Anda di halaman 1dari 64

Membandingkan Nodal analysis dan Electric submersible pump

untuk mendapatkan peningkatan laju alir maksimum pada sumur


“jms”

TUGAS AKHIR

Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
dari Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas

Bumi Balikpapan

Oleh

James Wilson teko batara

15.01.100

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK

DAN GAS BUMI BALIKPAPAN

2020
DEKLARASI ANTI PLAGIAT

Saya selaku penulis, yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : James Wilso Teko Batara

TTL : Makale, 02 oktober 1996

Alamat :Perumahan Polda Block BB No 13 KM 7 Balikpapan utara

Menyatakan bahwa Tugas akhir yang saya buat merupakan hasil karya sendiri
dan tidak menjiplak karya manapun. jika suatu saat ditemukan bahwa karya ini
merupakan hasil plagiat, maka saya siap menerima konsekuensi seperti yang diatur
dalamUndang-Undang.

Demikian deklarasi tertulis yang saya buat, dalam keadaan sadar dan tanpa
paksaan pihak manapun.

Balikpapan, 10 Juni 2020

James Wilson Teko Batara

i
Lembar Pengesahan

Tugas Akhir

Membandingkan Nodal analisi dan Electric submersible


pump untuk mendapatkan laju alir maksimum pada sumur
“jms”
Oleh

James Wilson Teko Batara

15.01.100

Program Studi S1 Teknik Perminyakan

Sekolah Tinggi Teknologi Minyak Dan Gas Bumi Balikpapan

Disetujui Pada Tanggal : Juni 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Mohammad Lutfi, S.si.,M.Si Kukuh jalu Waskita,S.T.,M.Sc

NIDN : 1105048302 NIDN: 1117128503

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini saya persembahkan khusus kepada kedua orangtua saya, dan
saudara-saudara saya Niniek Suryani Teko,Jeanri Putra Teko,Bryland Teko,Dan
Melki Teko,sebagai orang terdekat yang selalu mendukung saya dalam semua usaha
saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan Tugas akhir ini.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada seluruh keluarga dekat saya serta
teman-teman dekat yaitu Dimitri Gracia pasande,olga regina,silvanus koten,Irfan
bualngi,alfonsus abdiyanto,sterian mammpa,jaspis pasaribu,robbu vergita
yusuf,Irfan bualangi dan masih banyk yang lainya yang tak bisa saya sebutkan satu
persatu dan terus membantu,mensuport dan selalu mendoakan saya selama
pengerjaan Tugas akhir.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada staf pendidik dilingkungan STT
migas Balikpapan, terkhusus kepada dosen pembimbing saya pak Mohammad Lutfi
dan pak kukuh jalu waskita Sebagai bukti bahwa apa yang mereka telah ajarkan
selama ini sebagai suatu yang bermanfaat.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada adik tingkat saya yang masih
menjenjang bangku perkuliahan di STT Migas balikpapan. Sebagai motifasi untuk
terus berusaha dalam keadaan tersulit apapun. Teruslah semangat belajar dan
jangan takut untuk bersaing dengan universitas diluar sana.

Semoga kita senantiasa diberkati dengan penyertaan dan perlindungan dari


Tuhan Yesus Yang Maha Esa.Amin.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala
kerendahan hati dan penuh suka cita, dan sebagai perwujudan rasa syukur kehadirat
Tuhan Kita atas segala petunjuk, rahmat dan karunia yang diberikan oleh-Nya kepada
Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana. Tugas Sarjana ini
berjudul “Membandingkan Nodal analisi dan ESP untuk mendapatkan laju alir
maksimum pada sumur “JMS”.

Tujuan penulisan ini adalah sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknik Perminyakan. Selama menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini,
mulai dari persiapan hingga tahap akhir, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Atas bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian Tugas Sarjana
ini baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :

1. Bapak Lukman, ST., MT. selaku Ketua STT Migas Balikpapan.


2. Bapak Abdi Suprayitno, S.T.,M.Eng . selaku Ketua Prodi S1. Teknik
Perminyakan STT Migas Balikpapan.
3. Bapak Mohammad Lutfi, S.Si.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama,
terima kasih telah bersedia meluangkan waktunya, atas kebaikan dan
kesabarannya serta kritik dan sarannya dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan penyusunan tugas sarjana.
4. Bapak Kukuh Jalu Waskita, S.T.,M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Pendamping, terima kasih telah bersedia meluangkan waktunya, atas kebaikan
dan memberikan support penuh serta kritik dan sarannya dalam membimbing
penulis untuk menyelesaikan penyusunan tugas sarjana.

iv
5. Alm. Ayah Natal Kilat Teko dan Ibu Elizabeth Balik selaku orang tua yang
telah berjuang serta memberikan nasihat dan dukungan, serta tiada henti
memanjatkan doa untuk penulis
6. Saudara-saudara saya yang tiada henti memberikan semangat serta dukungan
7. Rekan-rekan STT MIGAS Balikpapan khususnya teman-teman Teknik
Perminyakan Angkatan 2015 A dan rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan,
atas segala dukungan serta kenangan-kenagan selama di perkuliahan.
Serta semua pihak yang turut serta membantu dalam penyelesaian laporan Tugas
Sarjana ini yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan


baik secara tulisan maupun referensi. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan untuk penulisan yang lebih baik lagi dimasa
mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Akhirnya penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang
ada selama ini, jika terdapat kebaikan itu hanyalah datang dari Tuhan Yesus Kristus
semata. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Terima Kasih.

Balikpapan, 10 Juni 2020

Penulis

v
Membandingkan Nodal analysis dan electrical
James Wilson
Judul  submersible pump untuk mendapatkan laju alir
teko batara
maksimu pada sumur “JMS”
Program
Teknik Perminyakan 1501100
Studi
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
ABSTRAK

Dalam dunia industri minyak dan gas bumi pada waktu tertentu sumur minyak
yang kita produksikan pasti akan mengalami permasalahn. Salah satu masalah yang
kita sering dapatkan adalah sumur yang kita miliki mengalami penurunan tekanan.
penurunan tekanan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Sampai saat ini di Indonesia
masih bergantung pada minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan energy
setiap harinya. Namun pada sisi yang lainnya laju Produksi cenderung turun
sementara permintaan terus meningkat.
Untuk mengatasi permintaan yang terus meningkat maka produksi dari minyak
dan gas bumi pun harus di tingkatkan, Oleh karena itu di butuhkan solusi jangka
pendek untuk mengatasi permaslahan laju alir tadi. Salah satunya adalah dengan
mengunakan metode Nodal analysis serta artifial lift. Pada Nodal analysis dapat di
gunakan sebagai metode pertama sebelum artificial lift. Pada metode ini ukuran
Tubing produksi kita dapat kita ubah agar dapat memaksimalkan laju alirnya. Tetapi
jika metode ini tidak maksimal maka artificial lift atau pengangkatan buatan dapat di
jadikan solusi selanjutnya. Artificialift Electrical Submersble Pump (ESP) merupakan
salah satu dari 5 jenis pengkatan buatan yang bisa digunkan. ESP cenderung
digunakan pada saat keadaan sumur kita sudah tidak natural flow lagi.
Maka dari itu pengunaan metode Nodal dan ESP sangatlah penting guna
meningktakan laju alir dari produksi sumur kita sehingga akan di dapatakan pula
produksi yang maksimal untuk memenuhi permintaan yang juga terus meningkat.  

Kata kunci : Artificial lift, Nodal analysis, ESP.

vi
Utilization of B3 Waste in the Form of Used Oil Into
James Wilson
Title  High Speed Diesel (HSD) Fuel Using the Distillation
teko batara
Method
Major Petroleum Engineer 1501100
College of Oil and Gas Technology Balikpapan
ABSTRACT

In the world of the oil and gas industry at a certain time the oil wells that we
produce will surely experience problems. One of the problems we often get is that the
well that we have is experiencing a pressure drop. this pressure drop is caused by
various factors. Until now in Indonesia is still dependent on oil and gas to meet energy
needs every day. But on the other hand the rate of production tends to fall while demand
continues to increase.
To cope with the increasing demand, the production of oil and gas must also be
increased. Therefore, a short-term solution is needed to address the flow rate problem..
one way is to use the method of nodal analysis and artificial lift. Nodal analysis can be
used as the first method before artificial lift. In this method we can change the size of
our tubing production in order to maximize it’s flow rate. But if this method is not
optimal then the artificial lift can be made the next solution. Artificial lift electrical
submersible pump (ESP) is one of the 5 type of artificial lift bearings that can be used
ESP tends to be used when our wells don’t flow naturally anymore.
Therefore the use of the nodal and ESP methods is very important in order to
increase the flow rate our well production so that maximum production can also be
achieved to meet the increasing demand.

Keywords: artifial lift, Nodal analysis, ESP.

DAFTAR ISI

vii
HAL
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
HALAMAN DEKLARASI .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRACK ......................................................................................................... vi
ABSTRACK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 2
1.4 Maksud dan Tujuan .......................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN LAPANGAN ....................................................................... 5
2.1 Sejarah singkat lapangan .................................................................................. 5
2.2 keadaan umum Lapangan ................................................................................ 7
2.3 Letak penelitian ................................................................................................ 7
2.4 Geologi dan stratigrafi ..................................................................................... 8
2.4.1 Strucktur geologi ..................................................................................... 9
2.4.2 Stratigrafi ................................................................................................ 10
BAB 3 DASAR TEORI ........................................................................................ 12

viii
3.1 IPR ................................................................................................................... 12
3.1.1 IPR single phase reservoir ...................................................................... 15
3.1.2 IPR two phase reservoir .......................................................................... 16
3.1.3 IPR three phase reservoir ....................................................................... 17
3.2 Productivity Index ............................................................................................ 17
3.2.1 Faktor yang mempengaruhui PI .............................................................. 19
3.3 Nodal analysis .................................................................................................. 20
3.4 Electrical submersible pump ............................................................................ 24
3.5 Peralatan electrical submersible pump ............................................................ 25
3.5.1 Peralatan di atas permukaan .................................................................... 25
3.5.1.1 Wellhead ..................................................................................... 25
3.5.1.2 Junction Box ................................................................................ 26
3.5.1.3 Switchboard ................................................................................ 26
3.5.1.4 Transformer ................................................................................ 27
3.5.1.5 PSI unit ........................................................................................ 28
3.5.2 Peralatan bawah permukaan ................................................................... 29
3.5.2.1 Motor ........................................................................................... 29
3.5.2.2 protector ...................................................................................... 31
3.5.2.3 Intake (Gas Separator) ................................................................ 32
3.5.2.4 Pompa ......................................................................................... 33
3.5.2.5 Electrical kabel ............................................................................ 34
3.5.2.6 Check valve ................................................................................. 35
3.5.2.7 Bleder Valve ................................................................................ 36
3.5.2.8 Centralizer .................................................................................. 36
3.6 Prinsip Kerja Pompa ESP ................................................................................ 36
BAB 4 PERHITUNGAN ..................................................................................... 37

ix
4.1 Data sumur ....................................................................................................... 37
4.2 Flowchart sumur “JMS” .................................................................................. 39
4.3 Keadaan sumur “JMS” ..................................................................................... 40
4.4 Nodal analysis mengunakan software prosper ................................................ 41
4.5 Desain ESP ....................................................................................................... 42
4.6 Hasil Analisa .................................................................................................... 47
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 48
BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
LAMPIRAN .......................................................................................................... 52

x
DAFTAR GAMBAR
Hal
2.1 Peta lokasi area operasi barat pendopo ............................................................ 8
2.2 Kolom stratigrafi cekungan Sumatra selatan ................................................... 10
3.1 Kurva IPR vogel dua fasa ................................................................................ 14
3.2 Kurva IPR single Phase ................................................................................... 15
3.3 Kurva IPR two Phase ....................................................................................... 16
3.4 Nodal Analysis sistem ...................................................................................... 22
3.5 Gambar ESP ..................................................................................................... 24
3.6 Wellhead .......................................................................................................... 25
3.7 Junction Box ..................................................................................................... 26
3.8 Switchboard ..................................................................................................... 27
3.9 Transformer ..................................................................................................... 28
3.10 Pressure sensing instrument .......................................................................... 29
3.11 Motor .............................................................................................................. 31
3.12 Protector ........................................................................................................ 32
3.13 Jenis labyrinth type protector ........................................................................ 33
3.14 Unit pompa benam listrik ............................................................................... 34
3.15 Kabel .............................................................................................................. 35
4.1 Flow chart sumur “JMS” ................................................................................. 39
4.2 Kurva IPR software prosper ............................................................................. 41
4.3 Grafik Nodal analysis ...................................................................................... 41
4.4 Downhole equipment pada sumur “JMS” ........................................................ 43
4.5 Perhitungan Desain ESP .................................................................................. 44
4.6 Grafik Downhole eqiupment ............................................................................ 45

xi
4.7 Pemilihan Pompa motor dan kabel .................................................................. 45
4.8 Perhitungan best efficiency sumur “JMS” ........................................................ 46

DAFTAR TABEL
HAL
4.1 Data property sumur ........................................................................................ 37
4.2 Data property Fluida ........................................................................................ 38
4.3 Ukuran Tubing ................................................................................................. 42
4.4 Desain ESP ....................................................................................................... 43
4.5 Perhitungan Desain ESP .................................................................................. 44
4.6 Nodal vs ESP ................................................................................................... 47

xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia industri minyak dan gas bumi seiring dengan berjalannya waktu
pasti terjadi berbagai macam problem yang terjadi. Baik dari segi
pemboran,cementing,produksi, Dan lain-lain. Salah satu problem yang muncul adalah
penurunan tekanan reservoir (Pr) yang di mana mempengaruhui laju alir dari suatu
sumur yang di produksi. Kondisi yang mempengaruhi menurunnya laju alir biasanya
ada beberapa faktor. Untuk menanggulangi agar laju alir kita Kembali optimal maka
perlu dilakukan optimasi sumur dengan membandingkan Nodal analysis atau
menggunakan artificial lift untuk mendapatkan laju alir maksimum.Ada bebrapa jenis
artificial lift yang biasa digunakan dalam proses pengangkatan buatan,namun pada
Tugas akhir ini saya sebagai penulis mencoba mengggunakan artificial lift Electric
submersible pump(ESP) dengan membandingkanya dengan Nodal analysis.
Nodal analysis itu sendiri merupakan suatu teknik sederhana yang digunakan
untuk menentukan hubungan antara IPR dengan Tubing intake, yang dapat digunakan
untuk mentukan laju produksi optimum yang terjadi dalam suatu sistem
produksi.Sedangkan ESP merupakan salah satu artificial lift yang biasa digunakan
untuk pengangkatan buatan yang di desain dalam upaya meningkatkan laju produksi.
Oleh karena itu saya sebagai penulis Tugas akhir di sini sekaligus pengelola
data dari paper yang saya gunakan ingin membandingkan Nodal analysis dan Electric
submercible pump mana yang lebih efektif dalam meningkatkan laju alir optimum
pada sumur “JMS”.Apakah dengan mempertahankan kondisi sumur natural flow atau
menggunakan artificial lift.

1
1.2. Rumusan Masalah
Pada penulisan tugas akhir ini, penulis akan mencoba untuk memebandingkan
Nodal anlysis dan Electric submersible pump pada sumur “JMS” untuk mendapatkan
laju alir maksimum.

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan tugas akhir ini
antara lain:

1. Bagaimana cara menganalisa Nodal analysis dan ESP?


2. Bagaimana cara mendesai ESP untuk melihat laju alir tertinggi?
3. Bagaimana cara mengetahui laju alir maksimum?
4. Bagaimana cara mendapatkan kurva IPR?
1.3. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari penulisan Tugas akhir ini adalah untuk meningkatkan
laju alir maksimum dari sumur “JMS” maka perlu dilakukan analisa metode yang
cocok untuk meninkatkan laju alir maksimum.
Tujuan Penulisan tugas akhir ini sebagai berikut:
1. Untuk Melakukan analisa dalam pemilihan Nodal Analysis dan ESP.
2. Untuk Mengetahui desain ESP dengan melihat laju alir tertinggi.
3. Untuk Mengetahui laju alir maksimum pada sumur “JMS”.
4. Untuk Mendapatkan kurva IPR dari prosper.
1.4. Batasan Masalah
Penulisan tugas akhir ini berfocus menganalisa serta membandingkan Nodal
analysis dan ESP untuk mengetahui laju alir maksimum juga mencari Nilai IPR dari
paper yang saya gunakan.
1.5. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari Tugas akhir ini yaitu:
1. Memberikan analisa pada sumur “JMS” untuk mendapatkan laju alir
maksimum .

2
2. Memberikan analisa untuk menentukan pemilihan anatara Nodal analysis dan
ESP.
3. Sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana.
4. Dapat memberikan gambaran bagi pembaca skripsi saya mengenai Nodal
analysis dan artifiaial lift ESP.
1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan pada tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini berisi pemaparan dari latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan penelitian.

BAB II Tinjauan Umum Lapangan

Pada bab ini berisi penjelasan tentang lokasi daerah sekitar


pengambilan data atau sumur dari segi geologi regional.

BAB III Teori Dasar

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai teori dasar tentang ,IPR,PI
serta persamaan Vogel, prinsip kerja nodal analysis, prinsip kerja
Electric submersible pump.

BAB IV Analisa dan Perhitungan

Pada bab ini berisikan perhitutngan Qmax, Kurva IPR, Nodal análysis
dan Electric submersible pump.

BAB V Pembahasan

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai analisa dan hasil perhitungan
yang ada pada Bab IV.

3
BAB VI Kesimpulan

Pada bab ini berisikan kesimpulan beserta penjelasan dari penulisan


laporan tugas akhir ini.

4
BAB II

TINJAUAN LAPNGAN

2.1. Sejarah Singkat PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo


Pertamina (2006) menyatakan bahwa Standard Oil of New Jersey memulai
aktivitas industrinya di Indonesia melalui The American Petroleum
Company yang berada di negri Belanda, tepatnya pada tanggal 24 april 1912. Hal
ini dilakukan dengan membentuk  Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappji (KPVM) untuk usahanya di Indonesia dan  Koloniale Petroleum
Verkoop (KPVM) untuk pemasarannya. NKPM dan KPVM pun sempat beberapa
kali berubah nama, himgga akhirnya pada tahun 1961 NKPM dan KPVM dilebur
menjadi satu dengan nama PTSI atau lebih sering kita kenal dengan sebutan
PT.Stanvac Indonesia.
Perusahaan Amerika ini memulai operasinya di Sumatera Selatan pada
tahun 1916, dan dalam sekejap perusahaan ini mampu menjadi perushaan ini
mampu menjadi perushaan yang sangat dikenal masyarakat luas dikarenakan
mampu produksi minyak hingga 10.000- 20.000 berel per hari. Itu semua terjadi
karena ditemukannya lading minyak di daerah Talang Akar tepatnya pada sumur
Talang Akar – 6 di kedalaman 2000 kaki pada tahun 1922.
Pada pengembangan selanjutnya, stanvac juga menemukan ladang minyak
di Pendopo pada tahun 1927, lalu diikuti dengan penemuan ladang minyak lain
seperti di Jirak pada tahun 1930, Benakat pada tahun 1933, lalu disusul dengan
Raja dan Betun pada tahun 1936 dan terakhir yaitu Karan, Deras,Tanim, Arab,
Kruh dan Kaya di tahun 1950.
Pada tanggal 25 september 1963, dilakukan persetujuan antara
PN.PERMINA (yang sekarang kita kenal PT.PERTAMINA) dengan
PT. Stanvac Indonesia (PTSI) yang berisikan tentang ditunjuknya PTSI sebagai
salah satu kontraktor dalam usaha produksi minyak. Pada tahun 1966, pimpinan

5
PTSI di Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah sepenuhnya dipegang oleh putera
Indonesia.Ditahun yang sama tepatnya pada tanggal 23 November dicapailah

Persetujuan untuk merubah bidang usaha PTSI yang pada awalnya


merupakan perusahaan dibidang eksplorasi, produksi dan penyulingan menjadi
perusahaan di bidang eksplorasi dan produksi saja.

                Pada tahun 1980 dilakukan perluasan eksplorasi didaerah Bungur


Kabupaten Musi Rawas dan Sukaraja Muara Enim. Usaha untuk meningkatkan
jumlah produksi juga terus dilakukan pada tahun 1981 dengan melakukan
pemboran dibeberapa daerah bagi hasil yaitu Tabunan, Marga Rimba Asam
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi Banyuasin.

                Berdasarkan pasal 3 kontrak karya dan Undang-Undang no.14 tahun


1963 pada tanggal 28 November 1983, pengoperasian dan pengolahan lapangan
minyak “ old area”, Pendopo diserahkan kepada PT.PERTAMINA setelah lebih
dari setengah abad dikelolah oleh pihak asing. Dalam pengelolaannya dipimpin
oleh kepala Lapangan Pendopo yang berkantor di Pendopo dan merupakan bagian
dari Pertamina UEP II Sumbangsel yang berkantor di Plaju.

            Pada tanggal 16 September 1993 struktur pengelolaan milik beberapa


pengusaha migas di Pendopo diserahkan kepada PT.Ustraindo dalam
bentuk Technical Asistance contrac (TAC). Struktur yang dikelola PT.Ustraindo
di antaranya Jirak, Betun, Sukaraja dan Talang Akar. Pada bulan September 1995
pengelolaannya dikembalikan kepada PT.PERTAMINA dalam bentuk organisasi
“Asset Prabumulih Barat”. Bulan april 2002 terjadi perubahan organisasi menjadi
“Area Operasi Barat” dan sekarang menjadi “PT. Pertamina EP Asset 2, Field
Pendopo”

6
2.2. Keadaan Umum PT. Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo

Pertamina (2006) menyatakan bahwa PT. Pertamina EP adalah perusahaan


yang menyelenggarakan kegiatan usaha di sector hulu bidang minyak dan gas
bumi yang meliputi eksplorasi dan eksploitasi. Ruang lingkup PT. Pertamina EP
Asset 2 Sumatera terletak di pulau sumatera yang termasuk ke dalam Indonesia
bagian Barat, yang memiliki 2 Asset, yaitu PT. Pertamina Asset 1 yang meliputi
daerah Aceh, Medan,Padang hingga ke Jambi dan PT. Pertamina Asset 2 yang
Meliputi Kabupaten Muara Enim , Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi
Banyuasin dan Kotamadya Prabumulih. Asset 2 Sumatera juga merupakan region
yang memiliki cadangan yang cukup tinggi.

            Secara geografis, Field Pendopo terletak antara 2°50’-3°40’ dan 103°-
104° 30’ BT yang berjarak kurang lebih 150 km dari kota Palembang dan 60
kmdari Kotamadya Prabumulih.

2.3 Lokasi Penelitian

Field Pendopo yang dikenal juga dengan Area Operasi Barat (AOB)
secara geografis terletak antara koordinat 2°50´- 103°-104°30´ BT. Bila dilihat
dari kota terdekat, lebih kurang 150 km arah barat daya Pelembang dab 60 km
dari Kotamedya Prabumulih. Secara administrative wilayah kerja Pertamina
AOB  BOH Sumbangsel meliputi tiga kabupaten dan satu Kotamadya. Misalnya,
struktur Jirak yang termasuk wilayah Kabupaten  Musi Banyuasin, sopa dan Musi
termasuk wilayah Kabupaten Musi Rawas. Sedangkan, Talang Akar dan Pendopo
termasuk wilayah Kabupaten Muara Enim. Disamping itu Area operasi Barat juga
bertanggung jawab terhadap kelancaran pasoakan minyak mentah ke kilang
minyak di Sungai Gerong, batas wewenangnya yaitu di km 3 Plaju Kotamaya
Palembang.

7
Ketiga wilayah operasi lapangan Pendopo ini termasuk kedalam cekungan
Sumatera Selatan bagian tengah. Sebelah Barat cekungan ini berbatasan dengan
Bukit Barisan. Sebelah selatan berbatasan dengan Tinggian Lampung, sebelah
timur berbatasan dengan Paparan Sunda. Jalur tinggian yang berkembang sebagai
Bukit Tiga Puluh dan Bukit Dua Belas disebelah berat, dianggap sebagai batas
dengan cekungan Sumatera Tengah.

GAMBAR 2.1 Peta Lokasi Area Operasi Barat Pendopo

2.4 Geologi dan Stratigrafi

Secara umum daerah cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi


tiga cekungan, yaitu :

a. Cekungan Jambi, yaitu daerah Palembang bagian Utara

b. Cekungan Palembang Tengah, termasuk lapangan Pendopo

c. Cekungan Palembang bagian Selatan

8
Cekungan –cekungan tersebut sebagian besar dibatasi oleh sesar
Lematang, sesar Muara Tembesi, dan sesar di daerah bukit Pendopo desa Talang
Jawa.

2.4.1. Struktur Geologi

Secara structural, Cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi sub


Cekungan Jambi dan sub Cekungan Palembang. Kedua sub cekungan ini dibatasi
oleh sesar- sesar utama yang berakar dalam dan berhubungan dengan bantuan
dasar. Sesar yang paling menonjol adalah sesar Lematang berarah barat laut-
tenggara dan sesar Kikim dengan arah utara-selatan. Bentuk struktur yang saat ini
terlihat dikedua cekungan  (Jambi dan Sumatera Selatan) adalah akibat dari
aktivitas tektonik Tersier Pulau Sumatera yang dapat dibagi menjadi beberapa
periode tektonik (Sekunder, 1998)

           Batas-batas selatan oleh Tinggian Lampung, sebelah barat oleh Bukit
Barisan, sebelah utara oleh Pegunungan Tiga Puluh dan sebelah timur oleh
daratan Sunda. Struktur geologi yang mempengaruhi terbentuknya perangkap
hidrokarbon sebagian besar merupakan antiklinal, patahan yang berorientasi barat
laut tenggara sebagai akibat gaya kompresi. Pada cekungan Sumatera Selatan,
minyak dan gas terperangkap pada lapisan batu pasir, batu gamping dan granit
wash ataupun basement fracture yang berasosiasi dengan sesar geser yang
berorientasi dari barat daya-timur laut.

9
2.4.2. Statigrafi

Sebagai contoh lapisan statigrafi pada cekungan Sumatera Selatan adalah 


formasi batuan yang ditembus waktu pemboran pada struktur Abab yang
termasuk ke dalam wilayah Pendopo.

GAMBAR 2.2 Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan

Berikut adalah hasil eksplorasi statigrafi Struktur Abab dari atas ke bawah :

a. Formasi Kasai (KAF)

Terdiri dari batu pasir kasar unconsolidated,lempung berwarna hijau abuu-


abu,kerikil, lempung, batu apung, tufa konkresi vulkanik dengan kedalaman lebih
kurang 200 m.

b. Formasi Muara Enim (MEF)

Terdiri dari lempung pasiran, pasir dan lapisan batubara yang berselang-
selang dengan lanau dan lempung dari kedalaman 200 m hingga 360 m.

c. Formasi Air Benakat (ABF)

Terdiri dari batu pasir selang-seling dengan serpih atau lempung kelabu
tua dengan sisipan batubara, kedalamannya 360 m sampai 1135 m.

d. Formasi Baturaja (BRF)

Terdiri dari batu gamping terumbu. Formasi Baturaja dibab imi tidak
berkembang dengan baik. Kedalamannya 1650 m sampai 1700 m.

10
e. Formasi Talang Akar (TAF)

Terdiri dari shale yang berwarna coklat muda karbonat berselang-seling


dengan batu gamping berwarna coklat, batu pasir gampingan, batu lempung,
sisipan batubara dan batu pasir yang mengandung gas. Kedalaman lapisan Talang
Akar mencapai 2400 m.

11
BAB III
DASAR TEORI
3.1 IPR
IPR atau inflow performance relationship adalah hubungan anatra laju alir
demgan tekanan dasar sumur yang menggambarkan kinerja suatu sumur dalam
berproduksi.Pengetahuan IPR sumur yang akurat merupakan salah faktor penentu
keberhasilan perencanaan operasi produksi dimana dengan IPR ysng akurat dapat
dirancang peralatn produksi yang sesuai,misal penentuan ukuran pompa yang tepat.
IPR (Inflow Performance Relationship) merupakan juga metode penentuan
besarnya kemampuan reservoir untuk mengalirkan fluida ke dasar sumur. Produktifity
index yang diperoleh secara langsung maupun secara teoritis hanya merupakan
gambaran secara kualitas mengenai kemampuan suatu sumur untuk berproduksi.
Inflow Performance Relationship terdiri dari :

a) Dasar pemilihan metode produksi


Untuk memilih metode untuk mendapatkan produksi yang optimum,
maka sebagai dasar pemilihan metode produksi yang perlu untuk di
perhatikan adalah Karakterisktik Reservoir dan Karakteristik Lubang Sumur. 
b) Karakteristik Reservoir
Karakteristik (kondisi) reservoir merupakan salah satu factor penting
dalam pemilihan metode produksi. Kondisi batuan reservoir kemungkinan
terdapat produktif lebih dari satu, untuk perhitungannya berbeda dengan
kondisi batuan reservoir yang produktif hanya satu. Karakteristik yang
mempengaruhi metode produksi yaitu viskositas dan specific gravity (SG).
c) Kondisi lubang sumur produksi
Kondisi lubang sumur mempengaruhi metode produksi yang sesuai
dan optimum. Kondisi sumur yang di harapkan adalah kedalaman sumur,
kemiringan sumur, diameter casing dan komplesi sumurnya.
d) Metode sembur alam (natural flow)

12
Tekanan reservoir yang besar mendorong fluida reservoir keluar ke
permukaan tanpa ada bantuan alat atau bahan kimia. Keadaan ini hanya terjadi
pada awal produksi. Karena seiring banyaknya fluida yang telah keluar,
tekanan reservoir akan turun.
e) Metode produksi pengangkatan buatan (artificial lift)
Setelah tekanan reservoir mulai menurun dan tidak dapat mendorong
fluida keluar dari reservoir lagi sampai dipermukaan. Maka cara untuk
mengangkat minyak dari reservoir adalah artificial lift atau pengangkatan
buatan. Dengan membuat grafik inflow performance relationship (IPR), dapat
diperkirakan produksi setelah perekahan. Apabila perkiraan produksi sumur
setelah perekahan hidraulik tidak menunjukkan hasil yang signifikan, maka
sumur tersebut tidak perlu melakukan perekahan hidraulik.  Kriteria dari
perekahan hidraulik yaitu :
 Sumur di komplesi pada zone yang masih produktif
 Zone produktif terisolasi dengan baik
 Tekanan static reservoir masih cukup besar
 Sumur masih berproduksi secara alami (natural flow)
 Aliran fluida reservoir mengalami hambatan (di perkirakan sumur mengalami
kerusakan formasi yang parah)

Kriteria Inflow Performance Relationship dari produktifitas sumur satu fasa


pada reservoir dengan bottom water yaitu :

 Periksa plot tekanan tidak berdimensi terhadap waktu yang menghasilkan


kemiringan 1.151 bpada periode early transient. Hal ini berlaku pada aliran
fasa tunggal dan fasa ganda.
 Periksaplot kurva IPR untuk reservoir tanpa berdimensi mekanisme
pendorong yang membentuk sudut 4.

13
 Periksa material balance error dalam proses perhitungan simulator, toleransi
mutlak yang telah ditentukan pada harga tekanan saturasi yang di hasilkan
adalah rata-rata antara 104-105.
Persamaan Vogel digunakan untuk membuat grafik kinerja aliran
fluida dari formasi ke lubang sumur berdasarkan data uji tekanan. Dari uji
produksi diperoleh tekanan statis sumur. Apabila fluida yang mengalir dua
fasa (liquid dan gas), maka bentuk kurva IPR bukan lagi garis lurus melainkan
melengkung dan harga PI tidak lagi konstan, tetapi berubah – ubah sejalan
dengan perubahan secara kontinyu kemiringan garis IPR untuk setiap harga
tekanan alir dasar sumur. Untuk fluida dua fasa Vogel membuat persamaan
sebagai berikut:

Jika dilakukan plot antara berbagai laju produksi dengan tekanan alir dasar
sumur akan diperoleh grafik IPR dua fasa. Ketika Pr turun sampai di bawah
tekanan bubble point (Pb) maka gas larut menjadi gas bebas, dan gas bebas
yang dihasilkan selama perjalanan menuju lubang sumur akan menyebabkan
turunnya produktivitas sumur. Berikut adalah grafik Vogel untuk dua fasa
diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Kurva IPR Vogel Dua Fasa


Dengan demikian harga PI menunjukkan kelakuan reservoir terhadap
penurunan tekanan pada dasar sumur. Pada grafik tersebut juga ditunjukkan potensi

14
sumur, yaitu laju produksi fluida maksimum yang dicapai pada saat tekanan alir dasar
sumur Pwf adalah nol.
Jari-jari Pengurasan (Re), Permeabilitas Rata Rata (K), Viscositas Minyak (μ),
Factor Volume Formasi (Bo)IPR merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengevaluasi performa reservoir dalam teknik produksi. IPR dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu single-phase, two-phase, three-phase.Besarnya kemampuan
sumur mengalirkan fluida tersebut dipengaruhi beberapa hal antara lain adalah

Reservoir Pressure ( ), Pressure Bubble (Pb), Pressure Well Flowing (Pwf), Jari-jari

Pengurasan (Re), Permeabilitas Rata Rata (K), Viscositas Minyak (μ), Factor Volume
Formasi (Bo)IPR merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengevaluasi
performa reservoir dalam teknik produksi. IPR dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
single phase , two phase, three-phase.
3.1.1 IPR single phase reservoir
IPR single-phase adalah IPR yang dipergunakan untuk undersaturated oil
reservoir, yakni ketika Pwf berada diatas bubble-point pressure(Pb). Pada kondisi
tersebut gas masih terlarut didalam minyak maka belum ada free gas yang terbentuk
pada laju alir reservoir. Hal ini menyebabkan pada lajur alir fluida hanya terdiri dari
satu fasa, yaitu minyak.
Kurva IPR untuk single-phase reservoir berupa garis lurus yang ditarik dari
tekanan reservoir ke bubble-point pressure. Jika bubble-point pressure sama dengan
0 psig, maka absolute open flow (AOF) sama dengan productivity index (J*)
dikalikan dengan tekanan reservoir.

15
Gambar 3.2. Kurva IPR single-phase
Contoh kurva IPR untuk single-phase dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dengan
kondisi diatas didapat persamaan productivity index sebagai berikut:

3.1.2 IPR two phase reservoir


Ketika tekanan reservoir berada dibawah bubble point pressure (Pb), gas
terlarut akan keluar dari minyak dan menjadi free gas. Free gas menempati sebagian
ruang dari pori sehingga mengurangi aliran dari minyak dan efek ini dapat
dikuantifikasi dengan berkurangnya permeabilitas relatif. Hal ini juga mengakibatkan
viskositas dari minyak menurun dikarenakan berkurangnya konsentrasi gas terlarut di
dalam minyak. Kombinasi dari perubahan permeabilitas relatif dan perubahan
viskositas mengakibatkan berkurangnya laju alir minyak pada bottom hole pressure
tersebut. Hal ini mengakibatkan deviasi kurva IPR ketika berada di bawah bubble-
point pressure. Semakin rendah tekanan tersebut maka semakin besar deviasinya.

Jika tekanan reservoir ( ) berada dibawah initial bubble point pressure ( ) maka

pada reservoir tersebut terdapat aliran minyak dan gas sehingga laju alir pada
reservoir disebut sebagai two-phase, karena laju alir terdiri dari dua fasa, yakni
minyak dan gas.

16
Gambar 3.3. Kurva IPR two-phase

Metoda IPR two-phase yang banyak dipergunakan secara luas diindustri salah
satunya adalah metoda Vogel. Metode Vogel merupakan suatu korelasi yang dapat
dituliskan melalui persamaan berikut :

Dimana qmax disebut juga sebagai AOF yaitu debit maksimum yang dapat
dihasilkan oleh reservoir. Secara teoritis,qmax dapat didekati berdasarkan tekanan

reservoir ( ) dan productivity index (J*) diatas bubble-point pressure dengan

persamaan pseudo-steady-state yang biasa dipergunakan


Untuk partial two-phase reservoir, konstanta J* pada metoda Vogel harus
ditentukan berdasarkan tested flowing bottom-hole pressure. Jika tested flowing

bottom-hole pressure (pwf) berada diatas bubble-point pressure makan model

konstanta J* dapat ditentukan dengan

3.1.3 IPR there-phase reservoir


IPR three-phase reservoir adalah model IPR yang dipergunakan untuk
reservoir tiga fasa dimana fluida yang mengalir adalah minyak, air, dan gas. Salah
satu metoda IPR ini adalah metode Wiggins yang dikembangkan dari metoda Vogel.
Metoda ini lebih sederhana daripada metoda three-phase reservoir lainya.
Pada metoda Wiggins, Diasumsikan bahwa setiap fasa dapat diperlakukan
secara terpisah sehingga debit minyak (qo) dan debit air (qw) dapat dihitung masing-
masing.
3.2 Productivity Index

17
            Productivity index Merupakan suatu index atau derajat pengukuran
kemampuan produksi suatu sumur,yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
rate produksi yang dinyatakan dalam stock tank barrel per hari dengan pressure
draw-down.

/Ps-Pwf

Kecuali secara khusu,PI didasarkan pada gross liquid production, tapi ada juga yang
mendasarkan dengan rate produksi minyak (qo).
Productivity Index (PI) secara umum didefinisikan sebagai perbandingan laju
produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan aliran dasar
sumur tertentu dengan perbedaan tekanan dasar sumur pada keadaan statis (Ps) dan
tekanan dasa sumur pada saat terjadi aliran (Pwf) yang secara matematis.
            Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
lapangan terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda,maka
digunakan Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan perbandingan
antara Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat
dituliskan.
            Pada beberapa sumur harga Productivity Index akan tetap konstan untuk laju
aliran yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih besar
productivity index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut disebabkan
karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju produksi,
berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap minyak oleh
karena terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada lubang bor,
kemudian dengan turunnya tekanan di bawah tekanan jenuh maka viscositas akan
bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan) dan atau berkurangannya
permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.
            Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas
maksimum akan merugikan reservoir dikemudian hari, karena akan mengakibatkan
terjadinya water atau gas coning dan kerusakan formasi (formation demage).

18
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba memberikan
batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai berikut :

  PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5


  PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
  PI tinggi jika lebih dar 1,5

3.2.1 Faktor yang mempengaruhui PI


Bebrapa hal yang mempengaruhui productivity index dalam suatu sumur yaitu

 Karakterristik batuan reservoir,meliputi :


a) Permeabilitas
Bila permeabilitas batuaan kecil,maka fluida akan lebih sulit untuk
mengalir sehingga kemampuan berproduksi (PI) akan turun.
b) Saturasi
dalam proses produksi,saturasi minyak akan berkurang dengan
naiknya produksi kumulatif minyak dan akibatnya pori-pori yang kosong akan
di ganti oleh air atau gas bebas.
Disamping itu produksi terus seiring dengan penurunan tekanan
reservoir,sehingga timbul fasa gas yang mengakibatkan saturasi gas
bertambah dan saturasi minyak berkurang dan hal ini akan mengurangi
permeabilitas effektif terhadap minyak sehingga dapat menurunkan harga PI.
 Karakteristik Fluida Reservoir,Meliputi :
c) kelarutan gas dalam minyak
dalam proses produksi penurunan tekanan reservoir di bawah tekanan
gelembung dapat menyebabkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari
larutan.
Hal ini akan menyebabkan harga PI turun karena permeabilitas efektif
terhadap minyak juga akan berkurang yang disebabkan oleh naiknya saturasi
gas.

19
d) Faktor Volume Formasi
Diatas tekanan gelembung penurunan tekanan akan menyebabkan
naiknya factor volume formasi minyak (Bo) akibat adanya pengembangan
dari gas dan minyak. Sedangkan dibawah tekanan gelembung penurunan
tekanan akan mengakibatkan Bo turun dengan cepat karena adanya
penyusutan akibat dibebaskannya gas yang terlarut. jadi dengan adanya
kenaikan Bo akan menurunkan harga PI.
e) Viscositas
bila tekanan reservoir sudah berada di bawah tekanan gelembung akan
mengakibatkan bertambahnya gas dibebaskan dari larutan sehingga
viscositasnya naik,hal ini akan menghambat proses produksi,sehingga harga
PI akan turun.Draw-down makin besar ,makin besar pula laju alirnya sehingga
PI naik.
 Ketebalan Lapisan
Makin tebal lapisan produktif,makin besar pula harga PI-nya.Tetapi
bila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan tipis dari air atau gas maka laju
produksi minyak akan berkurang.Terproduksinya air dapat pula
mengakibatkan terjadinya scale yang dapat mengurangi kapasitas kerja alat-
alat atau terjadinya korosi pada alat-alat tersebut.
 Mekanisme Pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
di pengaruhui oleh jenis mekanisme pendorongnya.
3.3 Nodal Analysis
Analisa nodal atau biasa disebut sistem optimasi produksi adalah prosedur
untuk mentukan flow rate pada sumur oil dan gas yang berproduksi dan mengevaluasi
efek dari beberapa komponen seperti ukuran tubing-string, ukuran flow-line, tekanan
separator, posisi choke, safety valves, dan kondisi well completion termasuk gravel
pack dan perforasi. pada sumur biasa kompone-komponen tersebut dievaluasi

20
terpisah-pisah dan di kombinasikan untuk mengoptimasi seluruh system sehingga
mendapatkan aliran produksi yang paling effisien.
Adapun tujuan nodal analysis adalah sebagai berikut :
1. Untuk menetukan flow rate pada sumur oil dan gas yang berproduksi dengan
mempertimbangkan geometry wellbore dan Batasan komplesi (awalnya secara
natural flow).
2. Untuk menentukan kondisi aliran sumur ketika masih mengalir atau mati.
3. Untuk menentukan waktu yang tepat untuk memasang instalasi artificial lift
dan membantu dalam memilih metode pengangkatan yang optimum.
4. Untuk mengoptimasi system agar agar memproduksi flowrate yang di
inginkan.
5. Untuk mengecek setiap komponen dalam system sumur untuk menentukan
bagaian mana yang tidak diperlukan untuk menahan flowrate.
6. Untuk membantu management operator dan engineer staff dalam menambah
laju produksi.
Sebelum ada analisa system nodal, banyak sumur minyak dan gas diseluruh
dunia yang belum dioptimasikan untuk mendapatkan rate yang effisien. Faktanya
adalah beberapa sumur bahkan belum mencapai laju alir maximumnya. Karena hal
tersebut menyebabkan penempatan artificial lift tidak mendapatkan effisiensi yang
seharusnya. Optimasi system produksi minyak dan gas dengan analisa system nodal
telah berkontribusi untuk meningkatkan teknik komplesi, produksi, dan effisiensi
banyak sumur. Walaupun analisa dengan ini sudah diajakuan oleh gilbert pada tahun
1954 tapi analisa baru intensif digunakan pada tahun 1980an.

21
Hal dasar yang di perlukan untuk analisa optimasi sumur dengan analisa
system nodal adalah inflow performance relationship (IPR). Sumur pada kondisi
terkini data well test yang akurat harus didapatkan dan IPR dapat dibuat juga
sehingga analisa sukses dilakukan. Kemudian model dari komponen-komponen
sumur dapat digunakan untuk memproduksik performa sumur pada gambar 3.4 di
perlihatkan detail flowing well system yang berasal dari reservoir diteruskan sampai
ke separator.

Gambar 3.4 Nodal analysis system (Brown, kertmit E., 1977)

Sesuai dengan gambar 3.4, dalam system sumur produksi dapat di temui 4 titik
nodal, yaitu
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi
produktif/ reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur adalah
open hole atau pertemuan antara komponen tubing dengan komponen
komplesi yang diperforasi atau bergravel pack.

22
2. Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan anatara tubing dan pipa
salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan jepitan bila merupakan
pertemuan komponen tubing dengan komponen jepitan bila sumur dilengkapi
jepitan.
3. Titik nodal di separator
Pertemuan antara komponen pipa salur dengan komponen separator
merupakan suatau titik nodal.
4. Titik nodal “upstream/ downstream” jepitan
Sesuai dengan letak jepitan titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen jepitan dengan komponen tubing. Apabila jepitan dipasang
ditubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara komponen
tubing di permukaan dengan jepitan apabila jepitan dipasang dikepala sumur.
Analisa sistem nodal di lakukan dengan membuat diagram tekanan-laju
produksi yang merupakan grafik yang menghubungkan antara perubahan
tekanan dan laju produksi untuk setiap komponen. Hubungan antara tekanan
dan laju produksi diujung setiap komponen untuk sistem sumur secara
keseluruhan pada dasarnya merupakan kelakuan aliran di :
a. media berpori menuju dasar sumur
b. pipa tegak/tubing dan pipa datar atau horizontal.
c. jepitan.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap sistem sumur secara
keseluruhan dipilih titik nodal yang terdekat dengan komponen tersebut. Sebagai
contoh apabila ingin mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju alir, maka
dipilh titik nodal dikepala sumur atau bila ingin mengetahui pengaruh jumlah lubang
perforasi maka dipilih titik nodal di dasar sumur.

23
3.4 Electric submersible pump (ESP)

ESP atau pompa benam listrik dibuat atas dasar pompa sentrifugal bertingkat
banyak dimana keseluruhan pompa dan motornya ditengelamkan kedalam cairan.
Pompa ini digerakkan dengan motor listrik dibawah permukaan melalui suatu
motor (shaft) yang memutar pompa, dan akan memutar (impeller) pompa.
Perputaran itu menimbulkan gaya sentrifugal yang digunakan untuk mendorong
fluida kepermukaan.

Gambar 3.5 Electrical Submersible Pump(Data Pusdiklat Migas Cepu)

3.5 Peralatan Electrical Submersible Pump (ESP)

Peralatan pompa benam listrik dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

 Peralatan diatas permukaan.


 Peralatan dibawah permukaan.
3.5.1 Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan diatas permukaan terdiri atas: wellhead, junction box, switchboard
dan transformer.

24
3.5.1.1 Wellhead
Well head atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus
yang mempunyai lubang untuk cable pack off atau penetrator. Cable pack off
biasanya tahan sampai tekanan 3000 psi. Tubing hanger dilengkapi lubang hidraulic
control line, saluran cairan hidraulic untuk menekan subsurface ball valve agar
terbuka. Wellhead juga harus dilengkkapi dengan agar tidak bocor pada lubang
kabel dan tulang. Wellhead didesain untuk tahan terhadap tekanan 500 psi sampai
3000 psi.

Gambar 3.6 Well Head(Data Pusdiklat Migas Cepu)

3.5.1.2 Junction Box


Junction box merupakan suatu tempat yang terletak antara switchboard
dan wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel atau penghubung
kabel yang berasal dari dalam sumur dengan kabel yang berasal dari switchboard.
Junction box juga digunakan untuk melepaskan gas yang ikut dalam kabel agar
tidak menimbulkan kebakaran di switchboard.

Fungsi dari junction box antara lain :

 Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi


kepermukaan melalui kabel agar terbuang ke atmosfer.
 Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel
dari switchboard.

25
Gambar 3.7 Junction Box (franklin Energy,2014)

3.5.1.3 Switchboard
Switchboard adalah panel kontrol kerja dipermukaan saat pompa bekerja
yang dilengkapi motor controller, overload dan underload protection serta alat
pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun otomatis
bila terjadi penyimpangan. S witchboard dapat digunakan untuk tegangan 3000
volt,400 Ampere,700 Hp dan 60 Hz.

Fungsi utama dari switchboard adalah :

 Mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti overload


atau underload current.
 Auto restart underload pada kondisi intermittent well.
 Mendeteksi unbalance voltage.
Switchboard biasanya dilengkapi dengan amm chart yang berfungsi untuk
mencatat arus motor versus waktu ketika motor bekerja.

26
Gambar 3.8 Switchboard(franklin Energy,2014)

3.5.1.4 Transformer
Transformer merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang dikelilingi
oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil direndam
dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan
sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Tegangan input transformer biasanya
diberikan tinggi agar amper yang rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak
dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan
diturunkan dengan menggunakan step-down transformer sampai dengan tegangan
yang dibutuhkan oleh motor.

27
Gambar 3.9 Transformer (Data Pusdiklat Migas Cepu)

3.5.1.5 PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)


PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat tekanan
dan temperature sumur. Secara umum PSI unit mempunyai 2 komponen pokok,
yaitu:

 PSI Down Hole Unit


Dipasang dibawah motor type upper atau center tandem, karena alat ini
dihubungkan pada wye dari electric motor yang seolah-olah merupakan
bagian dari motor tersebut.

 PSI Surface Readout


Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja down hole unit serta
menampakkan (display) informasi yang diambil dari down hole unit.

Gambar 3.10 Pressure Sensing Instrumen (Data Pusdiklat Migas Cepu)

3.5.2 Peralatan Bawah Permukaan


Peralatan bawah permukaan terdiri atas :Motor, Protector, Intake, Pompa,
Elektrik kabel, Check Valve, Bleeder Valve dan Centralizer.

28
3.5.2.1 Motor
Jenis motor ESP adalah motor listrik induksi 2 kutub 3 fasa yang diisi
dengan minyak pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (dielectrical
strength) tinggi. Tenaga listrik untuk motor diberikan dari permukaan mulai kabel
listrik sebagai penghantar ke motor. Putaran Motor adalah 3400 RPM – 3600
RPM tergantung besarnya frekuensi yang diberikan serta beban yang diberikan
oleh pompa saat mengangkat fluida.

Secara garis besar motor ESP seperti juga motor listrik yang lain mempunyai
dua bagian pokok, yaitu

 Rotor (bagian yang berputar)


 Stator (bagian yang diam)
Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran
pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya
akan ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar
pula (poros pompa, intake dan protector). Untuk jenis motor listrik induksi dikenal
putaran medan magnet atau putaran motor kalau seandainya tidak ada faktor
kehilangan atau internal motor losses yang diakibatkan oleh beban shaft (shaft
load) dan frictions. Putaran motor yang biasanya tertera pada nama plate dari pabrik
misalnya 3500 RPM/60 Hz. Panas yang ditimbulkan oleh putaran rotor akan
dipindahkan ke housing motor melalui media minyak motor, untuk selanjutnya
dibawa ke permukaan oleh fluida sumur .

Fungsi dari minyak tersebut adalah:

 Sebagai pelumas
 Sebagai tahanan (isolasi)
 Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran
rotor ketika motor tersebut sedang bekerja.

29
Minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya
sudah ditentukan oleh pabrik yaitu berwarna jernih tidak mengandung bahan
kimia, dielectric strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan
akan mengisi semua celah-celah yang ada dalam motor , yaitu antara rotor dan
stator. Panas yang ditimbulkan oleh putaran rotor akan dipindahkan ke housing
motor melalui media minyak motor, untuk selanjutnya dibawa kepermukaan oleh
fluida sumur. Untuk mendapatkan pendinginan yang sempurna maka pemasangan
ESP unit sangat dianjurkan diatas perforasi untuk memastikan fluida yang masuk
ke intake melewati seluruh housing motor.

Tetapi ESP karena sesuatu pertimbangan bisa juga dipasang dibawah


perforasi dengan memakai casing shroud (selubung pelindung) yang digantungkan
dibagian atas intake sampai ke bagian bawah motor. Untuk mendapatkan
pendingin yang baik, pihak pabrik sudah menentukan bahwa kecepatan fluida
yang melewati motor (Velocity) harus > 1 ft/sec. Kurang dari itu motor akan
menjadi panas dan kemungkinan bisa terbakar.

Gambar 3.11 Motor (Data Pusdiklat Migas Cepu)

3.5.2.2 Protector

30
Protector sering juga disebut seal section. Alat ini berfungsi untuk menahan
masuknya fluida sumur kedalam motor, menahan thrust load yang ditimbulkan oleh
pompa pada saat pompa mengangkat cairan, juga untuk menyeimbangkan tekanan
yang ada didalam motor dengan tekanan didalam annulus. Secara prinsip protector
mempunyai 4 fungsi utama yaitu:

 Untuk mengimbangi tekanan dalam motor dengan tekanan di annulus.


 Tempat duduknya thrust bearing untuk meredam gaya axial yang
ditimbulkan oleh pompa.
 Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor.
 Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor
akibat perubahan temperatur dalam motor pada saat bekerja dan pada saat
dimatikan.
Secara umum protector mempunyai dua macam tipe, yaitu :

Positive seal atau modular type protector.


Labyrinth type protector.

Gambar 3.12. Protector (Satya Wicaksana 2011)


3.5.2.3 Intake (Gas Separator)
Intake atau gas separator dipasangkan dibawah pompa dengan cara
menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang dirancang

31
untuk mengurangi volume gas yang masuk ke dalam pompa, disebut dengan gas
separator, tetapi ada juga yang tidak. Untuk yang terakhir ini disebut dengan
intake saja atau standart intake.

Ada beberapa intake yang diproduksikan oleh reda yang populer dipakai, yaitu :

 Standart intake, dipakai untuk sumur dengan GLR rendah. Jumlah gas
yang masuk pada intake harus kurang dari 10% sampai dengan 15 % dari
total volume fluida. Intake mempunyai lubang untuk masuknya fluida ke
pompa, dan dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk
menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa.
 Rotary Gas Separator dapat memisahkan gas sampai dengan 90%, dan
biasanya dipasang untuk sumur-sumur dengan GLR tinggi. Gas separator
jenis ini tidak direkomendasikan untuk dipasang pada sumur-sumur yang
abrasive.
 Static Gas Separator atau sering disebut reverse gas separator, yang dipakai
untuk memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya.

Gambar 3.13 Jenis Labyrinth Type Protector (Satya Wicaksana 2011)

3.5.2.4 Pompa
Pompa merupakan multistage centrifugal pump, yang terdiri dari: impeller,

32
diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Didalam housing pompa
terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dari satu impeller dan satu
diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa akan dikorelasi langsung
dengan head capacity dari pompa tersebut. Dalam pemasangannya bisa
menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari head capacity yang
dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller
merupakan bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam.
Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak
lurus pada poros pompa yang berputar pada housing.

Gambar 3.14. Unit Pompa Benam Listrik (Satya Wicaksana 2011)

3.5.2.5 Electrical Kabel


Tenaga listrik untuk menggerakan motor yang berada di dasar sumur
disuplai oleh kabel yang khusus digunakan untuk pompa ESP. Kabel yang dipakai
adalah 3 jenis konduktor. Dilihat dari bentuknya ada dua jenis, yaitu flat cable
type dan round cable type. Fungsi kabel tersebut adalah sebagai media penghantar
arus listrik dari switchboard sampai ke motor di dalam sumur. Secara umum ada 2
jenis/kelas kabel yang lazim digunakan di lapangan, yaitu :

33
 Low temperatur cable, yang biasanya dengan material isolasi nya terdiri
dari jenis polypropylene ethylene (PPE) atau nitrile. Direkomendasikan
o
untuk pemasangan pada sumur-sumur dengan temperatur maximum 205 F.
 High temperatur cable, banyak dibuat dengan jenis ethylene prophylene
diene methylene (EPDM). Direkomendasikan untuk pemasangan pada sumur
o
- sumur dengan temperatur yang cukup tinggi sampai 400 F.
 Kerusakan pada round cable merupakan hal yang sering kali terjadi pada
saat menurunkan dan mencabut rangkaian ESP. Untuk menghindari atau
memperkecil kemungkinan itu, maka kecepatan string pada saat
menurunkan rangkaian tidak boleh melebihi dari 1500 ft / jam dan harus
lebih pelan lagi ketika melewati deviated zone atau dog leg. Kabel harus
tahan terhadap tegangan tinggi, temperatur, tekanan migrasi gas dan tahan
terhadap resapan cairan dari sumur maka kabel harus mempunyai isolasi
dan sarung yang baik. Bagian dari kabel biasanya terdiri dari :
 Konduktor (conductor).
 Isolasi (Insulation).
 Sarung (sheath) Jaket

Gambar 3.15. Kabel (Satya Wicaksana 2011)

3.5.2.6 Check Valve

34
Check valve dipasang pada tubing (2-3 joint) di atas pompa. Bertujuan
untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Check valve tidak dipasang
maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang
dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran balik
(back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat
menyebabkan motor terbakar atau rusak. Check valve umumnya digunakan agar
tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu pumpa mati dan mencegah supaya
fluida tidak turun kebawah.

3.5.2.7 Bleeder Valve


Bleeder Valve dipasang satu joint diatas check valve, mempunyai fungsi
mencegah minyak keluar pada saat tubing di cabut. Fluida akan keluar melalui
bleeder valve.

3.5.2.8 Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu
ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena
gesekan dapat dicegah.

3.6 Prinsip Kerja Pompa ESP

Prinsip Kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk kedalam pompa melalui
intake akan diterima oleh stage paling bawah dari pompa, impeller akan
mendorongnya masuk, sebagai akibat proses centrifugal maka fluida akan terlempar
keluar dan diterima diffuser. Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan
diubah menjadi tenaga potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya.
Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada
saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head
pompa berbanding linier dengan jumlah stage, artinya semakin banyak stage yang
dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida.

35
BAB IV

PERHITUNGAN

4.1 Data Sumur


Pada sumur “JMS” akan dilakukan pengelolaan data yang bertujuan untuk
membandingkan Nodal analysis dan electrical submersible pump untuk
mendapatkan laju alir maksimum pada sumur “JMS”.
Tabel 4.1. Data property sumur

Profil Nilai Satuan


Nama sumur “JMS”*
Tipe sumur Vertikal
Pr 2548.991 Psi
Pwf 1851.222 Psi
Q 627 BFPD
PI 0.89 B/D/Psi
Tubing OD 4 Inch
Tubing ID 3.8 Inch
Casing ID 6.1 Inch
Temperature 200 °F
Kedalaman sumur 2276 Ft
*bukan nama sebenarnya

36
Tabel 4.2 Data properti fluida

Profil Nilai Satuan


Tekana reservoir 2547.991 Psi
Solution GOR 500 Scf/STB
Oil gravity 40 API
Gas gravity 0.7 Sp. Gravity
Water salinity 1000 Ppm
Oil PVP 1.2 RB/STB
Oil viscosity 0.2 Centipoise
Pb 1851.22 Psig

4.2 Flow Chart Sumur “JMS"

37
MULAI

VALIDASI DATA

MATCHING DATA

OPTIMASI SUMUR

NODAL ANALYSIS ARTIFICIAL LIFT

ELECTRIC SUBMERSIBLE
TUBING SIZE
PUMP(ESP)

HASIL

KESIMPULAN

FINISH

Gambar 4.1 Flow chart sumur “JMS”

38
Pada proses penulisan tugas akhir ini penulis selaku penulis memulai dari
proses pengumpulan data yang saya cari diinternet yang ditandai dengan start lalu
lanjut ke tahap selanjutnya di mana penulis melakukan validasi data atau lebih
jelasnya memilah data sumur mana yang saya gunukan nantinya.kemudian saya
melakukan matching data pada sumur “JMS”,melalui data-data yang sudah saya
matchingkan tadi. kemudian saya akan melakukan optimasi sumur dengan
membandingkan 2 parameter yaitu nodal anlysis dan artificial lift yaitu electric
submersible pump. Pada nodal anlysis saya ingin melihat laju alir optimumnya
dengan mengubah-ubah tubing yang digunakan pada software prosper.sama seperti
nodal pada artificial lift yaitu ESP tadi saya menggunakan prosper untuk mendisain
ESP dan melihat laju alir optimum dari sumur “JMS”.setelah saya mendapatkan hasil
dari kedua indicator tadi yaitu nodal analysis dan electrical submersible pump yang
mana yang cocok digunakan pada sumur “JMS” lalu saya membuat kesimpulan.

4.3 keadaan sumur “JMS”

Penulis mencari nilai prduktivitas sumur yaitu Qmax, PI, Dan kurva IPR
menggunakan software prosper seperti yang di jelaskan disub-bab bawah.

39
Gambar 4.2 kurva IPR software prosper

Didapatkan dari hasil perhitungan dari software prosper dengan Qmax 1552.4
BFPD dan dengan PI 0.89 B/D/psi. Yang di mana Qmax nantinya sebagai acuan dari
pump intake rate setelah dilakukan desain ESP.
4.4 Nodal Anlysis mengunakan software prosper

Gambar 4.3 Grafik Nodal analysis


Penulis mencoba menganalisa nodal analysis menggunakan software prosper
untuk meningkatkan laju alir produksi dengan merubah ukuran tubing dan
menghasilkan data seperti di bawah ini:

40
Tabel 4.3 Ukruran tubing
Ukuran Tubung Liquid rate Satuan
2 925.3 STB/day
2.25 926.3 STB/day
2.5 926.6 STB/day
2.75 926.6 STB/day
3 926.4 STB/day
3.25 926.2 STB/day
3.5 925.9 STB/day
3.75 924.7 STB/day
4 922.3 STB/day
4.25 921.7 STB/day

Melihat dari hasil data perubahan diatas penulis mencoba menaikan ukuran
tubing 0.25 inch setiap kenaikannya maka dilihat perubahan yang tidak signifikan
dari liquid rate Ketika ukuran tubing diperbesar.
Oleh karena itu penulis mencoba meggunakan artificial lift yaitu Electrical
submersible pump untuk menangani laju alir produksi yang belum maksimal.

4.5. Desain ESP


Setelah penulis melakukan analisa dengan menggunakan nodal analysis
namun tidak didapatkan hasil yang maksimal maka penulis memutuskan menggunkan

41
Electrical submersible pump pada sumur “JMS untuk meningkatkan laju
alirnya .maka langkah mendesain ESP dalam prosfer sebagai berikut :
Set artificial lift pada options summary dengan ESP . Dikarenakan diameter
ESP harus pas dengan dalam casing, ditambah data down hole equipment: tubing
outside diameter 4”, tubing outside roughness 0.0006”, casing inside diameter 6.1”.

Gambar 4.4 downhole equifment pada sumur “JMS”


Lalu Design ESP dengan data data berikut :
Tabel 4.4 desain ESP
pump depth (measured) 2176
operating frequency 60
maximum OD 4
length of cable 2176
gas separator efficiency 0
design rate 1000
water cut 0
total GOR 500
top node pressure 1159

42
motor power safety
margin 0
pump wear factor 0
pipe correlation beggs and brill
petroleum Experts
Tubing correlasi 2
gas DeRating Model None

Lalu hitung pada software PROSFER ,di dapatkan hasil berikut ini :
Tabel 4.5 hasil perhitungan desain ESP

Gambar 4.5 perhitungan desain ESP pada sumur “JMS”

Lalu liat pada gas separation sensitivity plot nya .Jika dunbar plot berada
diatas garis merah , maka tidak diperlukan downhole gas separator. Dan didapatkan
hasil plot di mana dunbar plot berada pada bagia atas garis merah yang berarti tidak
perlu memasang downhole gas separator lagi. Berikut ini adalah grafik pot gas
separation sensitivity plot nya.

43
Gambar 4.6. downhole equifment pada sumur “JMS”

Setelah di liat pada separation gas sensitivity plot nya , Dunbar plot bearada
di atas garis merah yang menunjukkan bahwa tidak perlu memasang downhole gas
separator . Lalu Desain ESP dengan memiliki pipa berjenis CENTRILIFT FC1200 4
INCH dan motor berjenis ESP_inc_375 .untuk kabel pada ESP di pilih alumunium
dan di dapatkan hasil sebagai berikut ini :

Gambar 4.7 pemilihan pompa , motor dan kabel pada sumur “JMS”

44
Gambar 4.8. perhitungan best efficiency pada sumur “JMS”
Di dapatkan hasil seperti gambar di atas di mana titik merah tidak berada jauh
garis biru .jika melewati di atas garis merah maka terjadi uptrust dan jika berada di
bawah garis merah terjadi downtrust.

45
4.4 hasil anlisa
Dari hasil perhitungan menggunakan software prosper di peroleh table
evaluasi sebagai berikut :
Tabel 4.6 Nodal vs ESP
Tabel perbandingan Nodal vs ESP
Nodal analysis ESP
Ukuran Liquid
Satuan
Tubing rate
2 925.3 STB/day
2.25 926.3 STB/day
2.5 926.6 STB/day
2.75 926.6 STB/day
Q=1499.8
3 926.4 STB/day
3.25 926.2 STB/day
3.5 925.9 STB/day
3.75 924.7 STB/day
4 922.3 STB/day
4.25 921.7 STB/day

Setelah di lakukan perhitungan menggunakan software prosper maka di


dapatkan Tabel perbandingan hasil 4.6 di atas antara Nodal analysis dengan ESP.
Dengan menggunakan analisa nodal analysis tidak di dapatkan hasil kenaikan Nilai Q
yang signifikan di mana ukuran tubing sudah di perbesar hingga 4.25 dan
mendapatkan nilai Q sebesar 921.7 STB/day, Sedangkan menggunakan artificial lift
Electrical submersible pump di dapatkan laju alir optimum sebesar 1499.8 RB/day.
Maka dari itu penulis selaku pengelola data menggunakan Electrical submersible
pump sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan laju alir maksimum pada sumur
“JMS”.

46
BAB V

PEMBAHASAN

Sumur “JMS” merupakan sumur yang sebelumnya sudah dioptimasi


menggunakan metode acidizing yang dimana sumur ini akan dioptimasi dengan
membandingkan metode Nodal analysis dan artificial lift Electrical Submersible
Pump. pada penulisan Tugas akhir ini saya ingin menganalisa anatara Nodal analysis
dengan artificial lift Electrical submersible pump. Dalam pengerjaannya penulis
menggunakan software prosper untuk mengelola Data. Penulis terlebih dahulu
mencari Nilai dan kurva IPR dari sumur “JMS” dan didapatkan Nilai Qmax yaitu
1552.4 STB/day dan PI sebesar 0.89 B/D/Psi. Pada sumur “JMS” mempunyai
kedalaman >2276 ft mempunyai temperature 200 ºF dan Nilai GOR 500 SCF/STB.

kemudian untuk melihat laju alir tertinggi dari dua analisa tersebut yaitu
Nodal analysis dan Electrical submersible pump maka penulis mencari menggunakan
software prosper sebagai cara optimasi yang tepat untuk sumur “JMS” dalam rangka
meningkat laju alir maksimum. Pada nodal analysis penulis pada menu bar memilih
calculation lalu continue dan memilih variable 1 yaitu tubing diameter dan menset
ukuran tubing dari 2, 2.25, 2.5, 2.75, 3, 3.25, 3.5, 3.75, 4, 4.25 penulis mencoba
merubah ukuran tubing 0.25 dari setiap ukuran tubingnya agar dapat dilihat kenaikan
rate liquidnya jika dilihat dari hasil ukuran tubingnya yang sudah di ubah hasil liquid
ratenya kurang maksimal. Pada ukuran tubing paling besar yaitu 4.25 didapatkan
hasil 921.7 STB/day.

Lalu penulis mencoba mendesain ESP pada sumur “JMS” untuk melihat laju
alir tertingginya sebagai analisa penulis pembanding laju alir maksimum antara ESP
dan Nodal analysis. Langkah awal dalam pengerjaanya pada software prosper adalah
set artificial lift pada options summary dengan ESP Di karenakan diameter ESP harus
pas dengan dalam casing , di tambah data down hole equipment: tubing outside
diameter 4”,tubing outside roughness 0.0006”,casing inside diameter 6.1”.lalu

47
setting pump depth sebesar 2176 ft, operating frequency nya sebesar 60 hertz ,
maximum OD 4”,length of cable 2176 ft ,gas separator efficiency 0%, design rate
1000 STB/day, Water cut 0% , total GOR 500 scf/STB , top node pressure 1159
psig , motor power safety margin 0% ,pump wear factor 0 fraction ,pipe correlation
begs and brill , tubing correlation petroleum experts , gas de rating model nya none.
Lalu calculated dan didapatkan pump intake pressure nya sebesar 1354.63 psig ,
pump intake temperature nya sebesar 199ºF ,pump intake rate 1499.8 RB/day , free
GOR entering pump 145.306 scf/STB. Total GOR above pump 500 scf/STB , mass
flow rate 315846(lbm/day),total fluid gravity 0.65322, average downhole rate nya
1379.34 RB/day, head required 1541.61 ft, actual head required 1541.61 hp,GLR
@pump intake 0.26357 fraction ,gas fraction @pump intake 0.20859 fraction,
Bo@pump intake 118675 RB/STB, Bg@pump intake 0.012091 ft3/scf , average
cable temperature 167.594 ºF.

Lalu liat pada gas separation sensitivity plot nya , Setelah di analisa pada
separation gas sensitivity plot nya , Dunbar plot berada di atas garis merah yang
menunjukkan bahwa tidak perlu memasang downhole gas separator. Lalu Desain
ESP dengan memiliki pipa berjenis CENTRILIFT FC1200 4 INCH dan motor
berjenis ESP_inc_375 untuk kabel pada ESP di pilih alumunium.

Setelah itu jika dilihat dari best efficiency pada sumur “JMS”, Menunjukan
pompa yang dipilih masih berada pada best efficiency dan juga tidak melewati batas
minimum dan maximum operating range nya .

Jadi berdasarkan dari data yang sudah diolah oleh penulis maka dapat
disimpulkan mengunakan artifiacial lift lebih maksimal dibandingkan dengan nodal
analysis dilihat dari laju alir optimum yang didapatkan dari sumur “JMS”dengan
Nilai 1499.8 RB/day.

48
BAB VI

KESIMPULAN

Dari hasil analisa dengan membandingkan Nodal analysis dan artificial lift
Electrical submersible pump yang penulis lakukan dalam mengelola data maka
didapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Dari hasil analysa yang telah dilakukan maka penulis memilih artificial lift
Electrical submersible pump sebagai metode yang cocok untuk sumur “JMS”
dalam upaya meningkatkan laju alir sumur.
2. Di dapatkan desain pompa ESP dengan melihat laju alir tertingginya yaitu
1499.8 RB/day.
3. Laju alir maksimum pada sumur “JMS” di dapatkan hasil Qmax 1552.4
BFPD.
4. Di dapatkan Kurva IPR atau laju alir (Q) vs dengan dasar sumur(Pwf) pada
sumur “JMS” dengan Nilai Qmax 1552.4 BFPD dan PI 0.89 B/D/Psi.

49
DAFTAR PUSTAKA

Adiyat, M. F. (2019). DESAIN DAN TROUBLESHOOTING ELECTRIC


SUBMERSIBLE PUMP. Universitas Pertamina (Teknik Perminyakan).
Widyadmoko, H. Eevaluasi Dan Optimasi Electrical Submersible Pump Dengan
Analisa Nodal Menggunakan Variasi Stages Dan Variable Speed Drive (Speed
Mode) Pada Sumur" X" Lapngan " Y.
Widaputra, Y., Yusuf, M., & Abuamat, H. A. K. Studi Pengaruh Ukuran Pipa
Produksi Terhadap Tingkat Laju Produksi Pada Sumur Produksi Y-19, W-92, Dan
Hd-91 Di PT. Pertamina Ep Asset-1 Field Jambi.

50
LAMPIRAN

51

Anda mungkin juga menyukai