Anda di halaman 1dari 53

Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia

Nori Purwanasari, S.Pd., M.Hum.


Apa itu EJAAN ?
Ejaan meliputi apa saja?
Jenis Ejaan apa yang Anda tahu?
PENGERTIAN EJAAN

Ejaan adalah keseluruhan peraturan


melambangkan bunyi ujaran,
pemisahan kata, penggabungan kata,
penulisan kata, huruf, dan tanda baca.
SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN
Ejaan pertama adalah Ejaan Van
Ophuijen  1901  dikenal juga
sebagai Ejaan Balai Pustaka
Ejaan berikutnya adalah ejaan
Republik  1947  dikenal juga
sebagai Ejaan Soewandi
Ejaan yang selanjutnya adalah Ejaan
yang disempurnakan (EYD)  1972
PUEBI  2015
Beberapa Pembeda Ejaan

mendjoendjoeng – menjunjung – menjunjung


tjoetjoe – chuchu – cucu
oemoer – umur – umur
sajang – sayang – sayang
ma’moer – ma’mur – makmur
choesoes – khusus – khusus
A. Kaidah Pemakaian Huruf

1. Kaidah Pemakaian Huruf Kapital


a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama awal kalimat.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama orang yang merupakan
nama jenis atau satuan ukuran.
d. Huruf kapital tidak dipakai untuk
menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti,
boru, dan van, atau huruf pertama kata
tugas.
e. Huruf kapital dipakai pada awal
kalimat dalam petikan langsung.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap kata nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk
sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan,
atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang
mengikuti nama orang.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
k. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang
dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis
dengan huruf awal kapital.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau
hari raya.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama peristiwa sejarah.
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama geografi.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata (termasuk semua unsur bentuk
ulang sempurna) dalam nama negara,
lembaga, badan, organisasi, atau dokumen
kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk.
p. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan,
artikel, dan makalah serta nama majalah dan
surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak
pada posisi awal.
q. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau
sapaan.
r. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata
atau ungkapan lain yang dipakai dalam
penyapaan atau pengacuan.
s. Huruf kapital dipakai untuk menulis kata ganti
Anda.
2. Kaidah Pemakaian Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah
dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata atau kelompok
kata.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
3. Kaidah Pemakaian Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan
bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
b. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan
bagian-bagian karangan, seperti judul
buku, bab, atau subbab.
B. Kaidah Penulisan Kata

1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
2. Kata Berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta
gabungan awalan dan akhiran) ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
4. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut
kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah.
b. Gabungan kata yang dapat
menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-)
di antara unsur-unsurnya.
c. Gabungan kata yang penulisannya
terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
d. Gabungan kata yang mendapat
awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
e. Gabungan kata yang sudah padu
ditulis serangkai.
5. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
6. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis
serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
c. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’,
atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
7. Kata Ganti
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
8. Kata Sandang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
C. Kaidah Penulisan Singkatan dan Akronim

1. Singkatan
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan itu.
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap
kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik.
c. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap
kata yang
bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
d. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf
atau lebih diikuti dengan tanda titik.
e. Singkatan yang terdiri atas dua huruf
yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
f. Lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
2. Akronim
a. Akronim nama diri yang terdiri atas
huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
b. Akronim nama diri yang berupa
gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal kapital.
c. Akronim bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dan suku kata
atau gabungan suku kata ditulis
dengan huruf kecil.
D. Kaidah Penulisan Angka dan
Lambang Bilangan
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan
seperti dalam perincian.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf.
3. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, susunan kalimatnya diubah.
4. Angka yang menunjukkan bilangan besar
dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca.
5. Angka dipakai untuk menyatakan
(a) ukuran panjang, berat, luas,
isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
6. Angka dipakai untuk menomori
alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
7. Angka dipakai untuk menomori
bagian karangan atau ayat kitab
suci.
8. Angka digunakan dalam
penulisan bilangan utuh.
9. Angka digunakan dalam
penulisan bilangan pecahan.
10. Angka digunakan dalam
penulisan bilangan tingkat.
11. Angka digunakan dalam
penulisan angka yang
mendapat akhiran -an.
12. Penulisan bilangan dengan angka
dan huruf sekaligus dilakukan
dalam peraturan perundang-
undangan, akta, dan kuitansi.
13. Angka digunakan dalam penulisan
bilangan yang dilambangkan
dengan angka dan diikuti huruf.
14. Bilangan yang digunakan sebagai
unsur nama geografi ditulis dengan
huruf.
E. Kaidah Penulisan Unsur Serapan

1. Serapan dari Bahasa Arab


Contoh:
a. qadr  kadar
b. ‘ilm  ilmu
c. ni’mat  nikmat
2. Serapan dari Bahasa Belanda
Contoh:
a. octaaf  oktaf
b. aerobe  aerob
c. haemoglobin  hemoglobin
3. Serapan dari Bahasa Inggris
Contoh:
a. cartoon  kartun
b. formal, formeel  formal
c. anarchy, anarchie  anarki
F. Kaidah Pemakaian Tanda Baca
1. Pemakaian Tanda Titik (.)
a. Dipakai pada akhir kalimat yang
bukan pertanyaan atau seruan.
b. Dipakai di belakang angka atau
huruf dalam satu bagan, iktisar, atau
daftar.
c. Dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit dan detik yang
menunjukkan waktu.
d. Dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
e. Dipakai di antara nama penulis,
judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda
seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.
f. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya, yang
menunjukkan jumlah.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir
judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi,
tabel dan sebagainya.
i. Tanda titik tidak dipakai di belakang
alamat pengirim dan tanggal
surat/nama dan alamat penerima
surat.
2. Pemakaian Tanda Koma (,)
a. Dipakai di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau
pembilangan.
b. Dipakai untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului
oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.
c. Dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
e. Dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat.
f. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya,
wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang
terdapat di dalam kalimat.
g. Dipakai untuk memisahkan petikan
langsungdari bagian lain dalam kalimat.
h. Dipakai di antara nama dan alamat,
bagian-bagian alamat, tempat dan
tanggal, nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
i. Dipakai untuk menceraikan bagian nama
yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
j. Dipakai di antara bagian-bagian dalam
catatan kaki.
k. Dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga.
l. Dipakai di muka angka persepuluhan atau
di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
m. Dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
n. Dipakai untuk menghindari salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.
o. Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika
petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
3. Pemakaian Tanda Titik Koma
(;)
a. Dapat dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
b. Dapat dipakai sebagai kata
penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk.
4. Pemakaian Tanda Titik Dua (:)
a. Dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika
rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
c. Dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan
pemerian.
d. Dipakai dalam teks drama
sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
e. Dipakai diantara jilid atau nomor
dan halaman, diantara bab dan
ayat dalam kitab suci, diantara
judul dan anak judul suatu
karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam
karangan.
5. Pemakaian Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-
suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
b. Tanda hubung menyambung
awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran
dengan bagian kata di depannya
pada pergantian baris.
c. Tanda hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang.
d. Tanda hubung menyambung
huruf kata yang dieja satu-satu
dan bagian-bagian tanggal.
e. Tanda hubung boleh dipakai
untuk memperjelas hubungan
bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan penghilangan
bagian kelpmpok kata.
f. Dipakai untuk merangkaikan se-
dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, ke- dengan
angka, angka dengan –an, singkatan
berbentuk huruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan nama jabatan
rangkap.
g. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
6. Pemakaian Tanda Pisah (—)
a. Tanda pisah membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
b. Tanda pisah ini menegaskan
adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan atau tanggal dengan arti
sampai.
7. Pemakaian Tanda Elipsis (…)
a. Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat yang terputus-putus.
b. Tanda elipsis menunjukkan
bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
8. Pemakaian Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
b. Tanda tanya dipakai di dalam
kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
8. Pemakaian Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah
ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat.
9. Pemakaian Tanda Kurung ( (…) )
a. Tanda kurung mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
b. Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau
kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau
huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
10. Pemakaian Tanda Kurung Siku ([…])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf,
kata atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah
asli.
b. Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung.
11. Pemakaian Tanda petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan
langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
b. Tanda petik mengapit judul syair,
karangan atau ban buku yang
dipakai dalam kalimat.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah
yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
d. Tanda petik penutup mengakhiri
tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung.
e. Tanda baca penutup kalimat
atau bagian kalimat ditempatkan
dibelakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan
yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.
12. Pemakaian Tanda Petik Tunggal
(‘…’)
a. Tanda petik tunggal mengapit
petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.
b. Tanda petik tunggal mengapit
makna, terjemahan, atau
penjelasan kata ungkapan
asing.
13. Pemakaian Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai di
dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
b. Tanda garis miring dipakai
sebagai pengganti kata dan,
atau, tiap.
15. Pemakaian Tanda Penyingkat
atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat atau apostrof
menunjukkan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun.
Terima Kasih

Nori Purwanasari, S.Pd., M.Hum.

Anda mungkin juga menyukai