Anda di halaman 1dari 3

Nama lengkapnya Abu Yusuf adalah Ya’qub ibn Ibrahim Sa’ad ibn Husein al-Anshori, beliau

lahir di Kufah pada tahun 113H dan wafat pada tahun 182H. Abu Yusuf berasal dari suku
Bujailah, salah satu suku bangsa Arab. Abu Yusuf meninggal pada usia 67 tahun. Ibunya
bernama Ummu Sa’ad bin ‘Auf Khabtah binti Malik dari bani Amru bin ‘Auf al Ausyi. Abu
Yusuf bujan berasal dari kalangan keluarga yang berada, akan tetapi Abu Yusuf memiliki minat
yang kuat dalam ilmu pengetahuan sejak kecil. Keinginan dan minat ini dipengaruhi dan
didukung juga oleh keadaan kota kuffah yang pada zaman itu merupakan salah satu kota pusat
peradaban Islam. Karir pendidikannya dimulai dari mempelajari hadist dari para tabi’in yang
mempunyai nama besar dan termashur pada zaman itu, beliau adalah Muhammad bin Abdu Al-
Rahman bin Abi Laila, dan beberapa tokoh yang mempengaruhi intelektualnya yaitu: Jalil ‘Atho’
bin Al Sya’ba. Al-A’masy. Hisyam bin Urwah. Muhammad bin Ishaq, serta Ajaj bin Arthoh.
Setelah itu melanjutkan pengkajian kepada imam abu hanifah. Selama 17 tahun, abu yusuf
belajar bersama abu hanifah dikenal sebagai tangan kanan abu hanifah dalam menyebarkan
mazhab hanafi. Abu Yusuf tumbuh menjadi seorang alim yang sangat dihormati oleh berbagai
kalangan baik ulama, pengusaha maupun masyarakat umum. Penulisan kitab al kharaj abu yusuf
didasarkan pada perintah dan pertanyaan khalifah Harun Ar-Rasyid mengenai berbagai persoalan
pajak. Di dalam kitab ini, selain membahas mengenai al kharaj juga membahas berbagai sumber
pendapatan negara seperti, ghanimah, fai, kharaj, usur, jizyah, dan shadaqah yang dilengkapi
mekanisme pengumpulan dan pendistribusian setiap harta negara sesuai dengan syariay islam
yang berpedoman pada dalil naqli pada Al-Qir’am dan Hadits dengan dalil aqli. Metode
penulisan inilah yang menjadi pembeda dengan kitab-kitab al kharaj yang ditulis oleh ulama-
ulama pada periode berikutnya

Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf

Abu Yusuf adalah orang pertama yang mengenalkan konsep perpajakan di dalam buku karyanya
yang berjudul al kharaj, kitab ini dijadikan pedoman dalam pengaturan sistem baitul mal dan
sumber pendaatan negara. Di dalam kitab al kharaj karya abu yusuf terdapat pembahasan
ekonomi publik, yang mengkhususkan tentang perpajakan dan peran negara dalam
pembangunan. Abu Yusuf sangat menjunjung tinggi nilai keadilan, kewajaran, dan persesuain
terhadap kemampuan membayar pajak, serta pentingnya akuntanbilitas dalam pengelolaan
keuangan negara. Dalam hal ini negara memiliki peranan peting dalam penyediaan fasilitas
publik yang dibutuhkan rakyat.Pemikiran Abu Yusuf dalam al-Kahraj, antara lain:

1. Segala aktivitas ekonomi, sarana serta kemudahan yang dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat adalah tanggung jawab pemerintah, namun jika manfaat dari segala sarana dan
kemudahan itu hanya dapat dirasakan oleh pihak tertentu, maka orang tersebut dapat dikenakan
biaya. Kemudian, demi terciptanya kesejahteraan masyarakat, negara berhak untuk
membebankan pajak fa’i ushur, jizyah dan lain-lain sebagai pedapatan negara

2. Perpajakan Abu Yusuf mengganti praktik misahah (fixed tax) dengan muqasamah
(proportional tax), dikarenakan hal tersebut akan memnindas dan mendzalimi rakyat miskin, dan
menentang sistem Qobalah

3. Dalam mekanisme harga, ia melarang penguasa menentukan harga suatu barang, karena
menurutnya keadilan hanya terjadi jika haraga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar
saja.

Jenis jenis pajak yang dipungut pada masa Abu Yusuf sebaga berikut:

1. Fa’i Fa’i adalah harta yang diperoleh orang-orang islam tanpa melalui pertempuran baik
dengan pasukan berkuda atau kendaraan yang lain. Seperlima dari harta fa’i diberikan kepada
orang-orang yang berhak. Harta fa’i meliputi kharaj, jizyah, usyur ataupu harta perdamaian.
Harta fa’i merupakan sumber dana umum yang diperentukkan bagi Rasul dan pemerintahan serta
pihak lain yang bertugas untuk mewujudkan kemashlatan kehidpuan kaum Muslimin.

2. Kharaj Kharaj menurut bahasa bermakna al-kara’ (sewa) dan al-ghullal (hasil). Setiap tanah
yang diambil dari kaum kafir secara paksa, setelah perang diumumkan kepada mereka, dianggap
sebagai tanah karajiyah. Jika mereka memeluk islam, setelah penaklukan tersebut, maka status
tanah mereka kharajiyah. Kharaj adalah hak yang diberikan atas lahan tanah yang telah dirampas
dari tangan kaum kafir, baik dengan cara perang maupun damai. Jika perdamaian menyepakati
bahwa tanah tersebut milik kita dan mereka pun mengakuinya dengan membayar kaharj, maka
mereka harus menunaikannya.

3. Usyur Usyur adalah pajak yang dikenakan atas barang-barang dagangan yang masuk ke
negara Islam. Usyur belum sempat di kenal dimasa Nabi SAW dan di masa Abu Bakar Siddiq
RA. Permulaan diterapkannya usyur di negara Islam adalah di masa Amirul Mukminin Umar bin
Akhattab yang berlandaskan demi penegakan keadilan. Usyur telah diambil dari para pedagang
kaum Muslimin jika mereka mendatangi daerah lawan. Maka dalam rangka penerapan perlakuan
yang seimbang terhadap mereka, Umar bin Khattab memutuskan untuk memperlakukan
pedagang non Muslim dengan perlakuan yang sama jika mereka masuk ke negara Islam.

Dalam hal penetapan pajak, Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari
hari hasil pertanian dari para penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian.
Menurutnya, cara ini lebih adil dan memberikan hasil produksi yang lebih besar dengan
memberikan kemudahan dalam memperluas tanah garapan. 8 Abu Yusuf juga memberikan
pandangannya terhadap mekanisme pasar, yaitu pernyatannya dalam kitab al- kharaj: Tidak ada
batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang
mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan,
demikian juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan
ketentuan Allah. Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi tetap mahal dan kadang-kadang
makanan sangat sedikit tetapi murah. Dari pernyataan tersebut, Abu Yusuf menyangkal pendapat
mengenai hubungan timbal balik antara penawaran dan harga. Pendapat yang berkembang saat
ini menyatakan apabila barang yang tersedia sedikit maka kemungkinan harganya pun akan
mahal begitupun sebaliknya, apabila jumlah barang yang tersedia banyak, maka harganya akan
murah. Namun, pada kenyataannya terbentuknya hargadalam pasar tidak hanya bergantung pada
segi penawaran saja, tetapi bergantung pada kekuatan permintaan. Poin kontroversial dalam
analisis ekonomi Abu Yusuf adalah pada masalah pengendalian harga (tas’ir). Beliau menentang
penguasa yang menetapkan harga. Seperti yang dikemukakan beliau dalam kitab al-kharaj bahwa
hasil panen pertanian yang berlimpah bukan alasan untuk menurunkan harga panen dan
sebaliknya kelangkaan tidak mengakibatkan harga melambung.9 Fenomenal yang terjadi pada
masa Abu Yusuf adalah, ketika terjadi kelangkaan barang maka harga cenderung akan tinggi,
sedangkan pada saat barang tersebut melimpah, maka harga cenderung untuk turun atau lebih
rendah. Dengan kata lain, pemahaman pada zaman Abu Yusuf tentang hubungan antara harga
dan kuantitas hanya memerhatikan kurva Demand. Fenomena inilah yang kemudian dikritisi oleh
Abu Yusuf. Kecenderungan yang ada pada dalam pemikiran ekonomi islam adalah
membersihkan pasar dari praktek penimbunan, monopoli, dan praktek korup lainnya, dan
kemudian membiarkan penentuan harga kepada kekuatan permintaan dan penawaran.

Anda mungkin juga menyukai