2, 2012, 66-73
Abstrak
Abstract
The development of industrial’s sector resulted in increasing demand for fuel. Fuel used is
obtained from fossil fuel which is limited, and it produces several harmful gases to
environment. To overcome these obstacles, the research on alternative energy resources has
begun. Biodiesel has become more attractive because of its environmental benefits and it is
made from renewable resources. Biodiesel is produced from vegetable oil by
transesterification reaction. The aim of this research is development of CaO become super
base CaO as heterogeneous for biodiesel synthesis by transesterification. The activities of
both catalysts were tested by transesterification reaction in batch reactor at 60–65 °C for 4
hours. Both of those catalysts were characterized; include crystallinity by XRD, strength of
base and surface area by BET method. Those solids have the basic strength about 10–11,
crystalline structures, and the surface area of super base CaO about 7.7 m2/g and CaO about
9.6m2/g. The content of methyl ester in biodiesel produced reaches 98.8%. According to SNI
(minimal 96.5 %-wt) and ASTM, biodiesel of this reaction can be used as renewable energy
source.
66
Pengembangan Katalis Kalsium Oksida untuk Sintesis Biodiesel (W. A. Fanny dkk.)
67
Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 11, No. 2, 2012
transesterifikasi, melakukan uji karakterisasi dikalsinasi pada suhu tinggi selama 1,5 jam.
terhadap katalis-katalis tersebut, dan Setelah dikalsinasi, padatan CaO dibiarkan
melakukan uji karakterisasi biodiesel yang mencapai suhu 250 °C dan dimasukkan ke
dihasilkan dari reaksi transesterfikasi. dalam desikator untuk mencegah terjadinya
kontak antara permukaan katalis dengan uap
2. Metodologi air yang mengakibatkan menurunnya
2.1 Bahan kekuatan basa katalis (Kouzu dkk., 2008).
Bahan yang digunakan untuk sintesis
katalis CaO adalah senyawa CaCO3. Bahan 2.3 Karakterisasi Katalis
yang digunakan untuk sintesis katalis super Karakterisasi katalis yang dilakukan
basa oksida berbasis logam Ca adalah antara lain uji kristalinitas, uji kekuatan basa,
senyawa kalsium karbonat, dan larutan 0,12 dan uji luas permukaan. Kristalinitas
g/mL amonium karbonat.Uji kristalinitas ditentukan dengan difraksi sinar X
tidak memerlukan bahan tambahan. Bahan menggunakan alat difraktometer PW1835
yang digunakan untuk uji kekuatan basa Based dengan tabung anoda Cu sebagai
katalis antara lain katalis hasil sintesis, sumber sinarnya. Uji kristalinitas dilakukan
metanol, indikator fenolftalein dan asam di Laboratorium XRD Program Studi Teknik
benzoat dalam pelarut 0,02 mol/L larutan Metalurgi ITB.
etanol pro analisis. Untuk tahap uji luas Langkah uji kebasaan merujuk pada
permukaan, bahan yang dibutuhkan antara cara kerja Xie dkk.,pada tahun 2006. Uji
lain gas nitrogen dan nitrogen cair. Untuk uji kebasaan dilakukan dengan menggunakan
aktivitas katalis, bahan-bahan yang metode indikator Hammet yang melibatkan
digunakan adalah metanol teknis dengan titrasi dengan asam – basa. Indikator yang
kemurnian 99,9%, minyak sawit dan katalis digunakan dalam percobaan ini adalah
hasil sintesis. fenolftalein. Larutan asam yang digunakan
Untuk penentuan angka asam, bahan- pada percobaan ini adalah asam benzoat 0,02
bahan yang dibutuhkan antara lain sampel mol/L dalam pelarut etanol kering. Padatan
biodiesel hasil sintesis, larutan KOH 0,1 N di katalis dicelupkan di dalam 50 mL metanol,
dalam etanol 95 %-v, indikator fenolftalein, diaduk selama 1 jam, dan disaring. Filtrat
dan campuran pelarut 1:1 (v:v) dietileter/ yang diperoleh, ditetesi dengan indikator
etanol 95%, atau 1:1 (v:v) toluen/etanol hingga berubah warna dan dititrasi dengan
95%, atau 1:1 (v:v) toluen/isopropanol. menggunakanasam benzoat dalam pelarut
Untuk penentuan angka sabun, bahan-bahan 0,02 mol/L larutan etanol anhidrat. Ketika
yang dibutuhkan antara lain sampel biodiesel warna larutan menjadi bening, titrasi
hasil sintesis, larutan KOH dalam pelarut dihentikan.
etanol 95 %-v, indikator fenolftalein, dan HCl Penentuan luas permukaan padatan
0,5 N. Untuk tahap penentuan kadar gliserol dilakukan dengan metode BET (Brunauer-
total, bahan-bahan yang dibutuhkan adalah Emmet-Teller) menggunakan alat NOVA 1000
asam periodat (pro analisis), natrium Gas Sorption Analyzer. Penentuan luas
tiosulfat (mutu reagen), kalium iodida (mutu permukaan padatan dilakukan di
reagen), asam asetat glasial (mutu reagen, Laboratorium Instrumentasi dan Analisis
99,5 %-b), larutan pati, kloroform (mutu Program Studi Teknik Kimia ITB.
reagen), kalium dikromat (mutu reagen,
asam klorida mutu reagen, pekat, berat jenis 2.4 Uji Aktivitas Katalis
1,19), KOH, etanol (mutu reagen, 95 %-v). Rangkaian alat terdiri dari reaktor
gelas yang dilengkapi dengan pengaduk
2.2 Sintesis Katalis magnetik, kondensor, hot plate dan
Proses sintesis CaO merujuk pada termometer. Bagian dalam reaktor juga
penelitian yang dilakukan oleh Kouzu dkk. dilengkapi saringan penyangga katalis.
(2008) dengan cara kalsinasi CaCO3 pada Setelah katalis ditempatkan di atas saringan
suhu 900 °C selama 1,5 jam. Untuk tersebut, metanol dan minyak dimasukkan
mendapatkan katalis CaO super basa, 12 secara berurutan ke dalam reaktor gelas dan
gram CaO tersebut dicelupkan ke dalam diaduk. Reaksi transesterifikasi dijalankan
larutan amonium karbonat berkonsentrasi pada suhu reaksi antara 60 hingga 65 °C
0,12 g/mL sebanyak 171,5 mL, diaduk dengan mengatur kalor yang diberikan hot
selama 30 menit, dan disaring. Padatan yang plate ke dalam reaktor. Dengan adanya
terkumpul dipanaskan pada suhu 110 °C, dan pengadukan, campuran akan bersirkulasi
68
Pengembangan Katalis Kalsium Oksida untuk Sintesis Biodiesel (W. A. Fanny dkk.)
Ca(OH)2 Ca(OH)2
CaO Ca(OH) 2
Ca(OH) 2
Ca(OH)2
Ca(OH)2
CaO CaO
Ca(OH)2
Ca(OH) 2 Ca(OH) 2
CaO
Ca(OH)2 CaO
Ca(OH)2 CaO
Ca(OH) 2 Ca(OH) 2
CaCO3
Ca(OH) 2
Ca(OH) 2
Ca(OH) 2
CaCO3 Ca(OH) 2
CaCO3 Ca(OH) 2 Ca(OH) 2
CaCO3 Ca(OH) 2
CaCO3 CaCO3
CaCO3
69
Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 11, No. 2, 2012
70
Pengembangan Katalis Kalsium Oksida untuk Sintesis Biodiesel (W. A. Fanny dkk.)
O H - + R 'O H R 'O - + H 2 O
O-
O
+ R 'O - R1 C O R2
R1 C O R2
OR'
O- O
R1 C O R2 R 2O - +
R1 C OR' -
-
OR'
R 2O - + H OH R 2O H + O H -
gliserol menempati lapisan bawah. Untuk duplo yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel
memisahkan katalis dari campuran reaksi, 4.
filtrasi merupakan cara pemisahan yang
Tabel 3. Data Aktivitas Katalis Cao dan
paling efektif untuk mencegah partikel-
Cao Super Basa
partikel padatan yang berukuran kecil
terdispersi ke dalam campuran hasil reaksi Run Katalis % konversi
sehingga campuran reaksi menjadi sangat A CaO 99,89
basa. Setelah katalis terpisah, gliserol B CaO 99,88
dipisahkan dari metil ester. Kemudian
lapisan metil ester dicuci dengan air untuk C CaO 99,79
menghilangkan sisa gliserol, metanol, dan D CaO 99,87
katalis sampai pH metil ester mencapai 7.
5 CaO Super Basa 99,89
Hasil uji kinerja katalis CaO dan CaO
super basa dituliskan pada Tabel 3 dan Tabel 6 CaO 99,90
4. Secara keseluruhan, padatan CaO dan CaO 7 CaO Super Basa 99,88
super basa memiliki kinerja yang lebih baik
8 CaO Super Basa 99,92
sebagai katalis untuk reaksi pembentukan
biodiesel. CaO menghasilkan konversi 10 CaO Super Basa 99,91
mencapai 99,89% dan CaO super basa 11 CaO Super Basa 99,91
menghasilkan konversi mencapai 99,9%. Keterangan
Pada penelitian ini, perbedaan kinerja kedua Run A–D dilakukan oleh Jalil dan Pravitasari (2010)
jenis padatan tersebut tidak terlalu signifikan Memenuhi kriteria SNI
karena kekuatan basa kedua jenis padatan
tersebut tidak jauh berbeda. Seperti yang dituliskan pada Tabel 4,
Dibandingkan dengan hasil penelitian penggunaan ulang katalis CaO dan CaO super
Jalil dan Pravitasati (2010), katalis CaO hasil basa untuk kedua kalinya menghasilkan
percobaan ini memiliki aktivitas yang sama sabun. Karena itu, katalis CaO dan CaO super
tinggi. Untuk itu, uji stabilitas CaO yang telah basa hanya dapat digunakan ulang sebanyak
dilakukan oleh Jalil dan Pravitasari (2010) 1 kali. Dari uji stabilitas yang telah dilakukan,
dapat dijadikan referensi uji stabilitas CaO. dapat disimpulkan bahwa pemakaian ulang
Stabilitas katalis diuji dengan cara katalis tidak menurunkan kadar metil ester
menggunakan kembali katalis yang telah yang diperoleh. Setelah reaksi pertama
digunakan pada reaksi transesterifikasi berakhir, katalis akan mengendap pada
sebelumnya, dengan kondisi operasi yang bagian bawah reaktor bersama lapisan
sama. Jika kadar metil ester yang diperoleh gliserol. Agar dapat digunakan kembali,
rendah atau terbentuk sabun, maka uji katalis harus dipisahkan dari campuran hasil
stabilitas katalis dihentikan. Uji stabilitas reaksi. Terbawanya sejumlah kecil katalis
katalis CaO dan CaO super basa dilakukan dalam lapisan metil ester atau lapisan
71
Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 11, No. 2, 2012
Keterangan:
Run A–D dilakukan Jalil dan Pravitasari (2010) dengan katalis CaO
Berat katalis : 5 %-b minyak
MOR : Perbandingan metanol terhadap minyak (dalam mol) = 12.
Memenuhi kriteria SNI
gliserol sering kali terjadi. Karenanya, asumsi adanya kemungkinan permukaan padatan
ini dapat digunakan untuk perhitungan CaO tidak lagi dapat menguraikan metanol
jumlah reaktan yang akan digunakan pada menjadi ion metoksida sehingga reaksi
reaksi yang selanjutnya sehingga reaksi transesterifikasi tidak dapat berlangsung
transesterifikasi tetap berlangsung dengan dengan baik.
jumlah katalis yang sama. Hasil karakterisasi biodiesel telah
Dari uji stabilitas, katalis CaO dan CaO dipaparkan pada Tabel 4. Dari hasil yang
super basa hanya dapat digunakan kembali diperoleh, tiap-tiap biodiesel yang dihasilkan
sebanyak 1 kali pengulangan. Liu dkk., pada memiliki angka asam berkisar 0,1 hingga
tahun 2008 melaporkan bahwa katalis CaO 0,33 mg-KOH/g. Menurut SNI dan ASTM,
dapat digunakan hingga 20 kali pengulangan. angka asam yang terdapat di dalam biodiesel
Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan hasil reaksi transesterifikasi tidak melampaui
72
Pengembangan Katalis Kalsium Oksida untuk Sintesis Biodiesel (W. A. Fanny dkk.)
4. Kesimpulan Liu, X.; He, H.; Wang, Y.; Zhu, S.; Piao, X.,
Dari penelitian yang telah dilakukan, Transesterification of soybean oil to biodiesel
maka dapat diambil kesimpulan, antara lain using CaO as a solid base catalyst, Fuel, 2008,
kandungan utama pada padatan CaO hasil 87(2), 216 – 221.
sintesis adalah Ca(OH)2 dan kandungan
utama pada padatan CaO super basa adalah Mittelbach, M.; Remschmidt, C., Biodiesel: The
Ca(OH)2 dan CaCO3, dimana kedua padatan comprehensive Handbook, 2nd edition, Graz,
tersebut bersifat kristalin dengan masing- Austria, 2004.
masing memiliki luas permukaan sebesar 7,7
dan 9,6 m2/g. Kekuatan basa kedua padatan Singh, A. K.; Fernando, S. D., Reaction kinetics
jauh lebih kecil daripada yang diharapkan of soybean oil transesterification using
(kekuatan basa masing-masing dari CaO dan heterogenous metal oxide catalyst, Chemical
CaO super basa diharapkan melebihi 15 dan Engineering and Technology, 2007, 30(12),
26), yaitu sebesar 10,97 untuk CaO dan 11,45 1716–1720.
untuk CaO super basa. Padatan CaO dan CaO
super basa memiliki aktivitas yang baik Xie, W.; Peng, H.; Chen, L., Transesterification
sebagai katalis untuk reaksi pembentukan of soybean oil catalyzed by pottasium loaded
biodiesel dengan konversi masing-masing on alumina as a solid-base catalyst, Applied
mencapai 99,89% dan 99,9%, dan keduanya Catalyst A: General, 2006, 300(1), 67–74.
terdeaktivasi setelah 1 kali pemakaian ulang.
Biodiesel yang dihasilkan dari percobaan ini Zhu, H.; Wu, Z.; Chen, Y.; Zhang, P.; Duan, S.;
memenuhi kriteria sesuai SNI dan ASTM, Liu, X.; Mao, Z., Preparation of biodiesel
dimana SNI menetapkan kadar metil ester catalyzed by solid super base of calcium
minimum sebesar 96,5 %-b. oxide and its refining process, Chinese Journal
of Catalysis, 2006, 27(5), 391 – 39
73