Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes Zoster merupakan penyakit neurokutan yang disebabkan karena
infeksi Vaericella Zoster Virus. Manifestasi lesi herpes zoster berupa erupsi vesicular
berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radicular unilateral yang
terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan manifestasi reaktivasi infeksi
laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks
dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf otonomik yang menyebar ke
jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama. Di Amerika Utara dan Eropa,
insiden herpes zoster sekitar 1,5-3 per 1000 orang penduduk di semua kelompok
umur. Insiden herpes zoster pada usia lebih dari 60 tahun menjadi 7-11 per 1000
orang penduduk tiap tahun minggu (Wolff K et al., 2013).
Gejala klinis Herpes Zoster diawali dengan gejala prodromal berupa sensasi
abnormal seperti nyeri otot lokal, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang
dermatom, gatal, rasa terbakar. Nyeri dapat menyerupai sakit gigi, pleuritis, infark
jantung atau seperti nyeri pada apendisitis. Setelah gejala prodromal, timbul erupsi
kulit yang biasanya diikuti gatal atau nyeri yang terlokalisir berupa makula yang
berbatas tegas dengan dasar eritem.kemudian berkembang menjadi papul, vesikel
jernih selama 3- 5 hari. Setelah itu vesikel jernih akan berubah menjadi keruh dan
pecah menjadi krusta. Erupsi kulit mengalami involusi setelah 2-4 minggu (Wolff K
et al., 2013).
Pemeriksaan penunjang yang penting untuk menegakkan diagnosis Herpes
zoster adalah pemerikaan Tzanck. Gambaran Multinucleated Giant Cell pada
mikroskop merupakan petunjuk pasti tentang diagnosis Herpes Zoster (Wolff K et
al., 2013). Beberapa terapi dan manajemen dapat diberikan pada pasien dengan
Herpes Zoster. Prinsip dasar pengobatan Herpes Zoster adalah menghilangkan nyeri
secepat mungkin. Menghilangkan nyeri tersebut bisa dilakukan dengan 4 cara
membatasi replikasi virus sehingga mengurangi kerusakan saraf lebih lanjut. (Wolff
K et al., 2013).
Penanganan awal yang cepat dan tepat serta pencegahan dapat menurunkan
risiko penderita yang mengalami Herpes Zoster.oleh karena itu penulis tertarik

1
dengan masalah ini karena dengan penanganan yang tepat dan cepat, maka risiko
terkena Herpes Zoster dapat diturunkan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu Herpes Zoster ?
2. Apa penyebab Herpes Zoster ?
3. Apa faktor resiko dari Herpes Zoster?
4. Apa patofisiologi dari Herpes Zoster?
5. Apa manifestasi klinis dari Herpes Zoster ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik Herpes Zoster?
7. Bagaimana penatalaksanaan Herpes Zoster?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu Herpes Zoster
2. Untuk mengetahui penyebab Herpes Zoster
3. Untuk mengetahui faktor resiko dari Herpes Zoster
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Herpes Zoster
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Herpes Zoster
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic Herpes Zoster
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Herpes Zoster

1.4 Manfaat
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman perawat mengenai herpes zoster dalam hal anamnesa, pemeriksaan
fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa, penatalaksanaan dan monitoring.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih
dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi
virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf.
Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit
varicella atau cacar / chickenpox. Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer
oleh virus Varicella Zoster yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf ditandai oleh adanya vesikel-
vesikel, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Sinonimnya adalah cacar air,
chicken pox (Djuanda, Adhi., dkk, 2011).

2.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster
terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun
atas 162 sub unit protein – virion yang lengkap dengan diameternya 150 – 200 nm,
dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini
dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas
dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14 – 21 hari. Varisela disebabkan
oleh Varicella Zoster Virus (VZV). Virus ini termasuk dalam kelompok Herpes Virus.
Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm.
Inti virus disebut capsid yang berbentuk ikosahedral, terdiri dari protein dan
DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan
disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius. VZV dapat ditemukan dalam
cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan dengan
menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah
mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa
berinti banyak (multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih
(intranuclear eosinophilic inclusion bodies) (Kurniawan, Martin., dkk, 2009).

3
2.3 Faktor Resiko
1. .Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula
resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti
HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
Faktor pencetus kambuhnya herpes :
a. trauma / luka
b. kelelahan
c. demam
d. alkohol
e. gangguan pencernaan
f. obat - obatan
g. sinar ultraviolet
h. haid
i. stress

2.4 Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes,
mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada
kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan
berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella
yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak –
anak. Sekitar 20 % orang yang menderita cacar akan menderita shingles selama
hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari
ganglion ke kulit area dermatom. (Wolff K et al., 2013).

4
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi Herpes Zoster dapat dimulai dengan gejala prodromal berupa
nyeri dan parasthesia kemudian diikuti dengan timbulnya sensasi gatal,
kesemutan, rasa terbakar, hingga rasa nyeri dan pedih setelah beberapa hari.
Rasa sakit dapat muncul secara konstan atau intermiten. Brntukan khas dari
herpes zoster adalah lokalisasi dan distribusi dari ruam yang hampir selalu
unilateral dan umumnya terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh ganglion
sensoris tunggal.
Lokasi yang sering terkena oleh herpes zoster adalah T3 – L2 dan daerah
yang disarafi oleh saraf trigeminal terutama bagian mata. Lesi herpes zoster
bermula berbentuk makula erimatosa dan papula yang pertama kali muncul pada
cabang superficial dari saraf yang terkena. Vesikel terbentuk pada 12-24 jam
pertama dna berkembang menjadi pustula pada hari ke tiga. Ruam akan
mengering dan berkrusta pada hari ke 7 – 10, krusta umumnya akan bertahan 2 –
3 minggu. Pada individu normal, ruam baru akan muncul untuk 1-4 hari kadang 7
hari (Wolff K et al., 2013).
Rasa sakit atau ketidaknyamanan pada penderita herpes zoster sering
pada fase akut yang berkisar dari ringan hingga berat. Pasien menggambarkan
rasa sakit mereka atau ketidaknyamanan mereka sebagai rasa terbakar, gatal,
sakit yang mendalam, dan sensasi menusuk (Wolff K et al., 2013).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


 Tzanck Smear : dapat mengidentifikasi virus herpes, tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simpleks. Dikatakan positif bisa
didapatkan Multinucleated Giant Cell dan sel epitel yang mengandung badan
inklusi intranuklear acidophilic.
 Kultur cairan vesikel, darah, atau cairan cerebrospinal dan tes antibody
 immunoflouresent

2.7 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan herpes zoster bertujuan untuk:
 Mengatasi infeksi virus akut
 Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster

5
 Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

6
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat
menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang
dengan defisiensi imun. Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk
dan pakai baju yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan
badan. Pasien juga disarankan untuk memangkas kuku secara teratur untuk
mencegah kerusakan kulit karena garukan (Wolff K et al., 2013).
Pasien harus menjaga diri agar terhindar dari cidera termal akibat
penggunaan kompres hangat dengan suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg
tidak terasa (bantalan pemanas, radiator), serta hindari pemajanan berulang
terhadap deterjen, pembersih, dan pelarut. Jika kulit pasien sangat kering
dianjurkan menggunakan sabun yang tidak menggandung antiseptik seperti sabun
bayi. Pasien juga disarankan untuk menggunakan preparat tabir surya. Dalam
mempertahankan kelembaban kulit agar tidak terjadi penguapan air dipermukaan
kulit maka pasien dianjurkan menggunakan pelembab setiap setalah mandi ataupun
setiap kulit terasa kering. Pasien harus menggunakan obat-obatan yang diberikan
secara teratur, tanpa membeli sendiri jika obat sudah habis. Maka dari itu pasien
harus rajin kontrol (Wolff K et al., 2013).

7
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang didapat biasanya sesuai dengan fase dari herpes
zoster yang terdiri atas fase prodromal dan fase erupsi kulit.
a) Fase prodromal
1. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama
1 – 4 hari.
2. Gejala yang memengaruhi tubuh, demam, sakit kepala, fatigue, malaise,
nausea, kemerahan, nyeri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal, dan
kesemutan.
3. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau hilang
timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
4. Gejala yang memengaruhi mata berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata, kekeringan mata, pandangan kabur,
penurunan sensasi penglihatan, dan lain-lain.
b) Fase erupsi kulit
1. Kadang terjadi limfadenopati regional
2. Erupsi kulit hamper selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-
papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada
hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mongering menjadi krusta
dalam 7-10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian
mengupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.
4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang-kadang sampai
hari ke-7.
5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitif terhadap nyeri yang dialami.

8
3.2 Pengkajian Fisik
1. Tingkat keasadaran
a. Kesadaran Umum
b. TTV
2. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
3. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda :
ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
4. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
2. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku
kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihatan
3. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
4. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
5. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
6. Data Objektif
a. Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada
kulit yang berisi cairan jernih.
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis : menarik diri.
d. GI : anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit.

9
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit
4. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan, lesi kulit (chicken pox)
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
intake makanan.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan malaise

3.4 Intervensi Keperawatan


1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi kerusakan NOC : NIC :
jaringan kulit  Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
 Prosedur Infasif control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Kerusakan jaringan dan  Risk control tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan keperawatan selama…… pelindung
 Malnutrisi pasien tidak mengalami  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
 Peningkatan paparan infeksi dengan kriteria hasil: dengan petunjuk umum
lingkungan patogen  Klien bebas dari tanda  Gunakan kateter intermiten untuk
 Imonusupresi dan gejala infeksi menurunkan infeksi kandung kencing
 Tidak adekuat pertahanan  Menunjukkan  Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, kemampuan untuk  Berikan terapi
Leukopenia, penekanan mencegah timbulnya antibiotik:.................................
respon inflamasi) infeksi  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
 Penyakit kronik  Jumlah leukosit dalam dan lokal
 Imunosupresi batas normal  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Malnutrisi  Menunjukkan perilaku  Inspeksi kulit dan membran mukosa
 Pertahan primer tidak hidup sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit,  Status imun,  Monitor adanya luka
gastrointestinal,  Dorong masukan cairan

10
trauma jaringan, gangguan genitourinaria dalam  Dorong istirahat
peristaltik) batas normal  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management
berhubungan dengan lesi pada  Tissue Integrity : Skin  Anjurkan pasien untuk menggunakan
kulit and Mucous pakaian yang longgar
Eksternal : Membranes  Hindari kerutan pada tempat tidur
 Hipertermia atau  Wound Healing : primer  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
hipotermia dan sekunder dan kering
 Substansi kimia Setelah dilakukan tindakan  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
 Kelembaban keperawatan selama….. setiap dua jam sekali
 Faktor mekanik (misalnya : kerusakan integritas kulit  Monitor kulit akan adanya kemerahan
alat yang dapat pasien teratasi dengan  Oleskan lotion atau minyak/baby oil
menimbulkan luka, kriteria hasil: pada derah yang tertekan
tekanan, restraint)  Integritas kulit yang  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 Immobilitas fisik baik bisa  Monitor status nutrisi pasien
 Radiasi dipertahankan  Memandikan pasien dengan sabun dan
 Usia yang ekstrim (sensasi, elastisitas, air hangat
 Kelembaban kulit temperatur, hidrasi,  Kaji lingkungan dan peralatan yang
 Obat-obatan pigmentasi) menyebabkan tekanan
Internal :  Tidak ada luka/lesi pada  Observasi luka : lokasi, dimensi,
 Perubahan status kulit kedalaman luka, karakteristik,warna
metabolik  Perfusi jaringan baik cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
 Tonjolan tulang  Menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus

 Defisit imunologi pemahaman dalam

11
 Berhubungan dengan proses perbaikan kulit  Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
dengan perkembangan dan mencegah perawatan luka
 Perubahan sensasi terjadinya sedera  Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP,
 Perubahan status nutrisi berulang vitamin
(obesitas, kekurusan)  Mampu melindungi  Cegah kontaminasi feses dan urin
 Perubahan status cairan kulit dan  Lakukan tehnik perawatan luka dengan
 Perubahan pigmentasi mempertahankan steril
 Perubahan sirkulasi kelembaban kulit dan  Berikan posisi yang mengurangi tekanan
 Perubahan turgor perawatan alami pada luka
(elastisitas kulit)  Menunjukkan
DO: terjadinya proses
 Gangguan pada bagian penyembuhan luka
tubuh
 Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
 Gangguan permukaan kulit
(epidermis)

3. Gangguan body image berhubungan dengan luka pada kulit


Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan body image NOC: NIC :
berhubungan dengan luka pada  Body image Body image enhancement
kulit  Self esteem  Kaji secara verbal dan nonverbal
DS: Setelah dilakukan respon klien terhadap tubuhnya
 Depersonalisasi bagian tubuh tindakan keperawatan  Monitor frekuensi mengkritik dirinya
 Perasaan negatif tentang selama …. gangguan  Jelaskan tentang pengobatan,
tubuh body image perawatan, kemajuan dan prognosis
 Secara verbal menyatakan pasien teratasi dengan penyakit
perubahan gaya hidup kriteria hasil:  Dorong klien mengungkapkan
 Body image positif perasaannya

12
DO :  Mampu  Identifikasi arti pengurangan melalui
 Perubahan aktual struktur mengidentifikasi pemakaian alat bantu
dan fungsi tubuh kekuatan personal  Fasilitasi kontak dengan individu lain
 Kehilangan bagian tubuh  Mendiskripsikan dalam kelompok kecil
 Bagian tubuh tidak berfungsi secara faktual
perubahan fungsi
tubuh
 Mempertahankan
interaksi sosial

3.5 Implementasi keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien .
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut
1. Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi pada tahap perencanaan
2. Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen
dan interdependen
3. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
3.6 Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.

13
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran
evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan berdasarka kriteria rencana yang telah disusun
2. Hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah
dirumuskan dalam rencana evaluasi
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu:
1. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukkan perbaikan/kemajuan sesuai
dengan kriteria yangbtelah ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian apabila tujuan tersebut tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu dicari penyebab dan cara mengatasinya
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukkan perubahan/ kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru.

14
BAB IV
LAPORAN KASUS

4.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. HS
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Jawa
Tanggal Pengkajian : 29 Agustus 2018
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh gatal dan nyeri di daerah lengan, dada dan punggung
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh gatal dan nyeri sejak 4 hari yang lalu. Awalnya timbul
kemerahan dan plenting-plenting isi air sedikit, makin lama makin banyak di
lengan atas, dada kanan dan punggung kanan sejak 7 hari yang lalu. Tiga hari
setelah muncul kemerahan, pasien merasakan gatal dan nyeri di daerah
yang kemerahan. Nyeri dirasakan cenut-cenut dan kumat-kumatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat cacar air pada usia 17 tahun. Pasien
belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
d. Riwayat Keluarga
Psien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.
3. Perubahan Pola Kesehatan
a. Pola Nutrisi
Di rumah : Pasien makan 2-3x/ hari ,minum dalam sehari : 500-
1000cc/hari minum air putih, susu dan teh
b. Pola Kebersihan Diri
Di Rumah : Pasien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas
2-3 kali per-minggu, gunting kuku 1 kali per-minggu

15
c. Pola Eliminasi
Di Rumah : BAB: 1-2 kali/sehari, konsistensi lembek, berwarna
kecoklatan, BAK: 4-5 kali / hari dengan warna kuning jernih
d. Pola Aktivitas
Di Rumah : Pasien mengatakan sebelum sakit, Pasien melakukan
aktivitas sehari-harinya secara mandiri
e. Pola Istirahat tidur
Di Rumah : Pasien mengatakan tidur dalam sehari biasanya sekitar 10
Jam
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4,5,6
Akral : Terapa hangat
TTV
TD :140/90 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 37 C
Respirasi : 24x/menit
Sp02 : 98%
a. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : Bentuk kepala : Normopchepal
Rambu : warna rambut hitam,persebaran rambut
merata.
Kondisi kepala : tampak bersih, tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
b. Pemeriksaan mata
Inspeksi : Pada mata kanan dan kiri normal, Kotoran mata tidak berlebihan,
tidak ada darah yang keluar, tidak ada cairan yang keluar, tidak
ada edema pada mata kanan kiri, konjungtiva normal, bola mata
normal pada kedua mata, kornea pada mata kudua mata normal,
lensa pada mata kanan kiri normal, gerakan mata normal, pupil
mata normal, iris berwarna coklat.

16
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata.
c. Pemeriksaan hidung
Inspeksi : Tepat berada ditengah, tidak terdapat secret, persebaran warna
kulit merata, tidak ada bekas luka, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
d. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : Daun telinga: simetris
Kondisi lubang telinga: bersih, terdapat sedikit serumen,
membrane timpani utuh
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
e. Pemeriksaan mulut
Inspeksi : Warna bibir merah muda, tidak sianosis, uvula tempat
berada ditengah, gusi berwarna merah muda, lidah tampak
berwarna merah muda, mukosa bibir kering
f. Pemeriksaan leher
Inpeksi: Kondisi kulit: bersih, tidak ada lesi
Palpasi: Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid.
Vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis.
Trakea : tidak ada deviasi trakea
Kalenjar limfe : tidak teraba pembesaran kalenjar limfe.
Tidak terdapat benjolan leher pada bagian dexstra
Tidak menggunakan otot bantu pernafasan leher
g. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi: Dada : simetris, tidak terdapat bekas luka, tidak
ada lesi, persebran warna kulit merata
Jantung : tampak detakan ictus cordis pada ICS 5
Paru-paru : pergerakan dinding dada kanan dan kiri
simetris.
Palpasi: Pada dada : tidak ada nyeri tekan.
Jantung : Teraba getaran ictus cordis 1 cm di ICS
midklavikular garis sinistra.
Paru-paru : getaran suara pada lapang paru sama,

17
simetris antara paru-paru kanan dan kiri
Perkusi: Jantung : pada ICS 3-5 kiri terdengar pekak
Paru-paru : pada ICS 1 -5 kanan terdengar sonor pada
ICS 1-2 kiri terdengar sonor
Auskultasi: Jantung : Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
terdengar tunggal dan tidak terdapat bunyi
jantung tambahan seperti gallop dan murmur
Paru-paru : Tidak terdengar suara nafas tambahan
seperti ronchi dll
h. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen normal, tidak terdapat lesi,tidak ada
bekas operasi.
Auskultasi : Bising usus 16x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dibagian abdomen, tidak
terdapat benjolan.
Perkusi : terdengar suara timpani pada abdomen.
i. Pemeriksaan Muskoloskeletal
Inspeksi : Simetris ekstermitas atas dan bawah, tidak terdapat lesi
(bekas luka) pada ektermitas atas dan bawah
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada ekstermitas atas dan
bawah.
j. Status Dermatologi
Lokasi : Regio Thoraks Anterior D, Thoraks posterior D dan Brachii D
Distribusi : Dermatom setinggi T1
Ruam : Multipel vesikel bergerombol, dinding tidak rata, isi air, ukuran
bervariasi antara 0,1 - 0,5 cm, dasar eritem, batas tegas,
diantara gerombolan vesikel terdapat kulit normal.

18
k. Pemeriksaan Neurologi
GCS = 4,5,6
l. Pemeriksaan Penunjang
TZANCK Test

2
Hasil Didapatkan gambaran Multinucleated Giant Cell

(Hasil Tzanck Test)

m. Terapi
 Asiklovir 5x800 mg selama 7 hari
 Asam mefenamat 3x500 mg bila nyeri
 Kompres NaCl 0,9% pada vesikel

4.2 ANALISA DATA


No Data Etiologi Problem
1 DS: Proses peradangan Nyeri b/d agens cedera
Pasien mengatakan nyeri ↓ biologis
Virus herpes zoster
DO: ↓
- Keadaan Umum : Lemah Infeksi primer
- Skala nyeri 6 (sedang) ↓
- Ekspresi wajah meringis Respon inflamasi lokal

Kerusakan saraf
perifer

Nyeri
2 DS: Reaksi virus herpes Kerusakan integritas
Klien mengatakan terasa zoster b/d perubahan
panas pada kulit ↓ pigmentasi kulit
Infeksi primer

2

DO: Respon inflamasi lokal
- Keadaan umum : lemah ↓
- Tampak kemerahan pada Terjadi lesi pada kulit
kulit ↓
Terdapat bintil-bintil kecil Kerusakan integritas
kemerahan dan berair di kulit
lengan, dada dan
punggung
3 DS: Infeksi virus herpes
- Klien mengatakan merasa zoster Ansietas b/d ancaman
cemas dengan ↓ terhadap kondisi
penyakitnya Perubahan pigmentasi penyakit pasien
pada kulit
DO: ↓
- Ekspresi wajah tampak Perubahan pada
gelisah kondisi penyakit pasien
Klien mengatakan merasa ↓
minder dengan ansietas
penyakitnya sekarang

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas adalah sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kondisi penyakit pasien

2
4.4 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera biologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang dirasakan berkurangatau dapat diadaptasi oleh klien

NOC: Tingkat Nyeri 2 dan 3 NIC


Kontrol Nyeri 1 dan 4
Skala outcome 1 2 3 4 5 Pain Management
1. Lakukan pengkajian komprehensif mengenai nyeri klien (nyeri pasien
Penggunaan analgesik
tersebut terjadi pada saat pasien menelan makanan)
Ekspresi wajah
2. Minimalkan faktor yang menimbulkan nyeri padaklien
3. Ajarkan mengenai managemen nyeri (teknikdistraksi misalnya, napas
Nyeri yang dilaporkan
dalam)
Menggunakan tindakan 4. Ajarkan klien untuk memonitor nyeri (respon yang dilami oleh pasien
pengurangan nyeri tanpa
sendiri dapat diidentifikasi)
analgesik/non farmakologi
5. Anjurkan untuk istirahat agar meminimalkan nyeri
Keterangan penilaian
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan professional untuk pemberian
1: sangatberat/tidak pernah menunjukkan
2: berat/jarang menunjukkan analgesic efektif untuk Pereda nyeri
3: cukup/ kadang menunjukkan
4: Ringan/sering menunjukkan 5: Tidakada/konsisten

2
2. Kerusakan integritas berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam kecemasan berkurang atau hilang

NOC: Tingkat Kecemasan NIC


Kerusakan integritas kulit
1. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang longgar
Skala outcome 1 2 3 4 5
2. Anjurkan klien untuk tidak menggunakan alas kasur bertekstur kasar
Lesi 3. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Kolaborasi pemberian antibiotic topikal
Integritas Kulit

Keteranganpenilaian
1: sangatberat
2: berat
3: cukup
4: Ringan
5: Tidakada

2
3. Ansietas berhubungan dengan anacaman dengan kondisi penyakit pasien
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam kecemasan berkurang atau hilang

NOC: Tingkat Kecemasan NIC


Pengurangan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Skala outcome 1 2 3 4 5
2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang
Tidak dapat beristirahat mungkin dialami klien selama prosedur.

Rasa cemas yang disampaikan 3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

secara lisan 4. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan.


5. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi tekanan.
Wajah tegang
6. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai.

Gangguan Tidur 7. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan

Keteranganpenilaian
1: sangatberat
2: berat
3: cukup
4: Ringan
5: Tidakada

2
4.5 Implementasi

Tanggal No Dx kep Waktu Implementasi Respon Pasien Ttd

21/08/2019 1 07.30 1. Mengkaji tingkat skala nyeri S :klie mengeluh nyeri


2. Mengobservasi adanya petunjuk non verbal O :- skala nyeri sedang (7)
mengenai ketidaknyamanan - Klien mengangguk saat ditanyakan
3. Mengajarkan teknik relaksasi distraksi nyeri
- Ekspresi wajah meringis
1 08.00 1. Kolaborasi pemberian analgetik/iv S:-
O : obat telah diberikan
2 08.10 1. menganjurkan klien memakai pakaian yang S:-
longgar O : - klieen menggunakan pakaian yang
2. Menganjurkan klien untuk tidak menggunakan Longgar
alas kasur bertekstur kasar - Klien menggunakan alas kasur
bertekstur lembut
2 08.15 1. menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan S : - Klien mengatakan baru selesai mandi
kulit agar tetap bersih dan kering O:
2 08.30 3. Kolaboratif pemberian antibiotic topikal S: -
O : Obat salap antibiotik telah diberikan

3
3 08.30 1.Berikan informasi terkait diagnosis dan S : -Klien mengatakan mengerti tentang
perawatan informasi yang diberikan
O: - Klien mengangguk saat diberi informasi

3 08.40 2. Memberitahukan pada keluarga untuk S:


mendampingi klien O : klien tampak ditemani keluarga selama
perawatan
3 08.45 3. Menciptakan atmosfer rasa aman untuk S:- Klien mengatakan menerima semua
meningkatkan kepercayaan tindakan yang diberikan
O:
3 09.05 4,. Mengkaji tanda verbal dan non verbal S : - klien mengataka rasa cemas
kecemasan klien berkurang
O :- Ekspresi wajah tampak gelisah

27/08/19 1 07.50 1.Mengkaji tingkat skala nyeri S: Klien mengatakan nyeri berkurang
O:Skala nyeri ringan (3)
1 08.00 2. Kolaborasi pemberian analgesic/iv S:
O: Obat telah diberikan

3
2 08.05 1. menganjurkan klien untuk menjaga S: klien mengatakan baru selesai mandi
kebersihan kulit
2 08.30 2. Memberikan obat antibiotic topikal S:
O: Obat sudah di berikan
3 08.35 1.mengkaji ulang tanda verbal dan non verbal S: Klien mengatakan tidak cemas
klien O:

4.6 Evaluasi
Tanggal/
No. Dx Evaluasi TTD
jam
26/08/2019 S:
08.00 O:
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intevensi

Anda mungkin juga menyukai