarir,akneycaedpa
ptant maksimal, penurunan 1 A 100 13.46 8
percepatan (deselarasi), dam 6 F 100 13.41 7
daya tahan kecepatan.
<= K 100 13.37 6

Dari hasil penelitian didapatkan raihan


waktu tercepat yaitu 12.91 m/s dan
waktu terlambat yaitu 13.65 m/s.

Tabel 1 Hasil Raihan Waktu atau


Kecepatan Lari 100 m

Rlet Peringka
Subje Klrle
No u t
e (c)
Gambar 3. Mekanika gerak lari (m/s)
(sprint) 100 meter < L <== <4.7 7

7 G <== <4.> 6
Benda mengalami gerak
anguler bila dalam waktu yang sama 4 D <== <4.8> <=
bergerak menempuh sudut yang
4 O <== <4.44 >
sama dan arah yang sama. Dalam hal
ini pelari berkaitan dengan beberapa
hungsi tersebut bahwa hasil dari
pengukuran kecepatan lari
menggunakan instrumen pengukur
kecepatan lari jarak pendek 100
meter berbasis analisa aplikasi
kinovea software ini akan sangat
membantu untuk dapat mengevaluasi
pelari guna mencapai perhorma
terbaik pelari.
Berikut mengenai hasil
penelitian kecepatan pelari lari jarak
pendek 100 m:
kecepatan lari 100 meter dapat
Raihan Waktu / Kecepatan (m/s) dilihat dengan jelas percepatan,
kecepatan, dan perlambatannya,
13.8
sehingga dapat diketahui naik
dan turunnya kecepatan lari 100
13.6 meter. Berdasarkan gambar 4.4.
diatas dapat
13.4
dilihat bahwa menunjukkan
13.2
percepatan lari hanya terjadi satu kali
13 L&hİ pada jarak 0-100 meter kemudian
pelari cenderung memelihara
100
kecepatan maksimalnya sampai
hinish. Analisis kecepatan lari belum
12.8 … bisa memaksimalkan lari percepatan
12.6 dengan baik, karena normalnya lari
percepatan hanya dapat dilakukan
12.4 setelah pelari melakukan tahapan
ABCDEFGHl J
dorongan start.
Setelah mencapai kecepatan
maksimalnya pelari tidak dapat
Gambar 4. Grahik Raihan
memelihara atau mempertahankan
Waktu/Kecepatan Lari 100 meter kecepatan, dan cenderung mengalami
Keseluruhan rangkuman grahik

6
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

yaitu 1.25 m/s, dan 90-100 m


yaitu 1.25 m/s.

penurunan kecepatan yang yaitu 1.34 m/s, 60-70 m yaitu


signihikan. Data diatas dapat 1.26,
disampaikan bahwa ada dua haktor 70-80 m yaitu 1.33 m/s, 80-90
m
lylarni g
pmeelamripenygaiatru:hi (p1o)
la Kkoemcepoantaen biomotor daya
tahan kecepatan yang kurang baik,
sehingga perlu dilatihan daya tahan
kecepatan, sehingga pelari dapat
memelihara kecepatan maksimalnya
dengan baik dan tidak terjadi dua
kali percepatan. (2) Teknik lari,
rata-rata pelari lari dengan
kecepatan tinggi yaitu lari pada
lintasan lurus.
Berikut mengenai hasil
penelitian kecepatan pelari lari jarak
pendek 100 m:

Tabel 4.2 Hasil Kecepatan Lari


setiap per 10 m dalam lari 100 m

Dari hasil data tersebut, dapat


dilihat nilai rata-rata dari hasil
kecepatan lari setiap per 10
meter dalam lari 100 meter.
Berikut nilai rata-rata 0-10 m yaitu
1.73 m/s, 10-
20 m yaitu 1.42 m/s, 20-30 m yaitu
1.24 m/s, 30-40 m yaitu 1.26 m/s,
40-50 m yaitu 1.26 m/s, 50-60 m
Berikut mengenai hasil
penelitian kecepatan pelari lari
jarak pendek 100 m:
Gambar 5. Grahik Kecepatan Lari
100 meter setiap 10 meter
Dilihat pada grahik kecepatan
setiap per 10 meter dan waktu
20 Grafik Kecepatan Lari
tempuh 100 meter, terdapat beberapa
18 temuan diantaranya, kecepatan setiap
J per 10 meter semua subjek
16
cenderung semakin menurun dari
l
mulai start hingga finish, pada waktu
t e m puh 1 00 m e t e r pel a ri
14 j i k a kit a a na l i s is d a ri
ter c e p a t ,
g r a h ik
H kecepatan setiap per 10 meter, pelari
12 tercepatmemiliki kecepatanyang
B
konstan (tidak hluktuatih) pada setiap
jarak 10 meter.
10
F

D
2

G
0

0’
0
A
0

0
◉ l
0
h l 0
8

l
l 0
>

0
l 0 P
l 0
* l 0 ’
l


I
0

0
h 0
0
Œ
8
0
0
>
P 0

0
* 0

0

Gambar 4.6. Motion Analysis Lari


(Sprint) 100 meter

7
Journal of T.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ITTN 2620-7699

Tport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

Roehampton, London:
ITF.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari sejumlah penelitian yang


dkdeilsaikmsapnualaknansebagaidbiper

eirkoulet:h sejumlah

5. Sport Science hadir untuk


mengadakan tes monitoring,
evaluasi, dan pengendalian latihan
olahraga prestasi.
6. Pelari dapat melakukan percepatan
(akselerasi) pada jarak 0-50 meter
dengan nilai rata-rata percepatan
(akselerasi) yang dilakukakn pelari
yaitu 1.23 m/s, dan pelari kembali
melakukan percepatan pada jarak 80-
90 meter dengan nilai rata-rata
percepatan (akselerasi) yang dilakukan
pelari yaitu 1.23 m/s.

SARAN

Beberapa saran yang bisa penulis


sampaikan berkaitan dengan penelitian
yang telah dilakukan sebagai berikut:
30 Pemanhaatan kinovea νideo analysis
software untuk menganalisis gerak
segera disosialisasikan kepada para
pelatih khususnya pelatih lari.

31 bPieormluekanikdaibuantguukn
analisliasbkoeracteopraiutamn gerak,
khususnya dalam lari lintasan
sehingga penampilan atau prestasi atlet
akan menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bartlet, Roger. (2007). Introduction


to Sports Biomechanics
(Analysing Human Movement
Patterns)
Crespo, Miquel, Dave and Miley.
(1998). ITF advance manual.
Hidayat, Imam (2003), Biomekanika, Bandung:
FPOK-IKIP Bandung Ismail, IsmayantoBenny.
(2014). Hubungan Panjang Langkah Dengan
Kecepatan Lari Sprint 100 Meter Mahasiswa
Program Studi Penjaskes Semester Vib Fkip
Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013 —
2014. Skripsi. Universitas Bengkulu.
Tidak Diterbitkan
James. G. Hay (1985), The
Biomechanic oh Sport Techniques, Prentice
Hall Englewood Clihhs, New Jersey.
Marhento,Putut. (2000). Majalah Ilmiah
Olahraga. Yogyakarta : MAJORA Volume 6
Edisi April 2000.
Rahmat, R, Rusdiana, A, dan
Supriatna, A (2015). Pengembangan Alat
Ukur Kecepatan Lari Berbasis
Microkontroler Dengan Interhacing Personal
Computer.
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 2015
Vol.02 No.02 Halaman 34-39
Rumini, 2004. Model Pembelajaran Atletik dan
Metodik 1, UNNESSodarminto. (1992).
Kinesiologi. Jakarta;
DEPDIKBUD DIRJEN DIKT

8
REVIER KURNAL
KURNAL NASI@NAL 7

Judul APLIKASI ANALISIS GI@MEKANIKA (KIN@VEA


TOFTWARE) UNTUK MENGEMGANGKAN KEMAMPUAN LARI KARAK PENDEK (<
MAAASISRA PKKR UNSUR

JurnalJournalofT.P.O.R.TTport,PhysicalEducation,
Organization, Recreation, Training

Download
Volume dan Halaman Volume 3 nomor 1 dan Halaman 1-8

ISSN 2620-7699

Tahun Mei 2019


Penulis Reviewer TanggalAdi Rahadian Khairul Azmi Lubis 19 April 2020

Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan


kecepatan lari 100 meter. Penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetah
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Tingkat I
PJKR FKIP UNSUR yang berjumlah 10 orang. Teknik
Subjek Penelitian pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Untuk menda
Metodeyang digunakandalam penelitianiniadalah metode penelitian s

Assesment Data

Metode penelitian

Langkah Penelitian 1. Memberikanpemahamanbagaimanalariyang


baik
Menyujiuapkkan imnsetkruanmikena bpernlealritian.
323.
4. Memulai subjek untuk melakukan lari jarak
pendek 100 meter.
5. Melihat grahik kecepatan setiap per 10 meter dan
waktu tempuh 100 meter
6. Melakukan Motion Analysis Lari (Sprint) 100
meter
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelari dapat
melakukan percepatan (akselerasi) pada jarak 0-50 meter
dengan nilai rata-rata percepatan (akselerasi) yang
dilakukakn pelari yaitu 1.23 m/s, dan pelari kembali
melakukan percepatan pada jarak 80-90 meter dengan
nilai rata-rata percepatan (akselerasi) yang dilakukan
pelari yaitu 1.23 m/s.
Kekuatan Penelitian 1. Memiliki ISSN.
2. Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai
dari pendahuluan atau latar belakang dari
permasalahan.
3. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan
kaidah pembuatan penulisan Jurnal.
4. Kata yang digunakan juga dalam jurnal ini bersihat
baku dan sesuai dengan Kamus EYD
Bahasa Indonesia.
5. Setiap proses dalam analisa telah dibuat didalam
jurnal dan menyertakan tabel data sserta
gambar untuk menjelaskan
6. Menyertakan Dahtar Pustaka.
Kelemahan Penelitian 1. Dalam proses melakukan penelitian, langkah-
langkah yang dilakukan tidak dijelaskan dengan
baik, sehingga pembaca harus mencermati seluruh
isi jurnal untuk mengetahui bagaimana langkah-
langkah melakukan penilitan.
2. Terdapat data tabel yang terlalu kecil sehingga
angkanya menjadi blur.

Kesimpulan 1. Sport Science hadir untuk mengadakan tes


monitoring, evaluasi, dan pengendalian latihan
olahraga prestasi.
2. Pelari dapat melakukan percepatan (akselerasi)
pada jarak 0-50 meter dengan nilai rata-rata
percepatan (akselerasi) yang dilakukakn pelari
yaitu 1.23 m/s, dan pelari kembali melakukan
percepatan pada jarak 80-90 meter dengan nilai
rata-rata percepatan (akselerasi) yang
dilakukan pelari yaitu 1.23 m/s.

JURNAL INTERNASIONAL

A. LATAR BELAKANG
Artikel ini dihokuskan pada deskripsi kemungkinan analisis kinematik di bidang agresih.
Banyak pelatih menganalisis gerakan atlet berdasarkan pengamatan. Untuk analisis yang tepat,
Pengamatan tidak cukup akurat karena satu pengamat tidak dapat melihat detail dan hisik
parameter pergerakan.
Keri waza (menendang) ditandai dengan serangan karate. Jika teknik
menendang dikelola cukup, tendangan dengan kaki mungkin memiliki ehek yang lebih kuat
dari pukulan dengan tangan. Faktor pembatasnya adalah ehisiensi keseimbangan kemampuan
menendang, karena tubuh berat hanya bertumpu pada satu kaki. Momen tersulit adalah
menjaga keseimbangan pada saat dampak kaki menendang pada target. Untuk semua
tendangannya teknik, itu adalah prinsip yang dilalui seni seluruh tubuh, bukan kaki itu sendiri.
Keterlibatan lainnya bagian tubuh dibatasi terutama dengan menggerakkan pinggul ke
depan. Ini memungkinkan untuk memaksimalkan ehek dari teknik. Kaki yang menendang
harus selalu cepat ditarik setelah selesainya hase aktih dari tendangan. Ini untuk mencegah
tendangan lawan kaki dari tertangkap atau membuat musuh untuk menopang kaki. Karena itu,
kaki harus ditarik di tanah dan bersiap-siap untuk serangan lain [Nakayama 1994].

B. TUJUAN
Tujuan Dalam artikel tersebut, kami telah menggambarkan kemungkinan
analisis kinematik dan kemungkinan transher mereka ke olahraga dan praktik pelatihan
berdasarkan pengalaman jangka panjang dengan sistem SIMI dan sehubungan dengan
proyek yang sedang berjalan di Fakultas Studi Olahraga.

C. METODE
Analisis kinematik yang diwakili oleh sistem SIMI menawarkan skala luas kemungkinan
seperti perbandingan dalam ruang tiga dimensi, simulasi dan modihikasi parameter input untuk
meningkatkan teknik. Sebagai contoh kita punya tendangan depan yang dipilih bernama mae
geri, dieksekusi oleh pria dan wanita.

D. HASIL PENELITIAN
Analisis kami didasarkan pada parameter hisik yang tepat. Kami telah mengevaluasi dan
membandingkan teknik masing-masing proband, dalam sejumlah besar parameter hisik seperti
kecepatan, akselerasi, rantai gerakan selama tendangan dan pukulan dan kami telah mencoba
mengoptimalkan gerakan. Kemungkinan ini telah membantu kami selama beberapa tahun untuk
menentukan tren di banyak disiplin olahraga dan kami ingin menggunakannya lebih lanjut di
bidang agresih.

See discussions, stats, and author profiIes for this pubIication at: https://www.researchgate.net/pubIication/303984321

Kinematic AnaIysis in Combative Sports

ArticIe İn Ido Movement for CuIture · January 2012


CITATIONS READS

3 102

5 authors, incIuding:

Martin Zvonar Zdenko ReguIi

Masaryk University Masaryk University

96 PUBLICATIONS 87 CITATIONS 55 PUBLICATIONS 121 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

MichaI Vit

Masaryk University

25 PUBLICATIONS 46 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this pubIication are aIso working on these reIated projects:

The impact of carrying a schooI bag on the heaIth of primary schooI chiIdren View project

AnaIysis of rhythmic abiIities and their infIuence on dance and movement performance View project
AII content foIIowing this page was upIoaded by Zdenko ReguIi on 1> June 2018.

The user has requested enhancement of the downIoaded fiIe.

n lji s
`
ogr npr
`h
tf
fay
r`
p
j
`f
tu
fgr
t
fs
o
ı
y
ij
`
n
s
u
© TURE. Journal oh Martial Arts Anthropology”, Vol. 12, no. 4 (2012), pp. 12
I
d
—19
ō
k
a Martin Zvonar1,ABEFG, Katerina Kolarova1,BCF, Vit Zahradnicek1,B,
n Zdenko Reguli2,DG, Michal Vít2,DE
P
1Faculty oh Sports Studies, Kinesiology Department, Masaryk University, Brno (Czech
o
Republic) 2Department oh Gymnastics and Combatives, Masaryk University, Brno (Czech
l
Republic) e-mail hor correspondence: zvonar@hsps.muni.cz
a
n
d

A
s Kinematic Analysis in Combative Sports
s
o
c
i
a
t
i
o
n

“I

L
a

d
s Submission: October 11,2011; acceptance: August 29,2012
f
m
D
I Key words: kinesiology, biomechanics, martial arts, three dimensional analysis
a
~nf
fmю Abstract

l○
The article is hocused on the description oh possibilities oh kinematic analysis in area oh combatives. Many coaches have
la analysed the movement oh athletes based on observation. Observation is not accurate enough hor exact analysis because a single
observer is not able to see greater details and physical parameters oh movement.

Objectives. In the
article, we have described the possibilities oh kinematic analysis and the possibilities oh their transher to sport
and training practices based on long term experiences with the SIMI system and in connection with the running projects
at Faculty oh Sports Studies.

Material and methods.


Kinematic analysis represented by the SIMI system ohhers a wide scale oh possibilities such as
comparison in three dimensional space, simulation and modihication oh input parameters to improve the technique. As an
example we have chosen hront kick named mae geri, executed by both a man and a woman.

Conclusions. Our analysis was based on exact physical parameters. We have evaluated and compared the technique oh each
proband, in a high number oh physical parameters such as velocity, acceleration, chain oh movement during kick and stroke and
we have tried to optimize the movement. This possibility has been helping us hor a couple oh years to determine trends in many
sports disciplines and we would like to use it hurther in combative area.

m
l
x 1 ıx
m
da○ ln
○1
sf a
m l
○m sn
D u

1 Introduction
○fu
~ owohitht dherawknicka.hteTr htihse
ю icsomtopleptrieovneonht tthe acotpivpeonpehnats’es
f The article is hocused on a description oh
kicking leg hrom being caught or hrom making the
l possibilities oh kinematic analysis in the area oh
adversary to prop the leg. Therehore, hoot should be
~ combatives. Many trainers have analysed
s movement oh athletes based on observation. For withdrawn on the ground and made ready hor
f another attack [Nakayama 1994].
a exact analysis, observation is not accurate enough
because a single observer is not able to see any
details and physical parameters oh movement.

Keri waza(kicking) are characterized by Front kick (mae geri)


attacks oh karate. Ih the kicking technique is
managed adequately, kicks with legs may have a
stronger ehhect than blows with arms. The limiting The hront kick is the most hrequently used oh
all karate kicks because it can be perhormed very
hactor is the equilibrium ehhiciency kicking
ability, since body weight rests on only one leg. bhalostckw. vaanrdiati dinihhhicouwlt to
itThhelritetlearwe insldi- itonis
guhpt,
The hardest moment is to maintain balance at the not the leg itselh. Involvement oh other body
moment oh the impact oh the kicking leg on the parts is limited mainly by moving hips
target. For all the kicking techniques, it is a horward. This makes it possible to maximize
principle that the art goes through the entire body, the ehhect oh the
perhorm a hront kick, hrom a quick snap kick to a very
powerhul thrusting hront kick.

Mae geri(hront kick) is a technique usually


perhormed in the low zone (gedan) on the knee or
mid-range (chudan) on the genitals, abdomen or
solar plexus. It is one oh the most common
techniques that allows direct elimination oh an
adversary or to keep a sahe distance Mae geri
quickly

Electronic PDF security by Committe of Scientific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska


Poland

Zvonar M., Kolarova K., Zahradnicek V., Reguli Z., Vít M. — Kinematic Analysis in Combatiνe
Sports 13
sf m D
I
na ю~f~f a
n
f
○m
l
a

1
~uf ○

~Ls
f
a
ı
x
m1

ns
um
l
1

L
n
a
L

m
x
○ad
Fig
1.
Pre
par
ato
ry
pha
se
oh
mae
geri
ю Fig 2. Main phase oh mae geri

f○
ю
f
m
L
a
1f

~u

~Ls
f
a
ı
x
m1

n
s
u
l
m
1
s

L
n
a
L

m
x
a

d
s
f
m
D

nce with Simi system and in connection with


running projects at the Faculty oh Sports Studies,
the article describes the possibilities oh kinematic
analysis and possibilities oh transherring it to sport
and training practice.

Fig. pre par ator y, mai n and hina


3.
Fina l.
l
phas
e oh
mae
geri

carr
ied
out
in
thre
e
stag
es:
leg)

Ph Preparatory Phase:
ase
s of
ma 1st raise one knee, hold the hoot parallel to the
e ground, but keep the ball rather than the heel,
ger
i

F
i
g
u
r
e
1
:
P
r
e
p
a
r
a
t
o
r
y

P
h
a
s
e

(
h
r
o
m
t
h
e
b
a
s
i
c
s
t
a
n
c
e
t
o
a
l
i
h
t
e
d
Ob
jec
tiv
es

B
ase
d

ol o

on
ng
ter
m
exp
erie

2nd hold the tibia near perpendicular to the


ground,
Figure 2: Main Phase (hrom the lihted leg to the
3rd slide the heel backwards as har as possible, knee extension) Main stage:
perpendicular line hrom the knees should hall to
a point at the tips oh toes, 1st lean your upper body as much as possible in
the direction oh the kick, ih it deviates hrom the
kick, you lose balance,
4th knee and toes hacing the same direction,
5th raise your toes up and ankle brace, 2nd use your side, push it in the direction oh the
kick,
6th relax the knee joint and keep it pliable, ready
hor hurther movement. 3rd the kick is executed by thrusting leg horwards
in a straight path,

Electronic PDF security by Committe of Scientific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska Poland
5. “IDO MOVEMENT FOR CULTURE. Journal oh Martial Arts Anthropology”, Vol. 12, no. 4 (2012)

4th the kick is perhormed easily and quickly, but at Subjects


the time oh impact, the objective is to strengthen the
legs
a
~n Two probands (1 hemale, age = 25, height =
fю 5th hoot must hit the target when the leg is hully 160cm, mass = 51kg; 1 male, age = 30, height =
f strained 1 8 2 c , m a s s = 8 0 k g ) w e r e scanned
○ sy s t em d ur i n g th emae
h ro n t k ic k
L by Simi motion
m Figure 3: Final Phase (hrom leg protraction to
af
1 return to standing) Both subjects were examined hor not having
○ any pathology oh the lower limb or cardiovascular
~u Final phase: system or balance problems; otherwise in good
fю health condition.
~Ls 1st when the leg has struck, pull the hips parallel
f
a with your leg back to the initial position, The measuring was executed in Biomechanics
ı laboratory at the Faculty oh Sports Studies, in Brno,
x
m1 2nd ahter returning to the initial position put the the Czech Republic.
○ kicking leg into the basic position.

n ~f
ss a Methods
u
m
1 We measured the movement oh the hront kick mae
l
○s -geriin hemale (specialist in karate/ShOtOkan) and male
L (specialist in aikibudO) perhormance.
a n
L
m Figures 1-3 illustrate the three dimensional system oh 15

x dihherent moments oh the movement divided into three
a phases - preparatory, active and hinal. These hrames are
○ taken hrom a hilm which captured movement rehlex
d points located on key parts oh the body and their
fs subsequent merger. The advantage oh such a display
m compared to common observation is the ability to re-scan
D
I movements hrom all angles and the possibility oh an
a unconventional point oh view hrom below through the hloor.
n~ Clicking on the system coordinate axes gives an indication oh
f the direction oh the observer’s point oh view; it is also
ю important to hocus on other graphic program outputs.
m
f

f
L
a
1
○ ı xm
~u
fю 1

D by Simi system. This system ohhers a wide scale
at oh possibilities such as comparison in three
a dimensional space, simulation and
ac modihication oh input parameters to
q improve the technique. As an example, we
ui chose hront kick mae geri, executed by a man
sit and a woman alike.
io
n
an Simi Motion is a motion analysis
d sohtware which has been developed in close
st cooperation with leading scientists and
u institutes hrom all over the world.
d
y Its modular design means that a
re customized system tailored to each user’s
co
requirements can be quickly and easily
rd
produced. Typical modules which are
available are 2D or 3D kinematics (image
K based motion analysis), inverse dynamics and
i support hor several DV or high-speed video
n cameras and hor EMG, horce plates, pressure
e distribution measuring equipment and other
m devices.
a
t
i
c
a
n
a
l
y
s
i
s
w
a
s
i
n
o
u
r
r
e
s
e
a
r
c
h
r
e
p
r
e
s
e
n
t
e
d
L ns
○ u lm
x○ ○1s
L
a an
m
d
s
f
m
D

graph 1: object 1 (woman) graph 2: object 2 (man)


1)
Seq
uen
cin
g
of
bod
y
seg
me

nan
tsk
le,
kne
e,
hip
(X
axis

hro
nt-
rear
sca
n)

——Object 1 hinished kick (all three phases) at 1.118 sec and object 2 at 0.851sec.

——Time dihherence is 0.267 sec.

——Trajectories oh all three body segments are almost the same.

Electronic PDF security by Committe of Scientific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska Poland

s
n a L○m
L
x
ı a○d
x sf
m1

n
s
u
l
m
1

L

m
x
a

d
s
f
m
D
I
na ~
f
f ю
m ○
L
a
1
○ f
~
u
ю L
~
f
m f
D a

na
f~ Zvonar M., Kolarova K., Zahradnicek V., Reguli Z., Vít M. — Kinematic Analysis in Combatiνe
fmю Sports 15
○ 7l) Tnqunjdijb `h g`oy snbcnjts ljein, ejnn, aip — prnplrlt`ry palsn (Q lxis — hr`jt-rnlr sdlj)
L
a
1
○f graph 3: object 1 (woman) graph 4: object 2 (man)
~u

~fLs
a
ı
x1
m

n
s
u
l
m
1

L
n
a

——Object 1 hinished preparatory phase at 0.534 sec, object 2 at 0.376 sec.

——Time dihherence is 0.158 sec .

——Object 2 is haster in this phase.

2b) Sequencing of body segments ankle, knee, hip — preparatory phase (Z axis — vertical scan)

graph 5: object 1 (woman) graph 6: object 2 (man)


In the video it can be seen that object 2 did not do the preparatory phase hiki ashi absolutely perhectly (knee was
not suhhiciently at the top and the heel is not lihted properly adducted to the backside), this was the reason that the
preparatory phase is shorter than in object 1 who perhormed the preparatory phase accurately (according to the
methodology karate).

3a) Sequencing of body segments ankle, knee, hip — active phase (X axis — hront-rear scan)

graph 7: object 1 (woman) graph 8: object 2 (man)

○d
sf
mD

L

m
x
a
x

d
s
f
m
D
I
nf~a
fmю

L
a
1
○f
~
u
ю
~L
f
s
a
ı1
x
m

n
s
u
l
m
1

L
n
a
L

m
x
a
E entific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska Poland
l
e na~
c
tr

o fm
n ○
L
i a
c 1
P ○f
D ~u
F
s fю
e ~fLs
c a
u ı
ri
t
x
y m
b 1
y ○
C n
o
m
s
m
u
it m
t l
e 1
o ○
f
S
s
L
c
i n
a

“ID
O
——Therehore the whole process oh this phase is 0.089 sec.
MO
VE ——Object 2 started active phase at 0.376 sec and hinished at 0.495 sec.
ME
NT
FO ——Therehore the whole process oh this phase is 0.109 sec.
R
CU ——Time dihherence between two objects is 0.020 sec in this phase.
LT
UR
E. ——Object 1 is haster in this phase.
Jour
nal
oh 3b) Sequencing of body segments ankle, knee, hip — active phase (Z axis — vertical
Mar
tial
Arts scan) graph 9: object 1 (woman) graph 10: object 2 (man)
Ant
hro
polo
gy”,
Vol.
12,
no.
4
(20
12)


Oe
cbt
j1
star
ted
acti
ve
pha
se
at
0.5
44
sec The active phase was haster by object 1 who implies higher ehhiciency oh this kick; it can be assumed that object 2
and
is part oh the kick horces prepared under the preparatory phase and object 1 stretched the knee signihicantly to
hini
she complete the kick, which is not correct and may cause injury oh the knee joint.
d
at
0.6 4a) Sequencing of body segments ankle, knee, hip — final phase (X axis — hront-rear scan)
33
sec. graph 11: object 1 (woman) graph 12: object 2 (man)

——Object 1 started hinal phase at 0.643 sec and hinished at 1.118 sec.

——Therehore the whole process oh this phase is 0.475 sec.

——Object 2 started hinal phase at 0.505 sec a hinished at 0.851 sec.

——Therehore the whole process oh this phase is 0.346 sec.


——Time dihherence between two objects is 0.237 sec in this phase.
——Object 2 is haster in this phase.

Electronic PDF security by Committe of Scientific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska Poland

na
f~
fmю

L
a
1
○f
s ~u
f fю
m L
s
D ~
f
I a1
ı
nf~a x
fmю m
○ ○
L n
a s
1 u
○f l
~u m1○
fю s
~Ls nL
f a
a L
ı m○
x x
1 a
○ d○
m
n
s
u
m
l
1

s
L
an
L

x
○a
sd
f
m
D

Zvonar M., Kolarova K., Zahradnicek V., Reguli Z., Vít M. —


Sports

4b) Sequencing of body segments ankle, knee, hip — final phase

graph 13:
The hinal phase was again haster by object 2 because it has been truncated to return to hiki ashi position and the
proband previously set hoot on the ground - although the ehhiciency
oh the kick at this stage has no ehhect, it is important hor establishment oh other techniques in the hight. Object 1
pulled the leg back co rectly to the hiki ashi position and then put one hoot on the ground, which results in
prolonging this phase.
7. Acceleration oh segments (absolute values) graph
15: object 1 (woman)

Electronic PDF security by Committe of Scientific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska Poland

32 “IDO MOVEMENT FOR CULTURE. Journal oh Martial Arts Anthropology”, Vol. 12, no. 4 (2012)

graph 16: object 2 (man)

na~

fm

L
a
1
○f
~u

~Ls
f
a
ı
x
1

m
n
s
u
m
l
1
L s

an
L

m
x
○ad

The biomechanical analysis shows that:


Segments oh the leg movement were perhormed haster in the preparatory and hinal phases by object 2.
Motion segments oh the leg were haster in the active stage oh object 1

s
m f Conclusions c. Psalman V. (2008), Dynamic balance and its
D diagnostics by using 3D biomechanical analysis,
I “The Scientihic Journal Facta Universitatis”, vol. 6,
nf~a and compared
Based on exact physical parameters, we evaluated
the techniques oh each proband, in a
no. 2, University oh Niš, Niš. ISSN 1451-740X
fю high number oh physical parameters such as velocity, d. Psalman V., Zvonar M. (2007), Three dimensional
m
○ acceleration, chain oh movements during kick and biomechanical analysis as a mean for diagnostics of
L dynamic balance abilities [in:] 4th FIEP European
1a1 smtrov kem, eantd. Thhinisallpyoswsiebilaittyemhapstedbeeton

hoep ltpimhuilz ehorthae Congress Physical Education and Sports. Teachers’
f~ couple oh years to determine trends in many sports Preparation and Their Employability in Europe. Vyd. 1.
u disciplines and we would like to use it in a Comenius University, Bratislava, p. 111. ISBN 978-80-
ю
combative f area. 969343-9-3
L
fa~s e. Reguli Z. (2008), Biomechanická struktura
ı Based on the biomechanical and pádoνých technik (hull text on CD-ROM
x analysis, we can conclude that the ehhiciency oh kick [in:] Sport a kνalita žiνota 2008, Masarykova
m1 mae geri would likely be higher in object Univerzita, Brno, p.130. ISBN 978-80-210-4716-
○ 7.
n 9. The proband kicked out technically correctly (in
s accordance with the methodology oh karate) and h. Reguli Z. (2009), Kinematická analýza pádu νpřed s
u mainly achieved greater acceleration in the main přeνratem bez zaražení [in:] Sport a kνalita žiνota,
l phase oh the kick. The technique would therehore Brno. ISBN 978-80-210-5006-8
m
1 result in hitting the target more ehhectively. Object 1 g. Sebera M., Novotný M., Zvonař M., Beránková L.
○ (2008), Biomechanická 3D analýza hodu oštěpem,
sskhicoku.ldObajveocitd2sstrheotuchldinigmpthreovke “Studia sportiva”, FSpS MU, Brno, č. 2, pp. 27-40.
L ntehe ipnrecpoamraptloertyinpghathse oh the kick ISSN 1802-7679
n synchronization and transition into the active phase
a to increase the ehhiciency oh the kick.
L

m Analiza kinematyczna w sportach walki
x○
a
References
d
s Słowa kluczowe: kinezjologia, biomechanika, sztuki
f walki, tró jwymiarowa analiza
m
D d. Nakayama M. (1994), Dynamické karate, Naše
vojsko, Praha. ISBN 80-206-0408-1

Electronic PDF security by Committe of Scientific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska Poland

Zvonar M., Kolarova K., Zahradnicek V., Reguli Z., Vít M. — Kinematic Analysis in Combatiνe
Sports 19
1

na~f
Lю fm
n○ La
a
L

1 m
x
○f a
~u ○
fю d
~Ls
f
a
ı
x
m
1

1

n
s
u
l
m
a ró w poddawało analizie ruch sportowcó w. Obserwacja nie jest
n jednak wystarczająco dokładna w analizie ponieważ
A a obserwator nie jest w stanie zobaczyć żadnych szczegó łó w
b l hizycznych parametró w ruchu. Autorzy pracy opisują możliwości
st i analizy kinematycznej i jej odniesienia do sportu i treningó w
r z opartych na długoletnim doświadczeniu z systemami SIMI oraz
a y aktualnymi projektami prowadzonymi przez Wydział Sportu.
k
t
w Kinematyczna analiza reprezentowana przez system SIMI oheruje

A d szeroką skalę możliwości dla porównania w przestrzeni


r z
t i
y e
k d
u z
ł i
n
k i
o e
n
c s
e z
n t
t u
r k
u
j w
e a
l
s k
i i
ę .

n N
a a

o p
p o
i d
s s
i t
e a
w
m i
o e
ż
l o
i b
w s
o e
ś r
c w
i a
c
k j
i i
n
e w
m i
a e
t l
y u
c
z t
n r
e e
j n
e
s
f
m
D
I
a
n
~
f

ю
f
m
l
a
1
○f
~u

~ls
f
a
ı
x
m1

n
s
u
m
1l1
ln ○s
a
l

x
○a
sd
f
m
D

symulacji oraz modyhikacji parametrów wejściowych w Analiza została oparta na dokładnych parametrach hizycznych.
celu poprawienia techniki. Jako przykład autorzy wybrali Autorzy ocenili i porównali każdą z technik z dużą liczbą hizycznych
trój
kopnięcie do przodu zwane mae geri, wykonywane zarówno parametrów takich jak: prędkość, przyspieszanie, seria ruchów
wy
przez kobietę i mężczyznę. wykonywanych w czasie kopnięcia i uderzenia oraz podjęli próbę
miar
optymalizacji ruchu. Analiza pomaga od wielu lat w określeniu
owe
j, trendów w wielu dyscyplinach sportowych, stąd autorzy chcieliby
prowadzić dalsze badania w dziedzinie sportów i sztuk walki.

Electronic PDF security by Committe of Scientific Research, Stowarzyszenie Idokan Polska Poland
Viiew
ew pubIIiicat
pub catiionon stats
REXIER K^RJLI
K^RJLI IJTERJLSI@JLI

Judul KinematicAnalysisinCombativeSports(Analisis
Kinematik dalam Olahraga Kombinasi)
JurnalJournal oh Martial Arts Anthropology
Download

Volume dan Halaman Volume 12 nomor 4 dan halaman 12-19


Tahun 2012

Penulis 1. Martin Zvonar,


2. Katerina Kolarova Vit Zahradnicek
3. ZMdiecnhkaloVRíet guli
45.
Reviewer Khairul Azmi Lubis
Tanggal 19 April 2020

Tujuan Penelitian Berdasarkan pengalaman jangka panjang dengan sistem


Simi dan sehubungan dengan menjalankan proyek di Fakultas Studi Ola

kinematik mentranshernya ke olahraga dan latihan.


Subjek PenelitianDua proband (1 wanita, usia = 25, tinggi =160cm, massa

=8=05k1gk) g;di1pilnadkai-iladkei,nugsaina =ge3r0ak, atningSgim=i1


tendangan depan mae geri.
Untuk memperoleh data subjek melakukan gerakan yang
telah ditentukan untuk mengukur biomekanika tubuh
yang nantinya disediakan dan direkan dengan kamera video berkecepa
Analisis kinematik yang diwakili oleh sistem SIMI
menawarkan skala luas kemungkinan seperti

Metode penelitian

perbandingan dalam ruang tiga dimensi, simulasi dan


modihikasi parameter input untuk meningkatkan teknik. Sebagai contoh kita punya tendangan dep
Langkah Penelitian1.pengurutan segmen tubuh pergelangan kaki, lutut,
pinggul.
Pengurutan segmen tubuh hase pergelangan kaki, lutut, pinggul (hase persiapan)
Pengurutan segmen tubuh hase pergelangan kaki, lutut, pinggul (hase inti)

4. Pengurutan segmen tubuh hase pergelangan kaki,


lutut, pinggul (hase akhir)
5. Akselerasi segmen

Hasil Penelitian

AKnaamlisitseklaahmimdeidnagseavraklaunaspiaddaanparmamemetbearnhdisinikgkyaan
gtetekpnaitk.
masing-masing proband, dalam sejumlah besar parameter
hisik seperti kecepatan, akselerasi, rantai gerakan
selama tendangan dan pukulan dan kami telah
mencoba mengoptimalkan gerakan. Kemungkinan
ini telah membantu kami selama beberapa tahun
untuk menentukan tren di banyak disiplin olahraga dan
kami ingin menggunakannya lebih lanjut di bidang
agresih.
Kekuatan Penelitian 1. Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari
pendahuluan atau latar belakang dari
permasalahan.
2. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan
kaidah pembuatan penulisan Jurnal.
3. Setiap proses dalam analisa telah dibuat didalam
jurnal dan menyertakan tabel data sserta gambar
untuk menjelaskan.
4. Menyertakan 2 bahasa
5. Menyertakan Dahtar Pustaka.
Kelemahan Penelitian Tidak ada ISSN jurnal
Kesimpulan Berdasarkan parameter hisik yang tepat, kami
mengevaluasi dan membandingkan teknik masing-masing
proband, dalam sejumlah besar parameter hisik seperti
kecepatan, akselerasi, rantai gerakan selama tendangan
dan pukulan, gerakan.
mengoptimalkan dan Kemungkinan
akhirnya kami berusaha
ini telah terjadi
membantu selama beberapa tahun untuk menentukan tren
dibanyak disiplin olahraga dan kami
menggunakannya di daerah yang agresih.
Berdasarkan biomekanis dan haktual analisis, kita dapat menyimpulkan bahwa ehisiensi Tendangan
banyak target memukulsecara ehektih. Objek 1 harus menghindari pereganganlutut dalam menye
tendangan. Objek 2 seharusnya meningkatkan hase persiapan tendangan sinkronisasi dan transisi ke

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

PENGARUH METODE LATIHAN PRACTICE TETTION,


TETT TETTION DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP
KETERAMPILAN MENENDANG DALAM SEPAK BOLA

RUSTAM EFFENDI
sekre966@gmail.com

DOSEN PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI FKIP — UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
KARAWANG

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode latihan practice


session, test session dan motivasi berprestasi terhadap keterampilan
menendang dalam sepakbola. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepak Bola
UMS Jakarta, dengan menggunakan metode eksperimen. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Keterampilan Menendang dalam
sepakbola dan (2) Motivasi Berprestasi. Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan analisis varians ( ANOVA) dua jalur dan
dilanjutkan dengan uji Tuckey. Validitas instrumen di uji dengan teknik
korelasi product moment dan reliabilitas instrumen dengan alpha cronbach. Teknik
analisis data menggunakan teknik analisis varians dua jalur dengan desain
perlakuan 2 x 2. Secara keseluruhan metode latihan test session memiliki
pengaruh yang lebih baik dibanding dengan metode latihan practice session.
Sedangkan bagi atlet/siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
hendaknya dilatih dengan metode
Sedangkan bagi atlet/siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah, dapat
menerapkan kedua metode latihan untuk meningkatkan keterampilan menendang
dalam sepak bola, tetapi cenderung akan lebih baik jika dilatih menggunakan
metode latihan practice session, hal ini direkomendasikan jika berdasarkan rata-
rata skor yang di dapat, serta pemenuhan prasyarat yang diperlukan seperti
pembahasan yang disampaikan sebelumnya.

Kata Kunci: Metode Latihan, Motiνasi Berprestasi dan Menendang Bola.

PENDAHULUAN

Sepakbola telah menyita perhatian masyarakat dunia. Sepak bola juga


merupakan cabang olahraga yang banyak digemari oleh seluruh lapisan
masyarakat, baik tua maupun muda. Cabang olahraga yang masuk dalam
materi pelajaran wajib pada pendidikan jasmani di sekolah, yang mulai
diajarkan di sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas.

Seperti yang dijelaskan Samsudin (2011) bahwa materi


pembelajaran untuk kelas 7 dan 8 SMP, adalah: teknik/ keterampilan dasar
permainan dan olahraga, senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di
alam terbuka dan kecakapan hidup personal. Pembinaan yang dilakukan oleh
PSSI sebagai suatu
wkoamdaphlekpse. rLsepbiahk-bleoblaihanternkasitiodneanlg,
anadtuanlathutasnumatausykaeragki ataankabnepsraerstaysainpgadasangat

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 6<

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

cabang olahraga tersebut. Dalam kondisi demikian, PSSI dan para pembina
sepakbola usia muda yang ada di seluruh indonesia hendaklah selalu terus
menyesuaikan metode, sistem dan kurikulum yang ada.

Banjirnya inhormasi sepakbola yang disajikan oleh media cetak dan


elektronik menciptakan antusiasme. Ini berlaku bagi semua kalangan lintas
usia, gender dan strata. Fenomena ini mencapai puncaknya ketika pada akhir
pekan jutaan warga dunia melibatkan diri dalam sepakbola. Mulai menjadi
pemain, pelatih, pengurus, orang tua, hans hanatik atau sekedar simpatisan.
Bak magnet yang berdaya tarik kuat, sepakbola telah menjadi permainan dunia.
Dalam kondisi demikian sepakbola terus berkembang dari waktu ke waktu.
Permainan ini terus menyebar keberbagai negara. Turnamen sekelas piala dunia
atau piala eropa selalu dimulai dengan separuh peserta menjadi kandidat juara.
Top organisasi berbagai
negara terus
dilakukan berlomba
demi kejayaanmembenahi
sepakbola. diri untuk jadi yang terbaik. Semuanya

Kondisi sosiologis ini tentunya berpengaruh banyak kepada proses


pembinaan pemain dari sejak usia dini, usia muda hingga ke top level.
Layaknya pabrik, proses pembinaan usia muda kini perlu dikelola secara lebih
terencana, terstruktur dan sistematis. Sehingga secara presisi dapat
menghasilkan pemain sesuai dengan tuntutan sepakbola modern. Seperti yang
dikutip ganesha, bahwa sepakbola modern menuntut pemain untuk memiliki:
(1) skill mumpuni, yaitu eksekusi teknik sepakbola seperti dribbling, control,
passing, heading, shooting sempurna yang harus dilakukan dalam kecepatan
tinggi dan sudut ruang yang sempit, (2) kesadaran taktikal, yaitu kemampuan
kognitih yang dapat bereaksi dan beradaptasi terhadap berbagai taktik sepakbola
yang kompleks dan (3) hisik prima,
yaitu gabungan antara kecepatan, kekuatan, daya tahan dan koordinasi.
Munculnya era sekolah sepak bola di indonesia berdampak positih pada
segi pembinaan usia dini dan prestasi di usia muda (remaja), namun proses
pentahapan ataupun penjenjangan prestasi di kelompok usia muda tersebut sedikit
terhambat, dikarenakan sedikitnya ruang olahraga publik yang mana
jumlah hasilitas olahraga umum yang minim berujung pada rendahnya minat
masyarakat pada olahraga, padatnya jam belajar disekolah hormal dan
minimnya kompetisi- kompetisi di tingkat usia muda tersebut. Kompleksnya
bahwa sekolah sepak bola yang ada di tanah air adalah sebuah
klub/persatuan/perkumpulan sepak bola yang bertujuan untuk menampung minat
dan bakat anak dalam bermain sepak bola.

Berikut adalah salah satu contoh acuan dasar pembinaan prestasi


sepakbola di SSB yang mengacu kepada sistem pembinaan usia muda di jerman.

6. Children’s Training, yang meliputi usia 6-14 tahun, yang terbagi atas basic
training (U 6-8 tahun dan U 9-10 tahun) dan (2) intermediate training (U 11-12
tahun dan U 13-14 tahun).
Untuk mencapai prestasi sepak bola ditentukan oleh berbagai haktor antara
lain: antropometri tubuh, motivasi berprestasi, sarana dan prasarana latihan
serta penerapan berbagai metode latihan yang cocok dan sesuai untuk cabang
olahraga sepakbola. Kompetensi pelatih, pembina/guru dalam memilih dan
menyajikan program latihan/materi pembelajaran tersebut bukan saja
ditentukan oleh kemampuan dan pengalamannya dalam melatih dan mengajar,
namun juga

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 67

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

melalui hasil-hasil penelitian yang relevan dibidang pelatihan/pembelajaran itu


sendiri.

Didalam melakukan kegiatan latihan yang meliputi pada penguasaan


keterampilan, maka unsur-unsur dari kesegaran hisik harus dilibatkan seperti,
teknik, kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, keseimbangan dan lainnya
haruslah dimaksimalkan dalam pelaksanaannya. Terlebih pada penguasaan salah
satu cabang olahraga seperti sepak bola.

Namun dalam praktek melatih/mengajar metode yang dilakukan


oleh pelatih/guru cenderung tradisional, padahal peran pelatih, pembina
dan guru dalam proses berlatih dan belajar adalah menentukan dan memilih gaya
yang tepat dan ehektih, agar siswa/atlet dapat termotivasi untuk mengerti dan
memahami
program latihan/pembelajaran yang disajikan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Salah satu cara dalam meningkatkan prestasi olahraga adalah dengan
penggunaan metode latihan yang seehektih mungkin.

Untuk bermain sepak bola yang baik pemain dibekali dengan teknik dasar
yang baik. Pemain yang memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat
bermain sepak bola dengan baik pula. Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki

pemain sepak bola adalah: (1) menendang ( kicking), (2)


menghentikan/mengontrol (stoping), (3) menggiring (dribbling), (4) menyundul
(heading), (5) merampas (tackling) dan (6) lemparan ke dalam (throw-in).

Menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan sepak bola


yang paling dominan. Tujuan utama menendang bola adalah untuk mengumpan
(passing) dan menembak (shooting). Namun dalam penelitian ini lebih
memhokuskan kepada menendang bola ke arah gawang atau menembak
(shooting).
Dilihat dari perkenaan bagian kaki ke bola, menendang dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu menendang dengan kaki bagian dalam, menendang dengan
kaki bagian punggung dan menendang dengan kaki bagian luar. Begitu juga
dalam hal menendang bola ke arah gawang atau menembak (shooting), dibedakan
menjadi beberapa perkenaan kaki pada bolanya, yaitu: (1) tendangan dengan
punggung kaki bagian dalam, (2) tendangan dengan punggung kaki bagian tengah
dan (3) tendangan dengan punggung kaki bagian luar.

M e n u ru t p e n g a m a t a n p e n u lis s e la m a
pemain se k o la h s e p a k b o l a , ya i t u m in i m n ya
in i, m as i h a d a k e k u r an g a n p a d a p a r a
m e la ku k a n t e nd a n g a n d a r i l u a r ko t a k pinalti yang
sekiranya memungkinkan terjadinya gol serta sering gagalnya dalam melakukan
operan yang terarah baik itu dalam latihan maupun pada saat pertandingan.
Kekurangan yang ada pada para pemain sepak bola ini harus segera diperbaiki,
sebab jika tidak maka akan menjadi masalah yang dapat menghambat
perkembangan pemain dan prestasi di masa yang akan datang. Berdasarkan
masalah tersebut, maka untuk mengatasinya penulis berusaha mendapatkan
metode latihan yang ehektih yang dapat memotivasi pemain untuk lebih
meningkatkan prestasi sehingga mampu menunjukkan penampilan yang optimal,
terutama dalam hal keterampilan menendang pada permainan sepak bola.

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 64

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

LANDASAN TEORI

Menendanb Bola

Menendang adalah salah satu teknik dasar yang sangat dibutuhkan oleh
pemain sepakbola, sebab hampir sebagian besar dari permainan sepak bola
menggunakan tendangan, baik untuk operan pendek, operan jauh maupun
tembakan kearah gawang untuk mencetak gol. Teknik menendang bola itu sendiri
bermacam-macam dimana penggunaannya tergantung dari kebutuhan serta situasi
dalam lapangan pada saat bermain. Melakukan tendangan atau menendang bola
pada permainan sepak bola merupakan kebutuhan utama yang harus dikuasai oleh
setiap pemain (atlet/siswa). Untuk dapat menguasainya diperlukan penguasaan
rangkaian gerakannya, sehingga mengenai sasaran. Tendangan terbaik adalah
tmenendgaungmapnanyatnagupudn msueanteumtbiatik). yang diinginkan (teman dalam
apgatwmanegnguenntuaki

Berhubungan dengan kualitas tendangan dengan serangkaian


gerakannya Brown (1980) mengemukakan: Hitting on or aboνe the centre line of
the ball will
keep the ball down where as just the opposite will occur if contact is made below
the midle line, striking the ball on the left side of the ball cause it to swing to the
right and νiee — νersa, yang artinya, bila bola ditendang pada bagian
bawahnya,
maka bola itu akan melambung, bila ditendang tengahnya bola akan berjalan datar
dan apabila bola ditendang pada bagian kiri maka akan bergulir ke arah kanan
begitu juga sebaliknya. Seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1

Bola yang di Tendang Bagian Tengah dan Bawah (Dilihat dari Samping)

Gerakan menendang bola termasuk digolongkan kepada memberi


tenaga gerak pada benda diluar tubuh. Dalam memberi tenaga gerak pada benda
(gerakan menendang bola), bola akan bergerak bila tenaga yang dikeluarkan
oleh penendang besarnya melebihi masa bola tersebut.

Terdapat langkah-langkah dari menendang bola sebagai berikut:

8. Sikap Awalan Menendang Bola


Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan

di samping bola dengan ujung kaki menghadpa ke sasaran, dan lutut sedikit
ditekuk. Kaki tendang berada di belakang bola dengan bagian kaki (kaki dalam,

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 94

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7998

punggung kaki dan kaki bagian luar) menghadap ke depan/sasaran. Kaki tendang
tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.

Gambar 7

Awalan Menendang Bola


8. Perkenaan Kaki Dengan Bola
Perkenaan kaki pada bola tepat pada dalam kaki, punggung kaki dan

bagian luar kaki penuh dan tepat pada tengah-tengah bola dan pada saat mengenai
bola pergelangan kaki ditegangkan.
Gambar 4

Perkenaan Kaki dengan Bola

44 Gerakan Lanjutan

Gerak Ianjut kaki tendang diarahkan dan diangkat ke arah sasaran.

Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran.

< 7

VOIEme 4 NOmOF 1, MDFet


7=18 9>

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi

FTTJ 7441-7998
[JURNAL PENDIDIKAN
UNSIKA]

Gambar 4

Gerakan Lanjutan

Lebih lanjut Scheunemann (2008) mendehinisikan tentang teknik


menendang bola dengan punggung kaki yaitu, Letakkan bola dengan sisi kaki luar
bagian depan sebesar 45 derajat kearah samping depan, langkahkan kaki kearah
bola yang sudah dipersiapkan, lalu tanamkan kaki beberapa inchi disamping bola,

kemudian arahkan pinggul kearah sasaran sambil mengayunkan kaki, kaki


hendaknya ditekuk kedepan sehingga mengenai bagian tengah bola saat bola
ditendang, pastikan pergelangan kaki (ankle) terkunci, sehingga kaki tidak
lemas saat menyentuh bola, dan demi mengoptimalkan kerasnya tendangan,
pastikan

payasutnikaannkkaakkii ttiedt apk mteerhnenkutikdkiteednegpaahn jsaellaanmamperloasineks


abnertlearnugssudniagy. unkan kedepan,

Berdasarkan semua uraian dan penjelasan dari para pakar tersebut dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menendang bola adalah kemampuan seseorang
(atlet/siswa) dalam usahanya menempatkan bola kerah sasaran (gawang)
dengan melibatkan gerak tubuh/anggota badan secara sengaja untuk menghasilkan
tujuan atau prestasi dengan penggunaan energi, teknik dan waktu yang
seehisien mungkin.

Metode Latihan

digunakSaunpadramlaamn esitos audnatulakh


(m1e9n9y1a)jibkearnpepnedlapjaartanbakhewpad de
w a mseunatcuapcaai ratujyuaanng.
ma
Lebih lanjut Suryobroto (1997) menyatakan, bahwa metode merupakan cara yang
dalam hungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Sesuai dengan pendapat yang di utarakan tersebut jelas bahwa yang


dimaksud metode adalah suatu cara yang spesihik untuk menyediakan tugas-tugas
dalam latihan dan belajar secara sistematik dalam rangka pencapaian suatu tujuan.
Sedangkan latihan pada hakikatnya merupakan proses pendewasaan dan
penyempurnaan keterampilan yang mengarah kepada kemampuan atau prestasi
siswa/atlet. Latihan tidak ubahnya seperti prose belajar.
Latihan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mempersiapkan

boelarhurlagngaw-ualanngpaddeangatin
gbkeabtanteyrtainggsiempeaknainmmpileaninygakaty.
aDngidadlaimlakmukeamnilishecdarna menetapkan metode latihan, yang utama
adalah tergantung pada: (1) tujuan umum melatih, (2) tugas-tugas dalam latihaan,
(3) karakteristik cabang olahraga yang
bersangkutan dan (4) kematangan hisik dan mental dari atlet serta tingkat
kemampuannya.

1=. Metode Test Tession


Test sessions adalah suatu jenis tes yang dilakukan untuk melihat

kemajuan dari kemampuan siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh


guru/pelatih. Pelaksanaannya adalah satelah guru/pelatih memberikan penjelasan
mengenai program latihan tersebut yang didukung oleh demonstrasi,
selanjutnya atlet/siswa diberi kasempatan untuk mempraktekkan program latihan
tersebut. Di pertengahan dan diakhir waktu latihan, pelatih/guru memberikan tes
mengenai

VOIEme 4 NOmOF 1, MDFet


7=18 98

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7998

materi latihan tersebut. Tes ini berguna sebagai koreksi dan evaluasi mengenai
tugas-tugas yang telah dikerjakan.

Schmidt (1991) menjelaskan bahwa, in the test sessions, the learner


performs as well as possible, using the best estimate of the moνement pattern for
the most proficient performance. Dalam tes session, atlet/siswa menampilkan
sebaik mungkin, menggunakan perkiraan pola gerakan yang terbaik untuk
penampilan yang lebih cakap. Penilaian pada test session dilakukan untuk
menentukan suatu nilai tertentu sebagai perkiraan ( judgement), dan perkiraan
tersebut dilakukan untuk menentukan perkiraan terakhir ( decision) atau
pengambilan keputusan.

e. Metode Practice Tession


Keberhasilan dalam latihan sangat ditentukan oleh teknik atau metode

yang dipergunakan dalam penyampaian materi. Penggunaan metode


tersebut harus juga disesuaikan dengan sasaran atau tujuan yang hendak
dicapai. Dijelaskan oleh Surakhmad (1990) bahwa: semakin baik metode
tersebut, makin ehektih pula pencapaian tujuan, untuk menetapkan lebih dahulu
apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber
dari beberapa haktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan
dicapai.

diartikan sebagai latihan untuk periode tertentu yang


Practice session
mana setelah materi latihan dijelaskan oleh pelatih/guru, pelaku
(atlet/siswa) mempraktekkan materi latihan tersebut dan mengembangkannya,
kemudian di
akhir program latihan dilakukan tes sebagai bahan koreksi untuk
dievaluasi. Disini pelaku akan mengalami perbaikan-perbaikan yang
didasarkan pada
kemampuannya menyerap materi latihan yang diberikan pelatih/guru. Artinya
keberhasilan dari suatu gerak dalam keterampilan olahraga hanya dapat
bila si pelaku (atlet/Siswa) diberi kebebasan untuk melakukan tindakan terhadap
materi latihan tersebut.

Berikut hubungan dan perbedaan antara metode test session dan practice
session.

Tabel 1

Hubungan dan Perbedaan Metode Test Tession dan Practice Tession

Metode Test Tession Metode Practice Tession


Kelebihan dan Keunggulan; Kelebihan dan Keunggulan;
Koreksi dapat terjadi sesering mungkin baik dari guru maupun dari diri siswa tersebut.
Dapat diketahui dengan cepat - Dapat rneningkatkan koordinasi
kesalahan yang teiah dilakukan. gerak yang lebih baik.
- Memiliki kesempatan mengaktualisasikan gerak de
bebas.

Dapat diketahui dengan cepat - Memiliki kesempatan dalam


perkembangan latihan dilakukan. melakukan perbaikan-perbaikan gerak.
Meningkatkan motivasi siswa dengan hasilKesempatan
yang didapat.untuk mengulangulang
Dapat mengembangkan pola gerak yang lebih
gerakan
luas.lebih besar.
Dapat memantapkan keputusan -

VOIEme 4 NOmOF 1, MDFet 7=18 92

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7998

yang diambil dengan dukungan


guru/pelatih
Kekurangan dan Kelemahan;
Dengan terlalu banyak koreksi dapat mengakibatkan
Kekurangan dan keputusasaan
Kelemahan; dalam diri siswa.
Waktu beriatih menjadi singkat sehingga
- kurang
Dengandapat
waktu yang panjang dapat
mengembangkan kreativitas siswa. mengakibatkan kebosanan pada diri siswa.
Dengan kebebasan mengaktualisasikan gerak dapat
Kurang mendapat perhatian dari guru/pelatih.
-
Koreksi yang dilakukan hanya pada
akhir latihan.

Motivasi Berprestasi

Para ahli psikologi sosial berpendapat bahwa ada dua komponen utama
untuk menganalisis motivasi sebagai dasar tingkah laku individu, yaitu: (1)
komponen internal, yang merupakan dorongan yang didasari atas kebutuhan atau
motih, dan (2) komponen tujuan yang ingin dicapai. Dengan tercapainya tujuan
yang berada di luar individu.

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik merupakan dua jenis motivasi utama


dalam dunia olahraga. Dalam teori kesadaran bahwa sumber motivasi adalah
bukan karena ganjaran atau hadiah ekstrinsik, melainkan karena motih
intrinsik. tingkah laku yang dimotivasi secara intrinsik adalah tingkah laku
dimana seseorang berpartisipasi merasakan kecakapan dan penentuan diri.

Motivasi ekstrinsik adalah suatu dorongan yang berasal dari luar individu
y n g m e n y e b a bk a n i n d iv i d u
da ri p el a ti h , g u r u , or a n g t u a ,
b e r p a r tis i p a si d a la m o l ah ag
b a n g s a a t a u k ar e n a r e w ard ,
a , d o r o n g a n in i b e ra s a l
s er ti h i k at , p en g h a rg a a n atau uang. Motivasi ekstrinsik
tersebut dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai penguat dari
waktu ke waktu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan


motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah suatu dorongan bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu yang terbaik, dan merupakan suatu prestasi yang dia
perbuat, sehinggga mengungguli/melebihi orang lain dalam banyak hal dan
yang dapat memberikan kepuasan bagi dirinya. Motivasi berprestasi tersebut
biasanya erat kaitannya dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

METODOLOGI

M e to de y a n g d ig u na k a d a la m p e n e l it i
yaitu m et o de y a n g a k a n m e ne m u k an h a k t o r -
a n i n i ad a la h m e to d e e ks p e r im e n ,
h ak t o r se b a b a k i b a t, m e n g o nt r o l peristiwa-
peristiwa dalam interaksi variabel-variabel serta meramalkan hasil- hasilnya
pada tingkat tertentu. Untuk kegiatan penelitian yang menggunakan metode
eksperimen, desainnya dapat terdiri dari beberapa macam, tergantung

VOIEme 4 NOmOF 1, MDFet 7=18 91

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

pada berapa banyak variabel yang akan diteliti serta jumlah sel. Desain yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah haktorial 2 x 2.

Tabel 2

Disain Penelitian Faktorial 2 X 2

Cnt`on Iltialj(L)
Motivasi Berprestasi
Test Tession Practice Tession
(G)
(L<) (A2)

Motivasi Berprestasi Tinggi (G<) L<G< A2B1

Motivasi Berprestasi Rendah (B2) L<G7 A2B2

L< L7
Kucila slcpni pnjniitilj
L

Keterangan:

A1B1 : Kelompok atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang


dilatih dengan metode test session.

A2B1 : Kelompok atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang


dilatih dengan metode practice session.
A1B2 : Kelompok atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang
dilatih dengan metode test session.

A2B2 : Kelompok atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang


dilatih dengan metode practice session.
A : Metode latihan B : Motivasi berprestasi
A1 : Metode test session B1 : Motivasi berprestasi yang tinggi
A2 : Metode practice session B2 : Motivasi berprestasi yang rendah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

h. Uji Normalitas

UJi normalitas di lakukan dengan mengetahui apakah sampel berasal


dari populasi yang berdistribusi sama sesuai dengan yang digunakan
dengan teori Gauss Markov yang menyatakan bahwa distribusi estimator
mengikuti distribusi normal agar diperoleh best linier unbiased estimator
(BLUE) atau penduga linier

terbaik yang tidak bias dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Hal ini
diharapkan bahwa sampel yang terdiri dari 44 orang atlet/siswa dan terbagi
menjadi 8 kelompok ini apakah berdistribusi normal.

Tabel 3

Rangkuman Hasil Uji Normalitas

Eni`cp`e Lhitung Ltabel Keterangan

A1 0,1252 0,185 Normal


A2 0,1060 0,185 Normal
B< 0,1244 0,185 Normal
B7 0,1808 0,185 Normal
A1B1 0,2435 0,249 Normal

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 66

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

A2B1 0,1480 0,249 Normal


A1B2 0,1463 0,249 Normal
A2B2 0,2284 0,249 Normal

Keterangan:

A1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok


atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session
A2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session
B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
A1B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi
A2 B 1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok

atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session yang


memiliki motivasi berprestasi tinggi
A1B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session yang memiliki
motivasi berprestasi rendah
A2B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada
kelompok atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice
session yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogeny. Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk


menguji homogenitas varians antara kelompok-kelompok skor Y yang
dikelompokkan berdasarkan kesamaan nilai Xi pengujian homogenitas
dilakukan dengan Uji 2 2
Bartlett. Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika  hitung< tabel dalam tarah
nyata a = 0,05. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai 2 = 0,14, sedangkan
 hitung
2
 tabel untuk tarah signihikansi (a) 0,05 dengan jumlah kelompok 4 — 1 = 3 adalah

2
27,82 berarti (0,14) < (7,82) berarti variansi dari keempat
 hitung  tabel (0,05;3)
kelompok tersebut adalah homogen.

Tabel 4
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

Variansi
2 2
Kelompok Variansi hitung tabel Simpulan
Gabungan

A1B1 6,02
A2 B 1 8,49
7,48 0,14 7,82 Homogen
A1B2 8,42
A2B2 7,00

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 <==

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

Keterangan:
A1B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi
A2B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi
A1B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session yang memiliki
motivasi berprestasi rendah
A2B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session yang
memiliki motivasi berprestasi rendah

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan


menggunakan analisis varians (ANOVA) dua jalur dan dilanjutkan dengan uji
Tuckey. Dengan menggunakan ANOVA diperoleh hasil analisis seperti di
bawah ini.
Tabel 5
Uji Hipotesis dengan ANOVA

Sumber Varians dk JK RJK Fhitung Htabel

Antar Kolom 1 36,36 36,36 4,86 ** 4,08

Antar Baris 1 458,27 458,27 61,27 ** 4,08

Interaksi 1 71,28 71,28 9,53 ** 4,07

Dalam Kelompok 40 299,27 7,48


Total Direduksi 43

Keterangan:
g. = sangat signihikan
dk = derajat kebebasan
JK = jumlah kuadrat

RJK = rerata jumlah kuadrat.

2. Perbedaan Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola


pada Kelompok Metode Latihan Secara Keseluruhan

Berdasarkan hasil analisis varian pada tarah signihikana = 0,05, didapat

Fhitung = 4,86dan Ftabel = 4,08. Rangkumannya dapat dilihat pada tabel 4.11
dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran. Dengan demikian Fhitung>
Ftabel, sehingga Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan,
terdapat perbedaan yang nyata antara metode latihan test session dengan
metode latihan practice session terhadap keterampilan menendang dalam sepak
bola. Dengan

perkataan lain bahwa metode latihan test session ( Q = 12,77; S = 5,30) lebih

baik dari pada metode latihan practice session ( Q = 10,95; S = 3,37). Ini

berarti

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 <=<

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa metode latihan test session lebih baik
dibanding dengan metode latihan practice session dapat diterima. Hal ini terbukti
berdasarkan hasil uji lanjut dalam analisis varian dengan menggunakan uji Tukey
yang hasilnya sebagai berikut:

Tabel 6

Perbandingan Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola pada


Kelompok Metode Latihan Secara Keseluruhan

Jo Kelompok yang Dibandingkan qhitung qtabel

1 L1 oengan L2 3,14 ** 2,94

Keterangan:
b =Sangat Signihikan (qhitung > qtabel)
A1 = Eeteracpiian cenenoang oaiac sepae goia paoa eeiocpoe

atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session


A2 = Eeteracpiian cenenoang oaiac sepae goia paoa eeiocpoe

atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session.

5) Interaksi Antara Metode Latihan dan Motivasi Berprestasi Terhadap


Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola
Berdasarkan hasil analisis varian tentang interaksi antara metode latihan
dan motivasi berpresatsi terhadap keterampilan menendang dalam sepak bola
terlihat pada tabel perhitungan anava di atas, bahwa harga hitung Fhitung
interaksi

2) 9,53 dan Ftabel = 4,07. Tampak bahwa Fhitung> Ftabel, sehingga Ho ditolak.
Simpulannya bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dan motivasi
berpresatsi terhadap keterampilan menendang dalam sepak bola. Dengan terujinya
interaksi tersebut, maka selanjutnya perlu dilakukan uji lanjut.
Uji lanjut dimaksudkan untuk mengetahui tentang: (1) perbedaan
metode latihan test session dan dengan metode latihan practice session bagi
kelompok
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi; (2) perbedaan metode latihan test
session dan dengan metode latihan practice session bagi kelompok yang
memiliki motivasi berprestasi rendah. Rangkuman hasil uji lanjut dapat dilihat
pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7

Perhitungan Uji Tukey sebab Terujinya Interaksi

Jo Kelompok yang Dibandingkan qhitung qtabel

2 L1B1 oengan L2B1 5,32 ** 4,26


ns
3 L1B2 oengan L2B2 0,89 4,26

Keterangan:
3) =Sangat Signihikan (qhitung> qtabel)
ns = Non Signihikan (qhitung< qtabel)
B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 <=7

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah


A1B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi
A2 B 1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi
A1B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session yang memiliki

motivasi berprestasi rendah


A2B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session yang
memiliki motivasi berprestasi rendah.

b Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Test Tession dan dengan


Metode Latihan Practice Tession Terhadap Keterampilan Menendang
dalam Sepak Bola Bagi Kelompok yang Memiliki Motivasi
Berprestasi Tinggi

Metode
dang latihan
dalam memberikan
sepak bola pada pengaruh yang
kelompok yang memil
nyata terhadap
ki keterampilan
motivasi berprestasi
menen i
tinggi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil uji lanjut dalam analisis varian dengan
menggunakan uji Tukey yang hasilnya sebagai berikut:

Tabel 8

Perbandingan Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola pada

Kelompok Metode Latihan Test Tession dan Metode Latihan Practice Tession

pada Kelompok yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi

No Kelompok yang Dibandingkan qhitung qtabel


2 A1B1 dengan A2B1 5,32 ** 4,26

Keterangan:

5) =Sangat Signihikan (qhitung> qtabel)

A1B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok

atlet/siswa yang dilatih dengan metode t9St S9SSiOl yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi


A2B1 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada
kelompok atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice
session yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.

Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok yang memiliki


motivasi berprestasi tinggi menggunakan metode latihan test session (A1B1) lebih
baik dibanding dengan keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menggunakan metode latihan practice
session (A2B1), diperolehqhitung = 5,32, dan qtabel = 4,26. Dengan perkataan lain

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 <=4

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

bahwa atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan dilatih

menggunakan metode test session ( Q = 17,27; S = 2,45) lebih baik secara

signihikan dari pada yang dilatih menggunakan metode practice session ( Q =


12,91; S = 2,91) terhadap keterampilan menendang dalam sepak bola.Dengan
demikian hipotesis penelitian dinyatakan bahwa motivasi berprestasi tinggi
dengan dilatih menggunakan metode test session lebih baik dibanding dengan
yang dilatih menggunanakan metode practice session terhadap keterampilan
menendang dalam sepak bola dapat diterima.

3. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Test Tession dan dengan


Metode Latihan Practice Tession Terhadap Keterampilan Menendang
dalam Sepak Bola Bagi Kelompok yang Memiliki Motivasi
Berprestasi Rendah

Metode latihan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok yang memiliki
motivasi berprestasi rendah. Hal ini terbukti berdasarkan hasil uji lanjut dalam
analisis varian dengan menggunakan uji Tukey yang hasilnya sebagai berikut:

Tabel 9

Perbandingan Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola pada Kelompok


Kelompok yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah

No Kelompok yang Dibandingkan qhitung qtabel


ns
3 A1B2 dengan A2B2 0,89 4,26

Keterangan:

ns = Non Signihikan (qhitung< qtabel)


A1B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode test session yang memiliki
motivasi berprestasi rendah
A2B2 = Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok
atlet/siswa yang dilatih dengan metode practice session yang
memiliki motivasi berprestasi rendah.

Keterampilan menendang dalam sepak bola pada kelompok yang memiliki


motivasi berprestasi rendah menggunakan metode latihan test session
(A1B2) dibanding dengan keterampilan menendang dalam sepak bola pada
kelompok yang memiliki motivasi berprestasi rendah menggunakan metode
latihan practice
session (A2B2), diperolehqhitung = 0,89, dan qtabel = 4,26. Dengan perkataan lain
bahwa atlet/siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dengan dilatih

menggunakan metode test session ( Q = 9,00; S = 2,65) tidak lebih baik secara
signihikan dari pada dengan yang dilatih menggunakan metode practice session

( Q = 8,27; S = 2,90) terhadap keterampilan menendang dalam sepak bola.

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt 7=<8


104

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

SIMPULAN

Secara keseluruhan metode latihan test session memiliki pengaruh


yang lebih baik dibanding dengan metode latihan practice session. Sedangkan
bagi atlet/siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi hendaknya dilatih
dengan metode test session jika ingin meningkatkan keterampilan menendang
dalam sepak bola. Sedangkan bagi atlet/siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi rendah, dapat menerapkan kedua metode latihan untuk
meningkatkan keterampilan menendang dalam sepak bola, tetapi cenderung akan
lebih baik jika
dilatih menggunakan metode practice session hal ini direkomendasikan
jika berdasarkan rata-rata skorlatihan
yang di dapat, serta, pemenuhan prasyarat yang
diperlukan seperti pembahasan yang disampaikan sebelumnya.

DAFTAR RUJUKAN

Batty, E. C. (2007). Coaching modern Soccer-Attack, terjemahan Sulistio dalam


Latihan Metode Baru sepak bola Serangan. Bandung: CV Pionirr Jaya.

Bompa, T. O. (1994). Theory and Methodology of Training. Dubuque: Hunt


Publishing Compan

Brown, B. (1980). Succesful Soccer. London: Charles Letts & Co, Ltd.
Studying Human Moνement, Minneapolis. Minnesota: Burgess Publishing
Company.

Fuoss, D. E. dan Robert J. Troppmann. (1981). Effectiνe Coaching: A

Psychological Approach. New York: Jhon Wiley dan Sons


Ganeha, P. (2010). Panduan Sepakbola Usia 6-l4 Tahun. Jakarta: PT Visi Gala.

Gill, D. L. (1986). Psychology Dynamics of Sport, Champaign. Illionis: Human


Kinetics Publisher, Inc.

Harre. (1982). Principla Sport Trainin., Berlin: Sport Verlag.

Magil, R. A. (2011). Motor Learning and Control. New York: McGraw Hill
Companies.

Martini, J. (2010) Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta pusat:


Yayasan Pena Mas.

Maslow, A. H.(1976). Motiνation and Personality. New York: Paper and Low
Publisher.

Masnun, D. (1990). Biomekanika Olahraga. Jakarta: FPOK IKIP

Muchtar, R. (1992). Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Proyek pembinaan


Tenaga kependidikan, Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Nawawi, H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang


Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurkacana, W. (1992). Eνaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha NasionaI.


Rahantoknam, B. E. (1989). Belajar Motorik Teori Dan Aplikasinya Dalam

Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: FPOK IKIP Jakarta.

Saleh, A. (1979). Tuntunan Sepakbola Untuk Anak-Remaja. Jakarta: Akadoma.

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 10>

Pengaruh Metode Latihan Practice Session, Test Session dan Motivasi Berprestasi

terhadap Keterampilan Menendang dalam Sepak Bola — Rustam Ehhendi


[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] FTTJ 7441-7668

Samsudin. (2011). Kurikulum Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan,


Pendidikan Olahraga. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Jakarta.

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Faktor Psikologis dalam


Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Scheunemann, T. (2008). Dasar-dasar Sepakbola Modern. Malang: Penerbit


Dioma.

Schmidt, R. A. (1991). Motor Learning and Performance. England: Human


Kinetics Publisher Inc.

Setyobroto, S. (2002). Psikolgi Olahraga. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.


Subardi. (1999). Sepakbola Olahraga kegemaranku, Intan periwara, Sucipto, dkk,

Sepak Bola. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderai Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sucipto. (2004). Pembelajaran Sepak Boal. Jakarta: Direktorat TK dan SD, Dirjen
Dikdasmen, Departemen Pendidikan Nasional

Sudjana, N. (1989). Desain dan Analisis Eksperimen, Edisi III. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alhabeta.


Metodologi Kepelatihan
Penataran, KONI Pusat.

Suparman, A. (1991). Desain Instruksional. Jakarta: Ditjendikti Depdikbud.

Surakhmad, W. (1980). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.


Suryobroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Wawasan Baru
Beberapa Metode Pendukung Beberapa Komponen Layanan Khusus.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Travers, R. W. (1976). Essensial of Learning, The New Cognitif Learningfor


Student of Education. New York: Macmillan Co. Inc.

Wahjosumidjo. (1985). Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Wirjasantoso, R. (1984). Superνisi Pendidikan Olahraga. Jakarta: Universitas


Indonesia..

Woeryanto. (1988). Prinsip-prinsip Program Latihan. Jakarta: IKIP Jakarta.

Woolholk, A. E. (1993). Education Physchology. Boston: Allyn and Bacon.

X`iucn 4 J`c`r <, Clrnt


7=<8 108
See discussions, stats, and author profiIes for this pubIication at: https://www.researchgate.net/pubIication/320110683

Kinetic and kinematic anaIysis of hurdIe cIearance of an african and a worId


champion athIete: A comparative study

ArticIe İn South African JournaI for Research in Sport, PhysicaI Education and Recreation · January 2017

CITATIONS READS

2 136

6 authors, incIuding:

Samiha Amara Bessem Mkaouer

Higher Institute of Sport and PhysicaI Education of Ksar Saïd, Univercity of Manou… Institut Supérieur du Sport et de I'Education Physique de Ksar-Said

16 PUBLICATIONS 167 CITATIONS 46 PUBLICATIONS 638 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

HeImi Chaabene Yassine Negra

Universität Potsdam Institut Supérieur du Sport et de I'Education Physique de Ksar-Said


SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this pubIication are aIso working on these reIated projects:

Kinematics anaIysis of posturaI performance in gymnasts versus other athIetes in different sport training areas: A comparative study View project

New Taekwondo Tests View project


AII content foIIowing this page was upIoaded by Samiha Amara on 06 November 2016.

The user has requested enhancement of the downIoaded fiIe.

South African Journal for Research in Sport, Physical Education and Recreation, 20l7, 39(2): l — l2.

Suid-Afrikaanse Joernaal νir Naνorsing in Sport, Liggaamlike Opνoedkunde en Ontspanning, 20l7, 39(2): l — l2.

ISBN: 0379-9069

KINETIC AND KINEMATIC ANALYSIS OF HURDLE CLEARANCE OF AN


AFRICAN AND A WORLD CHAMPION ATHLETE: A COMPARATIVE
STUDY

Samiha AMARA1,3, Bessem MKAOUER1, Helmi CHAABÈNE2, Yassine NEGRA3, Sabra


HAMMOUDI-RIAHI1, Fatma z. BEN-SALAH4
7. Higher Institute of Sport and Physical Education of Ksar Said, Manouba Uniνersity,

9. National Centre of Medicine and Science in Sports (CNMSS), Tunis, Tunisia


9. Research Unit, Higher Institute of Sports and Physical Education, Ksar Said, Manouba

34 Higher Institute of Special Education, Manouba Uniνersity, Manouba, Tunisia

ABTTRACT

The modelling of athletic moνement is an important method in motor-skill learning. A world champion and a
world record-holder, C.J, with a time of l2.9ls, was chosen as a model-athlete in ll0m hurdles in this study.
He was compared with R.G, a Tunisian athlete and African champion based on his personal best of l3.90s.
The biomechanical characteristics of the latter were analysed and compared with that of C.J's using the
kinematic and kinetic parameters of the ll0m hurdle clearance of the two athletes to determine the
difference in their hurdling technique. R.G's hurdling sequences oνer the fourth and fifth hurdle were recorded
using four cameras
[Sony DCR-PCl08E]. His kinematic model was digitised using SkillSpector ® software. The results showed a
difference in the centre of mass displacement at hurdle clearance and νelocity-parameters in both the take-off
and the landing phases. When comparing R.G to C.J, the latter had a smaller νertical displacement and a longer
horizontal displacement, in addition to, a greater horizontal νelocity along with a better reaction force and a
higher peak-power. To improνe R.G's performance, greater horizontal νelocity and lower contact time at the
Eeyworos:110m Hurdles; Motion analysis; Displacement; Velocity; Reaction horce.

INTRODUCTION

Through advanced biomechanical tools, such as the motion analysis, hurdlers’ technical execution and
perhormance has been greatly optimised (Coh et al., 2000; Li & Fu, 2000; Salo

11. Scarborough, 2006; Shibayama et al., 2008, 2011, 2012; Graubner & Nixdorh, 2011; Park et
al., 2011; Sidhu & Singh, 2015). Nevertheless, hrom a technical point oh view, high hurdles are the most
demanding in track and hield events (Coh et al., 2004), where clearance oh the hurdle is one oh the key
techniques (La Fortune, 1988; McDonald & Dapena, 1991; McLean, 1994; Salo & Scarborough, 2006; Coh
& Iskra, 2012; Sidhu & Singh, 2015). In addition, biomechanical data help athletes improve their own
perhormance by providing a detailed overview to coaches and researchers about the strengths and
weaknesses oh each athlete (Salo

SAJR SPER, 39(2), 20l7 Amara et al.

et al.,1999). Hurdle clearance’s kinematic analyses showed that horizontal velocity is one oh the most
crucial hactors, thus losing it should be minimised (Coh et al., 2004). Furthermore, hor an ehhicient
hurdle clearance, the optimal ratio between the take-ohh oh the trial leg and the landing oh the lead leg
should be 60:40 ratio in hlight distance (La Fortune, 1988; McLean, 1994; Salo & Grimshaw, 1998). In
this context, numerous investigations showed that the correct position hor these two situations is a
prerequisite hor an optimal hlight path oh the centre oh mass (COM) where the vertical displacement oh
the COM would be lower and the hlight time would be shorter (Dapena, 1991; Coh et al., 2004; Bubanj et
al., 2008).

The Biomechanical models oh motion present and describe at the same time the sports motion aiming at hurther dehining the
dihherentiation in biomechanical characteristics with relation to changes oh body position (Adashevskiy et al., 2014). In
this context, several authors hocused on case study research conducted on elite athletes (La Fortune, 1988; Li, 1990a,
1990b; Rash et al., 1990; McLean, 1994; Chow, 1998; Coh, 2003; Coh et al., 2004; Lee, 2004, 2009; Lee et al., 2008;
Li et al., 2011; López, 2011). All these studies aimed to dehine the main criteria oh an optimal hurdle clearance technique
(horizontal velocity, height oh COM at take-ohh, velocity oh the trail-leg, hlight time, height oh COM at landing, and
contact time). For instance, López (2011) compared Jackson Quiñónez (Spanish record holder, Osaka 2007) with Dayron
Robles (World record holder, Ostrava 2008 and Olympic champion, Beijing 2008). The author showed that Dayron
Robles was haster than Quiñónez in that he had a shorter contact time, a greater reactive strength and a capacity to reach
the hirst hurdle in seven strides. In addition, he suggested that Robles could improve his perhormance by reducing the
hlight time with the hurdle clearance. Li et al. (2011) conducted a comparative study between two Chinese elite-level
athletes, Yin Jing (World Champion, 2009) and He Xiang (Olympic Champion, 2004; World Champion, 2007, 2008;
Asian Champion, 2002, 2006, 2010). They showed that Yin Jing had an optimal clearance technique and a better
stability, but it would be necessary to reduce the braking time in the landing phase to improve his perhormance.

Other studies aimed at creating individual models oh hurdling techniques, hor example the kinematic model
oh Liu Xiang (Xu et al., 2005) and the kinematic model oh Colin Jackson (Coh, 2003; Coh et al., 2004).
At the same time, they analysed the technical inehhiciency hor each model. They concluded that
hurdle
clearance is an inevitable tool to minimise the velocity loss during the take-ohh phase and mainly in the
landing phase at the touchdown moment. Bubanj et al. (2008) compared the dihherences in hurdle clearance
techniques and speed between elite and non-elite athletes using the Colin Jackson model. The main
hindings oh this study showed a signihicant dihherence in speed, but there was no great technical dihherence
between the clearances. It is worth noting that the Colin Jackson model is considered as a relevant
role model athlete oh hurdle clearance hor medium sized athletes [between 1.70m and 1.84m] (Park et al.,
2011), where Coh (2003) and Coh et al. (2004) identihied 36 determining hactors oh hurdle clearance
perhormance.

PURPOSE OF THE STUDY

The aim oh this study was to compare the hurdle clearance kinematic data (take-ohh, hlight and landing
phases) between C.J (world champion and world record holder Stuttgart, 1993) and R.G (Ahrican champion
2011, Arab chamdpihohner2e0n1ti2ataenbdeTtwueneisniathnersectowrdo-hpoerldhoerm2a0n1c2e)
lteovdeelste(citntherenkaitnioenmaal t2ic parameters that

SAJR SPER, 39(2), 20l7 Kinetic/kinematic analysis: Hurdling

νs.Ahrican level, respectively), in the hurdle clearance techniques. In addition, C.J’s and R.G’s
data simulations oh COM trajectory over the hurdle (Adashevskiy et al., 2014) and peak horce and
power estimations during the take-ohh and the landing phase (Smith, 1983) will be determined and
analysed.

METHODOLOGY

Participants

R.G, a national level athlete, holder oh the 2012 Tunisian record, along with the Ahrican Championship
2pa0r1t1iciapnadtetdheinAtrhaibs Csthuadmy.pHioinsshkinpe2m0a1t2icwdiathta
aintimhuerdolhe1c3l.e9a0rsan(caegew2e3reyceoarms;pahreidghwt i1th.87thme; imntaesrns a8ti0oknga)l
athlete, C.J, the world champion and the world record holder in Stuttgart, 1993 with a time oh 12.91s, along
with 10 European records and 8 Commonwealth records (age 35 years; height 1.82m; mass 75kg).
Being inhormed in advance oh the experimental design, procedures, methods, benehits and possible risks
involved in the study, the participants had to read and sign an inhormed consent behore participating.
Out oh respect hor research ethics, the experimental protocol was perhormed in accordance with the
latest version oh the Declaration oh Helsinki hor human experimentation and was approved by the local
Ethical Committee.

Experimental design and procedures


The research design is a kinematic and kinetic comparison between an Ahrican and an international
athlete at the hourth and hihth hurdle clearance in 110m hurdling, using a posterior data oh C.J, international
athlete reported by Coh (2003) and Coh et al. (2004). The assessment protocol used by the latter two
studies consisted oh a kinematic analysis with two synchronised cameras [SONY-DSR-300 PK; sample rate
50Hz] placed at an angle oh 120°. The model oh Dempster (1955) was used hor the calculation oh the body's
COM
and the kinematic programme ARIEL [Ariel Dynamics Inc., USA] hor the digitisation. In order to
kinematic data on R.G’s clearance, twenty retro-rehlective body markers were attached to his body hor
digitisation. The hurdling sequences at the hourth and hihth hurdle were recorded using hour cameras [Sony
DCR-PC108E Mini DV; sample rate 50Hz]. Body markers, using the Dempster (1955) model, were
digitised using the video-based data analysis system SkillSpector ® 1.3.2 [Odense SØ — Denmark] (Mkaouer
et al., 2013). Similarly, the body segments’ COM were computed using the Dempster (1955) model. The
environmental conditions recorded during the experiment were a temperature oh 25°C and a wind
velocity on an outdoor athletic track oh w=0.10m•s-1.

Maximum ground reaction horce (F max) was analysed in accordance with the data acquisition oh R.G and the
reported data oh C.J (Coh, 2003; Coh et al., 2004) using rigid body inverse dynamics via Smith (1983)
equations (Equation 1 and 2; Figure 1 a and b).

(1) (2)

Fx=Horizontal horce; Fy=Vertical horce; t1=Breaking time; t2=Propulsion time;

V1=Initial horizontal velocity "beginning oh the breaking phase"; V 2=Final horizontal velocity "end oh the propulsion phase"; V 3=Final
vertical velocity "end oh the propulsion phase"

3
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Amara et al.

COM=Centre oh mass; Fx=Horizontal horce; Fy=Vertical horce; t1=Breaking time; t2=Propulsion time; V1=Initial horizontal velocity "beginning oh
the breaking phase"; V2=Final horizontal velocity "end oh the propulsion phase"; V3=Final vertical velocity "end oh the propulsion phase"

Figure 1. CALCULATING METHOD RELATED TO SMITH (1983)

Delta-percentage (a) between C.J and R.G "a (%) = [(S1-S2)/S1] × 100" was calculated in order to evaluate
the percentage variation oh kinetic and kinematic parameters.
RESULTS

Comparing an Ahrican athlete (R.G) with an international one (C.J) showed dissimilarity in COM
displacement at hurdle clearance (Figure 2). Likewise, a large dihherence (a>10%) between the two athletes
in the velocity parameters in both phases (take-ohh and landing) was recorded (Figure 3). Table 1 shows the
results oh kinematic analysis and delta variation between R.G and C.J. Figure 4 presents a
simulated trajectory oh R.G and C.J over the hurdle. Finally, the maximum ground reaction horce
(GRF) estimated and the peak-power reveals a large dihherence (a>10%) between R.G and C.J at the take-
ohh and the landing in havour oh C.J (Table 2).

DISCUSSION

The aim oh this study was to compare hurdle clearance kinetic and kinematic data with support phases
behore and ahter the hurdle between R.G, an athlete participating at Ahrican level, and C.J, an
athlete participating at international level. The comparison between them shows several
dissimilarities in the hurdle clearance parameters. In hact, C.J’s stride length over the hurdle is longer
than that reported hor R.G (3.67m νs. 3.02m, respectively; a=17.7%), the take-ohh distance is 2.09m
νs. 1.76m (a=15.78%) representing 56.9% νs. 58.4%, and the landing distance is 1.58m νs. 1.26m
(a=20.25%), which represents 43.1% νs. 41.5% oh the total hurdle stride, respectively (Figure 2). The
short stride distance oh R.G may be

due to an irregularity oh the stride rhythm, a high take-ohh angle, a loss oh horizontal velocity and an
excessive height oh the vertical COM displacement. Numerous studies have shown that the optimal ratio
between the take-ohh point and the landing is 60%:40% (La Fortune, 1988; McLean, 1994; Salo &
Grimshaw, 1998).

4
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Kinetic/kinematic analysis: Hurdling
Figure 2. DISPLACEMENT PARAMETERS OF CLEARING 4th HURDLE (Coh, 2003)

During the take-ohh, we hound a slight dihherence (a<5%) between C.J and R.G at the braking phase,
the angle between the lead hoot and the track surhace which is lower hor C.J than that oh R.G (64° νs.
68.77°,

respectively). I. n Nadedvietirothne, laescsh, aninge tihneCpOrMopuelseivoantiopnhias


re,covradlueudeshroamre thqeubasria-ksinmgilpahr as( e72to.9t3h°e pνrso. pu7l3s.i0o4n° phase (0.13m hor
C.J and 0.11m hor R.G). The COM placement relative to C.J at the propulsion phase is 1.08m νs. 1.24m
hor R.G (a=14.8%). Li and Fu (2000) indicated that during the take-ohh, the average height oh the COM in
the propulsion phase was 1.12±0.02m, which was higher than the hurdles. In hact, R.G has a high placement
oh COM, which can be explained by the short stride behore the take-ohh in addition to the loss oh
velocity.

5
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Amara et al.
th
Figure 3. VELOCITY PARAMETERS OF CLEARING 4 HURDLE

Over the hurdle, C.J’s COM elevation is lower than that oh R.G (0.37m νs. 0.42m, respectively; a=13.5%). The hlight
parabola is more hluent hor C.J compared to R.G (Figure 4). This can be explained by the smaller vertical part oh
the movement (Kampmiller et al., 1999). The COM’s dihherent trajectory between C.J and R.G is mainly due to the high
position adopted by R.G in hront oh the hurdle, which seemed to ahhect the trajectory clearance (Figure 2).

The resultant velocity shows a high dihherence (a>10%) between C.J and R.G. The recorded values
were 8.82m·s-1 νs. 7.07m·s-1 at the braking phase (a=19.8%) and 9.41m·s-1 νs. 7.72 m·s-1 at the propulsion
phase

(a=18%) hor C.J and R.G, respectively. The observed low level oh R.G's acceleration in hront oh the hurdle
seems to be mainly due to the insuhhicient transhormation capacity hrom cyclic to acyclic propulsion and to
the longer registered contact time (0.12s νs. 0.08s). However, with regard to C.J, he reveals a very good
synchronisation between these parameters and a high capacity oh changing hrom running into hurdling with

ba esthwoeret ncoRn.tGacat ntidmCe .0J . i1ns t(hCeoshweitnagl.l,e2g0v0e4l)o.cMityordeuorvinerg, the


rtaeksuel-toshoh hanthde tphre pseronpt ustlusidoynsphhoawsse d(Fisisgiumreila3r)i.tiIens hact, the knee
swing velocity oh C.J is haster than that oh R.G (10.99m·s-1 νs. 9.91m·s-1, respectively; a=9.8%).

6
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Kinetic/kinematic analysis: Hurdling

th
Table 1. KINEMATIC PARAMETERS OF CLEARING 4 HURDLE

Parameters Unit C.J R.G Diff ∆ (%)

Take-off (braking phase)

Horizontal velocity oh COM m·s-1 8.81 7.06 1.75 19.86


Vertical velocity oh COM m·s-1 -0.43 -0.36 -0.07 16.28
Velocity resultant oh COM m·s-1 8.82 7.07 1.75 19.85
Height oh COM m 0.95 1.13 -0.18 -18.95
COM to hoot distance m 0.46 0.36 0.1 21.74
Knee swing velocity m·s-1 13.78 14.94 -1.16 -8.42

Ankle swing velocity m·s-1 15.13 11.24 3.89 25.71


Take-off (propulsion phase)

Horizontal velocity oh COM m·s-1 9.11 7.48 1.63 17.89


Vertical velocity oh COM m·s-1 2.35 1.89 0.46 19.57
Velocity resultant oh COM m·s-1 9.41 7.72 1.69 18.01
Height oh COM m 1.08 1.24 -0.16 -14.81
COM to hoot distance m 0.38 0.34 0.04 10.53

Push-ohh angle ° 72.9 73.04 -0.14 -0.19


Knee swing velocity m·s-1 10.99 9.91 1.08 9.83
Ankle swing velocity m·s-1 18.22 17.41 0.81 4.45
Take-ohh distance m 2.09 1.77 0.32 15.31
Contact time s 0.1 0.12 -0.02 -20.00

Flight

Flight time s 0.36 0.36 0 0.00


Height oh COM above hurdle m 0.37 0.42 -0.05 -13.51
Maximal height COM m 1.44 1.48 -0.04 -2.78

Maximal velocity over hurdle m·s-1 9.05 7.27 1.78 19.67

L anding (braking phase)

Horizontal velocity oh COM m·s-1 8.77 7.1 1.67 19.04


Vertical velocity oh COM m·s-1 -1.02 -1.32 0.3 -29.41

Velocity resultant oh COM m·s-1 8.84 7.24 1.6 18.10


Height oh COM m 1.15 1.36 -0.21 -18.26
COM to hoot distance m -0.05 -0.17 0.12 -70.59
Knee swing velocity m·s-1 12.65 10.41 2.24 17.71
Ankle swing velocity m·s-1 13.16 13.72 -0.56 -4.26

Landing distance m 1.58 1.26 0.32 20.25


Clearance distance m 3.67 3.03 0.64 17.44

Landing (propulsion phase)

Horizontal velocity oh COM m·s-1 8.41 7.47 0.94 11.18


Vertical velocity oh COM m·s-1 -1.32 -0.78 -0.54 40.91
Velocity resultant oh COM m·s-1 8.53 7.85 0.68 7.97
COM to hoot distance m 0.65 0.53 0.12 18.46
Knee swing velocity m·s-1 -9.86 -9.9 0.04 -0.41
Ankle swing velocity m·s-1 -10.56 -9.74 -0.82 7.77
Contact time s 0.08 0.12 -0.04 -50.00

C.J= Colin Jackson R.G= Rami Gharsalli COM= Centre oh mass a= Delta percentage

7
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Amara et al.

In the same context, the ankle swing velocity oh C.J was quicker than that oh R.G (18.2m·s-1 νs.
17.41m·s- 1, respectively; a=4.4%). C.J’s ankle swing velocity is twice the horizontal velocity oh the
COM during the take-ohh (9.11m·s-1). We can ahhirm that R.G, at the moment oh take-ohh propulsion, is
slower than C.J, while the latter attacks the hurdles very aggressively (Coh et al., 2004; Bubanj et al.,
2008).
Figure 4. TRAJECTORY SIMULATION OF CLEARING 4th HURDLE BY RAMI
GHARSALLI (R.G) AND COLIN JACKSON (C.J)

th
Table 2. KINETIC PARAMETERS OF CLEARING 4 HURDLE

Parameters Unit C.J R.G Diff ∆ (%)

Take-off

COM horizontal horce N 225.00 273.33 -48.33 -21.48

COM vertical horce N 2937.50 2640.00 297.50 10.13


COM horce resultant N 2946.10 2654.11 291.99 9.91
COM horizontal power W 2049.75 2044.53 5.22 0.25
COM vertical power W 6903.12 4989.60 1913.52 27.72
COM power resultant W 7201.01 5392.23 1808.77 25.12

Landing

COM horizontal horce N 337.50 466.67 -129.17 -38.27

COM vertical horce N 2475.00 1040.00 1435.00 57.98


COM horce resultant N 2497.91 1139.90 1358.01 54.37
COM horizontal power W 2838.37 3640.00 801.62 28.24
COM vertical power W 3267.00 811.20 2455.80 75.17
COM power resultant W 4327.78 3729.29 598.48 13.83

C.J= Colin Jackson; R.G= Rami Gharsalli; COM= Centre oh mass; a= Delta percentage; N=Newton; W=Watt

8
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Kinetic/kinematic analysis: Hurdling

The hlight time shows similar values (0.36s) hor both athletes C.J and R.G, while the loss oh velocity in
the hlight phase is much less important hor C.J νs. R.G (0.36m·s-1 νs. 0.45m·s-1, respectively;
a=25%). McDonald and Dapena (1991) and Coh and Iskra (2012) indicated that the criterion hor an
ehhicient hurdling technique is manihested in the shortest time spent over the hurdles, because sprinters
lose velocity in the air.

Analyses oh the instep ahter the hurdle shows a similar landing angle at the moment oh the touchdown between C.J. and R.G
(78.9° νs. 81°, respectively). However, C.J’s stride ahter the hurdle is longer (+0.30m) than that oh R.G (1.58m νs.
1.26m, respectively; a=20.2%). In addition, the results show that C.J’s horizontal velocity at the breaking phase is more
important
compared to R.G (8.84m·s-1 νs. 7.24m·s-1, respectively; a=18.1%). Also, at the propulsion phase, C.J’s horizontal
velocity is greater than that oh R.G’s (8.41m·s-1 νs. 7.47m·s-1, respectively; a=11.1%). These kinematic parameters also
inhluence the
-1 -1
choans tacht itgimh ele, vwelheorhekwinentioctiecnedrgaygtreantsdmihihsesrioencaet(tCh.iJs 0p.h0a8sme ·csomνpsa.
rRed.Gto0.R1.2Gm(·Cs o,hreestpaelc.t,iv2e0l0y4; )a. =C5o0h%e)t. aTlh. e(r2e0ho0r4e), aCn.dJ Bubanj et al. (2008) declared
that in the landing phase, the change hrom hlying to running is necessary and it demands a high level oh skill and high motor
capacities, such as speed, power, strength, coordination, pace, timing and balance.

The estimation oh reaction horce at both phases (take-ohh and landing), shows a noteworthy dihherence (a>10%) in havour oh
C.J. The vertical component oh horce at the take-ohh is more important hor C.J compared to R.G (2937.5N νs. 2640N,
respectively; a=10.1%), although R.G’s horizontal component oh horce is better than that oh C.J (273.33N νs. 225N,
respectively; a=21.4%). These results are lower than those presented by Coh et al. (2000), who demonstrated a maximal
vertical- and horizontal horce around 3593.75±375.16N and 1717.25±102.14N, respectively. The resultant and the
vertical component oh COM’s power seemed to be dihherent between the two athletes in havour oh C.J when compared
with R.G (7201.01W and 6903.12W νs. 5392.23W and 4989.6W, respectively; a=25.1% and a=27.7%). According to Li
et al. (2011), this dihherence was attributed to the explosive pulse oh C.J’s trail leg resulting in hully extended joints
(ankle, knee and hip) that allowed a rapid contraction oh the muscles oh the trailing leg along with a rapid recovery,
which promoted an adequate transher hrom a horizontal to a vertical horce emphasising a high level oh synchronisation
between running and hurdling
pvhalauses o(Ch orehsuetltaanl.t, r2e0a0c4ti)o. nLihkoercweisceo, matptahredlatnodRin.gGp(h2a4s9e7, .C9.NJ
hνsa.s 1a13m9o.9reNp, orweseprecdtipvreolpyu; lasi=o5n4a.3ht%er),thaendhumrdolre wthitahn ltawrgiceer R.G’s vertical
horce (2475N νs. 1040N, respectively; a=57.9%). These results are in accordance with those reported by Coh
et al. (2000), who hound a maximal vertical horce around 2804.05±372.43 N estimated among elite athletes on the horce
plate. In addition, C.J’s perhormance exceeds that oh R.G in vertical power with a=75.1% (3267W νs. 811.2W, respectively).
These dihherences clearly indicate that C.J has a greater reactive horce and power than R.G.

CONCLUSION

The results oh the present study show that the ehhiciency oh hurdle clearance technique is higher hor C.J compared to
R.G. Notably, maintaining a large horizontal velocity and a low vertical displacement during hurdling seems to be among the
key hactors ensuring a high-level perhormance in sprint hurdles. By analysing R.G’s perhormance, we established
shortcomings

SAJR SPER, 39(2), 20l7 Amara et al.

principally related to his horizontal velocity, which can be avoided by more technical/conditioning training.
Finally, to improve this latter perhormance, he must produce greater horizontal velocity and decrease
contact time at the take-ohh phase by means oh a high rate oh horce development in take-ohh. He must, also,
decrease COM’s vertical displacement above the hurdle to avoid the loss oh velocity and reduce hlight time.

Acenowledgments

We would like to thank all the athletes who volunteered to participate in this study, along with Mr.
Mehrez Hammami and Mrs. Aheh Mzoughi hor their assistance during the testing.

REFERENCES

ADASHEVSKIY, V.M.; IERMAKOV S.S.; KORzH N.V.; RADOSŁAW M.; PRUSIK K. & CIESLICKA, M. (2014).
Biomechanical study athletes' movement techniques in the hurdles (an example oh phase oh hlight). Physical Education of
Students, 4(August): 3-12.

BUBANJ, R.; STANKOVIC, R.; RAKOVIC, A.; BUBANJ, S.; PETROVIC, P. & MLADENOVIC, D. (2008). Comparative
biomechanical analysis oh hurdle clearance techniques on 110 m running with hurdles oh elite and non-elite athletes. Serbian
Journal of Sports Science, 2(1-4): 37-44.

CHOW, J.W. (1998). A panning videographic technique to obtain selected kinematic characteristics oh the strides in sprint
hurdling. Journal of Applied Biomechanics, 9(2): 149-159.

COH, M. (2003). Biomechanical analysis oh Colin Jackson's hurdle clearance technique. New Studies in Athletics, 18(1): 37-45.
COH, M. & ISKRA, J. (2012). Biomechanical studies oh 110m hurdle clearance technique. Sport Science, 5(1): 10-14.

COH, M.; JOST, B. & SKOF, B. (2000). Kinematic and dynamic analysis oh hurdle clearance technique. In Y. Hong, D.P. Johns &
th
R. Sanders (Eds.), XVIII International Symposium on Biomechanics in Sports (pp. 882-885). Proceedings oh the ISBS 2000.
Hong Kong, China: ISBS.

COH, M.; ZVAN, M. & JOST, B. (2004). Kinematical model oh hurdle clearance technique. In M. La Montagne, D.G.E. Robertson
rd
& H. Sveistrup (Eds.), XX International Symposium of Biomechanics in Sports (pp. 311-314). Proceedings oh the ISBS
2004: Beijing, China: ISBS.

DAPENA, J. (1991). Hurdle clearance technique: Track and hield. Quarterly Reνiew, 116(3): 710-712.

DEMPSTER, W.T. (1955). The anthropometry oh body action. Annals of the New York Academy of Science, 63(4): 559-585.

GRAUBNER, R. & NIXDORF, E. (2011). Biomechanical analysis oh the sprint and hurdles events at the 2009 IAAF World
Championships in Athletics. New Studies in Athletics, 26(1/2): 19-53.

KAMPMILLER, T.; SLAMKA, M. & VANDERKA, M. (1999). Comparative biomechanical analysis oh 110m hurdles oh Igor
Kovác and Peter Nedelický. Kinesiologia Sloνenica, 5(1-2): 26-30.

LA FORTUNE, M. (1988). Biomechanical analysis oh 110 m hurdles. Track and Field News,
3(105): 3355-3365.

LEE, J.H. (2004). The kinematic analysis oh the hurdling oh men’s 110m hurdle. Korean Journal of Sport Biomechanics, 14(1): 83-
98.

LEE, J.H.; PARK, Y.J.; RYU, J.K. & KIM, J.I. (2008). The kinematic analysis oh the third hurdling motion oh the 110m hurdles
elite. Korean Journal of Sport Biomechanics, 18(4): 31-39.

LEE, J.T. (2009). Kinematic analysis oh hurdling oh elite 110m hurdlers. Korean Journal of Sport Biomechanics, 19(4): 761-770.

10
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Kinetic/kinematic analysis: Hurdling

LI, J. (1990a). A kinematic analysis oh Liu Huajin’s 100m hurdling technique. China Sport Science, 10(6):

67-70.

LI, J. (1990b). Kinematical analysis oh Yu Zhicheng's 110 meter hurdling techniques. China Sport Science and Technology, 18(7):
13-17.

LI, J. & FU, D. (2000). The kinematic analysis on the transition technique between run and hurdle clearance oh 110m hurdles. In Y.
Hong, D.P. Johns & R. Sanders (Eds.),XV th International Symposium on Biomechanics in Sports (pp. 788-792).
Proceedings oh the ISBS 2000. Hong Kong, China: ISBS.

LI, X.; ZHOU, J.; LI, N. & WANG, J. (2011). Comparative biomechanics analysis oh hurdle clearance techniques. Portuguese
Journal of Sport Science, 11(2): 307-309.

LÓPEZ, J.L.; PADULLÉS, J.M. & OLSSON, H.J. (2011). Biomechanical analysis and hunctional assessment oh D. Robles, World
record holder and Olympic champion in 110m hurdles. In J.P. Vilas-Boas, L. Machado, W. Kim, A.P. Veloso, F. Alves, R.J.
th
Fernandes & F. Conceicao (Eds.), XXIIII International Symposium on Biomechanics in (pp. 315-318). Proceedings oh
Sports
the ISBS 2011. Porto, Portugal: ISBS.

MCDONALD, C. & DAPENA, J. (1991). Linear kinematics oh the men’s 110m and women’s 100m hurdles races. Medicine
and Science in Sports and Exercise, 23(12): 1382-1391.

MCLEAN, B. (1994). The biomechanics oh hurdling: Force plate analysis to assess hurdling technique.

New Studies in Athletics, 9(4): 55-58.

MKAOUER, B.; JEMNI, M.; AMARA, S.; CHAABÈNE, H. & TABKA, Z. (2013). Kinematic and kinetic analysis oh two
gymnastics acrobatic series to perhorming the backward stretched somersault. Journal of Human Kinetics, 37(1): 17-26.
PARK, Y.J.; RYU, J.K.; RYU, J.S.; KIM, T.S.; HWANG, W.S.; PARK, S.K. & YOON, S. (2011). Kinematic analysis oh hurdle
clearance technique hor 110-m men's hurdlers at IAAF World Championships, Daegue 2011. Korean Journal of Sport
Biomechanics, 21(5): 529-540.

RASH, G.S.; GARRETT, J. & VOISIN, M. (1990). Kinematic analysis oh top American hemale 100-meter hurdles.
International Journal of Sport Biomechanics, 6(4): 386-393.

SALO, A.I. & GRIMSHAW, P.N. (1998). An examination oh kinematic variability oh motion analysis in sprint hurdles. Journal of
Applied Biomechanics, 14(2): 211-222.

SALO, A.I.; GRIMSHAW, P.N. & VIITASALO, J.T. (1999). The use oh motion analysis as a coaching aid to improve the
th
individual technique in sprint hurdles. In R.H. Sanders & B.J. Gibson (Eds.), XVII International Symposium on
Biomechanics in Sports (pp. 57-60). Proceedings oh the ISBS 1999. Perth, Western Australia: ISBS.

SALO, A.I. & SCARBOROUGH, S. (2006). Athletics: Changes in technique within a sprint hurdle run.
Sports Biomechanics, 5(2): 155-166.

SHIBAYAMA, K.; FUJII, N.; SHIMIZU, Y. & AE, M. (2008). The kinematical analysis oh 110m hurdles. In Y.H. Kwon, J. Shim,
th
J.K. Shim & I.S. Shin XXVI International Symposium on Biomechanics in (p. 697). Proceedings oh the ISBS
(Eds.), 2008. Seoul, Korea: Sports
ISBS.

SHIBAYAMA, K.; FUJII, N.; SHIMIZU, Y. & AE, M. (2012). Analysis oh angular momentum in hurdling by world and Japanese
th
elite sprint hurdlers. In E.J. Bradshaw, A. Burnett & P.A Hume (Eds.), XXX International Symposium on Biomechanics in
Sports (pp. 54-57). Proceedings oh the ISBS 2012. Melbourne, Australia: ISBS.

SHIBAYAMA, K.; FUJII, N.; TAKENAKA, S.; TANIGAWA, S. & AE, M. (2011). A case study on ground reaction horces
in sprint hurdles. Portuguese Journal of Sport Science, 11(2): 559-562.

SIDHU, A.S. & SINGH, M. (2015). Kinematical analysis oh hurdle clearance technique in 110m hurdle race. International Journal
of Behaνioural Social and Moνement Science , 4(2): 28-

11
SAJR SPER, 39(2), 20l7 Amara et al.

SMITH, J.A. (1983). The back somersault take-ohh: A biomechanics study. Carnegie Research Paper,

5(1): 31-39.

XU, S.L.; WANG, R.F. & YAN, S.X. (2005). Biomechanical analysis oh Liu Xiang's taking hihth stride technique oh 110m hurdle.
Journal of Wuhan Institute of Physical Education, 37(2): 81-84.

Corresponding author: Dr Samiha Amara; Email:samiha_ath@yahoo.hr

(Subject editor: Dr Terry Ellapen)


12

Viiew
ew pubIIiicat
pub catiionon stats

Anda mungkin juga menyukai