LP CPD (Ponek)
LP CPD (Ponek)
C1 LAHAN C1 INSTITUSI
( ) ( )
POLEWALI MANDAR
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PERSALINAN NORMAL PADA Ny. “H” USIA 30 TAHUN
G1, P0, A0, DENGAN USIA KEHAMILAN 40 MINGGU 4 HARI
IMPARTU KALA I FASE AKTIF, KPD, GAWAT JANIN
DI RUANGAN PONEK RSUD
POLEWALI MANDAR
C1 LAHAN C1 INSTITUSI
( ) ( )
POLEWALI MANDAR
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Etiologi
Etiologi persalinan meliputi
1) Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai (Sumarah,2008). Otot hormon mempunyai kemampuan meregang
dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati makan akan
terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai (Ujiningtyas, 2009).
2) Penurunan progesterone
Villi koriales mengalami perubahan – perubahan dan produksi
progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive
terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesterone (Sumarah,2008). Proses penuaan plasenta
terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibat otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu (Manuaba, 2007).
a) Oksitosin internal
Perubahan keseimbangan yang terjadi pada estrogen dan progesteron.
Apabila terjadi penurunan progesteron maka reaksi oksitosin dapat
meningkat sehingga persalinan dapat terjadi (Sumarah,2008).
b) Prostaglandin
Akan terjadi peningkatan prostaglandin pada umur kehamilan 15 minggu,
sehingga akan memicu terjadinya kontraksi dan persalinan
(Sumarah,2008). Prostaglandin yang dikeluarkan oleh deciduas
konsentrasinya meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim (Ujiningtyas, 2009).
c) Hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis
Terjadinya keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus
(Sumarah,2008).
d. Patofisiologi
Menurut Anik Maryuni (2013 :209), mekanisme terjadinya ketuban pecah
dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2) Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3) Pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intra
amnion dengan dunia luar.
4) Infeksi intra amnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intra amnion.
5) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
6) Tindakan hygine buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang sering
e. Pathway Keperawatan
Tanda-Tanda Inpartu
Proses Persalinan
Gangguan Respirasi
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina diperiksa dengan Tes Lakmus (tes nitrazin),
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketebuan atau bisa melakukan pemeriksaan Mikroskopik (tes pakis), dengan
meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis (Hidayat, 2009:16).
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG untuk memeriksa oligohidramnion sangat membantu
apabila belum jelas tentang adanya tanda-tanda ketuban sudah pecah (Mustika,
2013:250).
g. Penatalaksanaan
1) Kala I
Penanganan
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan
kesakitan
b) Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan
perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.
c) . Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/.kecil.
f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara : gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya.
g) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan
cukup minum
h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
2) Kala II
Penanganan
a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi
ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri
c) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
e) Mengatur posisi ibu
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong
g) Memberikan cukup minum
3) Kala III
Penanganan
a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta
b) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
c) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2
mg. IM.
4) Kala IV
Penanganan
a)Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai
menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
b) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
c)Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
e)Biarkan ibu beristirahat
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
g) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
h) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
i) Ajari ibu atau keluarga tentang :
j) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
k) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
vagina.
adalah diagnosa medis digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar
untuk muat melewati panggul ibu. Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah
wanita telah bekerja keras selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu
misdiagnosis of CPD account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah
caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini
b. Etiologi
- Panggul naegele
- Panggul Robert
- Split pelvis
- Panggul asimilasi
- Fraktur
- Kifosis
- Skoliosis
- Promontorium teraba
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak
lurus diatas pintu atas panggul
b. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping
f. Penatalaksanaan
a. Kehamilan
b. Persalinan
1) Persalinan Percobaan
semua bidang, hubungan antara kepala janin dan panggul serta janin harus
berada dalam dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih
2) Kualitas dan turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus terus
diawasi
atau tidak.
4) Menentukan berapa lama partus percobaan boleh berlangsung. Apabila
aktif)
secsio sesarea.
2) Secsio sesarea
2) Sekunder
1. PENGKAJIAN
a. Anamnese
1) Identitas
- Pada wanita yang tinggi badan < 145 cm, kemungkinan panggul
2) Riwayat penyakit
miring
mendatar
Nutrisi
Psikososial
Kecemasan akan nampak karena takut apakah ibu dan janin dapat
b. Pemeriksaan Fisik
Tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya kea rah
dan symphisis
h. Diagnosa Keperawatan
3) Resiko cidera pada ibu dan janin berhubungan dengan persalinan lama
i. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
AN N DAN
KRITERIA
HASIL
tentang darah
usaha
menjaga
kesehatan
ibu dan
janin
Nadi (60-
100 x
menit)
Tekanan
darah (120
80 mmHg)
ui 3) Anjurkan tehnik
nyeri yg dapat
l nyeri
Melaporka
n bahwa
nyeri
berkurang
dengan
mengguna
kan
menajeme
n nyeri
Menyatak
an rasa
nyaman
setelah
nyeri
berkurang
i.
DAFTAR PUSTAKA